• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KARAKTER AGRONOMI DAN PENENTUAN KARAKTER SELEKSI SIFAT KETAHANAN MELON

(Cucumis melo L.) TERHADAP PENYAKIT VIRUS KUNING

ABSTRAK

Informasi mengenai hubungan genetik antara genotipe-genotipe dalam satu spesies sangat bermanfaat untuk seleksi tetua dalam program hibridisasi. Tingkat keeratan hubungan suatu karakter dengan karakter lain penting bagi pemulia untuk mendapatkan dua sifat unggul pada satu varietas yang akan dikembangkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan karakter-karakter yang terkait dengan sifat ketahanan melon terhadap penyakit virus kuning. Materi tanaman yang digunakan sebanyak 19 genotipe hasil pembentukan materi genetik. Terdiri atas satu galur tahan (P1), sembilan galur rentan (P2), dan sembilan F1. Berdasarkan 25 peubah genotipe, analisis gerombol pada genotipe melon yang diuji menunjukkan tingkat kemiripan 1 – 75%. Genotipe melon terbagi dalam empat kelompok pada tingkat kemiripan 85%. Kelompok I terdiri atas tujuh genotipe yang merupakan grup cantaloupe dan termasuk dalam induk rentan. Kelompok II terdiri atas 2 genotipe yang merupakan grup inodorous dan termasuk induk rentan. Kelompok III terdiri atas tujuh genotipe yang merupakan F1 persilangan dari grup cantaloupe dengan dudaim, yang termasuk kategori genotipe tahan. Kelompok IV terdiri atas tiga genotipe, dua genotipe merupakan F1 persilangan grup inodorous dengan dudaim dan satu genotipe induk tahan dari grup dudaim. Hasil sidik lintas menunjukkan bahwa karakter gerigi daun kuat memberikan pengaruh langsung negatif terbesar terhadap ketahanan virus kuning. Karakter ini dapat digunakan sebagai karakter seleksi tidak langsung. Melon dengan gerigi daun lemah lebih tahan terhadap penyakit virus kuning. Karakter lain yang bisa digunakaan sebagai karakter seleksi adalah warna daun dan ketegakan petiol daun.

Kata kunci : analisis gerombol, gerigi daun, karakter seleksi, penyakit virus kuning

ABSTRACT

Information about genetic relation among genotype in one species is useful to parent selection in hibridisation program. Relationships among character is important for breeder to get two superior character in one variety. The objective of the experiments were to determine character that linked with resistance to yellow virus (YV). Plant material consisted 19 genotype, there are one resistant line (P1), nine susceptible line (P2) and nine F1 genotype. 19 genotypes were grouped into four major groups by clustering analysis with 25 variable in 85% similarity level. Group I consist of seven genotypes that belog to susceptible parent from cantaloupe group. Group II consist of two genotype, that belong to susceptible parent from inodorous group. Group III consist of seven genotypes, as a resistance F1 (cantaloupe x dudaim). Group IV consist of three

37

genotypes, two genotipe as a F1 ( inodorous x dudaim) and one genotipe that belong to resistance parent from dudaim group. Path analysis showed that strong leaf blade dentation gave highest negative direct effect toward virus intensity, with -0.529 as a coefficient value. It mean that leaf blade character linked with resistance to YV. Plant which weak leaf blade dentation more resistance to YV. Leaf colour and petiol direction is the other character to select resistance to YV.

Keywords: clustering analysis, leaf blade dentation, selection character, yellow virus

PENDAHULUAN

Perakitan varietas pada sebagian besar tanaman budidaya saat ini masih berlandaskan keanekaragaman genetik (genetik diversity). Sumber ketahanan terhadap beberapa hama dan penyakit pada melon dilaporkan terdapat pada melon tipe liar (C. melo agrestis)(Tahir & Yousif, 2000). Melon tipe liar masih bisa ditemukan di salah satu daerah asal melon yaitu Sudan. Pemanfaatan melon tipe liar dalam breeding ketahanan hama dan penyakit memberikan harapan dalam mengatasi meningkatnya kerusakan akibat serangan hama dan penyakit pada melon. Introgresi sifat ketahanan yang dimiliki oleh melon tipe liar kedalam melon buah merupakan salah satu upaya dalam memperbaiki sifat ketahanan hama dan penyakit pada melon buah. Permasalahan yang dihadapi adalah sangat rendahnya kualitas buah, baik rasa, aroma maupun kemanisan buah pada melon tipe liar.

Secara teori, perbedaan fenotipik umumnya juga mencerminkan perbedaan (keanekaragaman) genetik. Jarak genetik dalam kultivar dapat digunakan untuk mengukur divergensi genetik rata-rata antar kultivar. Program pemuliaan suatu spesies hendaknya dimulai dengan memilih tetua-tetua yang memiliki jarak genetik yang jauh, tetapi dengan sifat-sifat agronomis yang baik (Machado, 2000). Johns et al. (1997) menggunakan karakter pertumbuhan, fisiologi dan morfologi untuk menghitung jarak dan keanekaragaman genetik dari sejumlah besar koleksi tanaman.

Ketahanan tanaman terhadap serangan virus dapat diwujudkan sebagai kemampuan untuk membatasi perkembangan virus pada sel tertentu sehingga virus tidak menyebar ke sel-sel lain. Ketahanan tanaman tahan terhadap virus juga dapat disebabkan karena tanaman tidak disukai serangga vektor penyebar virus (Matthews, 1991). Beberapa peneliti melaporkan bahwa ketahanan tanaman terhadap Bemisia sp sebagai vektor virus disebabkan beberapa hal diantaranya warna daun, morfologi daun serta jumlah kepadatan dan posisi trikhoma. Karakter daun tersebut mempengaruhi ketertarikan dan aktifitas Bemisia sp dalam bertelur serta kepadatan populasi nimfa pada daun (Norman & Sparks, 1997; Percy et al. 1997; Chu et al. 2002; Alexander et al. 2004)

Informasi tingkat keeratan hubungan suatu karakter dengan karakter lain penting bagi pemulia untuk mendapatkan dua sifat unggul pada satu varietas yang akan dikembangkan. Dua karakter yang memiliki hubungan yang erat dapat diharapkan berada pada satu individu (Roy, 2000).

38

Melalui analisis sidik lintas dapat diketahui pengaruh langsung dan tidak langsung antar karakter morfologi dengan ketahanan terhadap virus, sehingga akan lebih memudahkan pemulia dalam melakukan seleksi, terutama karakter- karakter yang berpengaruh langsung terhadap ketahanan virus serta sebagai landasan bagi pemulia dalam progam perbaikan tanaman. Tujuan penelitian ini adalah menentukan karakter-karakter yang terkait dengan sifat ketahan melon terhadap penyakit virus kuning.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian untuk evaluasi karakter agronomi dilakukan pada bulan Juni - September 2012. Kegiatan dilaksanakan pada lokasi yang optimum (tidak terdapat serangan kutu kebul) yaitu di lahan percobaan PT BISI International Tbk, Farm Karangploso Malang.

Bahan

Materi tanaman yang sama dengan percobaan evaluasi ketahanan virus kuning (P1, P2, dan F1) digunakan dalam evaluasi karakter agronomi. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal dengan tiga ulangan, masing-masing satuan percobaan terdiri atas 20 tanaman. Karakter yang diamati adalah karakter kualitatif dan sifat kuantitatif (Lampiran 1). Pengamatan sifat kualitatif dan kuantitatif mengikuti Panduan Pengujian Individual Melon (PPVT 2007).

Analisis Data Analisis kekerabatan.

Data yang digunakan adalah data percobaan evaluasi karakter agronomi untuk genotipe P1, P2 dan F1. Analisis kekerabatan menggunakan analisis gerombol (cluster analysis) dengan menggunakan software SPSS versi 16.

Informasi karakter seleksi

a. Analisis Korelasi

Data yang digunakan adalah data evaluasi ketahanan virus dan data evaluasi karakter agronomis. Kedua data dirubah dalam bentuk data biner. Analisis data dengan analisis korelasi dan sidik lintas (Pathway Analysis). Korelasi genotipik berfungsi untuk memberikan informasi mengenai keeratan hubungan antar karakter secara genotipik. Hubungan antar karakter dinilai berdasarkan hubungan korelasi Pearson. Masing-masing nilai korelasi diuji pada taraf nyata 5%. Nilai koefisien korelasi dapat dihitung dengan menggunakan program SAS for window 9.0.

39

r

g

=

CovG(xy) = (KT Gxy– KT Exy)/r

Keterangan : rg = korelasi genetik antar karakter, CovG(xy) = kovarian genetik karakter x dan y, 2

Gx = ragam genetik karakter x, 2Gy= ragam genetik karakter y

Menurut Young (1982) dalam Djarwanto dan Subagyo (1993) derajat keeratan hubungan antar peubah yang dianalisis dapat dilihat dari nilai koefisien korelasinya (r). Nilai 0.7 < r < 1.0 menunjukkan keterkaitan yang erat, 0.4< r ≤ 0.7 sedang, dan r ≤ 0.4 adalah tidak berkaitan.

b. Sidik Lintas (Pathway Analysis)

Analisis sidik lintas digunakan untuk mengelompokkan nilai koefisien korelasi menjadi pengaruh langsung dan pengaruh tak langsung. Analisis sidik lintas ini dilakukan dengan menggunakan persamaan matrik yang dikemukakan Shing dan Chaudary (1985). Intensitas ketahana virus kuning digunakan sebagai peubah tak bebas (y) dan karakter morfologi tanaman sebagai peubah bebas (x). rumus matrik sidik lintas adalah sebagai berikut :

ry = rx P0n

= x

A B C

Sehingga untuk mendapatkan nilai C (koefisien lintas) digunakan rumus : C = B-1 A Keterangan : C = koefisien lintas; B-1 = invers matrik korelasi antar peubah bebas

40

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaman Plasma Nutfah Melon

Hasil pengamatan karakterisasi 25 peubah dari 19 genotipe disajikan dalam lampiran 2-8, data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis Gerombol. Kriteria pengelompokan didasarkan pada ukuran kemiripan (Djuraidah, 1991). Semakin kecil jarak antar dua genotipe, semakin mirip genotipe tersebut satu sama lain.

Salah satu teknik pengelompokan adalah teknik heirarki (Santoso, 2004). Dalam pengelompokan ini dimulai dari dua atau lebih objek dengan kesamaan paling dekat, dan begitu seterusnya sampai membentuk semacam pohon dimana ada heirarki (tingkatan) yang jelas antar objek, dari yang paling mirip sampai yang paling tidak mirip.

Gambar 11. Dendogram hasil analisis gerombol 19 genotipe melon berdasarkan data karakterisasi 25 peubah melon.

Analisis gerombol yang dilakukan pada 19 genotipe melon dengan 25 peubah menghasilkan dendogram seperti pada Gambar 11. Pada tingkat kemiripan 85% (ketidakmiripan 15%), 19 genotipe melon tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat gerombol. Kelompok I terdiri atas tujuh genotipe yaitu MEV2, MEV3, MEV4, MEV5, MEV6, MEV7 dan MEV8, ketujuh genotipe

I

II

III

IV Ketidakmiripan (%)

41 tersebut merupakan grup cantaloupe dan termasuk dalam induk rentan. Kelompok II terdiri atas dua genotipe yaitu MEV18 dan MEV19 yang merupakan grup inodorous dan termasuk induk rentan. Kelompok III terdiri atas tujuh genotipe yaitu MEV2X1, MEV3X1, MEV4X1, MEV5X1, MEV6X1, MEV7X1 dan MEV8X1 yang merupakan F1 persilangan dari grup cantaloupe dengan dudaim, ketujuh genotipe pada kelompok ini termasuk dalam kategori genotipe tahan. Kelompok IV terdiri atas tiga genotipe yaitu MEV18X1, MEV19X1 yang merupakan F1 persilangan grup inodorous dengan dudaim yang memiliki kategori tahan dan MEV1 yang merupakan induk tahan dari grup dudaim. Pengelompokan berdasarkan dendogram tidak jauh beda dengan pengelompokan grup melon pada Tabel 2. maupun berdasarkan kategori ketahanannya pada Tabel 5. Hal yang sama ditunjukkan dalam penelitian Kacar et al.(2012) yang menganalisis pengelompokan genotipe melon berdasar marker SSR, menunjukkan bahwa sebagian besar grup cantaloupe dan inodorous mengelompok tersendiri jauh dari grup dudaim, namun terdapat genotipe inodorous yang berasal dari Sanluirfa (lokal Turki) masuk dalam kelompok dudaim.

Karakter ketahan yang bersifat dominan pada induk tahan MEV1 terlihat dari kelompok III dan IV yang merupakan F1 mengelompok terpisah dengan induk rentan (kelompok I dan II). Karakter morfologi dari induk tahan yang sangat berbeda dengan induk rentan juga memiliki dominasi yang kuat, hal ini terlihat F1 hasil persilangan (kelompok III), mengelompok tersendiri terpisah dengan induknya (kelompok I dan II), bahkan karakter F1 persilangan inodorous dengan dudaim (MEV18X1 dan MEV19X1) mengelompok kedalam grup dudaim.

Informasi Karakter Seleksi

Penentuan karakter-karakter yang dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi tak langsung yang efektif dapat dilihat dari besarnya pengaruh langsung terhadap ketahanan virus kuning. Pola hubungan antar ketahanan terhadap penyakit virus kuning dan karakter agronomi diketahui dari nilai korelasi. Nilai korelasi bisa bernilai negatif maupun positif (Mattjik & Sumertajaya, 2002). Dalam penelitian ini sebanyak 35 karakter kulaitatif (data pada Lampiran 2 - 8) dan data kategori ketahanan terhadap penyakit virus kuning pada dua lokasi pengujian (data dari Tabel 9.) dilibatkan dalam analisis korelasi. Kedua data dirubah dalam bentuk data biner selanjutnya dilakukan analisis korelasi (Lampiran 10.). Korelasi antar karakter disajikan pada Tabel 16.

Menurut Young (1982) dalam Djarwanto dan Subagyo (1993) derajat keeratan hubungan antar peubah yang dianalisis dapat dilihat dari nilai koefisien korelasinya (r). Nilai 0.7 < r < 1.0 menunjukkan keterkaitan yang erat, 0.4 < r ≤ 0.7 sedang, dan r ≤ 0.4 adalah tidak berkaitan. Hasil korelasi antar karakter menunjukkan bahwa bingkul daun lemah, bingkul daun kuat dan petiol tegak memiliki nilai koefisien korelasi tinggi (0.7 < r < 1.0) sehingga karakter tersebut memiliki keterkaitan yang erat dengan ketahanan terhadap penyakit virus kuning. Karakter warna daun hijau muda, warna daun hijau tua, gerigi daun kuat, gelombang daun lemah, gelombang daun sedang, petiol sedang dan petiol datar memiliki nilai koefisien korelasi sedang (0.4 < r ≤ 0.7), sehingga karakter tersebut memiliki keterkaitan yang sedang dengan ketahanan terhadap penyakit virus kuning.

42

Tabel 16. Korelasi antar karakter

Peubah WDT GRK GLL GLS BKL BKK PTT PTS PTD VRS WDM -0.406tn -0.406tn 0.567* -0.294tn 0.420tn -0.519* 0.716** -0.462* -0.351tn 0.645** WDT 0.729** -0.268tn 0.397tn -0.456* 0.535* -0.567* 0.108tn 0.571* -0.630** GRK -0.266tn 0.069tn -0.456* 0.287tn -0.567* 0.365tn 0.278tn -0.630** GLL -0.369tn 0.454tn -0.430tn 0.685** -0.350tn -0.440tn 0.596** GLS -0.331tn 0.268tn -0.411tn 0.327tn 0.130tn -0.456* BKL -0.583** 0.587** -0.284tn -0.394tn 0.725** BKK -0.725** 0.185tn 0.676** -0.805** PTT -0.643** -0.490* 0.900** PTS -0.351tn -0.489* PTD -0.544*

Keterangan : WDM (warna daunhijau muda), WDT(waran daun hijau tua), GRK (gerigi daun kuat),GLL (gelombang daun lemah), GLS (gelombang daun sedang), BKL (bingkul daun lemah), BKK (bingkul daun kuat), PTT (petiol tegak), PTS (petiol sedang), PTD (petiol datar), VRS (ketahan virus).

Petiol tegak merupakan karakter yang memiliki korelasi positif paling tinggi terhadap ketahanan virus dibandingkan karakter lain, artinya karakter petiol tegak memiliki hubungan yang erat dengan karakter ketahanan virus dengan nilai korelasi 0.9. Menurut Gomez dan Gomez (2002), bila nilai korelasi antar dua karakter semakin mendekati -1 atau +1, maka dua karakter tersebut semakin erat hubungannya. Karakter lain yang memiliki korelasi positif tinggi dan nyata adalah bingkul daun lemah (0.725), warna daun hijau muda (0.645).

Karakter yang berkorelasi negatif paling tinggi adalah karakter bingkul daun kuat (-0.805), artinya karakter bingkul daun kuat memiliki hubungan negatif dengan ketahanan terhadap virus, genotipe dengan karakter bingkul daun kuat akan memiliki ketahanan terhadap virus yang rendah. Karakter lain yang memiliki korelasi negatif dan nyata adalah gerigi daun kuat (-0.63) dan warna daun hijau tua (-0.63).

Pengamatan langsung terhadap karakter daun pada genotipe tahan menunjukkan bahwa daun dengan gerigi halus cenderung memiliki bingkul daun lemah, jumlah bulu daun yang sedikit serta warna daun hijau cerah. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian sejenis pada tanaman kedelai, Silva (2012) melaporkan bahwa daun kedelai genotipe IAC-24 memiliki jumlah rambut sedikit dengan posisi rambut miring, berkorelasi dengan jumlah telur yang diletakkan pada daun. Morfologi daun dengan sedikit rambut kurang disukai kutu kebul untuk aktifitas bertelur. Menurut Alexander et al. (2004) populasi imago, telur dan nimfa Bemisia tabaci biotype B pada tanaman kapas berkorelasi dengan warna daun, bentuk daun dan tipe bulu daun.

Karakter yang memiliki korelasi nyata dengan ketahanan terhadap virus merupakan indikator seleksi, namun tidak secara otomatis menjadi karakter seleksi yang dapat digunakan. Nilai korelasi merupakan gambaran tingkat keeratan antar karakter yang satu dengan karakter yang lain, namun tidak dapat

43 menjabarkan seberapa besar pengaruh langsung dan tak langsung suatu karakter terhadap karakter ketahanan terhadap virus. Maka untuk menguraikan koefisien korelasi lebih bermakna dilakukan sidik lintas.

Karakter yang memiliki korelasi nyata dilanjutkan pada analisis lintas untuk mendapatkan nilai kontribusi karakter tersebut terhadap karakter ketahanan terhadap penyakit virus kuning. Rekapitulasi sidik lintas disajikan pada Tabel 17. Matrik sidik lintas dapat dilihat pada Gambar 12. Sidik lintas berisi informasi hubungan kausal antar variable bebas X dengan variable tak bebas Y (ketahanan terhadap virus). Nilai koefisien pengaruh langsung dari masing-masing variable bebas X terhadap variabel tak bebas Y (ketahanan terhadap virus) disimbulkan dengan huruf C.

Tabel 17. Pengaruh langsung dan tak langsung beberapa karakter terhadap kartakter intensitas serangan virus

WDM WDT GRK GLL GLS BKL BKK PTT PTS PTD WDM 0.003 -0.146 0.215 -0.011 0.087 0.042 0.247 -0.202 0.227 0.183 0.645 0.642 WDT 0.359 -0.001 -0.385 0.005 -0.117 -0.045 -0.254 0.160 -0.053 -0.297 -0.630 -0.989 GRK -0.529 -0.001 0.262 0.005 -0.020 -0.045 -0.137 0.160 -0.180 -0.145 -0.630 -0.101 GLL -0.019 0.002 -0.096 0.141 0.109 0.045 0.205 -0.193 0.172 0.229 0.596 0.614 GLS -0.295 -0.001 0.143 -0.036 0.007 -0.033 -0.127 0.116 -0.161 -0.068 -0.456 -0.161 BKL 0.099 0.001 -0.164 0.241 -0.009 0.098 0.278 -0.165 0.140 0.205 0.725 0.625 BKK -0.476 -0.002 0.192 -0.152 0.008 -0.079 -0.058 0.204 -0.091 -0.352 -0.805 -0.329 PTT -0.282 0.002 -0.204 0.300 -0.013 0.121 0.058 0.345 0.317 0.255 0.900 1.182 PTS -0.492 -0.001 0.039 -0.193 0.007 -0.097 -0.028 -0.088 0.182 0.183 -0.489 0.002 PTD -0.521 -0.001 0.205 -0.147 0.008 -0.039 -0.039 -0.322 0.138 0.172 -0.544 -0.023 Total C -2.152 Residu 1.152 %Residu 0.205 Karakter yang distandarisasi Pengaruh Langsung ( C) Pengaruh Total Selisih Pengaruh Tak Langsung melalui Karakter

Keterangan : WDM (warna daun hijau muda), WDT(waran daun hijau tua), GRK (gerigi daun kuat),GLL (gelombang daun lemah), GLS (gelombang daun sedang), BKL (bingkul daun lemah), BKK (bingkul daun kuat), PTT (petiol tegak), PTS (petiol sedang), PTD (petiol datar).

Hasil sidik lintas menunjukkan bahwa karakter gerigi daun kuat (GRK) memberikan pengaruh langsung negatif paling besar terhadap ketahanan terhadap penyakit virus kuning. Nilai koefisien pengaruh langsung gerigi daun kuat sebesar -0.529, hal ini menunjukkan 52.9% ekspresi dari ketahanan terhadap penyakit virus kuning ditandai oleh kuat atau lemahnya gerigi pada daun, tanaman dengan gerigi daun yang kuat akan memiliki ketahanan terhadap virus lebih rendah, sebaliknya tanaman dengan gerigi daun lemah lebih tahan terhadap serangan virus kuning. Hal ini menunjukkan karakter gerigi daun terkait dengan ketahanan terhadap penyakit virus kuning. Seleksi terhadap tanaman dengan karakter gerigi daun lemah akan lebih memungkinkan mendapatkan tanaman yang tahan terhadap penyakit virus kuning.

Morfologi daun mempengaruhi aktifitas (makan dan bertelur) Bemisia sp

sebagai vektor virus. Morfologi daun yang sesuai untuk aktifitas Bemisia sp akan menyebabkan populasi Bemisia sp pada daun semakin banyak, akibatnya serangan virus pada tanaman semakin tinggi. Beberapa penelitian pada tanaman kapas

44

menunjukkan bahwa morfologi daun yang lebih halus akan lebih tahan terhadap B. tabci dibandingkan daun yang kasar atau berbulu banyak (Butler and Henneberry, 1984; Flint and Parks, 1990; Butler et al. 1991; Norman and Sparks, 1997; Percy

et al. 1997). Penelitian lain pada tanaman kapas menunjukkan hasil yang berbeda, dimana genotipe dengan bentuk daun okra (lekukan daun tajam) secara umum lebih tahan terhadap Bemisia sp dibanding tanaman dengan bentuk daun normal (Chu et al. 2002).

Berdasarkan matrik sidik lintas (Gambar 12.), nilai pengaruh tidak langsung warna daun hijau tua (WDT) melalui gerigi daun kuat (GRK) adalah sebesar 0.262, hal ini menunjukkan bahwa semakin tua warna daun semakin rentan terhadap serangan virus kuning. Nilai pengaruh tidak langsung dari karakter petiol daun sedang (PTS) melalui gerigi daun kuat (GRK) adalah sebesar -0.18, hal ini menunjukkan semakin datar posisi petiol daun akan semakin rentan terhadap serangan virus kuning. Dengan demikian karakter gerigi daun, warna daun dan ketegakan petiol daun (Lampiran 14, 15, 16), dapat dijadikan karakter seleksi untuk mendapatkan genotipe melon yang tahan terhadap penyakit virus kuning. 0.262 -0.529 -0.053 20.50% -0.18 Residu VRS GRK WDT PTS Gambar 12. Diagram lintas fenotipik beberapa karakter dengan ketahanan terhadap penyakit virus kuning. Keterangan: VRS= ketahanan terhadap virus, GRK= gerigi daun kuat, WTD= warna daun tua, PTS= petiol daun sedang.

Ketahanan terhadap virus bisa disebabkan oleh ketahan tanaman tersebut terhadap virus itu sendiri secara langsung, atau ketahanan terhadap vektor pembawa virus, dalam hal ini kutu kebul (Bemisia sp). Menurut Chu et al (2002) mekanisme ketahanan tanaman terhadap Bemisia sp pada morfologi daun kapas dipengaruhi banyak faktor dan bersifat komplek. Selain jumlah, panjang dan kerapatan rambut serta bentuk daun, iklim mikro disekitar daun juga berpengaruh terhadap populasi Bemisia. Karakter bulu dan posisi daun dapat mempengaruhi kondisi lingkungan mikro disekitar daun, baik suhu dan kelembaban mikronya, sehingga Bemisia sp lebih tertarik untuk melakukan aktifitas makan dan bertelur.

Keterkaitan secara tidak langsung ketegakan petiol daun dengan ketahanan terhadap virus bisa disebabkan karena posisi petiol yang tegak membuat kanopi tanaman lebih terbuka dan daun tidak saling menutupi. Hal ini menyebabkan iklim mikro disekitar daun lebih rendah suhu dan kelembabannya. Kondisi tersebut kurang disukai oleh Bemisia sp, sehingga populasi Bemisia sp pada daun dengan petiol tegak lebih rendah, akibatnya serangan virus juga lebih rendah.

45 Menurut Chu et al. (2002), Bemisia sp lebih menyukai kondisi iklim mikro disekitar daun yang hangat dan agak lembab.

Ketahanan tanaman terhadap Bemisia sp sebagai vektor virus, disebabkan beberapa hal diantaranya warna daun, morfologi daun, jumlah kepadatan dan posisi trikhoma. Karakter daun tersebut mempengaruhi ketertarikan dan aktifitas

Bemisia sp dalam bertelur serta kepadatan nimfa pada daun. Hasil penelitian Chu

et al. (2000), menunjukkan bahwa perangkap dengan warna hijau muda (lime green) lebih banyak menarik Bemisia sp dibanding hijau gelap (dark green). Warna daun dan nutrisi tanaman yang menghasilkan warna daun mempengaruhi mekanisme pengenalan dan pimilihan Bemisia sp terhadap warna tanaman. Hal ini berbeda dengan hasil pada penelitian ini, yaitu genotipe melon dengan warna daun yang lebih cerah lebih tahan terhadap serangan virus.

Penggunaan analisis sidik lintas untuk mengembangkan kriteria seleksi telah banyak dilakukan pada berbagai jenis tanaman seperti kedelai, pisang, gandum, chickpea dan padi (Rohaeni 2010; Wirnas et al., 2005; Asif et al., 2003; Budiarti et al., 2004; Ciftci et al., 2004; Usman, 1999). Rohaeni (2010) telah berhasil mengembangkan kriteria seleksi yang efektif untuk meningkatkan daya hasil dan toleransi pada kondisi intensitas cahaya rendah. Kriteria seleksi yang digunakan adalah indeks toleran dan jumlah polong isi. Informasi yang diperoleh dari hasil analisis sidik lintas dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam kegiatan pemuliaan selanjutnya, untuk dijadikan sebagai kriteria seleksi yang efektif dalam kegiatan pemuliaan ketahanan melon terhadap virus.

SIMPULAN

1. Berdasarkan 25 peubah genotipe, analisis gerombol pada genotipe melon yang diuji menunjukkan tingkat kemiripan 1-75%. Pada tingkat kemiripan 85% menunjukkan empat kelompok. Kelompok I terdiri atas tujuh genotipe yang merupakan grup cantaloupe dan termasuk dalam induk rentan. Kelompok II terdiri atas dua genotipe yang merupakan grup inodorous dan termasuk induk rentan. Kelompok III terdiri atas tujuh genotipe yang merupakan F1 persilangan dari grup cantaloupe dengan dudaim, yang termasuk kategori genotipe tahan. Kelompok IV terdiri atas tiga genotipe yang merupakan F1 persilangan grup inodorous dengan dudaim dan induk tahan dari grup dudaim.

2. Karakter gerigi daun terkait dengan ketahanan terhadap penyakit virus kuning pada melon, karakter ini dapat digunakan sebagai karakter seleksi tidak langsung, melon dengan gerigi daun lemah lebih tahan terhadap penyakit virus kuning. Karakter lain yang bisa digunakan sebagai karakter seleksi adalah warna daun dan ketegakan petiol daun.

46

Dokumen terkait