• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN. M DENGAN FEBRIS DI BANGSAL BAKUNG RS PANTI WALUYO SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN. M DENGAN FEBRIS DI BANGSAL BAKUNG RS PANTI WALUYO SURAKARTA"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN. M DENGAN

FEBRIS DI BANGSAL BAKUNG RS PANTI

WALUYO SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

DITA SARASWATI

NIM. P.09012

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(2)

i

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN. M DENGAN

FEBRIS DI BANGSAL BAKUNG RS PANTI

WALUYO SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

DITA SARASWATI

NIM. P.09012

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(3)

ii Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Dita Saraswati

NIM : P. 09012

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN. M DENGAN FEBRIS DI BANGSAL BAKUNG RS PANTI WALUYO SURAKARTA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, April 2012 Yang membuat Pernyataan

Dita Saraswati NIM. P. 09012

(4)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh:

Nama : Dita Saraswati

NIM : P. 09012

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN. M DENGAN FEBRIS DI BANGSAL BAKUNG RS PANTI WALUYO SURAKARTA

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari / Tanggal : Sabtu, 28 April 2012

Pembimbing : Siti Mardiyah, S.Kep., Ns. (……….) NIK. 201183063

(5)

iv

Nama : Dita Saraswati

NIM : P. 09012

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN. M DENGAN FEBRIS DI BANGSAL BAKUNG RS PANTI WALUYO SURAKARTA

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari / Tanggal : Senin, 30 April 2012

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Siti Mardiyah, S.Kep., Ns. (……….) NIK. 201183063

Penguji II : Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns (……….) NIK. 201187065

Penguji III : Mushlihah Muliana Utami, S.Kep., Ns (……….) NIK. 201187086

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Setiyawan, S.Kep., Ns. NIK. 201084050

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN. M DENGAN FEBRIS DI RS PANTI WALUYO SURAKARTA”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Setiyawan, S.Kep., Ns, selaku Ketua Program Studi DIII keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII keperawatan sekaligus sebagai penguji II yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

3. Siti Mardiyah, S.Kep., Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

4. Mushlihah Muliana Utami, S.Kep., Ns, selaku penguji III yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

(7)

vi

5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

6. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, April 2012

(8)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penulisan ... 3

C. Manfaat penulisan ... 4

BAB II LAPORAN KASUS A. Identitas Klien ... ... 5

B. Pengkajian ... 5

C. Daftar Perumusan Masalah ... 11

D. Tujuan dan Kriteria Hasil ... 11

E. Perencanaan ... 12

F. Implementasi ... 13

(9)

viii

B. Simpulan dan Saran ... 22 Daftar Pustaka

Lampiran

(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Surat Keterangan Pengambilan Kasus Lampiran II : Log Book

Lampiran III : Pendelegasian Pasien Lampiran IV : Asuhan Keperawatan Lampiran V : Lembar Konsul Lampiran VI : Daftar Riwayat Hidup

(11)
(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Demam adalah peningkatan pada titik set dimana suhu tubuh diatur pada tingkat yang lebih tinggi, dapat didefinisikan sebagai suhu diatas 38oC (Wong, 2003: 377). Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal (Herdman, 2009-2011: 400).

Demam merupakan masalah yang umum pada anak sebagai suatu respon terhadap penyakit dan infeksi akibat berinteraksi dengan lingkungan dan merupakan masalah yang sering dihadapi oleh tenaga medis, perawat dan orangtua, baik di rumah sakit maupun di komunitas. Berdasarkan data statistik suatu rumah sakit khusus anak, mengindikasikan bahwa lebih dari 30% kunjungan ke ruangan emergensi/ gawat darurat disebabkan oleh demam sebagai manifestasi utama (Joana Bridge Institute, 2001 Cit Hermalinda, 2010).

Demam yang tinggi dapat membahayakan anak. Penelitian diluar negeri menunjukkan bahwa 95% ibu merasa khawatir bila anaknya demam. Selama demam, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah. Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi jantung dan pernafasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh terhadap nutrient. Metabolisme meningkat menggunakan energi yang memproduksi panas tambahan. Demam yang lama

(13)



dapat melelahkan klien dan menghabiskan simpanan energi dan beresiko terjadinya dehidrasi. Adanya kemungkinan dehidrasi, karena pada saat demam terjadi penguapan cairan tubuh sehingga anak kekurangan cairan tubuh (Patricia, 2005 Cit Hermalinda, 2010).

Kebutuhan cairan dan elektrolit menurut Abraham Maslow dalam hierarki merupakan kebutuhan fisiologis yang memiliki prioritas tertinggi. Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan cairan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (Isotonik). Secara umum, kekurangan volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, dan perdarahan. Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan

intravaskuler, interstisial, dan atau intraselular. Hal ini mengacu pada

dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada natrium (Herdman, 2009-2011: 97).

Demam yang terjadi pada anak selayaknya mendapat penanganan yang tepat. Demam yang tidak segera diatasi atau berkepanjangan akan berakibat fatal, seperti halnya bisa menyebabkan kejang demam pada anak, dehidrasi bahkan terjadi syok.

Demam yang terjadi pada anak bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan satu tanda dan gejala yang harus ditelusuri penyebabnya. Banyak kasus demam pada anak yang ada di Indonesia dan belum mendapatkan penanganan yang maksimal. Disini peran perawat sangat penting

(14)

3



dalam melaksanakan pelayanan keperawatam untuk menghindari akibat dari demam dengan kekurangan volume cairan.

Berdasarkan studi kasus diatas penulis tertarik untuk membuat laporan Karya Tulis Ilmiah tentang pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada pasien Febris di RS Panti Waluyo Surakarta.

B. Tujuan Penulisan

1.

Tujuan Umum

Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada An. M dengan Febris di RS Panti Waluyo Surakarta.

2.

Tujuan Khusus :

a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan anak dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada pasien Febris.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan anak dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada pasien Febris.

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan anak dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada pasien Febris.

d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan anak dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada pasien Febris.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada pasien Febris.

f. Penulis mampu menganalisa kondisi pasien dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada pasien Febris.

(15)



C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Institusi

a. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pemberian pelayanan kesehatan terutama asuhan keperawatan berkaitan dengan pasien Febris.

b. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu bagi institusi keperawatan khususnya keperawatan anak dalam penanganan kasus Febris.

2. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman belajar dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penulis khususnya dalam bidang penelitian.

(16)

5

BAB II

LAPORAN KASUS

Dalam bab ini menjelaskan tentang studi kasus yang dilakukan pada An.M dengan Febris, dilaksanakan pada tanggal 2-4 April 2012. Studi kasus yang dilaksanakan berupa asuhan keperawatan ini di mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Identitas Klien

Dari pengkajian pada tanggal 2-4 April 2012 jam 11.00 WIB, pada kasus ini diperoleh dengan cara auto anamnesa dan allo anamnesa, mengadakan pengamatan atau observasi langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis dan catatan perawat. Dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas klien, bahwa klien An. M, umur 1 tahun 4 bulan, tanggal lahir 19 November 2010, tanggal masuk 1 April 2012, rawat diruang Bakung, dokter mendiagnosa dengan Febris yang bertanggung jawab Tn. A, umur 35 tahun, agama Islam, alamat Colomadu, Karanganyar, hubungan dengan klien sebagai ayah.

B. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan Klien

Dari hasil pengkajian yang dilakukan, keluhan utama yang didapat dari ibu pasien mengatakan anak panas, rewel, minum susah dan tidak bisa tidur, pada riwayat kesehatan saat ini ibu pasien mengatakan sore hari

(17)



anaknya panas 39oC. Sore hari sebelum panas timbul, An. M bermain bola dan berlari-larian, keluar keringat banyak, kemudian keluarga memberikan paracetamol 1 sendok takar sirup. Setelah diberikan, panas turun dan kemudian malam hari panas timbul lagi. Keluarga langsung membawa ke RS Panti Waluyo sampai di IGD pasien dianjurkan untuk rawat inap diruang Bakung. Diruang pasien mendapat terapi injeksi Antrain 75 mg. Kemudian panas turun suhu 370C.

Dalam pengkajian adapun riwayat pengkajian kesehatan dahulu, An. M merupakan anak pertama dari Ny. S dan belum pernah mengalami aborsi, An. M lahir tanggal 19 Novermber 2010, usia kehamilan 9 bulan, kesehatan ibu saat hamil An. M baik dan tidak mengkonsumsi obat- obatan tertentu. Ny. S rutin menjalani pemeriksaan saat kehamilan. Ibu mengatakan An. M lahir secara spontan, lama persalinan ±8 jam disalah satu bidan dekat dari rumahnya. Pada saat lahir berat dan panjang badan BBL: 2900 gr, PBL: 50 cm, Kondisi kesehatan: ibu mengatakan anaknya lahir dengan normal, sehat, dan tidak ada kelainan, APGAR score A

(Appearance) 2, P (Pulse) 2, G (Grimace) 2, A (Activity) 2, R (Respirasi)

2, Total score 10 (normal). Ny. S saat melahirkan An. M rawat inap dibidan 2 hari. Pada pengkajian kebiasaan, ibu pasien mengatakan anaknya tidak mempunyai kebiasaan khusus dalam tingkah laku (seperti: menggigit kuku, menghisap ibu jari). Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya tidur jam 23.00 dan bangun jam 08.00. Tidur siang kurang lebih 2-3 jam. Selama sakit anaknya rewel ketika mau tidur, tidur hanya

(18)

7



sebentar kurang lebih 5 jam, sering terbangun dan sulit untuk memulai tidur lagi.

Pada pengkajian riwayat sebelumnya, ibu pasien mengatakan sebelumnya An. M belum pernah mondok di rumah sakit. Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti: Diabetes Mellitus,

Hipertensi, TBC. Ibu pasien mengatakan anaknya alergi terhadap suhu

dingin, apabila suhu terlalu dingin anaknya gatal-gatal. Pada riwayat imunisasi ibu pasien mengatakan bahwa anaknya telah mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap yaitu BCG, DPT, Polio, Campak, dan

Hepatitis sesuai umur dan jadwal imunisasi. Dari pengkajian

pertumbuhan dan perkembangan, BBL 2900 gram, BB saat ini 10,2 kg, tumbuh gigi umur 10 bulan jumlah gigi 6.

2. Pengkajian Fisik

Dalam pengkajian khususnya pemeriksaan fisik An. M didapatkan data bahwa dari hasil pengukuran dan pertumbuhan, panjang badan/ tinggi badan 80 cm, berat badan 10,2 kg, lingkar kepala 42 cm, lingkar lengan 13 cm. Pemeriksaan tanda vital, suhu 38oC, pernapasan 30 kali per menit, denyut nadi 116 kali per menit. Pemeriksaan umum, kesadaran umum pasien adalah composmentis. Tingkah laku, An.M menangis, sering rewel ketika mau tidur. Hasil pengkajian DDST didapatkan dari ibu klien, An.M sudah bisa menirukan kegiatan, minum dengan cangkir, menggunakan sendok garpu, membuka pakaian, menyuapi boneka, mencoret - coret, ambil manik-manik kemudian ditunjukkan, menara dari 2 kubus, bahasa 2

(19)



dan 3 kata, berjalan mundur, lari, berjalan naik tangga. Kesimpulan yang didapatkan perkembangan An. M sesuai DDST normal, tidak mengalami gangguan. Kulit warna kemerahan, tekstur halus, turgor cukup. Kelenjar

limfe tidak ada pembesaran. Kepala simetris, bentuk mesocefal, tidak ada

benjolan, rambut bersih, hitam, merata. Mata simetris, tidak ikterik,

konjungtiva tidak anemis, palpebra tidak oedema. Telinga simetris, sedikit

kotor, tidak ada gangguan pendengaran. Hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada perdarahan hidung (epistaksis). Mulut warna bibir merah muda, tekstur halus, warna membran mukosa merah muda,

membran mukosa sedikit kering, warna gusi merah. Leher simetris, tidak

ada pembesaran kelenjar tiroid, arteri karotis teraba tidak terlalu kuat, tidak kaku kuduk. Dada simetris, bentuk datar, tidak ada kelainan bentuk dada. Untuk pemeriksaan paru-paru hasilnya: Inspeksi bentuk dada datar, pengembangan paru kanan dan kiri simetris, saat diperkusi bunyi paru

sonor, saat dipalpasi vocal fremitus antara kanan dan kiri sama, terdengar

vesikuler pada pemeriksaan auskultasi. Pemeriksaan pada jantung hasilnya

Inspeksi, Ictus cordis tidak tampak, Ictus cordis teraba pada pemeriksaan

palpasi, suara jantung pekak pada pemeriksaan perkusi, bunyi jantung I

dan II normal tidak ada bising terdengar lupdup pada pemeriksaan

auskultasi. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil: Inspeksi

abdomen datar, umbilicus bersih, pada pemeriksaan auskultasi bising usus 8 kali per menit, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran lien, hepar saat dipalpasi, suara tympani pada pemeriksaan perkusi. Anus bersih, tidak

(20)

9



lembab, tidak ada hemoroid. Punggung dan ekstremitas, punggung datar, tidak terdapat perubahan warna punggung, ekstremitas simetris, terpasang infus ditangan sebelah kiri, kuku bersih, tekstur halus, clubbing tidak ada, tidak dermatologlipik.

3. Pengkajian Pola Nutrisi

Untuk pengkajian nutrisi dan cairan, keadaan nutrisi sebelum sakit ibu pasien mengatakan anaknya makan 3 kali sehari porsi sedang terdiri dari nasi, sayur, dan lauk, minum kurang lebih 1000cc per hari. Selama sakit ibu pasien mengatakan anaknya makan 3 kali sehari, makan habis 3-4 sendok makan dari porsi yang diberikan, minum kurang lebih 600cc per hari. Hasil Z- Score WAZ: - 0,8181 (normal), HAZ: - 0,137 (normal), WHZ: - 0,77 (normal).

4. Pengkajian Pola Eliminasi

Pada pola eliminasi, sebelum sakit ibu pasien mengatakan anaknya BAB1 kali per hari dengan konsistensi lembek, bewarna kuning, dan bau khas. BAK lancar kurang lebih 6 kali dalam sehari dengan kosistensi warna kuning jernih, dan bau khas. Selama sakit ibu pasien mengatakan BAK 4-5 kali per hari, warna kuning sedikit pekat, bau khas kurang lebih 700 cc per hari. BAB 1 kali per hari dengan konsistensi lembek, warna kuning, dan bau khas kurang lebih 150 cc per hari. Dan dari data pengkajian terdapat balance cairannya input - output = 773,4 cc - 884 cc = -110,6 cc.

(21)



5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik penunjang pada tanggal 2 April 2012 jam 12.17, meliputi pemeriksaan Hematologi: Hemoglobin dengan hasil 13,4 gr/dl (Normalnya 11,5-13,5 gr/dl). Hematokrit dengan hasil 40,7 % (Normalnya 34-40 %). Eritrosit dengan hasil 5,45 juta/mm3 (Normalnya 3,9-5,9 juta/mm3). Lekosit dengan hasil 6.400 /mm3 (Normalnya 4.500-14.500 /mm3). Trombosit dengan hasil 110.000 u/L (Normalnya 150.000-450.000 u/L). Basofil dengan hasil 0,2 % (Normalnya 0-1 %). Eosinofil dengan hasil 0,0 % (Normalnya 0-4 %). Neutrofil dengan hasil 28,8 % (Normalya 55-80 %). Limfosit dengan hasil 59,7 % (Normalya 36-52 %). Monosit dengan hasil 11,3 % (Normalnya 0-5 %). MCV dengan hasil 75 fl (Normalnya 80-96 fl). MCH dengan hasil 25 pg (Normalya 28-33 pg). MCHC dengan hasil 33 % (Normalya 32-36 %). Pemeriksaan laju endap darah dengan hasil 2 mm/jam. Pemeriksaan laju endap darah 2 jam dengan hasil 18 mm/jam. Dan terakhir golongan darah pasien adalah O.

6. Terapi Medis

Terapi medis, terapi medis yang didapat An. M pada tanggal 2 April 2012 adalah Infus RL: 20 tpm, Antrain 75 mg diberikan ketika panas, Broadced 2x250 mg. Pada tanggal 3 April 2012 , Infus RL: 20 tpm, Broadced 2x250 mg. Pada tanggal 4 April 2012, Infus RL: 20 tpm, Broadced 2x250 mg.

(22)

11



C. Daftar Perumusan Masalah

Dari data hasil pengkajian dan observasi di atas penulis hanya akan membahas prioritas diagnosa keperawatan yang paling utama yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa diagnosa keperawatan utama merupakan masalah pemenuhan kebutuhan utama yang harus dipenuhi, penulis melakukan analisa data kemudian memutuskan satu diagnosa keperawatan yang sesuai dengan prioritas, menyusun intervensi keperawatan, melakukan implementasi dan evaluasi tindakan.

Dari hasil pengkajian yang didapatkan, dapat ditegakkan diagnosa keperawatan kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat. Data yang menunjang diagnosa keperawatan tersebut adalah data subyektif ibu pasien mengatakan anaknya panas, lemah, menangis, minum sedikit. Sedangkan dari data obyektif didapatkan TTV, suhu 38oC, N 116 kali per menit, pernapasan 30 kali per menit, kulit kemerahan, kulit teraba hangat, peningkatan hematokrit 40,7 %, klien tampak lemah, klien rewel, menangis, input 773,4cc dan output 884cc, balance cairan didapatkan hasil -110,6 cc.

.

D. Tujuan dan Kriteria Hasil

Tujuan dan kriteria hasil yang dapat dilaksanakan berpedoman pada SMART yaitu S (spesific) dimana tujuan harus spesifik berdasarkan kriteria dan tidak menimbulkan arti ganda, M (measurabel) dimana tujuan

(23)



keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien: dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan, dan dibau. A (achievable) dimana harus dapat dicapai, R (reasonable) dimana tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, T (time) mempunyai batasan waktu yang jelas, diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kekurangan volume cairan teratasi dengan kriteria hasil, status nutrisi yang adekuat: asupan makanan dan cairan. Memiliki hematokrit dalam batas normal untuk pasien. Menampilkan hidrasi yang baik (membran mukosa lembab, mampu berkeringat). Memiliki asupan cairan oral dan atau intravena yang adekuat (Herdman, 2009-2011 domain 2: 97).

E. Perencanaan

Menurut Wilkinson (2006: 174) rencana keperawatan pada An. M di Ruang Bakung RS Panti Waluyo Surakarta. Diagnosa yang diambil kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat. Intervensinya antara lain identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap bertambah buruknya dehidrasi (misalnya obat-obatan, demam, stress, dan program pengobatan), rasional untuk mengetahui faktor predisposisi dari dehidrasi pasien. Pantau status hidrasi pasien (misalnya kelembaban membran mukosa, keadekuatan nadi, dan tekanan darah ortostatik) rasional untuk mengetahui adanya tanda-tanda dehidrasi. Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan (misalnya kadar hematokrit) rasional hasil laboratorium merupakan salah satu indikasi dehidrasi. Timbang berat

(24)

13



badan dan pantau kemajuaannya, rasional untuk mengetahui adanya penurunan atau tidak. Pertahankan keakuratan catatan asupan dan haluaran rasional untuk tetap bisa mempertahankan keseimbangan cairan. Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus rasional untuk mengetahui berkurangnya tingkat dehidrasi. Tingkatkan asupan oral (misalnya, berikan cairan oral yang disukai pasien) rasional untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dan cairan pasien.

F. Implementasi

Implementasi dilakukan pada An. M di ruang bakung RS Panti Waluyo Surakarta, pada tanggal 2 April 20012. Untuk implementasi yang dilakukan jam 10.30 Mengukur suhu tubuh pasien, respon subjektif ibu pasien mengatakan anaknya panas, menangis, respon obyektif suhu 38oC, nadi 116 kali per menit, pernapasan 30 kali per menit. Menganjurkan keluarga untuk memberikan pasien banyak minum, respon subyektif ibu pasien mau melakukannya, respon obyektif An.M mau minum sedikit kurang lebih 80 cc. Kolaborasi untuk pemberian terapi injeksi sesuai program Antrain 75mg, respon subyektif ibu An.M bersedia anaknya diinjeksi, respon obyektif An.M menangis, injeksi masuk melalui IV, tidak ada tanda alergi. Pantau input dan

output jam 11.30, respon subyektif ibu mengatakan anaknya makan sedikit,

minum sedikit, respon obyektif balance cairan -110,6cc. Mengganti cairan infus jam 12.00, respon subyektif ibu pasien mengatakan infus anaknya habis, respon obyektif infus terpasang dengan kecepatan 20 tpm.

(25)



Untuk implementasi yang dilakukan pada tanggal 3 April 2012 adalah Pada jam 08.00 mengukur suhu tubuh pasien, respon subyektif ibu mengatakan anaknya sudah tidak panas, respon obyektif suhu 36,8oC, nadi 110 kali per menit, pernapasan 28 kali per menit. Mengkaji output pasiem jam 10.00, respon subyektif ibu mengatakan anaknya BAK 4-5 kali per hari, respon obyektif BAK kurang lebih 800cc. Mengkaji intake pasien, respon subyektif ibu mengatakan anaknya makan kurang lebih 100cc dan minum kurang lebih 320cc, respon obyektif balance cairan -80,6cc.

Untuk implementasi yang dilakukan pada tanggal 4 April 2012 adalah Pada jam 08.00 mengukur suhu tubuh pasien, respon subyektif ibu mengatakan anaknya sudah tidak panas, respon obyektif suhu 36,5o C, nadi 120 kali per menit. Menimbang berat badan jam 09.30, respon subyektif ibu mengatakan bersedia anaknya ditimbang, respon obyektif BB 10,2 kg. Jam 10.30 mengkaji output pasien, respon subyektif ibu mengatakan BAK 4-5 kali per hari dan BAB 1 kali per hari, respon obyektif BAK kurang lebih 800 cc dan BAB 1 kali per hari kurang lebih 200cc, balance cairan -40,6cc. Mengganti cairan infus jam 11.00, respon subyektif ibu mengatakan infus anaknya habis, respon obyektif infus terpasang kecepatan 20 tpm.

G. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada hari Senin, 2 April 2012 jam 13.00 WIB, dengan menggunakan metode SOAP yang hasilnya adalah Ibu pasien mengatakan anaknya rewel, minum

(26)

15



susah dan banyak mengeluarkan keringat. Turgor kulit cukup, mukosa bibir sedikit kering, minum kurang lebih 240cc. Masalah belum teratasi.Intervensi dilanjutkan Identifikasi faktor – faktor yang berkontribusi terhadap bertambah buruknya dehidrasi (misalnya, obat-obatan, demam, stress, dan program pengobatan). Pantau status hidrasi pasien (misalnya, kelembaban membran

mukosa, keadekuatan nadi). Timbang BB dan pantau kemajuannya. Berikan

cairan sesuai dengan kebutuhan.

Hasil evaluasi pada hari Selasa 3 April 2012 jam 13.00 WIB dengan menggunakan metode SOAP yang hasilnya adalah Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mulai sedikit minum. Turgor kulit cukup, mukosa bibir sedikit kering, minum kurang lebih 320cc. Masalah belum teratasi. Intervensi dilanjutkan Pantau status hidrasi pasien (misalnya, kelembaban membran

mukosa, keadekuatan nadi). Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan.

Hasil evaluasi pada hari Rabu 4 April 2012 jam 13.00 WIB dengan menggunakan metode SOAP yang hasilnya adalah ibu pasien mengatakan anaknya sudah mau minum, tidak rewel. Turgor kulit baik, mukosa bibir agak lembab. Masalah belum teratasi. Intervensi dilanjutkan dengan pendelegasian pada perawat. Pantau status hidrasi pasien (misalnya, kelembaban membran

(27)

16

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang studi kasus anak dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada An. M dengan Febris di ruang Bakung RS Panti Waluyo Surakarta. Disini penulis hanya akan membahas prioritas diagnosa keperawatan yang paling utama yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa diagnosa keperawatan utama merupakan masalah pemenuhan kebutuhan utama yang harus dipenuhi. Prinsip dari pembahasan ini dengan memperhatikan aspek tahapan proses keperawatan antara lain pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan.

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal (Herdman, 2009-2011: 400). Hipertermi sendiri adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh melebihi titik set, yang biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh atau eksternal yang menciptakan lebih banyak panas yang dapat dikeluarkan oleh tubuh seperti sengatan panas, kejang, atau hipertiroidisme (Brunner dan Suddart, 2002). Menurut (Sarasvati, 2010) demam merupakan kenaikan suhu tubuh diatas normal, meskipun tak semua kenaikan suhu disebut sebagai demam, kenaikan suhu tubuh merupakan bagian dari biologis kompleks, yang diatur dan dikontrol oleh susunan saraf pusat.

(28)

17



Dari hasil pengkajian yang sudah dilakukan didapatkan riwayat kesehatan, ibu pasien mengatakan sebelum dibawa ke rumah sakit anaknya panas, rewel, minum susah dan tidak bisa tidur. Ibu pasien mengatakan sore hari anaknya panas 39oC. Sore hari sebelum panas timbul, An. M bermain bola dan berlari-larian, keluar keringat banyak, kemudian keluarga memberikan paracetamol 1 sendok takar sirup. Setelah diberikan, panas turun dan kemudian malam hari panas timbul lagi. Keluarga langsung membawa ke RS Panti Waluyo sampai di IGD pasien dianjurkan untuk rawat inap diruang Bakung. Diruang pasien mendapat terapi injeksi Antrain 75 mg. Kemudian panas turun suhu 37oC .

Dari hasil pengkajian yang didapatkan penulis pada An. M, saat dilakukan pemeriksaan fisik keadaan umum An. M lemah, kulit teraba hangat, kulit kemerahan, pada pengukuran tanda-tanda vital didapatkan suhu 38oC, pernapasan 30 kali per menit, denyut nadi 116 kali per menit, turgor kulit cukup, membran mukosa sedikit kering, terjadi peningkatan hematokrit.

Demam pada anak sebaiknya segera diatasi, bila demam berkepanjangan akan berakibat fatal, seperti halnya bisa menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). Ketika mengalami demam terjadi peningkatan penguapan cairan tubuh sehingga anak bisa kekurangan cairan.

Berdasarkan data pengkajian yang didapatkan penulis, ditegakkan diagnosa keperawatan kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat. Data yang menunjang diagnosa keperawatan tersebut adalah data subyektif ibu pasien mengatakan anaknya panas, lemah,

(29)



menangis, minum sedikit. Sedangkan dari data obyektif didapatkan tanda-tanda vital, suhu 38oC, nadi 116 kali per menit, pernapasan 30 kali per menit, kulit kemerahan, kulit teraba hangat, peningkatan hematokrit 40,7 %, klien tampak lemah, klien rewel, menangis, input 773,4cc dan output 884cc,

balance cairan didapatkan hasil -110,6 cc.

Sesuai dengan kebutuhan dasar manusia menurut maslow bahwa kekurangan volume cairan dan elektrolit merupakan kebutuhan fisiologi yang paling utama dan yang harus dipenuhi (Saleh, 2003). Demam yang terjadi pada anak bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan satu tanda dan gejala yang harus ditelusuri penyebabnya. Disini peran perawat sangat penting dalam melaksanakan pelayanan keperawatan untuk menghindari akibat dari demam dengan kekurangan volume cairan.

Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan intravaskuler,

interstisial, dan atau intraselular. Hal ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan

cairan saja tanpa perubahan pada natrium (Herdman, 2009-2011: 97). Batasan karakteristik kekurangan volume cairan yaitu perubahan pada status mental, penurunan pada tekanan darah, penurunan pada tekanan nadi, penurunan volume nadi, penurunan turgor kulit, penurunan turgor lidah, penurunan haluaran urine, penurunan pengisian vena, membran mukosa kering, kulit kering, peningkatan hematokrit, peningkatan suhu tubuh, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan konsentrasi urine, penurunan berat badan tiba-tiba, haus, kelemahan (Herdman, 2009-2011: 97). Dari data pengkajian pemeriksaan fisik yang didapatkan dari pasien diatas sesuai dengan batasan

(30)

19



karakteristik NANDA yaitu kelemahan, perubahan pada status mental, peningkatan suhu tubuh, membran mukosa sedikit kering, peningkatan

hematokrit.

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang sudah dirumuskan kriteria hasil yang ditentukan berpedoman pada SMART yaitu S (spesific) dimana tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, M (measurabel) dimana tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien : dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan, dan dibau. A (achievable) dimana harus dapat dicapai, R (reasonable) dimana tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, T (time) mempunyai batasan waktu yang jelas (Nursalam, 2008 : 81).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kekurangan volume cairan teratasi dengan kriteria hasil, status nutrisi yang adekuat: asupan makanan dan cairan, memiliki hematokrit dalam batas normal untuk pasien, menampilkan hidrasi yang baik (membran mukosa lembab, mampu berkeringat), memiliki asupan cairan oral dan atau intravena yang adekuat (Wilkinson, 2006:174).

Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2006:174). Dalam intervensi dituliskan sesuai dengan kriteria intervensi NIC (Nursing Intervension Clasification) antara lain yaitu identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap bertambah buruknya dehidrasi (misalnya obat-obatan, demam, stress, dan

(31)



program pengobatan), rasional untuk mengetahui faktor predisposisi dari dehidrasi pasien. Pantau status hidrasi pasien (misalnya kelembaban membran

mukosa, keadekuatan nadi, dan tekanan darah ortostatik) rasional untuk

mengetahui adanya tanda-tanda dehidrasi. Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan (misalnya kadar hematokrit) rasional hasil laboratorium merupakan salah satu indikasi dehidrasi. Timbang berat badan dan pantau kemajuaannya, rasional untuk mengetahuai adanya penurunan atau tidak. Pertahankan keakuratan catatan asupan dan haluaran rasional untuk tetap bisa mempertahkan keseimbangan cairan. Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus rasional untuk megetahui berkurangnya tingkat dehidrasi. Tingkatkan asupan oral (misalnya, berikan cairan oral yang disukai pasien) rasional untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dan cairan pasien.

Implementasi yang dilakukan penulis pada An. M selama 3 hari di ruang Bakung RS Panti Waluyo Surakarta, pada tanggal 2-4 April 20012. Untuk implementasi yang dilakukan antara lain mengukur suhu tubuh pasien, hal ini bertujuan untuk mengobservasi keadaan pasien. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hermalinda (2010) pemantauan suhu tubuh merupakan salah satu indikator penting dalam mengkaji kondisi kesehatan anak yang demam dan dirawat di rumah sakit.

Menganjurkan keluarga untuk memberikan pasien banyak minum, hal ini bertujuan untuk membantu menurunkan panas. Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Purwanti, Ambarwati (2005) memberikan

(32)

21



minum banyak pada pasien febris dengan alasan karena air minum merupakan unsur pendingin tubuh yang penting dalam lingkungan panas dan air sendiri diperlukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi akibat berkeringat.

Memantau input dan output, balance cairan hari pertama -110,6cc, hari kedua -80,6cc, hari ketiga -40,6cc, hal ini bertujuan untuk mengetahui balance

cairan. Menurut jurnal penelitian Kushartono (2006) kebutuhan rumatan air

dan elektrolit tergantung pada banyaknya air yang keluar melalui urine, feses,

insensible losses. Jumlah total air dan elektrolit dalam tubuh merupakan hasil

dari pengaturan keseimbangan antara intake dan output. Menimbang berat badan, hal ini bertujuan untuk mengetahui adanya penurunan atau tidak.

Mengganti cairan infus ringer laktat, hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Dalam buku ISO (2011-2012), ringer

laktat digunakan untuk indikasi pengobatan kekurangan volume cairan dimana

rehidrasi secara oral tidak mungkin dilakukan.

Kolaborasi untuk pemberian terapi injeksi Antrain sesuai program, hal ini bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh pasien. Antrain merupakan obat untuk indikasi meredakan nyeri (ISO, 2011-2012).

Dari tindakan keperawatan yang sudah dilakukan selama 3 hari, untuk intervensi belum dapat diimplementasikan semua. Intervensi yang tidak bisa dilakukan yaitu menganjurkan keluarga untuk menginformasikan perawat bila haus karena ibu pasien tidak mau menginformasikan kepada perawat.

Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan, maka penulis melakukan evaluasi apakah perilaku dan respon pasien mengalami kemajuan

(33)



atau kemunduran dalam diagnosa keperawatan. Evaluasi ini penulis menggunakan metode sesuai teori yaitu SOAP (Subyektif, Obyektif,

Assessment, Planning).

Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada tanggal 2-4 April 2012 adalah ibu pasien mengatakan anaknya sudah mau minum dan sudah tidak rewel, turgor kulit cukup, mukosa bibir sedikit kering. Pada hari ketiga masalah belum teratasi karena pasien belum mampu mencukupi asupan nutrisi dan cairan secara adekuat, Intervensi dilanjutkan dengan pendelegasian pada perawat. Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan.

B. Simpulan dan Saran 1. Simpulan

Dari uraian bab pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Pengkajian yang dilakukan pada An. M didapatkan data subyektif dan obyektif. Dari data subyektif ibu pasien mengatakan anaknya panas, lemah, menangis, minum sedikit. Dari data obyektif didapatkan tanda-tanda vital, suhu 38oC, nadi 116 kali per menit, pernapasan 30 kali per menit, kulit kemerahan, kulit teraba hangat, peningkatan hematokrit 40,7 %, klien tampak lemah, klien rewel, menangis, input 773,4cc dan

(34)

23



b. Diagnosa keperawatan utama yang muncul saat dilakukan pengkajian pada An. M adalah kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat.

c. Intervensi keperawatan pada diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat, yaitu An. M dapat memenuhi asupan oral secara adekuat sehingga pemenuhan kebutuhan cairan dapat terpenuhi.

d. Implementasi yang dilakukan pada An. M adalah mengukur suhu tubuh pasien, menganjurkan keluarga untuk memberikan pasien banyak minum, memantau input dan output, mengganti cairan infus

ringer laktat, kolaborasi untuk pemberian injeksi.

e. Evaluasi yang dicapai selama 3 hari masalah keperawatan belum teratasi, karena pasien belum mampu mencukupi asupan nutrisi dan cairan secara adekuat.

2. Saran

Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberi saran sebagai berikut :

a. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien seoptimal mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

(35)



b. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya melalui praktek klinik dan pembuatan laporan.

c. Bagi Penulis selanjutnya

Penulis berharap bisa memberikan tindakan pengelolaan selanjutnya pada pasien Febris dengan kekurangan volume cairan.

(36)



DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa: Waluyo Agung, Yasmin Asih, Juli, Kuncoro, I Made Karyasa. Jakarta: EGC.

Hermalinda (2010). Pemanfaatan Teknologi dalam Pengukuran Suhu .Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Jakarta.

Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. (2009). Informasi Spesialite Obat (ISO)

Indonesia. Jakarta: PT. ISFI.

Kushartono.(2006). Terapi Cairan dan Elektrolit pada Anak. http: //www.pediatric.com/pkb/061022023336.xvm.7143 diakses tanggal 23 April 2012.

Nanda International. (2009). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Nursalam. 2003. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi II. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses

dan Praktik. Edisi 4. Volume I. Jakarta: EGC.

Purwanti, Sri, Ambarwati Nur W. (2008). Pengaruh Kompres Hangat terhadap Perubahan Suhu Tubuh pada Pasien Anak Hipertermi di Ruang Rawat

Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta. UMS

Surakarta.http://eprints.ums.ac.id/1029/2/2009v1n2-2daftar isi.pdf

Purwoko, Jauhari Ismail, Soetaryo. (2003). Demam pada Anak: Perabaan Kulit,

Pemahaman dan Tindakan Ibu. Volume 35 No. 2. Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada/RS Dr. Sardjito. Yogyakarta. http: //www.pediatric.com diakses pada tanggl 16 April 2012.

Saleh, Julianto. (2003). Hirarki Kebutuhan Manusia Menurut Abraham Maslow:

Aplikasi Terhadap Klasifikasi Mad’u dalam Proses Dakwah.

http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/24:112598/q/pengarang:%20Juliant o%20/offset/0/limit/15diakses pada tanggal 16 April 2012.

Sarasvati, Kine. (2010). Menjadi Dokter bagi Anak Anda. Bahtera Buka. Kalibayem. Yogyakarta.

(37)



Wilkinson, Judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan

Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.

(38)



(39)



DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dita Saraswati

Tempat, tanggal lahir : Karanganyar, 17 Oktober 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Malangjiwan Rt. 03/Rw. 02 Colomadu Karanganyar

Riwayat Pendidikan : - TK PG Colomadu lulus tahun 1996 Ͳ SD Negeri 03 Colomadu lulus tahun 2003 Ͳ SMP Negeri 03 Colomadu lulus tahun 2006 Ͳ SMA Negeri 01 Colomadu lulus tahun 2009

Ͳ DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Riwayat Pekerjaan : -

(40)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

diagnosa antara lain pola nafas tidak efektif berhubungan dengan asidosis metabolik, kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan, perubahan

Masalah keperawatan dengan kelebihan volume cairan belum teratasi karena ketidakpatuhan pasien terhadap intervensi yang diberikan oleh perawat, diagnosa keperawatan dengan

Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul empat diagnosa pada pasien yaitu: kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, nyeri

1) Menjelaskan konsep dasar cairan dan elektrolit dari mulai pengkajian sampai dengan perencanaan keperawatan bagi pasien dengan gangguan kebutuhan dasar cairan

Evaluasi dari tindakan yang dilakukan oleh penulis selama 3 hari melakukan asuhan keperawatan pada An.F dengan diagnosa keperawatan kurang volume cairan

Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul empat diagnosa pada pasien yaitu: kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, nyeri

Dari 5 diagnosa keperawatan yang terdapat dalam teori, penulis mengangkat 5 diagnosa keperawatan yang sesuai dengan masalah anak yaitu devisit volume cairan dan

Ditegakkannya diagnosa keperawatan pola nafas tidak efektif, penulis merencanakan tindakan untuk mengurangi sesak nafas yang dirasakan klien yaitu monitor