• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KEBIJAKAN PENINGKATAN SWASEMBADA DAGING SAP

SUMBAWA BARAT

EVALUASI KEBIJAKAN PENINGKATAN SWASEMBADA DAGING SAP

Evaluasi kebijakan terkait dengan peningkatan swasembada daging sapi KSB tidak lepas dari usaha meningkatkan keberdayaan KTT, penyerapan tenaga kerja sesuai dengan budaya dan karakter masyarakat setempat. Pendistribusian bantuan ternak merupakan kesatuan program Bumi Sejuta Sapi (BSS) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan program pemerintah daerah KSB.

Program Bumi Sejuta Sapi (BSS) Provinsi Nusa Tenggara Barat

Program Bumi Sejuta Sapi (BSS) yang diluncurkan oleh pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dirancang sebagai program terobosan mengoptimalkan potensi budidaya sapi yang telah kuat mengakar di masyarakat NTB. Para peternak NTB didorong menjadi wirausaha yang tangguh mandiri dan cakap mengelolah potensi ternak. Penerapan teknologi diperkenalkan , penguatan kelembagaan dilakukan dan pendanaan diberikan. BBS lebih dari sekedar melipat gandakan jumlah populasi sapi menjadi satu juta ekor pada tahun 2011 tetapi yang mendasar bagaimana mendorong terjadinya perubahan cara pikir peternak.

Tantangan BBS adalah mendorong percepatan wirausaha sektor peternakan yang menyerap tenaga kerja dan menggerahkan sektor rill. Untuk mencapai sasaran strategis tersebut, BSS melakukan pembinaan dan dukungan baik kepada Kelompok Tani Ternak maupun peternak perorangan berupa: pembenahan manajemen dan penerapan teknologi, penguatan dan pengembangan kelembagaan, stimulus pembiayaan melalui APBN, APBD, perbankan, dan kerjasama luar negeri (ACIAR, JICA).

Sepanjang dua tahun berjalan, pengembangan dan peningkatan kelembagaan telah diberikan kepada 500 Kelompok Tani Ternak dalam bentuk distribusi paket sapi bibit, sapi pejantan, penjaringan betina produktif, stimulan kandang kolektif, program Sarjana Membangun Desa, dan pengembangan agribisnis Lembaga Mikro Mengakar di masyarakat (LM3), sepanjang 2009 saja untuk semua dukungan diatas, tak kurang terserap dana Rp. 30,3 Miliar, lalu pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp.39,2 Miliar.

Berdasarkan statistik sekitar 695 ribu ekor populasi ternak yang sekitar 83 persen atau 570 ribu ekor dipelihara masyarakat secara perorangan. Selebihnya sekitar 125,5 ribu ekor ditangani secara berkelompok tersebar di 1.394 kelompok, baik kelompok yang memperoleh pendampingan Sarjana Membangun Desa (SMD) maupun KTT pendampingan SMD.

Jumlah dan sumber anggaran BSS NTB 2009-2011 dari APBN selama tiga tahun mencapai Rp.133.317.050.000 dari APBD provinsi NTB sebanyak Rp.28.827.500.000 dan dari perbankan selama dua tahun terakhir Rp.95.236.000.000.

Tahapan pencapaian dari target populasi BSS dari semula 592.875 ekor menjadi 602.333 ekor (2009), 695.951 ekor menjadi 683.347 ekor (2010), dan

target 2011 sebanyak 780.724 ekor pencapaian belum diperoleh. Nantinya target 2012 sebanyak 892.832 sekor dan 2013 menjadi 1.032.507 ekor.

Capaian kinerja BSS tahun 2010 induknya yang semula ditargetkan 234.910 ekor terealisasi 271.373 ekor. Kelahiran pedet (anak sapi) dari target 199.673 ekor realisasinya 213.605 ekor. Kematian pedet13 persen, pemotongan betina produktif 15 persen. Adapun jumlah KTT dari target 1.174 kelompok terealisasi 1.394 kelompok yang memiliki anggota 34.850 orang dan ternaknya 125. 460 ekor. Ada 133 SMD yang mendampingi kelompok dan 37 lembaga Mikro Mengakar di Masyarakat (LM3)

Untuk program Bumi Sejuta Sapi langsung dilakukan distribusi ke Kelompok Tani Ternak tidak melalui pemerintah daerah, bantuan yang diberikan berupa uang tunai dan diberikan kewenangan kelompok yang kelola, tanpa adanya penyetoran bibit.

Program Pemerintah Sumbawa Barat

Dalam mendukung program BSS dari provinsi NTB Kabupaten Sumbawa Barat mengeluarkan Peraturan Bupati (Perbub) Nomor 16 Tahun 2012 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) pendistribusian ternak kepada masyarakat Kelompok Tani Ternak (KTT) sapi pedaging KSB tahun 2012. Perbup ini dimaksudkan meningkatkan populasi, mewujudkan ketahanan pangan hewani asal ternak dengan penyebaran ternak pada kawasan-kawasan potensial untuk pengembangan peternakan.

Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) memasang target, populasi sapi ditahun 2011 ini harus mencapai 45 ribu ekor, apalagi memproyeksikan jumlah populasi ternak menjadi salah satu program andalan pemerintah KSB dan pemerintah provinsi NTB. Jumlah populasi ternak pada tahun 2010 telah mencapai 41 ribu ekor. Melihat tingkat keseriusan para petani untuk terus mengembangkan populasi dan kesuburan sapi yang dipelihara memberikan keyakinan bahwa target itu akan dicapai. Disampaikan oleh “A” informan:

“…Jika melihat tingkat pertumbuhan tahun 2011 ini akan

diperkirakan mengalami peningkatan hingga 4 ribu ekor, atau akan tercapai target jumlah populasi ternak sapi tersebut dan Kalau dipersentasekan tingkat kelahiran ternak sapi mencapai 15 sampai 20 persen pertahun dari jumlah populasi yang ada sekarang. Kalau kita bisa mencapai jumlah ideal itu lebih cepat, setidaknya kita bisa berbangga karena telah ikut mensukseskan program provinsi Bumi

Sejuta Sapi (BSS)…”

Untuk mencapai proyeksi jumlah yang telah tetapkan, KSB tetap akan mengandalkan dari proses kelahiran. Daerah tidak akan sulit mencapai proyeksi tersebut dengan mengandalkan proses kelahiran. Sebab tingkat kelahiran ternak sapi di KSB termasuk dalam kategori produktif dengan jumlah kelahiran sekitar 800 ekor per bulannya.

Selain dari proses kelahiran, penambahan jumlah populasi ternak sapi di KSB juga akan didukung dengan kegiatan pengadaan. Untuk tahun ini, pemerintah daerah Kabupaten Sumbawa Barat telah mulai melakukan pendistribusian sekitar 2.070 ekor sapi kepada ratusan kelompok Tani Ternak. Di

mana 1.500 ekor dibiayai dari Dana Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat (DPPM) bekerjasama dengan PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) sementara sisanya dari APBD kabupaten dan bantuan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB.

Jika peternak di daerah mampu mempertahankan produktifitas ternak sapinya dengan asumsi terus mengalami peningkatan jumlah kelahiran, tidak menutup kemungkinan KSB akan mampu mencapai batas ideal populasi lebih cepat. Di mana berdasarkan hasil penelitian Universitas Mataram (Unram), populasi ideal (maksimal) ternak sapi di KSB sebanyak 90 ribu ekor.

Terkait jatah pengiriman ternak ke luar daerah, tahun 2011 KSB mendapat jatah sebanyak 2.300 ekor sesuai kebijakan Pemprov NTB. Dalam pengelolaannya, Pemda KSB sendiri mengatur jata tersebut dengan sistem kuota per bulan. Kalau dibagi 12 bulan, maka dari jatah itu peternak bisa mengirim sekitar 160 ekor per bulannya ke luar daerah. Dan itu tidak akan mengganggu peningkatan populasi ternak termasuk kegiatan untuk memenuhi konsumsi daging di dalam daerah juga tidak berpengaruh.

Program ini sudah di mulai dari tahun 2005 sampai saat ini, dalam kurun waktu tujuh tahun tersebut tercatat 48 Desa dari 56 Desa dan 8 (delapan) Kecamatan yang ada di KSB mendapatkan bantuan dari program ini. Selama dalam kurun waktu tujuh tahun tersebut pokok penyebaran distribusi terdiri dari jantan 440 ekor, betina 4104 ekor dengan total 4.544 ekot dan keadaan akhir inventarisasi pokok jantan 1.853 ekor, betina 2.253 ekor dengan total 4.130 ekor sedangkan turunan jantan 570 ekor, betina 815 ekor total 1385 ekor. Untuk itu total secara keseluruhan setelah ditambahkan dengan penyebaran distribusi adalah 5515 ekor. Rekapitulasi perkembangan bibit sapi di KSB pada tabel 4.

Tabel 4 . Rekapitulasi perkembangan bibit sapi di KSB

No Tahun

Pokok Keadaan akhir inventarisasi

Jum lah

Ket.

Penyebaran/distribusi Pokok Turunan

Jan tan Beti na To tal Jan tan Beti na To tal Jan tan Beti na To tal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 2005 15 135 150 9 97 106 65 91 156 262 2 2006 60 540 600 32 431 463 188 298 486 949 3 2007 78 702 780 49 552 601 17 386 603 1.204 4 2009 24 216 240 20 191 211 14 33 47 258 5 2009 36 0 36 32 0 32 84 0 0 116 Pengge mukan 6 2010 22 198 220 19 183 202 2 7 9 211 7 2010 5 0 5 2 0 2 0 0 0 2 Pengge mukan (3 Hilang) 8 2010 0 1.500 1.500 1.500 0 1.500 0 0 0 1.500 Stimulus Ekonomi 9 2011 67 603 670 67 603 670 0 0 0 670

10 2011 50 0 50 50 0 50 0 0 0 50 Pengge mukan 11 2012 0 210 210 0 210 210 0 0 0 210 12 2012 80 0 80 80 0 80 0 0 0 80 13 2012 3 0 3 3 0 3 0 0 0 3 Sub Total 440 4.104 4.544 1.863 2.267 4.130 570 815 1.385 5.515 T O T A L 4.544 4.130 1.385 5.515

Sumber Data : Cabang Dinas Peternakan Se-Kabupaten Sumbawa Barat

Implementasi Kebijakan Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten Sumbawa Barat

Program Bumi Sejuta Sapi

Program dari provinsi NTB ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program nasional yang ada dalam panduan peraturan menteri peranian tentang Swasembada Daging Sapi. Program diharapkan untuk menjawab ketergantungan impor daging sapi yang terus dilakukan sampai sekarang.

Implementasi dari program BSS juga dilakukan di Kabupaten Sumbawa Barat, dengan harapan pendistribusian ternak sampai ke daerah Kabupaten akan mencapai target dalam program BSS. Pendistribusian ternak kepada KTT sapi pedaging yang ada di daerah langsung diberikan kepada KTT sapi pedaging yang sudah memasukkan proposal pengajuan bantuan ternak.

Bantuan yang diberikan dalam bentuk uang tunai dan langsung dikirim ke nomor rekening KTT sapi pedaging. Uang yang telah diberikan selanjutnya digunakan untuk membeli sapi, masing-masing anggota KTT sapi pedaging mendapat 2 ekor sapi dengan harga satu ekor sebesar Rp. 5.000.000.

Dari tahapan yang dilakukan program BSS sangat diinginkan oleh masyarakat KTT yang ada di KSB, karena berbeda dengan tahapan yang ada didalam program pemberdayaan sapi pedaging di KSB. Tahapan program dengan bantuan tunai langsung dan bibit sapi yang diberikan sudah siap bunting sehingga pemeliharaan tidak perlu menunggu lebih lama untuk mendapatkan hasil. Penyetoran bibit juga tidak diatur oleh pemberi program pemberdayaan.

Keunggulan-keunggulan program BSS disatu sisi memberikan semangat kepada penerima bantuan tapi disisi lain membingunkan KTT sapi pedaging yang mendapatkan bantuan pemerintah daerah KSB yang begitu lebih sulit dari semua asfek. Kesulitan ini telah menunjukkan ketidakpastian program dan menciptakan kehilangan motivasi dari KTT sapi pedaging.

Monitoring dan pelaporan ternak sangat jarang dilakukan oleh pemerintah, sehingga program ini terkesan tidak serius dan hanya program hibah yang diberikan oleh provinsi. KTT sapi pedaging yang menerima bantuan ternak juga tidak dilakukan verifikasi data terlebih dahulu, penerima bantuan beberapa diantaranya bukan dari kalangan peternak dan ini memperlihatkan bagaimana program bisa berjalan dengan baik jika pendistribusian bantuan ternak tidak tepat sasaran.

Penerima bantuan ini terdapat seorang pebisnis dan juga beberapa orang yang bekerja sebagai penebang kayu dan bambu. Kesulitan yang dihadapi

nantinya adalah ketika peternak ini menggantungkan hidupnya di hutan dan digunung, maka dapat dibayangkan ternak yang diberikan tidak akan diurus sampai mereka pulang dari hutan/gunung dan kebanyakan ternaknya dilepas. Pertumbuhan dan kesehatan ternak akan menjadi kendala besar dalam hal ini, tidak heran kalau pemeliharaannya tidak maksimal. Seperti disampaikan “T” (informan)

“…kita memang paham dengan ternak, berurusan dengan ternak dan

punya ternak. Tetapi perlu diperhatikan masyarakat ini beternaknya seperti apa dulu, pemerintah harus lebih pintar memilih Kelompok

yang akan diberikan bantuan…”

Sampai akhir penelitian menunjukkan tidak ada perkembangan program BSS walaupun dengan sistem yang lebih diinginkan oleh masyarakat. Keetidakberhasilan disebabkan monitoring dan evaluasi yang tidak diperhatikan oleh pemberi program pemberdayaan.

Program BSS hanya diberikan kepada KTT sapi pedaging yang lebih dekat kepada pemberi progam dan bantuan program yang ada di desa Kalimantong cendrung karena politik. Program ini pada akhirnya tidak juga lebih baik dari program pemberdayaan pemerintah daerah.

Program Pemberdayaan KTT Sapi Pedaging Kabupaten Sumbawa Barat

Implementasi program pemberdayaan sapi pedaging di KSB masih jauh dari harapan masyarakat KTT, pelaksanaan tahapan program tidak sesuai dengan SOP yang ada didalam Perbup. Tahapan program pemberdayaan seringkali dilanggar untuk kepentingan tertentu.

Ketentuan-ketentuan dalam persyaratan calon penerima bantuan terkadang tidak semuanya dijalankan. Beberapa anggota yang mendapatkan bantuan sudah memiliki ternak sebelumnya dan penerima bantuan karena hubungan kedekatan (kenal baik). Kedekatan ini menyebabkan pendistrbusian ternak tidak sesuai dengan kebutuhan. Sangat penting dipastikan oleh pemerintah daerah lewat tim verifikasi, kalau yang menjadi calon penerima bantuan benar-benar yang membutuhkan.

Berdasarkan interview mendalam, terdapat 5 kali bantuan ternak dari tahun 2006-2013 di desa Kalimantong, Kelompok Saling Sakiki mendapatkan bantuan pada tahun 2006, Batu Putih tahun 2011, Marus Gama tahun 2012, Lang Aor tahun 2010 sementara Kelompok Staff Desa tahun 2013. Dari semua bantuan ternak ini, 2 (dua) diantaranya bantuan ternak dari Provinsi yaitu Kelompok Lang Aor dan Kelompok Staff Desa. Data bantuan sapi desa Kalimantong tahun 2006- 2013 pada tabel 5 .

Tabel 5. Data bantuan sapi di desa Kalimantong tahun 2006-2013

No Nama

Kelompok

Pokok Keadaan akhir

Ketarangan

Pokok Turunan

Jn Bt Total Jn Bt total Jn Bt Total

1 Saling Sakiki 3 27 30 2 19 21 8 19 48 Mati 10

2 Batu Putih 1 8 7 mati 1

3 Marus Gama 7 4 4 mati 3

4 Lang Aor 30 30 20 20 3 26 mati 10

5 Staf Desa 10 10 10 10

Sumber data: Diolah dari hasil interview mendalam

Pada tabel 5 menunjukkan pendistribusian ternak kepada KTT yang ada di desa Kalimantong, kelompok penerima bantuan ternak hanya yang punya akses dengan pemberi program. Anggota kelompok bisa berada di kelompok lain dan mendapatkan bantuan lebih dari sekali. Kelemahan pada verifikasi data KTT ikut memberikan penentu ketidaktepatan program pemberdayaan di daerah.

Pelaksanaan kebijakan ini harus melibatkan semua pihak dan merata, kondisi ini bisa menimbulkan ketidakpercayaan kepada pemerintah. Masyarakat Kelompok Tani Ternak yang mendapatkan bantuan program masih ada yang tidak tepat guna dan sesuai dengan maksud yang ditetapkan, masyarakat yang tidak punya akses atau kelompok yang lebih membutuhkan tidak mendapatkan pendistribusian ternak.

Kelemahan pemberi program dari level atas sampai dengan level paling bawah menggambarkan sistem pendistribusian bantuan ternak tidak mengikuti ketentuan yang ada. Kelemahan ini membuat program pemberdayaan hanya sekedar kewajiban dari intstansi terkaiat dan hanya sebagai kegiatan rutin tanpa pertanggungjawaban.

Selain banyaknya tahapan psndistribusian bantuan ternak yang menjadi perhatian KTT, system penyetoran bibit sapi juga dianggap paling memberatkan. Jika penyetoran ini diatur sebaik mungkin tentu akan memberikan dampak lebih baik tetapi sekarang sangat memberatkan juga tidak ada kejelasan kemana sebenarnya bibit sapi harus diberikan dan apa tindakan berikutnya bagi yang sudah melakukan penyetoran dan yang belum melakukan penyetoran.

Dari hasil observasi dilapangan, tidak rutinnya petugas dinas yang datang melakukan monitoring dan evaluasi, menyebabkan Kelompok Tani Ternak kesulitan melakukan konsultasi ketika ternak dalam kondisi sakit, kedatangan dinas biasanya hanya ada ketika akan dilakukan penyetoran bibit. Dalam pelaksanaan yang ada di lapangan sangat sulit menjumpai petugas peternakan dilapangan, Akibat kurangnya kontrol seperti ini, banyak KTT melakukan pengobatan sendiri dan terkadang banyak menggunakan obat-obat tradisional. sangat jarang petugas datang melihat atau memeriksa ternak, hanya kita yang melapor ke Dinas, itupun belum tentu langsung untuk di cek. Disamping itu program pemberdayaan masyarakat Kelompok Tani Ternak ini seharusnya memperhatikan kondisi musim ketika akan melakukan pendistribusian ternak.

Untuk itu perlu dilakukan evaluasi terhadap kreteria kebijakan di bidang peternakan yang ada di KSB pada tabel 6.

Tabel 6: Evaluasi terhadap kreteria kebijakan di bidang peternakan KSB

No Tipe Kriteria Pertanyaan Evaluasi

1. Efektifitas Apakah kebijakan Bupati Sumbawa Barat dalam Pemberdayaan KTT sudah mencapai hasil yang diinginkan

- Belum memuaskan

masyarakat karena program dari Pemda tanpa keterlibatan KTT

2 Responsivitas Apakah model pemberdayaan KTT tersebut sudah memuaskan masyarakat desa

Kalimantong dan Bupati Sumabawa Barat

- Kebaikan dari program ini hanya mampu meningkatkan partisipasi masyarakat membuat KTT sekedar mendapat bantuan 3 Perataan Apakah Program

Pemberdayaan KTT tersebut sudah dinikmati oleh masyarakat desa Kalimantong

- Ada 5 KTT yang mendapat bantuan dengan system yang berbeda

- Peningkatan taraf hidup masih belum maksimal bahkan sangat minim

4 Ketepatan Apakah hasil dari kebijakan Pemberdayaan KTT di desa Kalimantong sudah tepat untuk

membantu mengurangi kesenjangan ekonomi masyarakat

- KTT yang menerima bantuan tergantung kedekatan dan akses

- Belum dapat mengurangi kesenjangan ekonomi dengan lingkungan sekitar 5 Pemberdayaa ndan Partisipasi - Bagaimana pemberdayaan KTT Desa Kalimantong - Apakah KTT Desa Kalimantong dilibatkan atau dijadikan tujuan pemberdayaan dari program Bupati Sumbawa Barat

- Pelatihan atau pembianaan dan pendampingan KTT desa Kalimantong dilakukan seadanya

- Peningkatan KTT di desa Kalimantong

Sumber data: Diolah dari wawancara mendalam

Pendistribusian ternak adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dalam rangka memacu peningkatan populasi ternak dan upaya mewujudkan ketahanan pangan hewani asal ternak, melalui penyebaran bantuan ternak kepada masyarakat KTT sapi pedaging, melalui penyebaran bantuan ternak kepada masyarakat KTT yang pendanaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Sumbawa Barat

Kegiatan pendistribusian ternak dijelaskan lebih rinci didalam Standar Operasional Prosedur (SOP) dimana serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan

mengenai berbagai proses penyelenggaraan kegiatan, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan

Data perkembangan sapi penggemukan masing-masing Kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat dari tahun 2005-2011 pada tabel 7.

Tabel 7. Perkembangan sapi penggemukan masing-masing Kecamatan di KSB tahun 2005 – 2011

No. Nama kelompok

Pokok Keadaan akhir inventarisasi

Jmlh. Penam bahan (%) Penyebaran/distribus

i Pokok Turunan

Jn Bt Total Jn Bt Total Jn Bt Total

1 Kec. Brang Ene 19 156 175 10 120 130 39 65 104 234 59 33.71 2 Kec. Brang Rea 67 530 597 53 467 520 58 150 208 728 131 21.94 3 Kec. Taliwang 123 823 946 106 731 837 204 213 417 1254 308 32.59 4 Kec. Seteluk 57 370 427 39 325 364 141 183 324 688 261 61.12 5 Kec. Sekongkang 15 108 123 12 73 85 18 29 47 132 9 7.32 6 Kec. Maluk 5 45 50 3 33 36 21 18 39 75 25 50.00 7 Kec. Jereweh 33 235 268 23 193 216 49 90 139 355 87 32.46 8 Kec. Poto Tano 26 90 116 18 79 97 30 58 88 185 69 59.48

Sumber Data : Cabang Dinas Peternakan Se-Kabupaten Sumbawa Barat 2005-2012

Adapun maksud, tujuan dan sasaran ditetapkannya SOP ini adalah acuan dalam pelaksanaan kebijakan dan kegiatan yang dilasanakan oleh dinas yang membidangi peternakan dalam rangka pendistribusian ternak kepada masyarakat KTT penerima bantuan di Kabupaten Sumbawa Barat

Tujuan kegiatan pendistribusian ternak kepada KTT adalah dalam rangka: 1. Memberdayakan masyarakat yang tergabung dalam KTT agar menjadi

peternak yang lebih produktif dan berhasil sehingga dapat menjadikan taraf hidup mereka menjadi lebih baik dan sejahtera;

2. Meningkatkan peran serta masyarakat KTT dalam menciptakan akselerasi dan mendukung upaya perluasan kesempatan tenaga kerja bertambahnya penyerapan tenaga kerja sebagai dampak dari bertambahnya populasi dan produksi ternak;

3. Meningkatkan populasi ternak melalui pemberdayaan KTT dalam rangka mendukung program Bumi Sejuta Sapi (BSS) di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan program Swasembada Daging Sapi

Sasaran pendistribusian tenak ini sendiri adalah, 1) Masyarakat Kelompok Tani Ternak yang telah memenuhi persyaratan berdasarkan hasil verifikasi dari tim verifikatur yang mempunyai kewenangan untuk itu, 2) Anggota KTT yang masih produktif dalam beternak.

Calon Penerima dan Calon Lokasi

Untuk mendapatkan bantuan ternak KTT calon penerima bantuan ternak harus memenuhi persayaratan yang telah ditetapkan pemeritah dalam hal ini dinas yang membidangi peternakan selaku pelaksana kegiatan yaitu:

1. Berasal dari keluarga yang belum memiliki dan atau yang sudah memiliki potensi lahan untuk kepentingan pengembangan peternakan;

2. Telah mengajukan proposal secara berkelompok dan telah sesuai dengan pedoman umum dan petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh dinas yang membidangi peternakan Kabupaten Sumbawa Barat;

3. KTT calon penerima bantuan ternak telah mendapatkan pembinaan dari penyuluh lapangan dan atau dari petugas peternakan;

4. KTT calon penerima bantuan ternak telah memiliki struktur kepengurusan dan administrasi kelompok sesuai syarat yang ditetapkan;

5. KTT calon penerima bantuan ternak bersedia memilihara ternak berdasarkan arahan dan bimbingan pengurus setempat;

6. Bersedia untuk dibina dan dibimbing oleh petugas teknis peternakan baik petugas penyuluh lapangan, pimpinan peternakan Kecamatan, paramedis maupun dokter hewan dan petugas inseminasi buatan secara berkelanjutan; dan

7. Calon penerima bantuan bukan dari kalangan PNS, TNI/POLRI, Pegawai Honorer Daerah, Pegawai Kontrak dan Pegawai Sukarela serta tidak sedang terikat dengan kedinasan ataui mengabdi pada instansi Pemerintah. Untuk mendapatkan bantuan ternak masyarakat KTT calon lokasi penerima bantuan ternak harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan pemerintah dalam hal ini dinas yang membidangi peternakan selaku leading sektor pelaksana kegiatan, dengan ketentuan,1) Masyarakat KTT telah memiliki fasilitas seperti, balai pertemuan, kandang kumpul, kandang jepit, papan nama kelompok dan buku admistrasi kelompok, 2) Memiliki lahan untuk menanam hijauan makan ternak, 3) Berdomisili dalam satu Desa/Kelurahan dan atau satu hamparan usaha tani dan telah menjadi penduduk tetap di kabupaten Sumbawa Barat yang dibuktikan dengan kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP) para anggota KTT, 4) Memiliki denah lokasi tempat KTT mengembangkan peternakannya yang dikeluarkan oleh desa/kelurahan atau camat setempat, 5) Anggota KTT membuat surat pernyataan lokasi kesedian untuk menyiapkan kandang kumpul untuk tenak.

Calon lokasi penerima bantuan sangat berat disiapkan oleh peternak, kecuali pemerintah juga memberikan bantuan, semua perlengkapan pemeliharaan ini tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit sementara masyarakat KTT ini adalah masyarakat yang dinilai tidak mampu. Kalaupun ada kandang dan fasilitas yang lain jauh dari tempat pemeliharaan. Hal ini yang membuat KTT lebih senang memelihara ternak sendiri-sendiri.

Seleksi dan Verifikasi Serta Tata Cara Pendistribusian Ternak

Seleksi dan Verifikasi terhadap KTT penerima bantuan ternak dilaksanakan oleh tim verifikasi dengan cara, 1) Dinas yang membidangi peternakan selaku pelaksanaan teknis kegiatan melakukan pendataan dan rekapitulasi terhadap proposal yang diajukan oleh masyarakat KTT penerima bantuan tenak, 2) Tim seleksi dan verifikasi selanjutnya melakukan seleksi administrasi berdasarkan ketentuan atau persyaratan yang telah ditetapkan serta melakukan peninjauan lapangan, 3) Tim seleksi kemudian menetapkan hasil seleksi terhadap KTT penerima bantuan ternak yang telah memenuhi syarat dalam bentuk penandatanganan lembar verifikasi oleh anggota oleh tim di masing-masing wilayah tempat KTT ternak berdomisili. Seleksi dan verifikasi terhadap KTT yang

dianggap memenuhi syarat diputuskan sebagai KTT penerima bantuan ternak yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati

Pendistribusian ternak kepada KTT penerima bantuan ternak dilakukan dengan cara,1) Ternak yang telah disiapkan pihak penyedia barang/jasa akan dilakukan pemeriksaan/pemgujian ternak oleh panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan dari dinas yang membidangi peternakan Kabupaten Sumbawa Barat, 2) Ternak yang telah diperiksa/diuji dan telah dianggap memenuhi persyaratan serta dapat diterima oleh panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan sekanjutnya akan didistribusikan oleh pihak penyedia barang/jasa bersama dengan pimpinan peternakan Kecamatan kepada KTT penerima bantuan ternak, 3) Pimpinan petenakan Kecamatan selaku pejabat yang mewakili dinas membidangi peternakan kemudian menyerahkan ternak kepada KTT penerima bantuan tenak yang disaksikan kepala Desa/Lurah setempat disertai bukti penandatanganan berita acara serah terima barang/ternak dan disaksikan dan ditandaatangani oleh ketua KTT dan pimpinan peternakan Kecamatan setempat, 4) Masyarakat KTT

Dokumen terkait