• Tidak ada hasil yang ditemukan

d. Matriks Internal – Eksternal ( I – E Matriks)

Gabungan kedua matriks tersebut menghasilkan matriks Internal – Eksterna (IE) yang berisikan sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari matriks-matriks IFE dan EFE (Gambar 1).

TOTAL SKOR EVALUASI FAKTOR

Gambar 1. Matriks Internal-Eksternal (IE – Matriks)

Sumber : David (1998)

4.0 Kuat 3.0 Sedang 2.0 Lemah 1.0

Tinggi I II III

Pertumbuhan Pertumbuhan Penciutan

3.0

Menengah IV V VI

Stabilitas Pertumbuhan/ Penciutan

2.0 Stabilitas

Rendah VII VIII IX

Pertumbuhan Pertumbuhan Likuidasi

1.0 Total Skor Evaluasi Faktor Internal Total Skor Evaluasi Faktor Eksternal

Tujuan penggunaan matriks ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis yang lebih detail. Diagram tersebut dapat mengidentifikasikan sembilan sel strategi perusahaan, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama yaitu :

1. Strategi pertumbuhan (Growth strategy) yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1,2 dan 5) atau upaya diversifikasi (sel 7,8)

2. Stability strategy, adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang sudah ditetapkan.

3. Retrechment strategy, adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan (sel 3,6 dan 9)

e. Matriks SWOT

Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi perusahaan. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan 4 sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi W-T dan strategi S-T, seperti terlihat dalam Tabel 5.

Tabel 5. Matriks SWOT

STRENGTH – S Daftar 5-10 faktor-faktor kekuatan WEAKNESS – W Daftar 5-10 faktor-faktor kelemahan OPPORTUNITIES – O Daftar 5-10 faktor-faktor peluang STRATEGI S – O Gunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang

STRATEGI W – O Atasi kelemahan dengan

memanfaatkan peluang

THREATS – T Daftar 5-10 faktor-faktor

ancaman

STRATEGI S – T Gunakan kekuatan untuk

menghindari ancaman STRATEGI W – T Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber (Rangkuti, 1998) Faktor Internal Faktor Eksternal

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh

lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala (Keputusan Menteri keuangan No. 1169/KMK01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang kegiatan Sewa Guna Usaha).

Pada dasarnya terdapat beberapa jenis leasing, tetapi secara mendasar dapat dikategorikan dalam 2 kategori yaitu :

1. Direct Lease, yaitu lessee mengidentifikasikan barang (asset) yang sebelumnya dilakukan negosiasi harga dan menghubungi perusahaan leasing (lessor) untuk membelinya dari pabrik (jika baru) dan dari pemiliki sebelumnya (jika bekas) untuk disewakan kepada lessee.

2. Sale and lease back ( purchase leaseback), yaitu lesse menjual barang yang sebelumnya dimiliki kepada perusahaan leasing dengan harga pasar atau nilai buku (mana yang lebih rendah) dan kemudian menyewakan kembali.

Berdasarkan jenisnya, leasing dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis utama, yaitu :

1. Finance leasing (Full payout lease). Secara umum lessee tidak dapat memiliki barang (asset) yang sebelumnya disewa. Meskipun demikian, lessee biasanya mempunyai pilihan untuk melanjutkan penyewaan dan membayar sewa dengan nilai minimal. Pada akhir waktu penyewaan, barang akan dijual kepada pihak ketiga dan lesse menerima share dari penjualan (jika penyewaan tidak dilanjutkan)

2. Operating lease. Biasanya jangka waktu lebih pendek dibandikngkan dengan finance leasing. Operating lease tidak berbeda dengan sewa biasa. Lessor mengharapkan untuk menjual barang/asset di pasar

second hand atau menyewakannya kembali sehingga lessor tidak membutuhkan untuk menutupi nilai total asset dari pembayaran sewa.

Tidak berbeda dengan finance leasing, lesse tidak dapat memiliki asset. Berbeda dengan finance lease, lessee tidak memiliki share dari penjualan barang kepada pihak ketiga.

3. Contract hire. Sebagai bentuk dari Operating lease, dimana lessee

memperoleh jasa tambahan seperti pemeliharaan, manajemen atau memperoleh penggantian jika asset dalam perbaikan. (Hiemann dan Ikhwan, 2001)

PT. Tamsan Dharma adalah perusahaan pembiayaan yang lebih memfokuskan diri pada kendaraan niaga, terutama untuk kendaraan-kendaraan niaga yang ditolak oleh perusahaan leasing lain karena faktor umur kendaraan. Kondisi ini dilakukan untuk menghindari persaingan dengan perusahaan leasing lain mengingat PT. Tamsan Dharma baru berdiri dan berusaha mencari nasabah yang potensial. Dalam hal ini pembiayaan yang diberikan berasal dari dana yang dimiliki sendiri oleh perusahaan.

Dalam perjalanan waktu, PT. Tamsan Dharma mendapatkan fasilitas kerjasama dalam penyaluran kredit bank, dalam hal ini bank swasta. Kebijakan yang diberlakukan yaitu umur kendaraan harus tidak lebih dari 7 tahun. Sehingga dengan kebijakan ini perusahaan berusaha untuk menyalurkan kredit dengan jaminan kendaraan-kendaraan niaga ataupun kendaraan pribadi yang lebih muda. Namun dalam hal ini PT. Tamsan Dharma tetap tidak bisa memperoleh nasabah kendaraan baru pribadi karena bunga yang masih tinggi dibandingkan dengan leasing lain ataupun dengan bank dimana bunga yang diberikan kepada nasabah sebesar 16% fixed p.a.

PT. Tamsan Dharma dapat diklasifikasikan sebagai perusahaan leasing berkategori Direct Lease karena jaminan yang diberikan oleh nasabah dalam perjanjian/kontrak leasing adalah milik perusahaan yang akan dikembalikan apabila sejumlah sewa yang dibebankan kepada nasabah tiap bulannya diselesaikan dengan baik sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. PT. Tamsan Dharma juga dimasukkan ke dalam jenis

Finance leasing karena pada akhir leasing nasabah diberikan pilihan untuk memiliki kendaraan tersebut atau tidak bila masa kontrak berakhir, dan bila masa kontrak belum berakhir dan nasabah mengalami kemacetan, maka

kendaraan akan dijual dengan melihat kondisi outstanding dari kewajiban dari nasabah.

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT.TAMSAN DHARMA didirikan tanggal 29 Oktober 2001 dengan akta Notaris Cholid Artha No.35 dan telah mendapat pengesahan dari Departemen Kehakiman dan HAM. RI No. C – 030223 HT.01.01 tahun 2002. Ijin operasional dengan SIUP No. 0106/04-01/PB/XI/2001, tanggal 19 November 2001, berlaku selama perusahaan menjalankan kegiatan usaha. TDP No.09.05.1.50.42894 tanggal 3 April 2002 berlaku s/d 3 April 2007.NPWP.No.02.107/362. 2-022.000. Telah diumumkan dalam Berita Negara No. 75 tanggal 17 September 2002.

PT.TAMSAN DHARMA adalah anak perusahaan Koperasi Dharma yaitu Koperasi yang di dirikan oleh Serikat Pekerja Karyawan Bank BNI Kantor Wilayah 10. Koperasi Dharma berdiri sejak tanggal 2 Desember 1999. Didirikan untuk mewujudkan kesejahteraan para anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Koperasi menyelenggarakan usaha dalam berbagai bidang yang telah diatur dalam Anggaran Dasar Koperasi ( pasal 3 ayat 4 ) salah satu usaha dalam rangka pencapaian tujuan tersebut, maka atas kebijaksanaan Pengurus dengan persetujuan Rapat Anggota, didirikanlah PT.TAMSAN DHARMA yang bergerak dalam bisnis otomotif yang terbagi dalam 4 (empat ) bidang kegiatan yaitu Transportasi, Trading, Rental dan Finance. Kegiatan yang dominan saat ini adalah bidang pembiayaan (Finance) otomotif.

4.1.2 Struktur Organisasi

Secara organisatoris, PT. TAMSAN DHARMA merupakan anak perusahaan dari Koperasi Dharma dan Direksi PT.TAMSAN DHARMA bertangung jawab kepada Pengurus Koperasi Dharma. PT. TAMSAN DHARMA mempergunakan tenaga pegawai sendiri untuk pekerjaan administrasi kantor demikian halnya untuk tenaga dinas luar yaitu pemasaran, survey dan analisa mempergunakan tenaga

khusus yang secara terus menerus dilatih untuk meningkatkan keterampilannya. Adapun struktur organisasi pada PT. Tamsan Dharma adalah sebagai berikut :

Dokumen terkait