• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.5 Kerangka Teori

1.5.3 Evaluasi Kebijakan

1.5.3.1 Pengertian Evaluasi Kebijakan

Evaluasi kebijakan merupakan salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan. Pada umumnya evaluasi kebijakan dilakukan setelah kebijakan public tersebut diimplementasikan. Ini tentunya dalam rangka menguji tingkat keberhasilan dan kegagalan keefektifan dan keefisienannya.

Badjuri dan Yuwono (2002) mengemukakan bahwa tahapan yang cukup penting dan sering terlupakan efektivitasnya dalam konteks kebijakan publik Indonesia adalah evaluasi kebijakan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagian besar kebijakan publik di Indonesia secara formal telah dilakukan

evaluasi dengan baik. Namun dmikian substansi kebijakan tersebut ternyata tidak tersapai secara efektif, bahkan sebagian lagi mengalami kegagalan. Oleh karena itu, studi evaluasi ini penting khususnya dalam rangka penanaman urgensi pencapaian tujuan substansial dari sebuah kebijakan, dan bukan formalitas semata.

Dalam melakukan evaluasi kebijakan publik secara umum ada tiga aspek yang diharapkan dari seorang evaluator jkebijakan, yaitu:

1. Aspek perumusan kebijakan, dimana analis atau evaluator berupaya untuk menemukan jawaban bagaimana kebijakan tersebut dibuat dan dirumuskan.

2. Aspek implementasi kebijakan, dimana analis atau evaluator berupaya mencari jawaban bagaimana kebijakan itu dilakukan.

3. Aspek evaluasi dimana analis atau evaluator berusaha untuk mengetahui apa dampak yang ditimbulkan oleh suatu tindakan kebijakan, baik dampak yang diinginkan maupun dampak yang tidak diinginkan.

Berbicara mengenai jenis atau tipe kebijakan, Heath (1997) membedakan evaluasi kebijakan publik atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut :

1. Tipe evaluasi proses, dimana evaluasi ini dilakukan dengan memusatkan perhatian pada pertanyaan bagaimana program dilaksanakan?

2. Tipe evaluasi dampak, dimana evaluasi ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang telah dicapai dari program?

3. Tipe evaluasi strategi, dimana evaluasi ini bertujuan untuk mencari jawaban atas pertanyaan bagaimana program dapat dilaksnakan secara efektif, untuk memecahkan persoalan – persoalan masyarakat dibanding

dengan program – program lain yang ditujukan pada masalah yang sama sesuai dengan topik mengenai kebijakan publik.

Menurut Finsterbusch dan Motz (1980) ada empat jenis evaluasi berdasarkan kekuatan kesimpulan yang diperolehnya yaitu :

1. Evaluasi Single Program after – only, dimana dalam hal ini evaluator langsung membuat penilaian terhadap tindakan kebijakan.

2. Evaluai Single program before – after, dimana evaluasi ini dilakukan untuk menutupi kelemahan dari evaluasi single program after – only. 3. Evaluasi comparative after – before, dimana evaluasi didesain untuk

melakukan evaluasi dari dampak kebijakan.

1.5.3.2 Tujuan Evaluasi

Evaluasi memiliki beberapa tujuan yang dapat dirinci sebagai berikut : 1. Menetukan tingkat kerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka dapat

diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan

2. Mengukur tingkat efisiensi kebijakan. Dengan evaluasi juga dapat diketahui beberapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.

3. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan. Salah satu tujuan evaluasi adalah mengukur beberapa besar dan kualitas pengeluaran atau output dari suatu kebijakan.

4. Mengukur dampak suatu kebijakan. Pada tahap lebih lanjut, evaluasi ditujukan untuk melihat dampak dari suatu kebijakan, baik dampak positif maupun negatif.

5. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan. Evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui adanya penyimpangan – penyimpangan yang mungkin terjadi dengan cara membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian target.

1.5.3.3 Indikator Evaluasi

Menurut Subarsono, untuk menilai keberhasilan suatu kebijakan perlu dikembangkan beberapa indikator, karena penggunaan indikator yang tunggal akan membahayakan, dalam arti hasil penilaiannya dapat bias dari yang sesungguhnya. Indikator atau kriteria evaluasi yang dikembangkan oleh Dunn mencakup lima indikator sebagai berikut :

a. Efektivitas : penilaian terhadap efektivitas ditujukan untuk menjawab ketetpatan waktu pencapaian hasil/tujuan. Parameternya adalah ketepatan waktu. Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai?

b. Kecukupan : penilaian terhadap kecukupan ditujukan untuk melihat sejauh mana tingkat pencapaian hasil dapat memcahkan masalah. Seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat memecahkan masalah?

c. Pemerataan : penilaian terhadap pemerataan ditujukan untuk melihat manfaat dan biaya dari kegiatan terdistribusi secara proporsional untuk aktor – aktor yang terlibat. Apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata kepada kelompok yang berbeda?

d. Responsivitas : penilaian terhadap responsivitas ditujukan untuk melihat hasil rencana atau kegiatan dsesuai dengan keinginan target grup.

Apakah hasil kebijakan memuat preferensi atau nilai kelompok dan dapat memuaskan mereka?

e. Ketepatan : penilaian terhadap ketepatan ditujukan untuk mengetahui kegiatan atau rencana tersebut memberikan hasil dan manfaat pada target grup apakah hasil yang dicapai bermanfaat?

1.5.3.4 Evaluasi Dampak Kebijakan

Untuk keperluan jangka panjang dan kepentingan berkelanjutan suatu program, evaluasi sangat diperlukan. Dengan evaluasi kebijakan – kebijakan kedepan akan lebih baik dan tidak mengurangi kesalahan yang sama. Evaluasi dampak memberikan perhatian yang lebih besar kepada output dan dampak kebijakan dibandingkan kepada proses pelaksanaannya, sekalipun yang terakhir ini tidak dikesampingkan dari penelitian evaluatif. Dalam kaitannya dengan dampak, perlu dipahami adanya dampak yang diharapkan dan dampak yang tidak diharapkan. Dampak yang diharapkan mengandung pengertian bahwa ketika kebijakan dibuat, pemerintah telah menentukan atau memetakan dampak apa saja yang terjadi. Diantara dampak – dampak yang diduga akan terjadi, ada dampak yang diharapkan dan tidak diharapkan.

Sehingga dapat disimpulakan bahwa evaluasi dampak kebijakan merupakan suatu proses untuk menilai atau mengukur tingkat kinerja sebuah kebijakan termasuk isi, implentasi dan dampaknya.

Dampak dari suatu kebijakan mempunyai beberapa dimensi yang semuanya harus diperhitungkan dalam melakukan evaluasi terhadap suatu kebijakan, yaitu :

1. Dampak pada masalah publik yang merupakan tujuan dari dampak kelompok sasaran.

2. Kebijakan mungkin mempunyai dampak pada kelompok lainnya, diluar kelompok sasaran.

3. Dampak kebijakan pada dimensi waktu sekarang dan waktu yang akan dating.

1.5.3.5 Pendekatan terhadap Evaluasi

Menurut Dunn (1994) ada tiga jenis pendekatan terhadap evaluasi :

1. Evaluasi formal, adalah pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil – hasil kebijakan berdasarkan sasaran program kebijakan yang telah ditetapkan secara formal.

2. Evaluasi semu, adalah pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil – hasil kebijakan, tanpa menanyakan manfaat atau nilai dari hasil kebijakan tersebut pada individu, kelompok, atau masyarakat. 3. Evaluasi proses keputusan teoritis, adalah pendekatan evaluasi yang

menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat dipercaya dan valid mengenai hasil – hasil kebijakan yang secara eksplisit diinginkan oleh berbagai stakeholders.

1.5.4 Otonomi Daerah dan Pemekaran Wilayah

Dokumen terkait