• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN VOLUME CAIRAN PADA An.F DENGAN GASTROENTERITIS AKUT DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN VOLUME CAIRAN PADA An.F DENGAN GASTROENTERITIS AKUT DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

i 

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

VOLUME CAIRAN PADA An.F DENGAN

GASTROENTERITIS AKUT

DI RUANG FLAMBOYAN

RSUD SUKOHARJO

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH:

SELLY AYU HAPSARI

NIM. P.09099

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(2)

ii 

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Selly Ayu Hapsari

NIM : P.09099

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN VOLUME CAIRAN PADA An.F DENGAN GASTROENTERITIS AKUT DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO. Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 27 April 2012 Yang Membuat Pernyataan

Selly Ayu Hapsari NIM P.09099

(3)

iii 

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama : Selly Ayu Hapsari

NIM : P.09099

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN VOLUME CAIRAN PADA An.F DENGAN GASTROENTERITIS AKUT DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO.

Telah disetujui untuk diajukan dihadapan dewan penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/Tanggal : Kamis, 27 April 2012

Pembimbing : Mushlihah Muliana Utami, S.Kep.,Ns ( ) NIK. 201187086

(4)

iv 

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah diajukan oleh :

Nama : Selly Ayu Hapsari

NIM : P.09099

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN VOLUME CAIRAN PADA An.F DENGAN GASTROENTERITIS AKUT DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO.

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan dewan penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/tanggal : Kamis, 3 Mei 2012

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Mushlihah Muliana Utami, S.Kep.,Ns (………) NIK. 201187086

Penguji II : Diyah Ekarini, S.Kep.,Ns (………) NIK. 20017900

Penguji III : Tyas Ardi, S.Kep.,Ns (………)

NIK. 201185077

Mengetahui,

Ketua program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Setiyawan, S.Kep.,Ns NIK. 201084050

(5)

v 

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN VOLUME CAIRAN PADA An.F DENGAN

GASTROENTERITIS AKUT DI RUANG FLAMBOYAN RSUD

SUKOHARJO”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Setiyawan, S.Kep., Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Mushlihah Muliana Utami, S.Kep., Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

(6)

vi 

4. Diah Ekarini, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 5. Tyas Ardi, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan

cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

7. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

8. Pebri Irawan, yang selalu memberikan semangat dan memberikan motivasi dalam penyelesaian studi kasus ini.

9. Teman-teman kontrakan clolo, yang selalu setia menemani dan memberikan semangat.

10. Teman-teman mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu- persatu yang telah memberikan dukungan spiritual dan moril.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 3 Mei 2012

(7)

vii 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penulisan ... 5

C. Manfaat Penulisan ... 6

BAB II LAPORAN KASUS A. Identitas Klien ... 7

B. Pengkajian ... 8

C. Perumusan Masalah Keperawatan ... 11

D. Perencanaan Keperawatan ... 12

E. Implementasi Keperawatan ... 12

F. Evaluasi Keperawatan ... 14

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan ... 16

(8)

viii  B. Simpulan ... 24 C. Saran ... 26 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(9)



STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

VOLUME CAIRAN PADA An.F DENGAN

GASTROENTERITIS AKUT

DI RUANG FLAMBOYAN

RSUD SUKOHARJO

DI SUSUN OLEH:

SELLY AYU HAPSARI

NIM. P.09099

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(10)
(11)

ϭ 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare terjadi di seluruh dunia dan menyebabkan 4% dari semua kematian. Secara umum disebabkan oleh infeksi gastrointestinal dan membunuh sekitar 2,2 juta orang setiap tahun, yang kebanyakan dari mereka adalah anak- anak di negara berkembang (Utari, dkk cit Adnani, 2010). Data WHO menunjukan bahwa dalam setiap tahun rata-rata 100.000 anak di Indonesia meninggal dunia karena diare. Sementara itu, data dari Depkes menunjukan sekitar 300 orang diantara 1000 penduduk masih terjangkit diare sepanjang tahun. Penyakit diare menjadi penyebab kematian nomor 2 pada balita (usia 12 bulan sampai 5 tahun), nomor 3 pada bayi (usia 0 bulan sampai 12 bulan), dan nomor 5 pada semua umur (RSPI-SS cit Adnani, 2010: 26).

Dari pencatatan dan pelaporan yang ada, baru sekitar 1,5- 2 juta penderita diare yang berobat rawat jalan ke sarana kesehatan pemerintah. Jumlah ini adalah sekitar 10% dari jumlah penderita yang datang berobat untuk seluruh penyakit, sedangkan jika ditinjau dari hasil survey rumah tangga diantara 8 penyakit utama, ternyata prosentase penyakit diare yang berobat sangat tinggi yaitu, 72% dibandingkan 56% untuk rata- rata penderita seluruh penyakit yang memperoleh pengobatan (Suraatmaja, 2007: 2).

(12)

2



Diare mempunyai pengertian yaitu buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu (Firmanda dkk, 2004: 49).

Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan penyakit diare, karena dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan penanggulangannya. Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapat tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bila terlambat (Ngastiyah, 2002: 223).

Pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa diare dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Manusia sendiri membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh. Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya. Hal tersebut dapat dicapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia yang kompleks. Air (H2O) merupakan proporsi yang besar dalam

tubuh. Seseorang dengan berat badan 70 kg bisa memiliki sekitar 50 liter air dalam tubuhnya. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan pria dewasa, dan 55% tubuh pria usia lanjut. Karena wanita memiliki simpanan lemak yang relatif lebih banyak, kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit dibandingkan pria (Iqbal & Chayatin, 2008: 70).

(13)

3



Kebutuhan cairan yang spesifik pada setiap usia yaitu kebutuhan bayi baru lahir kurang lebih 80 sampai 100 mL/kg/hari. Kebutuhan bayi adalah 120 sampai 130 mL/kg/hari. Kebutuhan anak usia 2 tahun adalah 115 sampai 125 mL/kg/hari. Kebutuhan anak usia 6 tahun adalah 90 sampai 100 mL/kg/hari. Kebutuhan remaja usia 15 tahun adalah 70 sampai 85 ml/kg/hari. Kebutuhan remaja 18 tahun adalah 40 sampai 50 ml/kg/hari (Muscari E, 2005: 107).

Pengeluaran cairan dalam tubuh manusia berlangsung dalam tiga cara. Cara pertama melalui insensible water loss (IWL). Pada proses ini, cairan keluar melalui penguapan di paru-paru. Cara kedua melalui noticeable water loss (NWL) cairan diekskresikan melalui keringat. Cara ketiga melalui feses, tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit. Pengeluran cairan pada orang dewasa berlangsung dalam lima cara, yakni melalui urine, feses, udara ekspresi, dan keringat (Iqbal & Chayatin, 2008: 73).

Kurang volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ekstrasel, namun proporsi antara keduanya (cairan dan eleketrolit) mendekati normal (Iqbal & Chayatin, 2008: 77).

Respon patologis penting dari gastroenteritis dengan diare berat adalah dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disebabkan output melebihi input sehingga jumlah air pada tubuh berkurang. Meskipun yang hilang adalah cairan tubuh, tetapi dehidrasi juga disertai gangguan elektrolit. Dehidrasi dapat terjadi karena kekurangan air,

(14)

4



kekurangan natrium, serta kekurangan air dan natrium secara bersama-sama (Prescilla cit Arief Muttaqin, 2011: 461).

Dehidrasi dapat diterapi dan dicegah secara efektif dan aman dengan menggunakan cairan rehidrasi oral (oralit). Cairan oralit tidak untuk mengobati diare sedangkan antibiotik digunakan hanya untuk diare yang disebabkan oleh bakteri patogen, oleh karena itu penemuan berbagai obat anti diare yang dapat mengurangi anti durasi diare, frekuensi buang air besar, dan volume tinja menjadi perhatian dari para ahli di seluruh dunia (Hegar, 2011:64).

Penipisan volume cairan berat dapat menimbulkan syok hipovolemia. Mekanisme kompensasi pada hipovolemia termasuk peningkatan rangsang sistem saraf simpatis, rasa haus, pelepasan hormon antidiuretik (ADH), dan pelepasan aldosteron (Horne & Swearingen, 2002: 48).

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Volume Cairan pada Klien dengan Gastroenteritis Aktif di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo”.

(15)

5



B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum

Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan volume cairan pada An.F dengan Gastroenteritis Akut di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien kurang volume cairan gastroenteritis akut.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien kurang volume cairan dengan gastroenteritis akut

c. Penulis mampu menyusun rencana atau intervensi keperawatan pada pasien kurang volume cairan dengan gastroenteritis akut.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien kurang volume cairan dengan gastroenteritis akut.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien kurang volume cairan dengan gastroenteritis akut.

f. Penulis mampu menganalisa kondisi yang terjadi pada pasien kurang volume cairan dengan gastroenteritis akut.

(16)

6



C. Manfaat Penulisan 1. Penulis

Mendapatkan pengalaman dan meningkatkan pengetahuan dari studi kasus dan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

2. Instansi a. Pendidikan

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam memperkaya bahan pustaka yang berguna bagi pembaca secara keseluruhan.

b. Rumah Sakit

Khususnya bagi perawat di RSUD Sukoharjo, sebagai masukan untuk lebih memperhatikan keseimbangan cairan pada pasien anak dengan gastroenteritis akut.

c. Profesi Keperawatan

Dapat dijadikan sebagai dasar mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam memberikan informasi mengenai pemenuhan kebutuhan cairan pada gastroenteritis akut.

(17)

ϳ 

BAB II

LAPORAN KASUS

Bab ini menjelaskan tentang ringkasan asuhan keperawatan yang dilakukan pada An.F dengan gastroenteritis akut, dilaksanakan pada tanggal 3 April 2012. Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, prioritas diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi dari prioritas masalah keperawatan.

A. Identitas Pasien

Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 April 2012 jam 14.30 WIB di ruang Flamboyan RSUD Sukoharjo, pada kasus ini diperoleh dengan cara

alloanamnesa dan melihat rekam medik pasien, mengadakan pengamatan atau observasi langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis dan catatan perawat dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas klien bahwa klien bernama An.F usia 1 tahun, beragama Islam, alamat Tanjungsari 2/5 Tangkisan Tawangsari Sukoharjo yang dirawat di ruang flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo dengan diagnosa medis diare cair akut. Penanggung jawab klien adalah Tn.R, sebagai ayah dari An. F, berusia 35 tahun, alamat Tanjungsari 2/5 Tangkisan Tawangsari Sukoharjo.

(18)

8



B. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 3 April 2012 juga didapatkan data yaitu, pada keluhan utama ibu klien mengatakan klien mengalami buang air besar cair kurang lebih 8 kali. Riwayat penyakit sekarang yang dikatakan oleh keluarga klien adalah sejak kemarin klien mengalami buang air besar cair kurang lebih 6 kali kemudian pada hari ini tanggal 3 April 2012 buang air besar bertambah menjadi 8 kali, muntah 3 kali, demam dan tampak lemah. Kemudian oleh keluarga dibawa ke dokter Isna untuk diperiksakan, kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif, dan di rumah sakit klien mendapatkan terapi infus ringer laktat 15 tetes per menit makro yang terpasang pada tangan kanan, L-Bio 2x1, zink 1x1, ondansetron 1mg/8jam, paracetamol 3x0,75 gram, oralit 50cc. Kemudian klien dipindahkan ke bangsal flamboyan.

Pada riwayat kesehatan masa lalu klien merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara, P3A0. Kesehatan selama hamil, pada saat hamil klien ibu mengatakan tidak menderita penyakit apapun selama hamil, selalu rutin memeriksakan kehamilannya dan hanya mengkonsumsi vitamin yang diberikan oleh bidan. Ibu mengatakan melahirkan di bidan dengan persalinan normal dan lama persalinan kurang lebih 1 jam dengan berat bayi 3200 gram, panjang 50 cm dan tidak ada kelainan bawaan saat lahir, klien tidak memiliki riwayat alergi. Klien sudah mendapatkan imunisasi BCG pada usia 0 bulan, DPT pada usia dua, empat dan enam bulan, polio pada usia nol, dua, empat, enam bulan, hepatitis B pada usia satu bulan dan campak belum dilakukan.

(19)

9



Pengobatan saat ini yang diperoleh klien adalah L-Bio 2x1 (untuk memelihara kesehatan fungsi pencernaan pada anak, membantu mengembalikan fungsi normal pencernaan selama diare), zink 1x1 (untuk pengobatan diare pada anak dibawah 5 tahun yang diberikan bersama oralit), paracetamol 3x0,75 (untuk penurun demam), ondansetron (untuk obat mual), infus ringer laktat 15 tetes per menit makro (untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi), oralit 50cc untuk mencegah dan mengobati dehidrasi pada waktu diare (ISO, 2010). Pertumbuhan dan perkembangan klien yaitu berat badan umur 6 bulan 7 kg, berat badan sekarang 9 kg. Klien sudah tumbuh gigi 2 buah, sudah bisa duduk dan merangkak. DDST normal (klien sudah bisa minum dengan botol, main bola dengan pemeriksa, daag-daag dengan tangan, menyebutkan dua kata, satu kata, papa atau mama).

Pengkajian pola kesehatan fungsional pada klien didapatkan data, yaitu pada pengkajian riwayat nutrisi klien masih diberi ASI dengan frekuensi minum kurang lebih 4 kali, lama pemberian 10 menit dan makanan pendamping berupa bubur habis 2 sendok. Kemudian didapatkan data WAZ mines 1,1 tergolong normal, HAZ 1,4 tergolong normal, WHZ mines 2,1 tergolong kurus. Gastrointestinal muntah 3 kali, buang air besar cair 8 kali disertai lendir. Pada genitourinary tidak nyeri saat berkemih, buang air kecil kurang lebih 7 kali. Dalam pengkajian riwayat kesehatan keluarga tidak terdapat penyakit keturunan maupun kelahiran kongenital baik dari keluarga suami atau istri. Ayah klien mempunyai kebiasaan merokok. Tempat tinggal

(20)

10



klien terletak di pedesaan, dataran tinggi dan keadaan lingkungan sekitar rumah bersih. Dalam pengkajian riwayat sosial struktur keluarga pada klien terdiri dari ayah, ibu dan 3 anak laki- laki termasuk klien, anak pertama kelas 4 SD, dan yang kedua 1 SD. Pendidikan terakhir ayah klien SMP dan ibu SLTA. Ayah klien bekerja sebagai petani dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Pada fungsi keluarga, ibu mengatakan klien berinteraksi dengan baik. Ayah berperan sebagai kepala keluarga yang mengambil keputusan. Klien mempunyai kebiasaan menghisap jempol.

Pengkajian pemeriksaan fisik pada pengukuran dan pertumbuhan didapatkan data panjang badan 80 cm, berat badan 9 kg, lingkar kepala 44 cm, lingkar dada 43 cm, lingkar lengan 15 cm. Pada pemeriksaan tanda vital tanggal 3 April didapatkan data suhu 37,30C, nadi 106 kali per menit, respirasi 20 kali per menit. Tanggal 4 April suhu 370C, nadi 102 kali per menit, respirasi 17 kali per menit. Tanggal 5 April suhu 36,80C, nadi 97 kali per menit, respirasi 18 kali per menit. Keadaan umum klien composmentis, lemas, dan rewel. Kulit putih, bersih, turgor kulit jelek, teraba hangat. Rambut berwarna hitam, tidak mudah rontok, bersih, kuku tidak clubbing dan tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe. Kepala mesochepal, tidak terlalu besar. Mata simetris, penglihatan baik, sklera putih, pupil isokor, konjungtiva anemis. Hidung simetris, kebersihan terjaga, tidak ada polip, tidak ada epistaksis. Mulut simetris, tidak terdapat stomatitis, mukosa bibir sedikit kering. Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid pada leher dan tidak terdapat kaku kuduk. Paru-paru inspeksi simetris kanan kiri, tidak ada otot bantu

(21)

11



pernafasan, palpasi vokal fremitus kanan dan kiri sama, perkusi sonor, auskultasi vesicular. Jantung inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus

cordis teraba di SIC V, perkusi pekak, auskultasi bunyi jantung 1 sama dengan bunyi jantung 2 normal. Pada pemeriksaan abdomen inspeksi perut datar, auskultasi bising usus 38 kali per menit, perkusi hipertimpani, palpasi tidak ada nyeri tekan. Kardiovaskuler pada klien belum pernah ditransfusi. Pada muskuloskeletal tidak ada gangguan neurologis, klien belum pernah kejang. Pada pengkajian gastrointestinal didapatkan data muntah, buang air besar cair disertai lendir, bising usus 38 kali per menit. Genetalia, klien berjenis kelamin laki–laki, tidak ada kelainan di daerah genetalia.

Pemeriksaan diagnostik penunjang pada tanggal 03 April 2012 didapatkan hasil pemeriksaan hemoglobin 9,0 g/dl, red blood cell 4,50 106/µL, white blood cell 12,3 103/µL.

C. Perumusan Masalah Keperawatan

Berdasarkan data hasil pengkajian dan observasi tersebut penulis melakukan analisa data yang terkait dengan studi kasusnya dengan data subyektif keluarga mengatakan klien diare, buang air besar cair 8 kali, berlendir, buang air kecil 6 kali dan muntah 3 kali, untuk data obyektif klien tampak rewel, lemah, turgor kulit jelek, mukosa bibir sedikit kering, muntah (setiap kali muntah kurang lebih 15cc), kulit teraba panas, balance cairan mines 104 cc, suhu 37,30C, setiap kali buang air besar kurang lebih 20 cc. Kemudian dari data-data yang didapatkan, maka penulis membuat prioritas

(22)

12



keperawatan adalah kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

D. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan / intervensi keperawatan yang akan dilakukan penulis pada prioritas diagnosa kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif berdasarkan NIC NOC, 2006. Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan cairan dapat terpenuhi dengan kriteria hasil mukosa bibir lembab, balance cairan normal (+ 100cc), suhu tubuh normal (360 C-370C).

Intervensi yang akan dilakukan yaitu awasi tanda vital dengan rasional hipotensi (termasuk postural), takikardi, demam dapat menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan. Kaji input dan output pada pasien dengan rasional memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan. Pantau status hidrasi (kelembaban membran mukosa, keadekuatan nadi) dengan rasional menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi. Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi infus ringer laktat 15 tetes per menit dengan rasional penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan cairan (Doengoes, 2000 : 478).

(23)

13



E. Implementasi

Implementasi yang dilakukan oleh penulis sesuai dengan intervensi keperawatan pada prioritas diagnosa kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Implementasi yang dilakukan oleh penulis pada hari Selasa, 3 April 2012, yaitu jam 15.05 WIB mengukur suhu dan nadi dengan data subyektif ibu mengatakan klien demam dan berkeringat, data obyektif keringat agak banyak sekitar 25cc, suhu 37,30C dan nadi 106 kali per menit. Jam 15.15 WIB memantau status hidrasi (kelembaban mukosa bibir) dengan data subyektif ibu mengatakan klien hanya minum ASI 4 kali dan buang air kecil banyak, data obyektif mukosa bibir sedikit kering. Jam 15.25 WIB melakukan pemberian terapi infus ringer laktat 15 tetes per menit dengan data subyektif ibu mengatakan klien terpasang infus di tangan kanan, data obyektif terapi infus ringer laktat 15 tetes per menit. Mengkaji input

output dengan data subyektif ibu mengatakan klien makan kurang lebih 2 sendok bubur, minum ASI kurang lebih 4 kali dan buang air besar 8 kali cair, buang air kecil kurang lebih 7 kali, muntah kurang lebih 3 kali, keringat agak banyak sekitar 25 cc, data obyektif setiap kali buang air besar kurang lebih 20 cc, setiap kali muntah kurang lebih 15 cc, balance cairan mines 104.

Implementasi pada hari Rabu, 4 April 2012 jam 12.00 WIB memonitor suhu dan nadi dengan data subyektif ibu mengatakan klien masih sedikit demam, data obyektif suhu 370C dan nadi 102 kali per menit. Jam 12.45 WIB memantau status hidrasi dengan data subyektif ibu mengatakan klien sudah 6 kali minum ASI, data obyektif mukosa bibir lembab. Jam 13.30

(24)

14



WIB mengkaji input output dengan data subyektif ibu mengatakan klien makan bubur habis kurang lebih 2 sendok, minum ASI kurang lebih 6 kali, buang air besar kurang lebih 5 kali cair, buang air kecil kurang lebih 8 kali, muntah kurang lebih 2 kali, data obyektif balance cairan positif 54 cc.

Implementasi pada hari Kamis, 5 April 2012 jam 12.00 WIB memonitor suhu dan nadi dengan data subyektif ibu mengatakan demam klien menurun, data obyektif suhu 36,80C dan nadi 97 kali per menit. Jam 13.00 WIB mengkaji input output dengan data subyektif ibu mengatakan klien makan kurang lebih 2 sendok, minum ASI kurang lebih 5 kali, buang air besar kurang lebih 3 kali sudah berampas, buang air kecil kurang lebih 9 kali dan muntah kurang lebih 1 kali, data obyektif balance cairan positif 22cc.

F. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan penulis pada prioritas diagnosa kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif adalah pada hari pertama tanggal 03 April 2012 didapatkan hasil keluarga klien mengatakan klien diare 8 kali, berlendir, buang air kecil 6 kali dan muntah 3 kali, klien tampak rewel, tampak lemas, mukosa bibir sedikit kering, turgor kulit jelek, setiap kali muntah kurang lebih 15 cc, balance cairan kurang 104 cc, setiap kali buang air besar kurang lebih 20 cc, kulit teraba panas, suhu 37,30C dan nadi 106 kali per menit, dari data tersebut maka disimpulkan masalah kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif belum teratasi, kemudian intervensi yang dilanjutkan adalah awasi tanda-tanda vital, kaji

(25)

15



input output pada pasien, pantau status hidrasi (kelembaban membran mukosa), kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi infus ringer

laktat 15 tetes per menit.

Evaluasi pada hari kedua tanggal 04 April 2012 didapatkan hasil keluarga klien mengatakan klien masih diare 5 kali, berlendir, buang air kecil 8 kali dan muntah 2 kali, klien masih tampak rewel, mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, balance cairan lebih 54 cc, kulit masih teraba hangat, suhu 370C, setiap kali muntah kurang lebih 15 cc, setiap kali buang air besar kurang lebih 20 cc dan nadi 102 kali per menit, dari data tersebut maka dapat disimpulkan pada hari kedua masalah teratasi sebagian, dan intervensi yang akan dilanjutkan adalah memonitor suhu dan nadi, mengkaji input output.

Evaluasi pada hari ketiga tanggal 05 April 2012 didapatkan hasil keluarga mengatakan demam klien menurun, buang air besar 3 kali sudah berampas, buang air kecil 9 kali dan muntah 1 kali, klien sudah lebih tenang,

balance cairan lebih 22 cc, suhu 36,80C dan nadi 97 kali per menit. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan masalah teratasi dan intervensi dihentikan.

(26)

ϭϲ 

BAB III

PEMBAHASAN DAN SARAN

A. Pembahasan

Bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan anak pada An.F dengan gastroenteritis akut di ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo. Di samping itu di bab ini penulis juga akan membahas tentang faktor pendukung dan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara teori dan kenyataan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (lebih dari 3 kali per hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa darah dan lender (Suraatmaja, 2007: 1). Penyebab tersering diare pada anak adalah infeksi saluran cerna dan data epidemiologi memperlihatkan bahwa rotavirus dan bakteri merupakan penyebab tersering, rotavirus ditemukan pada 60 persen anak dan bakteri (E.coli dan Salmonella) pada 20 persen anak berumur 3 tahun dengan diare akut tanpa dehidrasi dan dehidrasi ringan atau sedang (Gunardi dkk, 2011: 64). Efek dari diare salah satunya adalah kurang volume cairan dikarenakan kehilangan cairan yang berlebih. Kurang volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi

(27)

17



cairan dan elektrolit di ruang ekstrasel, namun proporsi antara keduanya (cairan dan eleketrolit) mendekati normal (Iqbal & Chayatin, 2008: 77).

Pengkajian yang dilakukan oleh penulis sesuai dengan format pengkajian keperawatan anak. Pengkajian dilakukan pada An.F dengan diare cair akut pada tanggal 3 April 2012 dengan metode alloanamnesa dan melihat dari rekam medis pasien. Pengkajian yang dilakukan berisi tentang identitas klien, pengkajian riwayat kesehatan klien, pengkajian pola kesehatan fungsional, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, daftar perumusan masalah, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Data yang diperoleh penulis pada pengkajian riwayat kesehatan saat ini adalah klien mengalami diare sejak kemarin tapi hanya 6 kali kemudian pada tanggal 3 April diare bertambah sering kurang lebih 8 kali, muntah 3 kali, demam dan tampak lemah. Buang air besar lebih dari 3 kali per hari disebabkan oleh toksin pada dinding usus yang menyebabkan terjadinya peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus, selanjutnya timbul diare, karena terdapat peningkatan rongga usus. Kehilangan cairan berlebih bisa mengakibatkan kelemahan karena hilangnya nutrisi dalam tubuh (Nursalam, 2008: 170). Pada umumnya demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi kedalam sel epitel usus. Demam juga terjadi akibat dehidrasi, pada umumnya tidak tinggi dan akan menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin diikuti kejang demam (Suraatmaja, 2007: 13). Hal itu sesuai dengan gambaran klinis pasien diare yang ditandai dengan mula – mula cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat,

(28)

18



nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare, tinja cair mungkin disertai lendir atau darah (Ngastiyah, 2002: 225).

Penulis kurang teliti dalam pengkajian, pada riwayat kesehatan saat ini penulis tidak mencantumkan bahwa klien rewel, tinja disertai lendir dan nafsu makannya berkurang, padahal hal tersebut terjadi pada klien.

Riwayat kesehatan lalu pada riwayat imunisasi penulis mendapatkan data yaitu klien sudah mendapatkan imunisasi BCG pada usia 0 bulan, DPT pada usia dua, empat dan enam bulan, polio pada usia nol, dua, empat dan enam bulan, hepatitis B pada usia satu bulan, sedangkan campak belum dilakukan. Menurut teori, diare lebih sering terjadi atau berakibat berat pada anak-anak dengan campak (yang belum diimunisasi campak), sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada pasien (Nursalam, 2008: 173).

Pemeriksaan fisik pada pengukuran dan pertumbuhan berat badan, panjang badan, lingkar dada, lingkar kepala, lingkar lengan hanya dilakukan pada hari pertama pengkajian dengan hasil berat badan 9 kg, panjang badan 80 cm, lingkar kepala 44 cm, lingkar dada 43 cm, lingkar lengan 15 cm. Penulis hanya menimbang berat badan pada hari pertama dan kedua, dan hari terakhir penulis tidak menimbang berat badan klien dikarenakan kelalaian penulis. Seharusnya penimbangan berat badan dilakukan setiap hari dengan rasional merupakan indikator cairan dan status nutrisi. Pada pemeriksaan tanda vital penulis memonitor selama tiga hari untuk mengetahui perkembangannya dengan rasional hipotensi (termasuk postural), takikardi,

(29)

19



demam dapat menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan (Doengoes, 2000: 478).

Pengkajian pemeriksaan umum penulis mendapatkan data berupa keadaan umum klien sedikit lemas, rewel dan composmentis. Pada pengkajian kulit didapatkan data turgor kulit jelek, teraba panas dikarenakan demam. Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis karena infeksi ileus yang menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan dengan infeksi sistemik (Suraatmaja, 2007: 14).

Pada pengkajian gastrointestinal didapatkan data bising usus 38 kali per menit, gerak peristaltik merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mencegah perkembangbiakan bakteri dalam usus, dan juga mempercepat pengeluaran bakteri bersama tinja. Hal ini terlihat bila karena suatu sebab gerak peristaltik terganggu, sehingga menimbulkan stagnasi isi perut. hiperperistaltik usus disebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, sudah basi), gangguan syaraf, hawa dingin, dan alergi (Suraatmaja, 2007: 13). Kemudian pada hari pertama muntah 3 kali buang air besar 8 kali, hari kedua muntah 2 kali buang air besar 5 kali, hari ketiga muntah 1 kali buang air besar 3 kali. Disini penulis kurang teliti dalam melakukan pengkajian gastrointestinal, seharusnya pada sistem gastrointestinal pengkajiannya meliputi riwayat anoreksia, kram abdomen, abdomen cekung, abdomen distensi (Asmadi, 2008: 61).

Data yang didapat penulis pada pengkajian mata yaitu mata simetris, bentuk mata normal, penglihatan baik, konjungtiva anemis, sklera putih, pupil

(30)

20



isokor. Disini penulis kurang teliti dalam melakukan pengkajian, harusnya penulis lebih teliti melihat mata cekung atau tidak. Kemudian mulut tampak mukosa bibir kering tidak terdapat stomatitis dan gigi sudah tumbuh dua buah. Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan data inspeksi perut datar, tidak ada luka, auskultasi bising usus 38 kali per menit, palpasi tidak ada nyeri tekan, dan perkusi hipertimpani. Pengkajian genitourinary didapatkan tidak ada nyeri saat berkemih, buang air kecil 7 kali, dan pada anus bokong sedikit merah.

Perumusan masalah keperawatan yang diambil oleh penulis ada tiga yaitu kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake makanan yang kurang, kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi. Namun penulis hanya memprioritaskan satu diagnosa keperawatan yaitu kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, yang telah disesuaikan dengan diagnose keperawatan NANDA (2005). Kurang volume cairan sendiri mempunyai pengertian yaitu penurunan intravaskular, interstisial, dan intraselular, mengarah kepada dehidrasi, kehilangan cairan tanpa perubahan sodium (Budi S, 2005: 89).

Penulis memprioritaskan diagnosa kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dengan alasan mengacu pada pengertian diare sendiri yaitu kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Gejala diare seperti muntah, demam itu menyebabkan

(31)

21



menurunnya pemasukan atau hilangnya cairan, kemudian menyebabkan cairan ekstraseluler secara tiba-tiba cepat hilang, yang akhirnya menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit (Suriadi dan Yuliani, 2010: 83).

Disini penulis, menuliskan data subyektifnya keluarga mengatakan klien diare kurang lebih 8 kali, disertai lendir, buang air kecil kurang lebih 6 kali dan muntah kurang lebih 3 kali. Data obyektifnya yaitu klien tampak rewel, lemas, turgor kulit jelek, mukosa bibir sedikit kering, disebabkan oleh kekurangan cairan dalam tubuh sehingga elastis kulit menghilang (Gerald B, 2001). muntah 3 kali (setiap muntah kurang lebih 15 cc), balance cairan mines 104 cc, suhu 37,30C, kulit teraba panas, buang air besar 8 kali (setiap buang air besar kurang lebih 20 cc). Untuk mengetahui elastisistas kulit dilakukan pemeriksaan turgor yaitu dengan cara mencubit daerah perut dengan menggunakan kedua ujung jari (bukan kedua kuku), apabila turgor kembali dengan cepat (kurang dari 2 detik) berarti diare tersebut tanpa dehidrasi, apabila turgor kulit kembali dengan lambat (cubitan kembali dalam waktu 2 detik) berarti diare dengan dehidrasi ringan atau sedang, apabila turgor kembali sangat lambat (cubitan kembali lebih dari 2 detik) termasuk diare dengan dehidrasi berat (Nursalam, 2008: 174). Dalam pengkajian turgor kulit, penulis hanya melakukan tes turgor kulit di tangan, penulis tidak melakukan tes turgor kulit di perut, padahal tes turgor kulit lebih baik dilakukan di perut, karena kulit tangan lebih sering terpapar sinar matahari dan cenderung kering dan biasanya lembab karena adanya pemberian lotion,

(32)

22



sedangkan kulit perut cenderung tertutup atau jarang terpapar sinar matahari (Janice L, 2005: 79).

Intervensi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan spesifik (jelas), measurable (dapat diukur), acceptance,

rasional dan timing. Pembahasan dari intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil dan tindakan yaitu pada diagnosa kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif mempunyai tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan kebutuhan cairan dapat terpenuhi, dengan kriteria hasil antara lain mukosa bibir lembab (Wilkinson, 2006: 174),

balance cairan normal (Nikmatur Rahma, 2009), suhu tubuh dalam rentang normal yaitu 360C sampai 370C (Wijaya, 2001: 1). Sebenarnya di dalam NIC NOC terdapat kriteria hasil untuk diagnosa kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif antara lain keseimbangan asupan dan haluaran dalam 24 jam, berat jenis urin dalam batas normal, mempertahankan tanda vital dalam batas normal, hematrokit dalam batas normal (Judith M, 2006: 174). Namun dalam kasus ini penulis tidak mencantumkan kriteria hasil berat jenis urin dalam batas normal dan hematokrit dalam batas normal, dikarenakan keterbatasan wewenang penulis dalam melakukan pemeriksaan penunjang tersebut.

Intervensi sesuai teori Nursalam, 2008 antara lain pantau tanda dan gejala dehidrasi (kulit membran mukosa kering), pantau masukan dan keluaran dengan cermat meliputi frekuensi, warna dan konsistensi, pantau

(33)

23



ketidakseimbangan elektrolit (natrium klorida dan kalium), timbang berat badan setiap hari, monitor tanda – tanda vital (suhu dan nadi) setiap 4 jam, monitor pemeriksaan laborat (elektrolit, berat jenis urin dan nitrogen urea darah), kolaborasi dengan dokter tentang dehidrasi, terutama untuk dehidrasi berat dan jika terdapat penyakit berat lainnya. Sedangkan intervensi yang ditulis oleh penulis adalah awasi tanda vital dengan rasional hipotensi (termasuk postural), takikardi, demam dapat menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan. Kaji input output pada pasien dengan rasional memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan. Pantau status hidrasi (kelembapan membrane mukosa) dengan rasional menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/ dehidras. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi infus yang sering digunakan adalah ringer laktat 15 tetes per menit dengan rasional penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan cairan. Ringer laktat mengandung air, natrium, kalium, dan clorida (Iyan Darmawan, 2008).

Implementasi yang dilakukan oleh penulis sesuai dengan intervensinya, dan dilakukan selama tiga hari. Pada hari Selasa, 3 April 2012 penulis melakukan tindakan mengukur suhu dan nadi, memantau status hidrasi, melakukan pemberian terapi infus ringer laktat 15 tetes per menit, mengkaji input output. Hari Rabu, 4 April 2012 penulis melakukan memonitor suhu dan nadi, memantau status hidrasi (kelembapan membran mukosa), menkaji input output. Kemudian hari Kamis, 5 April 2012 penulis

(34)

24



melakukan mengukur suhu dan nadi, mengkaji input output. Pada saat melakukan tindakan penulis tidak mengalami hambatan, karena dari pihak keluarga kooperatif.

Evaluasi yang dilakukan oleh penulis setelah melakukan tindakan/ implementasi keperawatan selama 3 hari yaitu didapatkan hasil pada hari Selasa, 3 April 2012 masalah belum teratasi. Kemudian hari Rabu, 4 April 2012 masalah teratasi sebagian. Dan hari Kamis, 5 April 2012 masalah sudah teratasi. Ini sesuai dengan tujuan penulis yaitu setelah melakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah kurang volume cairan dapat teratasi dengan hasil mukosa bibir lembap, balance cairan positif 22cc, suhu tubuh 36,80C, diare 3 kali dan sudah berampas.

B. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan penulis dalam laporan kasus dan pembahasan pada asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan volume cairan yaitu didapatkan data hasil pengkajian pada An.F dengan keluhan utama buang air besar 8 kali, demam, tampak lemah, konjungtiva anemis, turgor kulit jelek, kulit teraba hangat, mukosa bibir sedikit kering, auskultasi bising usus 38 kali per menit, klien rewel, suhu tubuh 37,30C.

Dari data tersebut maka penulis mengangkat diagnosa aktual kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Kemudian penulis membuat intervensi keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan kebutuhan cairan dapat

(35)

25



terpenuhi dengan kriteria hasil mukosa bibir lembap, balance cairan normal, suhu tubuh normal (360C sampai 370C).

Intervensi yang akan dilakukan yaitu awasi tanda vital, kaji input

output pada pasien, pantau status hidrasi (kelembaban membran mukosa, keadekuatan nadi), kolaborasi dengan dokter pemberian terapi infus ringer

laktat 15 tetes per menit.

Implementasi yang dilakukan oleh penulis sesuai dengan intervensi yang dibuat, pada hari Selasa tanggal 3 April 2012 penulis melakukan tindakan mengukur suhu dan nadi, memantau status hidrasi (kelembapan mukosa bibir), melakukan pemberian terapi infus ringer laktat 15 tetes per menit, mengkaji input output. Hari Rabu tanggal 4 April 2012 penulis melakukan memonitor suhu dan nadi, memantau status hidrasi, mengkaji

input output. Kemudian hari Kamis tanggal 5 April 2012 penulis memonitor suhu dan nadi dan mengkaji input output.

Evaluasi dari tindakan yang dilakukan oleh penulis selama 3 hari melakukan asuhan keperawatan pada An.F dengan diagnosa keperawatan kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif yaitu pada hari Kamis tanggal 5 April 2012 didapatkan data subyektif keluarga mengatakan klien buang air besar 3 kali, sudah berampas, buang air kecil 9 kali dan muntah 1 kali, data obyektif klien sudah lebih tenang, balance cairan positif 22 cc, suhu 36,80C, masalah teratasi dan intervensi dihentikan.

(36)

26



C. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gastroenteritis akut, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya dibidang kesehatan antara lain :

1. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)

Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan pasien diare khususnya. Dan diharapkan rumah sakit mampu menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan pasien.

2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat

Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien agar lebih maksimal, khususnya pada klien dengan diare. Perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan profesional dan komprehensif.

3. Bagi institusi pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat profesional, terampil, inovatif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.

(37)

27



DAFTAR PUSTAKA

Adnani Hariza. (2010). Perilaku Pertama Ibu Balita Dalam Menanggulangi

Penyakit Diare Pada Anak Balita Di Taman Bermain. Vol 6. Jurnal Kebidanan & Keperawatan. http://www.skripsistikes.wordpress.com Diakses tanggal 9 April 2012.

Asmadi. (2008). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika, hal 61.

Darmawan Iyan. (2008). Paradigma Baru dalam Terapi Cairan Maintenance. http://www.otsuka.co.id. Diakses tanggal 25 April 2012.

Doengoes. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal 478.

Gunardi dkk. (2011). Kumpulan Tips Pediatri. Jakarta: Badan Penerbit IDA, hal 64-65.

Horne, Swearingen. (2002). Keseimbangan Cairan Elektrolit dan Asam Basa. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal 48.

Iqbal, Chayatin. (2008). Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal 70.

ISO. (2010). ISO Informasi Spesialis Obat Indonesia. Jakarta: Penerbit Ikatan Apoteker Indonesia, hal 480.

Janice L. Williams. (2005). Diagnostik Fiik: Evaluasi Diagnosis Dan Fungsi Di

Bangsal. Penerjemah Harjanto, dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal 79.

Muscari, Mary E. (2005). Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal 107.

(38)

28



Muttaqin Arief. (2011). Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika, hal 459-462.

Ngastiyah. (2002). Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal 223-233.

Nursalam. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika, hal 68-180.

Rohmah Nikmatur. (2009). Proses Keperawatan. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Santosa Budi. (2005). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Penerjemah Budi Santosa. Jakarta: Penerbit Prima Medika, hal 89.

Suraatmaja. (2007). Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: CV Sagung Seto, hal 2-14.

Suriadi, Yuliani. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Editor Ns, Haryanto, S.Kep. Jakarta: Penerbit CV. Sagung Seto, hal 83-90.

Wijaya. (2001). Mencegah dan Mengatasi Demam Pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka, hal 1.

Wilkinson. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC

Dan NOC. Jakarta: Penerbit Buku Keokteran EGC, hal 174.

(39)

Referensi

Dokumen terkait

Nilai regangan normal 0 hanya berlaku di bidang 1-3 dan bidang 2-3, karena hanya di kedua bidang itulah regangan normal dapat mencapai 0 berdasarkan persamaan

- Kec. Bandung Kulon Rp. Cigondewah Kaler Rp. Cigondewah Rahayu Rp. Cigondewah Kidul Rp.. - Gedung dan Bangunan Rp. Dengan demikian jumlah Peralatan dan Mesin pada

mangrove dan habitat terumbu karang memiliki kemerataan tertinggi disebabkan karena penyebaran individu tiap spesies sama atau hampir sama ditemukan, sedangkan pada

Selain itu diketahui bahwa keanekaragaman gastropoda pada ekosistem padang lamun di Pulau Rambut tergolong sedang dengan nilai keanekaragaman tertinggi berada pada

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik individu yang melakukan self injury adalah individu memiliki self esteem yang rendah, memiliki pola

Kata atau ungkapan yang sama itu sesekali dapat diulang kembali dalam kalimat

yang Sehat - 19 Syarat Hewan yang Sesuai Syariat - 20 Protokol Kesehatan Pembelian Hewan - 21 Memilih Hewan Memilih Hewan Persiapan Panitia & Lokasi - 29 Memulai Penyembeli han

pembahasan tentang Penerapan Metode CPM, didapatkan lintasan kritis pada kegiatanA-B-D-E-F-H-J-K-L-N-O-W-Z2- Z6-Z8-Z9. Faktor- faktor yang memperngaruhi keterlabatan