• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : LAPORAN KASUS

F. Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada tanggal 2 April 2012 jam 14.00 WIB, dengan menggunakan metode SOAP, hasil dari subjektif (S) ibu An.F mengatakan An.F buang air besar kurang lebih 8 kali per shift dengan jumlah 10 cc setiap buang air besar, warna kehijauan, cair, lendir dan bercampur darah. Objektif (O) klien tampak lemas, rewel dan menangis, muntah 3 sampai 4 kali per shift, Hb 10,9 gr/dl, balance cairan 38 cc. Analisa (A) masalah belum teratasi, dengan Planing (P) intervensi dilanjutkan: pantau warna, frekuensi, jumlah kehilangan cairan, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada tanggal 3 April 2012 jam 14.00 WIB, dengan menggunakan metode SOAP, hasil Subjektif (S) ibu An.F mengatakan An.F buang air besar kurang lebih 12 kali dengan konsistensi masih encer, berlendir bercampur darah dan warna kehijauan. Obyektif (O) An.F menangis, sudah tidak muntah, balance cairan -49 cc. Analisa (A) masalah belum teratasi, dengan Planning (P)

16

intervensi dilanjutkan: pantau warna, jumlah, frekuensi kehilangan cairan, pantau status hidrasi, kaji intake pada pasien.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada tanggal 4 April 2012 jam 14.00 WIB, dengan menggunakan metode SOAP, hasil Subjektif (S) ibu An.F mengatakan An.F buang air besar 10 kali dengan buang air besar masih encer, lendir, bercampur darah dan warna kehijauan. Obyektif (O) An.F Nampak rewel dan menangis, balance cairan -79 cc. Analisa (A) masalah belum teratasi, Planning (P) intervensi dilanjutkan:

pantau warna, jumlah, frekuensi kehilangan cairan, pantau status hidrasi, laporkan dan catat haluaran kurang dan lebih, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.

17

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Bab ini penulisakan membahas tentang “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Volume Cairan An.F dengan Gastroenteritis Akut di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar”. Prinsip dari pembahasan ini dengan memfokuskan kebutuhan dasar manusia di dalam asuhan keperawatan.

Gastroenteritis Akut atau sering dikenal dengan diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu (Pusponegoro, 2004 : 49). Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (lebih dari 3 kali per hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan / tanpa darah dan / lendir (Suraatmaja, 2007 : 1).

Penyebab utama gastroenteritis akut adalah virus (rotavirus, adenovirus enterik, Norwalk-virus, dan lain-lain), bakteri atau toksinnya (Compyclobacter, Salmonella, Shigella, Escericia colli, Yersinia) (Wong, 2004 : 492). Serta parasit (Giardia lamblia, Cryptosporidium) Patogen-patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel (Cecily L.betz, 2002 : 155). Selain itu diare dapat juga disebabkan oleh malabsorbsi makanan, keracunan makanan (Harianto, 2004 : 28).

18

Pasien dengan diare akan timbul gejala mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet (Ngastiyah, 2005 : 225). Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi mulai timbul: membran mukosa kering, turgor kurang, ubun-ubun besar dan cekung ( Pusponegoro, 2004 : 50).

Gejala diare yang timbul pada An.F adalah tinja cair yang disertai dengan lendir dan darah, menunjukkan adanya disentri basiller, jadi di dalam tinja terdapat infeksi bakteri golongan Shigella yang menjadi penyebab disentri basiler (Anonim, 2012).Melihat hal tersebut seharusnya dilakukan pemeriksaan tinja, tetapi selama penulis melakukan pengkajian 3 hari tidak dilakukan pemeriksaan tinja dari pihak rumah sakit. Selain yang disebutkan di atas gejala diare yang muncul pada An.F adalah warna tinja kehijauan dengan frekuensi buang air besar kurang lebih 8 kali per shift, muntah 3 sampai 4 kali per shift, membran mukosa kering, An.F terlihat menangis, conjungtiva anemis, hemoglobin 10,9 gr/dl.

Dari hasil pengkajian pasien, penulis merumuskan masalah keperawatan kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Masalah keperawatan kurang volume cairan tersebut lebih diprioritaskan penulis dari beberapa masalah keperawatan yang muncul pada pasien. Alasan penulis memprioritaskan masalah kurang volume cairan karena

19

kurang volume cairan yang dirasakan pasien merupakan salah satu masalah kebutuhan dasar manusia, dimana kurang volume cairan tersebut lebih terdahulu untuk diatasi, jika tidak segera diatasi akan menyebabkan kematian yang dikarenakan tubuh banyak kehilangan air yang disebut dengan dehidrasi.

Dehidrasi yang sering terjadi pada penderita diare karena usus bekeja tidak sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya dibuang bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan (Harianto, 2004 : 28). Pada dasarnya kurang volume cairan adalah suatu gejala subyektif yang kompleks berupa status dehidrasi yang tidak menyenangkan.

Menurut (Iqbal, 2008 : 70) air menyusun 75 % dari berat badan bayi dan cairan total tubuh pada bayi adalah 80 % (Mary, E, 2005 : 107). Rumus kebutuhan cairan pada bayi dengan berat badan kurang dari 10 kg, cairan tubuh yang diperlukan adalah 100 ml per kgbb.Bayi dengan berat badan 10 sampai 20 kg maka kebutuhan cairan tubuh adalah 1000 ml per kgbb. Bayi dengan berat badan lebih dari 20 kg maka kebutuhan cairan tubuh 1500 ml per kgbb pada 20 kg pertama. Jadi, kebutuhan cairan pada pasien dengan berat badan 7.8 kg adalah 780 ml. Cairan sangat diperlukan oleh tubuh. Dari kasus diare banyak ditemukan bahwa output lebih besar daripada input sehingga hasilnya negatife. Tubuh akan mengalami kekurangan volume cairan dan dapat menyebabkan dehidrasi, oleh karena itu dalam kasus diare memerlukan pemantauan atau observasi yag maximal. Melihat hal tersebut maka penulis melakukan pemantauan selama 3 kali 24 jam dalam intervensi keperawatan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan volume cairan. Hal ini dilakukan

20

untuk mengurangi angka kejadian dehidrasi yang akan menyebabkan pada kematian.

Dengan ditegakkannya diagnosa keperawatan kurang volume cairan, penulis merencanakan tindakan untuk mengatasi kurang volume cairan pada pasien yaitu pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan, pantau status hidrasi (kelembaban, membrane mukosa, keadekuatan nadi), kaji intake pada pasien, laporkan dan catat haluaran kurang dan lebih, tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam hitung asupan yang diinginkan, Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat. Penulis melakukan tindakan keperawatan masih belum sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya untuk menangani masalah kurang volume cairan pada pasien sehingga pemenuhan kebutuhan volume cairan pasien belum terpenuhi.

Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan oleh penulis adalah memantau jumlah, warna, dan frekuensi kehilangan cairan, mengkaji intake pada pasien, memberikan terapi obat sesuai dengan advis dokter.

Penulis tidak mencantumkan 3 intervensi yang seharusnya di masukkan dalam implementasi yang telah disusun sebelumnya. Intervensi tersebut adalah tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam hitung asupan yang diinginkan, alasan intervensi ini tidak dimasukkan ke dalam implementasi karena penulis dalam melakukan pengkajian hanya dalam waktu 8 jam ( shift pagi ) sehingga jika dipantau dalam 24 jam tidak sesuai dengan waktu pengkajian dan tidak akan mendapatkan data yang valid, oleh karena itu harus dibutuhkan observasi untuk pendelegasian kepada pihak rumah sakit.

21

Intervensi yang kedua adalah laporkan dan catat haluaran kurang dan lebih, alasan intervensi ini tidak dimasukkan dalam implementasi karena dalam hal ini penulis lebih memfokuskan pada perhitungan balance cairan, sehingga penulis mengutamakan implementasi yang berkaitan dengan pemantauan jumlah, warna, dan frekuensi kehilangan cairan.Intervensi ketiga yang tidak dilakukan adalah pantau status hidrasi seperti kelembaban, membran mukosa, keadekuatan nadi, alasan intervensi ini tidak dimasukkan dalam implementasi adalah keterbatasan penulis dalam melakukan pendokumentasian keperawatan sesuai dengan teori yang ada.

Setelah melakukan tindakan keperawatan selama tiga hari, penulis mengevaluasi keadaan pasien setiap hari dan hasilnya kurang volume cairan pada pasien belum teratasi, karena dalam waktu pengkajian selama tiga hari pasien masih menunjukkan buang air besar kurang lebih 10 kali dan tinja masih terdapat darah dan lendir.

Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat memberikan informasi kepada pihak lain sehingga dapat memperluas pengetahuan tentang penyakit gastroenteritis akut. Penulis menyadari masih mempunyai banyak kekurangan, tetapi dengan kekurangan tersebut penulis mendapatkan masukan dari pihak lain sehingga penulis mampu melengkapinya dan menjadikan lebih sempurna serta dapat dijadikan pembelajaran bagi penulis.

22

B. Simpulan

Berdasarkan apa yang telah penulis dapatkan dalam laporan kasus dan pembahasan pada asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan volume cairan pada An.F dengan Gastroenteritis Akut di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar, maka penulis mengambil kesimpulan :

Pengkajian yang didapat pada An.F pada tanggal 2 April 2012 secara subjektif ibu An.F mengatakan An.F diare dan frekuensi buang air besar kurang lebih 8 kali per shift, cair, berlendir, bercampur darah, warna kehijauan dan muntah 3 sampai 4 kali per shift. Secara objektif pasien tampak pucat, sering menangis, turgor kulit lambat (kurang dari 2 detik), balance cairan 38 cc, Hemoglobin 10,9 gr/dl, conjungtiva anemis. Maka penulis mengambil diagnosa keperawatan kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif .

Intervensi keperawatan untuk diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif adalah pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan, kaji intake pada pasien, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.Implementasi yang sudah dilakukan oleh penulis adalah memantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan, mengkaji intake pada pasien, mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat seperti cefotaxim, L-Bio, dan zinc.

Evaluasi hari terakhir pada tanggal 4 April 2012 didapatkan data Subjektif (S) ibu An.F mengatakan An.F buang air besar 10 kali dengan buang air besar masih encer, lendir, bercampur darah dan warna kehijauan.

23

Obyektif (O) An.F menangis, balance cairan -79 cc. Analisa (A) masalah belum teratasi, Planning (P) intervensi dilanjutkan: pantau warna, jumlah, frekuensi kehilangan cairan, pantau status hidrasi, laporkan dan catat haluaran kurang dan lebih, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan saran antara lain :

a. Bagi Institusi pelayanan kesehatan

Diharapkan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan, khususnya pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan volume cairan.

b. Bagi Tenaga kesehatan khususnya perawat

Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien agar lebih maximal khususnya pada pasein dengan pemenuhan kebutuhan volume cairan agar melakukan observasi maximal pada pemeriksaan fisik seperti turgor kulit diperut untuk melihat tanda dan gejala dari dehidrasi.

c. Bagi Institusi pendidikan

Diharapkan dengan mengetahui kasus pemenuhan kebutuhan volume cairan dapat dijadikan refrensi dan daftar kepustakaan.

24

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012.Penyakit Disentri. http://obatpropolis.com/penyakit-disentri Di akses tanggal 25 April 2012

Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC Doengoes, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Gunardi Hartono, Tehuteru Edi S, Kurniati Nia. dkk. 2011. Kumpulan Tips Pediatrik. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia

Lannywati, ghani. 2011. Faktor-faktor risiko diare persisten pada anak balita.

http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/lannywati_ghani.pdf Di akses tanggal 9 April 2012

Harianto. 2004. Penyuluhan Penggunaan Oralit Untuk Menanggulangi Diare Di Masyarakat. Departement Farmasi. FMIPA Universitas Indonesia.Jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2004/v0in0i/Harianto010104.pdf Di akses tanggal 13 April 2012

Herdman, T Heather. 2011. Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta: EGC Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Jakarta:

Salemba Medika

Ishak Syafie, Ismail Djauhar, Wilopo Siswanto Agus. 2005. Berita Kedokteran Masyarakat.Yogyakarta

Kasim, Fauzi.2010/2011.ISO INDONESIA Volume 45. Jakarta: PT.ISFI

Mubarak, Wahid Iqbal. 2008. Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan elektrolit.

Jakarta: EGC

Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik.Jakarta : EGC Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC

Pusponegoro Hardiono D, Hadinegoro Sri Rezeki S, Firmanda Dody. 2004.

Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi 1.Jakarta: Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia

Rahmawati Elfi, Padmawati Ratna Siwi, Widyatama Rendra. 2008. Analisis Kebutuhan Program Pencegahan Diare Pada Anak Berusia Di Bawah Dua Tahun Volume 24.Yogyakarta

Suraatmaja, Sudrajat. 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: CV Sagung Seto

Wilkonson, Judith. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 7.Jakarta.:

EGC

Wong Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Dokumen terkait