• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN VOLUME CAIRAN PADA AN.F DENGAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI RUANG MELATI RSUD KARANGANYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN VOLUME CAIRAN PADA AN.F DENGAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI RUANG MELATI RSUD KARANGANYAR"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN VOLUME CAIRAN PADA AN.F DENGAN

GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI RUANG MELATI RSUD

KARANGANYAR

DI SUSUN OLEH :

ESTANTI NURUL ARINI NIM.P.09074

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2012

(2)

i

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN VOLUME CAIRAN PADA AN.F DENGAN

GASTROENTERITIS AKU T (GEA) DI RUANG MELATI RSUD

KARANGANYAR

KaryaTulisIlmiah

UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratan

DalamMenyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

ESTANTI NURUL ARINI NIM.P.09074

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2012

(3)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ESTANTI NURUL ARINI

NIM : P.09074

Program Studi : DIII KEPERAWATAN

Judul Karya Tulis Ilmiah :ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN VOLUME CAIRAN PADA AN.F DENGAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI RUANG MELATI RSUD

KARANGANYAR

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabiladi kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.

(4)

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : ESTANTI NURUL ARINI

NIM : P.09074

Program Studi : DIII KEPERAWATAN

Judul :ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

VOLUME CAIRAN PADA AN.F DENGAN

GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI RUANG MELATI RSUD KARANGANYAR

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : STIKes Kusuma Husada

Hari/ Tanggal : Jum’at, 27 April 2012

Pembimbing: MushlihahMulianaUtami, S.Kep.,Ns( )

NIK.201187086

(5)

iv

HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : ESTANTI NURUL ARINI

NIM : P.09074

Program Studi : DIII KEPERAWATAN

Judul :ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

VOLUME CAIRAN PADA AN.F DENGAN

GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI RUANG MELATI RSUD KARANGANYAR

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : STIKes Kusuma Husada Hari/Tanggal : Jum’at 4 Mei 2012

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Mushlihah Muliana Utami, S.Kep.,Ns ( ) NIK.201187086

Penguji II :Diyah Ekarini, S.Kep.,Ns ( ) NIK.20017900

Penguji III :Tyas Ardi Suminarsis, S.Kep.,Ns ( ) NIK.201185077

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Setiyawan, S.Kep.,Ns NIK.201084050

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN VOLUME CAIRAN PADA AN. FDENGAN

GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI RSUD KARANGANYAR”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program studi DII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Mushlihah Muliana Utami, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

4. Diyah Ekarini, S.Kep.,Ns selaku dosen pengujiyang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan

(7)

vi

nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

5. Tyas Ardi Suminarsis, S.Kep.,Ns selaku dosen pengujiyang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

7. Kedua orangtuaku tercinta, yang selalu menjadi inspirasi, memberikan dukungan, semangat, dan do’a untuk menyelesaikan pendidikan.

8. Dekki Kustiyanto yang selalu memberikan dukungan, semangat dan do’a untuk menyelesaikan studi kasus ini.

9. Teman-teman Mahasiswa Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin

Surakarta, April 2012

Penulis

(8)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Tujuan Penulisan ... 5

C. Manfaat Penulisan ... 6

BAB II : LAPORAN KASUS A. Identitas Klien ... 8

B. Pengkajian ... 9

C. Perumusan Masalah Keperawatan ... 12

D. Perencanaan Keperawatan ... 12

E. Implementasi Keperawatan ... 13

F. Evaluasi Keperawatan ... 15

BAB III : PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan ... 17

(9)

viii

B. Simpulan ... 22 C. Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Asuhan Keperawatan

Lampiran 2 : Log Book

Lampiran 3 : Format pendelegasian pasien

Lampiran 4 : Surat keterangan selesai pengambilan data

Lampiran 4 : Lembar konsultasi karya tulis ilmiah

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare masih banyak terjadi di dunia dan menyebabkan 4 % kematian anak pada tahun 2009, Di Indonesia angka morbiditas diare pada anak mencapai 60 % sampai 80 % dan setiap anak mengalami diare rata- rata 1,6 sampai 2 kali setahun dengan kematian rata-rata 3,4 per mil per tahun pada balita dan 12,7 per mil per tahun pada bayi. Kasus diare pada bayi menduduki tempat kedua atau 11 % setelah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) sebagai penyebab kematian (Ishak, 2005 : 156).

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan.

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia karena masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik merupakan salah satu penyakit infeksi dan penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak balita (Rahmawati, 2008 : 111).

Hasil penelitian menunjukkan umur anak balita merupakan faktor resiko diare. Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian terdahulu yang menyatakan sebagian besar diare terjadi pada anak di bawah usia 2 tahun.

Apabila dirinci lebih lanjut angka tertinggi terdapat pada usia 6 sampai 11 bulan kemudian anak usia 18 sampai 23 bulan (Ghani, 2011 : 4).

Dari pencatatan dan pelaporan yang ada, baru sekitar 1,5 sampai 2 juta penderita peyakit diare yang berobat rawat jalan ke sarana kesehatan

(12)

2

pemerintah. Jumlah ini adalah sekitar 10 % dari jumlah penderita yang datang berobat untuk seluruh penyakit, sedangkan jika ditinjau dari hasil survey rumah tangga diantara 8 penyakit utama, prosentase peyakit diare yang berobat sangat tinggi, yaitu 72 % dibandingkan 56 % untuk rata-rata penderita seluruh penyakit yang memperoleh pengobatan (Suraatmaja, 2007 : 1).

Gastroenteritis atau sering dikenal dengan diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah (Alimul, 2006 : 12).

Penyebab tersering diare pada anak adalah infeksi saluran cerna dan data epidemologi memperlihatkan bahwa rotavirus dan bakteri adalah penyebab tersering. Rotavirus ditemukan pada 60 % anak dan bakteri (E.coli dan salmonella) pada 20 % anak berumur di bawah 3 tahun dengan diare akut tanpa dehidrasi dan dehidrasi ringan sedang (Gunardi, 2011 : 64).

Gambaran klinis dari diare, mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.Tinja cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam

(13)

3

laktat yag berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi mulai timbul (Ngastiyah, 2005 : 225).

Pendekatan awal diare akut adalah menentukan derajat dehidrasi.

Sedangkan tujuan utama terapi adalah mencegah dehidrasi, mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi), dan mencegah gangguan nutrisi (Gunardi, 2008 : 66).

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dehidrasi dapat di katagorikan menjadi 3 antara lain tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan sedang, dehidrasi berat. Pada diare tanpa dehidrasi, anak tampak sadar, kelopak mata tidak cekung, bibir dan lidah basah, turgor kulit kembali dengan cepat, dalam hal ini dapat diberikan larutan oralit sebanyak 5 sampai 10ml per kgBB. Pada dehidrasi ringan sedang ditemukan tanda mata cekung, anak gelisah atau rewel, haus minum dengan lahap, cubitan kulit perut kembali dengan lambat. Pada keadaan ini anak harus mendapatkan larutan oralit sebanyak 75 ml per kgBB yang diberikan selama 3 jam dengan memantau kemajuan hidrasi. Pada dehidrasi berat, anak terlihat tidak sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas minum, cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat. Pada keadaan ini anak harus dirawat di rumah sakit dan mendapatkan cairan 100cc/kgBB selama 6 jam pada bayi berumur di bawah 12 bulan dan 3 jam pada anak berumur di atas 12 bulan.

(Suraatmaja, 2007 : 8).

(14)

4

Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh.Air menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Air menyusun 75 % berat badan bayi, 70 % berat badan pria dewasa, dan 55 % tubuh pria lanjut usia, 10 % dalam tubuh wanita (Iqbal, 2008 : 70).

Pada bayi cairan total tubuh adalah 80% berat badan, pada usia 3 tahun cairan total tubuh adalah 65 % berat badan, dan pada usia 15 tahun cairan total tubuh adalah 60 % berat badan. Cairan total tubuh terdiri atas cairan dan elektrolit yang didistribusikan diantara kompartemen cairan ekstraseluler dan intraselular. Cairan intraselular (CIS) mencakup seluruh cairan didalam dinding sel, kalium merupakan elektrolit utama CIS.

Cairan ekstraseluler (CES) mencakup semua cairan yang berada di luar dinding sel (misal: plasma, limfe, dan cairan serebrospinal) natrium merupakan elektrolit utama CES (Mary, E, 2005 : 107).

Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa defisit volume cairan, dalam hal ini merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ekstrasel, namun proporsi antara keduanya (cairan dan elektrolit) mendekati normal.Kondisi ini dikenal dengan hipovolemia.Pada keadaan ini, tekanan osmotic mengalami perubahan sehingga cairan interstisial masuk ke ruang intravaskuler. Akibatnya ruang interstisial menjadi kosong dan cairan

(15)

5

intrasel masuk ke ruang interstisial sehingga mengganggu kehidupan sel (Iqbal, 2008 : 77).

Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa perubahan.Diantaranya adalah penurunan volume ekstrasel (hipovolemia) dan perubahan hematokrit. Pada dasarnya kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti kurangnya asupan cairan, tingginya asupan pelarut (protein dan klorida atau natrium) yang dapat menyebabkan ekskresi urine berlebih, berkeringat banyak dalam waktu yang lama (Iqbal, 2008 : 77).

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang pemenuhan kebutuhan volume cairan pada An.F dengan gastroenteritis akut atau diare di bangsal Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum

Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan volume cairan pada An.F dengan gastroenteritis akut di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan volume cairan pada pasien dengan gastroenteritis akut di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

(16)

6

b. Penulis mampu merumuskan diagosa keperawatan pemenuhan kebutuhan volume cairan pada pasien dengan gastroeteritis akut di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan volume cairan pada pasien dengan gastroenteritis akut di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pemenuhan kebutuhan volume cairan pada pasien dengan gastroenteritis akut di Rumah Sakit Umum Daerah Karanranyar.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pemenuhan kebutuhan volume cairan pada pasien dengan gastroenteritis akut di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

f. Penulis mampu menganalisa kondisi pemenuhan kebutuhan volume cairan yang terjadi pada pasien dengan gastroenteritis akut di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis

Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan stadart asuhan keperawatan untuk pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan masalah khususya dalam bidang/profesi keperawatan.

(17)

7

2. Bagi Institusi

Sebagai bahan kepustakaan dan perbandingan pada penanganan kasus pemenuhan kebutuhan volume cairan di lapangan dan dalam teori.

3. Bagi Pelayanan Kesehatan

Agar dapat mengaplikasikan teori keperawatan ke dalam praktik pelayanan kesehatan di rumah sakit.

(18)

8

BAB II

LAPORAN KASUS

Bab ini penulis akan membahas proses keperawatan pada asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 2 April 2012 di ruang Melati RSUD Karanganyar. Prinsip dari pembahasan ini dengan memperhatikan teori proses keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan yang menjadi prioritas, perencanaan, pelaksanan dan evaluasi keperawatan untuk masalah yang menjadi prioritas.

A. Identitas Pasien

Hasil pengkajian pada tanggal 2 April 2012 jam 10.00 WIB, pada kasus ini diperoleh dengan caraalloanamneses dan autoanamnese, mengadakan pengamatan dan observasi langsung, pemeriksaan fisik, catatan medis dan catatan perawatan. Hasil pengkajian tersebut didapatkan data identitas pasien, bahwa pasien bernama An.F, umur 9 bulan, alamat Badran, Asri, Koripan, Matesih, Karanganyar, agama Islam, jenis kelamin laki-laki, yang dirawat di Ruang Melati, di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

Pasien dirawat sejak tanggal 31 maret 2012 dengan diagnosa Gastroenteritis Akut. Penanggung jawab pasien adalahNy.F, umur 25 tahun, agama Islam, pendidikan SLTA, pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga, hubungan dengan pasien sebagai ibu.

(19)

9

B. Pengkajian

Pengkajiantanggal 2 April 2012 jam 10.00 WIB, keluhan utama yang ada pada pasien saat dikaji adalah diare. Riwayat kesehatan saat ini keluarga mengatakan pada tanggal 30 Maret 2012 An.F mengalami diare, dengan buang air besar cair lebih dari 20 kali, bercampur lendir dan darah. Oleh orangtuanya, An.F dibawa ke bidan terdekat, tetapi diare pada An.F belum sembuh, kemudian An.F dibawa ke puskesmas dan dari puskesmas An.F dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar dan mendapatkan terapi infus RL 15 tetes yang terpasang pada tangan kiri, cefotaxim 150 mg per 8 jam, L-bio 2 x 1 mg, zinc 1 x 1 mg kemudian An.F dipindahkan ke bangsal melati.

Riwayat kesehatan masa lalu, An.F lahir tanggal 6 juni 2011, dan saat mengandung Ny.F tidak mengkonsumsi obat, An.F merupakan anak pertama, Ny.F baru melahirkan anak yang pertama dan tidak pernah aborsi.

Tipe kelahirannya secara spotan, lama kelahiran kira-kira 2 jam dan bertempat di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Pada saat lahir, ditemukan data dari An.Fbahwa berat badan lahir 2600 gram,panjang baru lahir 50 cm dan tidak terdapat kelainan bawaan. Pada An.F belum pernah cidera atau melakukan operasi. Pengobatan saat ini yang diberikan adalah infus RL 15 tetes, cefotaxim 15 mg per 8jam, L-bio 2 x 1 mg, zinc 1 x 1 mg.

An.F mempunyai alergi terhadap antibiotik amoxilin pada waktu masih bayi yang ditandai dengan mata merah, tetapi pada saat ini An.F sudah tidak lagi alergi terhadap amoxilin.Selain itu An.F alergi pada cuaca panas

(20)

10

yang ditandai dengan bentol-bentol. Pada An.F sudah dilakukan imunisasi:

polio,BCG,DPT,hepatitis,tetapi belum dilakukan imunisasi campak.

Pertumbuhan dan perkembangan saat ini pada An.F dapat dilihat berdasarkan Berat badan lahir 2600 gram, saat usia 6 bulan 7 kg, Berat badan saat ini 7.8 kg, sudah tumbuh gigi 2 buah dan pasien belum bisa merangkak atau pun duduk sendiri. Pasien mempuyai kebiasaan, jika diberi mainan, maka mainan itu dimasukkan kedalam mulut.

Pemeriksaan fisik ditemukan data bahwa tinggi badan 72 cm, berat badan 7.8 kg, lingkar kepala 46 cm, lingkar dada 46 cm, dan pada lingkar lengan tidak terukur dikarenakan An.F menangis. Pada pemeriksaa tanda- tanda vital didapatkan data tanggal 2 April 2012 suhu tubuh 36.6oC, pernafasan 20 kali per menit, denyut nadi 104 per menit.Pada tanggal 3 April 2012 suhu tubuh 36.6oC, pernafasan 20 kali per menit, denyut nadi 108 kali per menit. Pada tanggal 4 april 2012 suhu tubuh 36.6oC, pernafasan 16 kali per menit, denyut nadi 98 kali per menit ( Alimul, 2006 : 117)

Pemeriksaan umum didapatkan data bahwa status kesehatan An.F nampak lemas dan sering menangis.Kulit bersih, tidak ada jaundick,turgor kulit lambat (kurang dari 2 detik).Kepala mesosephal, tidak ada pembesaran.Rambut tipis,pendek dan bersih.Mata normal, penglihatanbaik, simetris kanan dan kiri,konjungtiva anemis,sklera putih,pupil isokor.Hidung normal,simetris, tidak ada polip,tidak ada epitaksis.Mulut tidak terdapat stomatitis,mukosa bibir kering,gigi sudah tumbuh 2 buah.Leher tidak terdapat kaku kuduk dan tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid.

(21)

11

Pemeriksaan fisik dada (paru-paru) : inspeksi dada simetris kanan dan kiri, palpasi vokal premitus kanan dan kiri sama, pengembangan dada kanan dan kiri baik, perkusi sonor di paru, Auskultasi vesikuler. Dada (jantung) : inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba di Inter Costa V, perkusi pekak, Auskultasi bunyi jantung 1 sama dengan bunyi jantung 2 (normal). Pada pemeriksaan abdomen inspeksi simetris, Auskultasi bising usus 42 kali per menit, palpasi tidak ada nyeri tekan, perkusi hypertimpani. Respirasi 20 kali per menit, pasien belum pernah trasfusi,

muntah 3 sampai 4 kali per shift, feses cair bercampur lendir dan darah, warna kehijauan dengan frekuensi kurang lebih 8 kali per shift, balance cairan 38 cc, pasien tampak pucat dan sering menangis, hemoglobin 10,9 gr/dl, turgor kulit lambat ( kurang dari 2 detik ), conjungtiva anemis, tidak mengalami nyeri saat berkemih, tidak mengalami kaku punggung, kram, ataupun kesleo, pasien tidak mengalami kejang, pasien mengalami keringat berlebih saat perubahan cuaca. Di daerah genetalia tidak ada kelainan dan pasien berjenis kelamin laki-laki.Pada bokong terlihat kemerahan.

Hasil pemeriksaan penunjang dengan hasil laboratorium didapatkan hasil hemoglobin 10,9 gr/dl, leukosit 15,6 kali 103µ/L, hematokrit 33,8 %, trombosit 368000 U/L. Pada pengkajian system pencernaan, pada bagian nutrisi diperoleh data WAZ -1,4 tergolong gizi normal, HAZ -0,12 tergolong normal, WHZ -1,6 tergolong normal, selama sakit pasien diberikan diit bubur. Dalam pemberian ASI frekuensinya kurang lebih 4 sampai 7 kali per shieft dan lama pemberiannya 10 sampai 15 menit.

(22)

12

Pengkajian riwayat kesehatan keluarga didapatkan data bahwa An.F merupakan anak pertama dari pasangan Bp.K dan Ny.F, Dalam keluarga tidak terdapat penyakit keturunan atau pun kongenital.Paman dan kakek dari An.F mempunyai kebiasaan merokok.Letak geografis terletak pada daerah pemukiman penduduk di dataran tinggi, jauh dari pabrik dan lingkungan bersih.

C. Perumusan Masalah Keperawatan

Data fokus yang didapat pada An.F tanggal 2 April 2012, adalah secara subjektif ibu An.F mengatakan An.F diare dan frekuensi buang air besar kurang lebih 8 kali per shift, cair, berlendir, bercampur darah, warna kehijauan dan muntah 3 sampai 4 kali per shift. Secara objektif pasien tampak pucat, sering menangis, turgor kulit lambat (kurang dari 2 detik), balance cairan 38 cc, Hemoglobin 10,9 gr/dl, conjungtiva anemis. Maka dapat diambil diagnosa keperawatan kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (Herdman, 2011 : 97).

D. Perencanaan Keperawatan

Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam, diharapkan kekurangan volume cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil :keseimbangan elektrolit asam-basa dapat tercapai, hidrasi yang adekuat, status nutrisi yang adekuat, konjungtiva tidak anemis.

(23)

13

Intervensi atau rencana tindakan (Wilkinson, 2007 : 177-178) dengan rasional (Doengoes, 2000 : 428-476). Intervensi yang akan dilakukan yaitu pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan, rasional membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode. Pantau status hidrasi (kelembaban, membrane mukosa, keadekuatan nadi), rasional hipovolemia, perpindahan cairan dan kekurangan nutrisi memperburuk turgor kulit dan menambah edema jaringan.Kaji intake pada pasien, rasional menghindarkan iritan meningkatkan istirahat usus.Laporkan dan catat haluaran kurang dan lebih, rasional menunjukkan status hidrasi keseluruhan.

Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam hitung asupan yang diinginkan, rasional pasien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi, rasional cefotaxim untuk antibiotik, L-Bio untuk memelihara fungsi pencernaan, zinc untuk mengatasi dehidrasi.

E. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari senin, 2 April 2012 pada jam 10.00 WIB memantau jumlah, warna, dan frekuensi kehilangan cairan. Respon subyektif, ibu An. F mengatakan klien buang air besar kurang lebih 8 kali per shief dengan jumlah sedikit kurang lebih 10 cc, warna kehijauan, bercampur lendir dan darah. Respon obyektifnya pasien nampak pucat, sering menangis, hemoglobin 10,9 gr/dl, conjungtiva anemis, balance

(24)

14

cairan 38 cc, klien muntah. Tindakan yang kedua pada jam 10.30 WIB adalah menginjeksi cefotaxim 300 mg. Respon subyektifnya ibu An.F menyetujui.

Respon obyektifnya An.F menangis, injeksi cefotaxim 300 mg sudah masuk melalui IV.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari Selasa, 3 April 2012 pada jam 09.00 WIB adalah memberikan L-Bio. Respon subyektifnya ibu An.F menyetujui, Respon obyektif An.F menangis. Tindakan yang kedua pada jam 11.15 WIB adalah mengkaji intake pada pasien, tidak ada respon subyektif dari pasien, respon obyektif makan hanya 2 sendok (10 cc) minum 250 cc, infus 200 cc. Tindakan yang ketiga pada jam 11.30 WIB memberikan injeksi cefotaxim 300 mg. Respon subyektif ibu An.F mengatakan bersedia jika anaknya diberi obat, respon obyektif An.F menolak, injeksi cefotaxim 300 mg sudah masuk melalui IV. Tindakan yang keempat pada jam 13.30 WIB memantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan. Respon subyektif ibu An.F mengatakan klien buang air besar kurang lebih 12 kali, warna kehijauan, encer, berlendir dan ada darah, respon obyektif balance cairan -49 cc, tidak muntah, An.F menangis.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari Rabu, 4 April 2012 pada jam 10.00 WIB adalah memantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan. Respon subyektif ibu An.F mengatakan pasien buang air besar kurang lebih 5 kali sampai jam 10.00 WIB. dan sampai jam 14.00 WIB An.F sudah buang air besar 5 kali jadi total buang air besar pada tanggal 4 April 2012 sebanyak 10 kali, dengan warna kehijauan, encer, berlendir dan

(25)

15

ada darah, respon obyektif An.F sering menangis, buang air besar masih terdapat lendir dan darah, balance cairan -79 cc. Tindakan yang kedua pada jam 10.30 wib adalah menginjeksi cefotaxim 300 mg. Respon subyektif ibu An.F menyetujui pasien untuk diinjeksi, respon obyektif An.F menangis, injeksi cefotaxim 300 mg sudah masuk melalui IV.

F. Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada tanggal 2 April 2012 jam 14.00 WIB, dengan menggunakan metode SOAP, hasil dari subjektif (S) ibu An.F mengatakan An.F buang air besar kurang lebih 8 kali per shift dengan jumlah 10 cc setiap buang air besar, warna kehijauan, cair, lendir dan bercampur darah. Objektif (O) klien tampak lemas, rewel dan menangis, muntah 3 sampai 4 kali per shift, Hb 10,9 gr/dl, balance cairan 38 cc. Analisa (A) masalah belum teratasi, dengan Planing (P) intervensi dilanjutkan: pantau warna, frekuensi, jumlah kehilangan cairan, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada tanggal 3 April 2012 jam 14.00 WIB, dengan menggunakan metode SOAP, hasil Subjektif (S) ibu An.F mengatakan An.F buang air besar kurang lebih 12 kali dengan konsistensi masih encer, berlendir bercampur darah dan warna kehijauan. Obyektif (O) An.F menangis, sudah tidak muntah, balance cairan -49 cc. Analisa (A) masalah belum teratasi, dengan Planning (P)

(26)

16

intervensi dilanjutkan: pantau warna, jumlah, frekuensi kehilangan cairan, pantau status hidrasi, kaji intake pada pasien.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada tanggal 4 April 2012 jam 14.00 WIB, dengan menggunakan metode SOAP, hasil Subjektif (S) ibu An.F mengatakan An.F buang air besar 10 kali dengan buang air besar masih encer, lendir, bercampur darah dan warna kehijauan. Obyektif (O) An.F Nampak rewel dan menangis, balance cairan - 79 cc. Analisa (A) masalah belum teratasi, Planning (P) intervensi dilanjutkan:

pantau warna, jumlah, frekuensi kehilangan cairan, pantau status hidrasi, laporkan dan catat haluaran kurang dan lebih, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.

(27)

17

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Bab ini penulisakan membahas tentang “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Volume Cairan An.F dengan Gastroenteritis Akut di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar”. Prinsip dari pembahasan ini dengan memfokuskan kebutuhan dasar manusia di dalam asuhan keperawatan.

Gastroenteritis Akut atau sering dikenal dengan diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu (Pusponegoro, 2004 : 49). Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (lebih dari 3 kali per hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan / tanpa darah dan / lendir (Suraatmaja, 2007 : 1).

Penyebab utama gastroenteritis akut adalah virus (rotavirus, adenovirus enterik, Norwalk-virus, dan lain-lain), bakteri atau toksinnya (Compyclobacter, Salmonella, Shigella, Escericia colli, Yersinia) (Wong, 2004 : 492). Serta parasit (Giardia lamblia, Cryptosporidium) Patogen- patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel (Cecily L.betz, 2002 : 155). Selain itu diare dapat juga disebabkan oleh malabsorbsi makanan, keracunan makanan (Harianto, 2004 : 28).

(28)

18

Pasien dengan diare akan timbul gejala mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet (Ngastiyah, 2005 : 225). Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi mulai timbul: membran mukosa kering, turgor kurang, ubun-ubun besar dan cekung ( Pusponegoro, 2004 : 50).

Gejala diare yang timbul pada An.F adalah tinja cair yang disertai dengan lendir dan darah, menunjukkan adanya disentri basiller, jadi di dalam tinja terdapat infeksi bakteri golongan Shigella yang menjadi penyebab disentri basiler (Anonim, 2012).Melihat hal tersebut seharusnya dilakukan pemeriksaan tinja, tetapi selama penulis melakukan pengkajian 3 hari tidak dilakukan pemeriksaan tinja dari pihak rumah sakit. Selain yang disebutkan di atas gejala diare yang muncul pada An.F adalah warna tinja kehijauan dengan frekuensi buang air besar kurang lebih 8 kali per shift, muntah 3 sampai 4 kali per shift, membran mukosa kering, An.F terlihat menangis, conjungtiva anemis, hemoglobin 10,9 gr/dl.

Dari hasil pengkajian pasien, penulis merumuskan masalah keperawatan kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Masalah keperawatan kurang volume cairan tersebut lebih diprioritaskan penulis dari beberapa masalah keperawatan yang muncul pada pasien. Alasan penulis memprioritaskan masalah kurang volume cairan karena

(29)

19

kurang volume cairan yang dirasakan pasien merupakan salah satu masalah kebutuhan dasar manusia, dimana kurang volume cairan tersebut lebih terdahulu untuk diatasi, jika tidak segera diatasi akan menyebabkan kematian yang dikarenakan tubuh banyak kehilangan air yang disebut dengan dehidrasi.

Dehidrasi yang sering terjadi pada penderita diare karena usus bekeja tidak sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya dibuang bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan (Harianto, 2004 : 28). Pada dasarnya kurang volume cairan adalah suatu gejala subyektif yang kompleks berupa status dehidrasi yang tidak menyenangkan.

Menurut (Iqbal, 2008 : 70) air menyusun 75 % dari berat badan bayi dan cairan total tubuh pada bayi adalah 80 % (Mary, E, 2005 : 107). Rumus kebutuhan cairan pada bayi dengan berat badan kurang dari 10 kg, cairan tubuh yang diperlukan adalah 100 ml per kgbb.Bayi dengan berat badan 10 sampai 20 kg maka kebutuhan cairan tubuh adalah 1000 ml per kgbb. Bayi dengan berat badan lebih dari 20 kg maka kebutuhan cairan tubuh 1500 ml per kgbb pada 20 kg pertama. Jadi, kebutuhan cairan pada pasien dengan berat badan 7.8 kg adalah 780 ml. Cairan sangat diperlukan oleh tubuh. Dari kasus diare banyak ditemukan bahwa output lebih besar daripada input sehingga hasilnya negatife. Tubuh akan mengalami kekurangan volume cairan dan dapat menyebabkan dehidrasi, oleh karena itu dalam kasus diare memerlukan pemantauan atau observasi yag maximal. Melihat hal tersebut maka penulis melakukan pemantauan selama 3 kali 24 jam dalam intervensi keperawatan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan volume cairan. Hal ini dilakukan

(30)

20

untuk mengurangi angka kejadian dehidrasi yang akan menyebabkan pada kematian.

Dengan ditegakkannya diagnosa keperawatan kurang volume cairan, penulis merencanakan tindakan untuk mengatasi kurang volume cairan pada pasien yaitu pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan, pantau status hidrasi (kelembaban, membrane mukosa, keadekuatan nadi), kaji intake pada pasien, laporkan dan catat haluaran kurang dan lebih, tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam hitung asupan yang diinginkan, Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat. Penulis melakukan tindakan keperawatan masih belum sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya untuk menangani masalah kurang volume cairan pada pasien sehingga pemenuhan kebutuhan volume cairan pasien belum terpenuhi.

Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan oleh penulis adalah memantau jumlah, warna, dan frekuensi kehilangan cairan, mengkaji intake pada pasien, memberikan terapi obat sesuai dengan advis dokter.

Penulis tidak mencantumkan 3 intervensi yang seharusnya di masukkan dalam implementasi yang telah disusun sebelumnya. Intervensi tersebut adalah tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam hitung asupan yang diinginkan, alasan intervensi ini tidak dimasukkan ke dalam implementasi karena penulis dalam melakukan pengkajian hanya dalam waktu 8 jam ( shift pagi ) sehingga jika dipantau dalam 24 jam tidak sesuai dengan waktu pengkajian dan tidak akan mendapatkan data yang valid, oleh karena itu harus dibutuhkan observasi untuk pendelegasian kepada pihak rumah sakit.

(31)

21

Intervensi yang kedua adalah laporkan dan catat haluaran kurang dan lebih, alasan intervensi ini tidak dimasukkan dalam implementasi karena dalam hal ini penulis lebih memfokuskan pada perhitungan balance cairan, sehingga penulis mengutamakan implementasi yang berkaitan dengan pemantauan jumlah, warna, dan frekuensi kehilangan cairan.Intervensi ketiga yang tidak dilakukan adalah pantau status hidrasi seperti kelembaban, membran mukosa, keadekuatan nadi, alasan intervensi ini tidak dimasukkan dalam implementasi adalah keterbatasan penulis dalam melakukan pendokumentasian keperawatan sesuai dengan teori yang ada.

Setelah melakukan tindakan keperawatan selama tiga hari, penulis mengevaluasi keadaan pasien setiap hari dan hasilnya kurang volume cairan pada pasien belum teratasi, karena dalam waktu pengkajian selama tiga hari pasien masih menunjukkan buang air besar kurang lebih 10 kali dan tinja masih terdapat darah dan lendir.

Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat memberikan informasi kepada pihak lain sehingga dapat memperluas pengetahuan tentang penyakit gastroenteritis akut. Penulis menyadari masih mempunyai banyak kekurangan, tetapi dengan kekurangan tersebut penulis mendapatkan masukan dari pihak lain sehingga penulis mampu melengkapinya dan menjadikan lebih sempurna serta dapat dijadikan pembelajaran bagi penulis.

(32)

22

B. Simpulan

Berdasarkan apa yang telah penulis dapatkan dalam laporan kasus dan pembahasan pada asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan volume cairan pada An.F dengan Gastroenteritis Akut di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar, maka penulis mengambil kesimpulan :

Pengkajian yang didapat pada An.F pada tanggal 2 April 2012 secara subjektif ibu An.F mengatakan An.F diare dan frekuensi buang air besar kurang lebih 8 kali per shift, cair, berlendir, bercampur darah, warna kehijauan dan muntah 3 sampai 4 kali per shift. Secara objektif pasien tampak pucat, sering menangis, turgor kulit lambat (kurang dari 2 detik), balance cairan 38 cc, Hemoglobin 10,9 gr/dl, conjungtiva anemis. Maka penulis mengambil diagnosa keperawatan kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif .

Intervensi keperawatan untuk diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif adalah pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan, kaji intake pada pasien, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.Implementasi yang sudah dilakukan oleh penulis adalah memantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan, mengkaji intake pada pasien, mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat seperti cefotaxim, L-Bio, dan zinc.

Evaluasi hari terakhir pada tanggal 4 April 2012 didapatkan data Subjektif (S) ibu An.F mengatakan An.F buang air besar 10 kali dengan buang air besar masih encer, lendir, bercampur darah dan warna kehijauan.

(33)

23

Obyektif (O) An.F menangis, balance cairan -79 cc. Analisa (A) masalah belum teratasi, Planning (P) intervensi dilanjutkan: pantau warna, jumlah, frekuensi kehilangan cairan, pantau status hidrasi, laporkan dan catat haluaran kurang dan lebih, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan saran antara lain :

a. Bagi Institusi pelayanan kesehatan

Diharapkan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan, khususnya pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan volume cairan.

b. Bagi Tenaga kesehatan khususnya perawat

Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien agar lebih maximal khususnya pada pasein dengan pemenuhan kebutuhan volume cairan agar melakukan observasi maximal pada pemeriksaan fisik seperti turgor kulit diperut untuk melihat tanda dan gejala dari dehidrasi.

c. Bagi Institusi pendidikan

Diharapkan dengan mengetahui kasus pemenuhan kebutuhan volume cairan dapat dijadikan refrensi dan daftar kepustakaan.

(34)

24

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012.Penyakit Disentri. http://obatpropolis.com/penyakit-disentri Di akses tanggal 25 April 2012

Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC Doengoes, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Gunardi Hartono, Tehuteru Edi S, Kurniati Nia. dkk. 2011. Kumpulan Tips Pediatrik. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia

Lannywati, ghani. 2011. Faktor-faktor risiko diare persisten pada anak balita.

http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/lannywati_ghani.pdf Di akses tanggal 9 April 2012

Harianto. 2004. Penyuluhan Penggunaan Oralit Untuk Menanggulangi Diare Di Masyarakat. Departement Farmasi. FMIPA Universitas Indonesia.Jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2004/v0in0i/Harianto010104.pdf Di akses tanggal 13 April 2012

Herdman, T Heather. 2011. Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta: EGC Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Jakarta:

Salemba Medika

Ishak Syafie, Ismail Djauhar, Wilopo Siswanto Agus. 2005. Berita Kedokteran Masyarakat.Yogyakarta

Kasim, Fauzi.2010/2011.ISO INDONESIA Volume 45. Jakarta: PT.ISFI

Mubarak, Wahid Iqbal. 2008. Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan elektrolit.

Jakarta: EGC

Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik.Jakarta : EGC Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC

Pusponegoro Hardiono D, Hadinegoro Sri Rezeki S, Firmanda Dody. 2004.

Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi 1.Jakarta: Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia

(36)

Rahmawati Elfi, Padmawati Ratna Siwi, Widyatama Rendra. 2008. Analisis Kebutuhan Program Pencegahan Diare Pada Anak Berusia Di Bawah Dua Tahun Volume 24.Yogyakarta

Suraatmaja, Sudrajat. 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: CV Sagung Seto

Wilkonson, Judith. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 7.Jakarta.:

EGC

Wong Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

(37)

Referensi

Dokumen terkait

untuk diagnosa keperawatan gangguan keseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebih adalah di dapatakan KH:

Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul, menurut North American Nursing Diagnosis Association 2015-2017, yaitu : 1) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

Menurut Nurarif dan Hardhi (2015), ada 13 rencana tindakan yang dapat dilakukan untuk diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (perdarahan

Dari 5 diagnosa keperawatan yang terdapat dalam teori, penulis mengangkat 5 diagnosa keperawatan yang sesuai dengan masalah anak yaitu devisit volume cairan dan

Gastroenteritis Akut menyebabkan hilangnya sejumlah besar cairan dan elektrolit (natrium, klorida, kalium, bikarbonat). Dehidrasi terjadi jika kehilangan air dan

Dari data hasil pengkajian dan observasi di atas penulis hanya akan membahas prioritas diagnosa keperawatan yang paling utama yaitu kekurangan volume cairan

Hasil: Diagnosa yang muncul dalam kasus yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler, intake tak

Hari/Tgl /Jam Implementasi Respon Paraf Kurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif Senin 04/12/23 Jam 10:00 - Memonitor status hidrasi misal : membran