• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN. Z DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG BAKUNG RS PANTI WALUYO SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN. Z DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG BAKUNG RS PANTI WALUYO SURAKARTA"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN. Z DENGAN

GASTROENTERITIS DI RUANG BAKUNG

RS PANTI WALUYO

SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

LUSI HARTANTI

NIM. P.09028

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(2)
(3)

ŝ



STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN. Z DENGAN

GASTROENTERITIS DI RUANG BAKUNG

RS PANTI WALUYO

SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

LUSI HARTANTI

NIM. P.09028

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(4)

ŝŝ



SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Lusi Hartanti Nim : P. 09028

Proram Studi : Diploma III Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN. Z DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG BAKUNG RS PANTI WALUYO SURAKARTA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, April 2012

LUSI HARTANTI NIM P.09028

(5)

ŝŝŝ



LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama : Lusi Hartanti NIM : P. 09028

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN. Z DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG BAKUNG RS PANTI WALUYO SURAKARTA

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/Tanggal : Sabtu 28 April 2012

Pembimbing : Siti Mardiyah, S.Kep., Ns (...) NIK. 201183063

(6)

ŝǀ



HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama : Lusi Hartanti NIM : P. 09028

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN. Z DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG BAKUNG RS PANTI WALUYO SURAKARTA

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/Tanggal : Jum’at, 04 Mei 2012

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Siti Mardiyah, S.Kep., Ns. (……….) NIK. 201183063

Penguji II : Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns (……….) NIK. 201187065

Penguji III : Mushlihah Muliana Utami, S.Kep.,Ns (……….) NIK. 201187086

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

(7)

ǀ



Setiyawan, S.Kep., Ns NIK. 201084050

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN. Z DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG BAKUNG RS PANTI WALUYO SURAKARTA.”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Setiyawan, S.Kep.,Ns selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII Keperawatan sekaligus sebagai penguji II yang telah membimbing dengan cermat memberikan masukan-masukan ilmu dalam bimbingan demi sempurnanya studi kasus ini.

(8)

ǀŝ



3. Siti Mardiyah, S.Kep., Ns selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji I yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demii sempurnanya studi kasus ini.

4. Mushlihah Muliana Utami, S.Kep.,Ns, selaku penguji III yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikam bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

6. Kedua orangtua, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan Studi Kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, April 2012

(9)

ǀŝŝ

(10)

ǀŝŝŝ



DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tujuan Penulisan ... 4

C. Manfaat Penulisan ... 4

BAB II LAPORAN KASUS A. Identitas Klien ... 6

B. Pengkajian ... 6

C. Daftar Perumusan Masalah ... 11

D. Tujuan dan Kriteria Hasil ... 12

E. Perencanaan ... 13

(11)

ŝdž



G. Evaluasi ... 15

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan ... 17 B. Simpulan dan Saran ... 24 Daftar Pustaka

Lampiran

(12)

dž



DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data Lampiran 2 Look Book

Lampiran 3 Format Pendelegasian Lampiran 4 Asuhan Keperawatan Lampiran 5 Lembar Konsul Lampiran 6 Daftar riwayat hidup

(13)
(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diare akut (gastroenteritis) adalah inflamasi lambung dan usus yang

disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan patogen parasitik (Wong,

2004:492). Diare merupakan penyakit yang lazim ditemui pada bayi maupun

anak-anak. Diare pada bayi bisa terjadi karena bermacam faktor, dari makanan

yang tercemar kuman atau virus, keracunan makanan, sampai alergi susu

(Sarasvati, 2010:27).

Kejadian diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi

seperti pada periode sebelumnya. Kejadian diare pada bayi dapat disebabkan

karena kesalahan dalam pemberian makan, dimana bayi sudah diberi makan

selain ASI (Air Susu Ibu) sebelum berusia 4 bulan (Wijayanti, 2010: 9). Di

dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare, sebagian

kematian tersebut terjadi di negara berkembang (Parashar, 2003). Menurut

WHO, di negara berkembang tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anak balita

meninggal karena diare, 8 dari 10 kematian tersebut pada umur kurang dari 3

tahun. Rata-rata anak usia kurang dari 3 tahun di negara berkembang

mengalami episode diare 3 kali dalam setahun. Data nasional Depkes

menyebutkan setiap tahunnya di Indonesia 100.000 balita meninggal dunia

karena diare. Itu artinya setiap hari ada 273 balita yang meninggal, sama

(15)

2

menit akibat diare (Seweng, 2011: 1). Indonesia merupakan negara

berkembang dengan angka kematian dan kesakitan pada anak tinggi. Letak

geografis Indonesia menyebabkan masih banyaknya anak menderita penyakit

infeksi. Salah satu penyakit yang banyak terjadi pada anak usia dibawah 5

tahun adalah gastroenteritis. Penyakit tersebut bisa menyebabkan kondisi

dehidrasi maupun mal nutrisi. Hal ini akan membuat resiko kematian yang

tinggi (Winarsih, 2011).

Diare pada anak umumnya dapat dilihat dari jumlah cairan yang keluar

melalui buang air besar yang lebih banyak dari pada cairan yang masuk.

Frekuensi buang air besarnya lebih dari tiga kali sehari dan harus diberi

banyak cairan supaya tidak terjadi dehidrasi. Saat diare, tubuh akan

kehilangan banyak sekali cairan. Dinding usus terhalang oleh bakteri atau

virus yang menyebabkan sari makanan yang masuk melalui dinding usus

terhalang dan terdorong lebih cepat keluar lagi. Kotoran yang keluar sering

berupa cairan dan lembut. Oleh karena itu langkah yang sangat tepat dan

bagus adalah segera mengganti cairan-cairan yang keluar tersebut dengan

minum yang cukup (Sarasvati, 2010:28).

Kebutuhan dasar manusia adalah unsur-unsur yang dibutuhkan oleh

manusia dalam mempertahankan fisiologis maupun psikologis yang tentunya

bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan cairan

dan elektrolit menurut Abraham Maslow dalam hierarki kebutuhan fisiologis

memiliki prioritas tertinggi. Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh

(16)

3

proporsional (Isotonik). Secara umum, kekurangan volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan

asupan cairan, dan perdarahan (Saleh, 2003).

Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan intravaskuler,

interstisial, dan atau intraselular. Kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada natrium (NANDA, 2009: 97). Kekurangan volume cairan apabila tidak

segera diatasi maka akan terjadi dehidrasi berat. Penderita dengan dehidrasi

berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan anak dan menunjukkan

gangguan tanda-tanda vital tubuh memerlukan pemberian cairan elektrolit

parenteral. Langkah yang sangat tepat dan bagus adalah segera mengganti cairan-cairan yang keluar tersebut dengan minum yang cukup untuk mencegah

resiko terjadinya dehidrasi berat (Soeparto, 2002:8).

Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik untuk menyusun Karya

Tulis Ilmiah tentang kebutuhan cairan dan elektrolit pada pada An. Z di ruang

Bakung RS. Panti Waluyo Surakarta dengan gastroenteritis. Banyaknya kasus

Gastroenteritis yang dialami pada anak-anak menjadi salah satu alasan penulis mengangkat kasus ini.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum

Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada

(17)

4

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan An. Z dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dengan Gastroenteritis.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan An. Z dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dengan Gastroenteritis.

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan An. Z dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dengan Gastroenteritis. d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan An. Z dengan

pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dengan Gastroenteritis.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan anak An. Z dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dengan Gastroenteritis.

C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Institusi

a. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pemberian

pelayanan kesehatan berkaitan dengan pasien Gastroenteritis.

b. Bagi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu bagi institusi

keperawatan khususnya keperawatan anak dalam penanganan kasus

(18)

5

2. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman belajar dalam

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penulis khususnya dalam

(19)

6

BAB II

LAPORAN KASUS

Dalam bab ini menjelaskan tentang studi kasus Asuhan Keperawatan Anak

yang dilakukan pada An. Z dengan Gastroenteritis, dilaksanakan pada tanggal 5-7

April 2012. Asuhan keperawatan ini di mulai dari penggkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Identitas Klien

Dari pengkajian pada tanggal 5 April 2012 jam 13.00 WIB, pada kasus

ini diperoleh dengan cara auto anamnesa dan allo anamnesa, mengadakan

pengamatan atau observasi langsung, pemerisaan fisik, menelaah catatan

medis dan catatan perawat dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas

klien, bahwa klien An.Z, umur 11 bulan, tanggal lahir 28 April 2011, tanggal

masuk 3 April 2012, rawat di ruang Bakung RS Panti Waluyo Surakarta,

dengan diagnosa medis Gastroenteritis yang bertanggung jawab Tn.W, umur

24 tahun, agama Islam, alamat Karanganyar, hubungan dengan klien sebagai

ayah.

B. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan Klien

Ibu pasien mengatakan hari minggu, 1 April 2012 pada malam hari

(20)

7

pasien mulai turun setelah diberi obat dari bidan. Hari selasa, 3 April 2012

pagi hari pasien mulai demam lagi dan muntah 3 kali, sudah dikompres

dengan air hangat tetapi demam tidak turun setelah itu pasien juga

mengalami buang air besar cair. Jam 12.00 WIB pasien dibawa ke IGD

rumah sakit Panti Waluyo Surakarta, di IGD pasien dipasang infus KaEn

3A 60 cc/jam. Kemudian disarankan untuk rawat inap di ruang Bakung,

mendapat terapi Kalfoxime 2x250 mg, Mikasin 2x250 mg, KaEn 3A 20

tetes per menit, Puyer colistine 3x1 bungkus, Puyer Smecta 2x1 bungkus,

dan Sanmol 1 seendok teh diberikan bila perlu. Keluarga pasien

mengatakan hari selasa, 3 April 2012 pasien BAB kurang lebih 6 kali

sehari, warna kuning kehijauan, konsistesi lembek, tidak ada lendir, tidak

ada darah, dan pasien juga muntah-muntah berupa cairan berwarna putih.

Saat di kaji hari kamis, 5 April 2012 jam 13.00 WIB pasien BAB 4 kali

sehari, warna kuning, konsistesi cair, tidak ada lendir dan tidak ada darah.

Keluarga mengatakan perkembangan penyakitnya hari pertama di rumah

sakit kondisinya sangat lemas, hari kedua kondisi pasien sudah membaik

BAB 2 kali sehari dan tidak muntah-muntah, tetapi hari ketiga di rumah

sakit pasien mengalami BAB cair 4 kali sehari, disertai muntah berupa

cairan berwarna putih.

Riwayat masa lalu yang lalu, ibu pasien mengatakan bahwa An.Z

lahir tanggal 28 April 2011, sedangkan hari perkiraan lahir 27 April 2011.

Saat hamil trimester pertama, ibu pasien pernah dirawat di rumah sakit

(21)

8

Pemeriksaan kehamilan ke bidan juga rutin, obat yang dikonsumsi saat

hamil adalah vitamin dan penambah darah. Tipe kelahiran An.Z secara

Seksio sesaria atas permintaan keluarga. An.Z lahir dengan berat badan 3200 gram dengan panjang badan 50 cm dan tidak ada kelainan bawaan.

Keluarga pasien mengatakan bahwa sebelumnya pasien belum pernah

dirawat di rumah sakit dan tidak pernah mengalami cidera. Keluarga

pasien mengatakan bahwa pasien tidak mengalami alergi. Ibu pasien

mengatakan bahwa anaknya telah mendapatkan imunisasi dasar yang

lengkap yaitu BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis sesuai umur dan

jadwal imunisasi. Pertumbuhan dan perkembangan berat bayi waktu lahir

3200 gram dan panjang badan saat lahir 50 cm. usia tumbuh gigi 8 bulan,

dan jumlah gigi saat ini ada 2. Ibu pasien mengatakan anaknya tidak

memiliki kebiasaan memasukkan jari ke dalam mulutnya. Ibu pasien

mengatakan bahwa anaknya sudah bisa dag-dag dengan tangan,

menyatakan keinginan, minum dengan cangkir, dan tepuk tangan. Pasien

juga bisa memanggil “bapak, ibu”, pasien juga mampu berkata 3 kata, dan

mampu berdiri, DDST dinyatakan normal sesuai usia perkembangan.

2. Hasil Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien An. Z antara lain tinggi badan 74

cm, berat badan 9 kg, lingkar kepala 45 cm, lingkar lengan 14 cm, lingkar

dada 46 cm. Pemeriksaan tanda vital: suhu tubuh 36oC, pernapasan 24

kali per menit, denyut nadi 100 kali per menit. Pemeriksaan umum antara

(22)

9

sakit. Kulit berwarna sawo matang dan turgor kulit kurang baik. Rambut

berwarna hitam, kuku berwarna merah muda, keadaan pasien bersih. Tidak

ada pembesaran kelenjar limfe dibawah rahang, ketiak, dan lipatan paha.

Kepala simetris, ubun-ubun cekung, bentuk kepala mesosephal, dan tidak

terdapat benjolan pada kepala pasien. Mata simetris kanan dan kiri, bentuk

cekung, sklera putih, kornea jernih, konjungtiva merah muda. Telinga

tampak bersih, simetris kanan dan kiri, dan pendengaran normal. Keadaan

hidung simetris, tidak ada polip, dan tidak ada sekret. Keadaan mulut

dengan warna bibir agak pucat, mukosa bibir kering, dan warna gusi merah

muda. Keadaan leher simetris dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

Pada pemeriksaan dada (paru – paru), inspeksi simetris antara

kanan dan kiri, tidak menggunakan otot bantu pernafasan. Palpasi, vocal

vremitus tidak terkaji, perkusi sonor di setiap lapang paru, auskultasi

vesicular tidak ada suara tambahan whezing atau ronkhi. Pada pemeriksaan Jantung , inspeksi simetris, tidak ada pembesaran dada, ictus cordis tidak

tampak, palpasi ictus cordis teraba normal, perkusi pekak auskultasi BJ I

BJ II murni tidak ada suara tambahan.

Pada pemeriksaan abdomen: inspeksi perut terlihat cembung, tidak

ada bekas luka, auskultasi bising usus 40x/menit, perkusi hiperthympani,

palpasi tidak teraba masa dan ada nyeri tekan di kuadran bawah abdomen. Pada genetalia tidak ada kelainan, dan jenis kelamin perempuan. Pada

(23)

10

warna. Ekstermitas atas tangan simetris, tangan kiri terpasang infus kaEn

3A 20 tetes per menit. Ekstermitas bawah tidak ada kelainan.

3. Pengkajian Pola Nutrisi

Keadaan nutrisi, ibu pasien mengatakan bahwa sebelum sakit

pasien makan 3 kali sehari porsi sedang berupa bubur sayur dan lauk yang

biasanya telur, selama sakit pasien makan 2 kali hanya habis 3 sampai 5

sendok saja berupa bubur, pasien diberikan susu formula Isomil, pasien

muntah 2 kali dari pagi sampai siang. Hasil Z- Score WAZ : - 0,2

(normal), HAZ : -0,03 ( normal ), WHZ : - 0,4 (normal). Balance cairan

intake < output -178 cc.

4. Pengkajian Pola Eliminasi

Pola eliminasi, ibu pasien mengatakan bahwa sebelum sakit pasien

BAB 1 kali dalam sehari, warna kuning kecoklatan, konsistensi padat,

BAK kurang lebih 5 kali dalam sehari warna kuning jernih, bau khas

ammoniak. Saat sakit keluarga pasien mengatakan bahwa BAB 4 kali sehari, warna kuning, konsistensi cair, BAK kurang lebih 5 kali sehari,

warna kuning jernih, bau khas amoniak.

5. Pemeriksaan Penunjang.

Pemeriksaan diagnostik penunjang tanggal 3 April 2012,

Hemoglobin 13,2 g/dl (N: 11,3 - 14,1 g/dl), Hematokrit 37,7 % (N: 33 – 40

%), Eritrosit 5,45 juta/mm^3 (N: 4,1 -5,3 juta/mm^3), Lekosit 23.400

(24)

11

450.000 u/L), Basofil 0,1 % (N: 0 – 1 %), Eosonofil 0,3 % (N: 0 -4 %),

Neutrofil 73,7 % (N: 29 -72 %), Limfosit 13,9 % (N: 36 – 52 %), Monosit

12,0% (N: 0 – 5 %), MCV 69 fL (N: 80 – 96 fL), MCH 24 pg (N: 28 – 33

pg), MCHC 35 % (N: 32 – 36 %) golongan darah O/Rh (+). Hasil

pemeriksaan feses diketahui bahwa warna feses kuning kehijauan dan

terdapat Lekosit 1-2, terdapat Eritrosit 0-1, dan terdapat Lemak.

6. Terapi Medis

Pengobatan saat ini antaralain Kalfoxime 2x250 mg, Mikasin

2x250 mg, KaEn 3A 60cc/jam sama dengan 20 tetes per menitnya, Puyer

Colistine 3x1 bungkus, Puyer Smecta 2x1 bungkus, Sanmol 1 sendok teh

diberikan kalau perlu.

C. Daftar Perumusan Masalah

Dari data hasil pengkajian dan observasi di atas, penulis melakukan

analisa data kemudian memutuskan satu diagnosa keperawatan yang sesuai

dengan prioritas, menyusun intervensi keperawatan, melakukan implementasi

dan evaluasi tindakan. Diagnosa keperawatan yang diambil adalah diagnosa

keperawatan yang paling utama yaitu kekurangan volume cairan berhubungan

dengan kehilangan cairan aktif. Masalah keperawatan kekurangan

volume cairan tersebut diprioritaskan penulis dari beberapa masalah

keperawatan yang muncul pada pasien. Alasan penulis memprioritaskan

masalah kekurangan volume cairan karena kekurangan volume cairan

(25)

12

berkaitan dengan cairan dan elektrolit. Dimana cairan dan elektrolit tersebut

lebih dahulu untuk di atasi, karena penyakit diare sering menyerang bayi dan

balita, apabila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang

mengakibatkan kematian (Adisasmito, 2007:2).

Dari hasil pengkajian tanggal 5 April 2012 jam 13.00 WIB dapat

ditegakkan diagnosa keperawatan paling utama adalah kekurangan volume

cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Data yang menunjang

diagnosa keperawatan tersebut adalah data subjektif ibu pasien mengatakan

bahwa anaknya rewel, menangis, tidak mau minum banyak, buang air besar

cair 4 kali dan muntah 2 kali sehari. Data obyektif, turgor kulit tampak jelek,

mukosa bibir kering, ubun-ubun tampak cekung, dan balance cairan -178 cc

sehari.

D. Tujuan dan Kriteria Hasil

Tujuan dan kriteria hasil yang dapat dilaksanakan berdasarkan kriteria

SMART : Spesifik (jelas atau khusus), Measurable (dapat diukur), Achievable

(dapat diterima), Rasional dan Time (ada kriteria waktu), diharapkan setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, kekurangan volume cairan

bisa teratasi dengan kriteria hasil sebagai berikut memiliki keseimbangan

asupan dan haluaran yang seimbang dalam 24 jam, menampilkan hidrasi yang

baik (membran mukosa lembab), dan memiliki asupan oral dan atau intravena

(26)

13

E. Perencanaan

Rencana keperawatan pada An. Z diruang Bakung RS. Panti Waluyo

Surakarta, pada tanggal 5 April 2012 dengan diagnosa kekurangan volume

cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Intervensiya antara lain

observasi khususnya terdapat kehilangan cairan yang tinggi elektrolit (misalnya diare) rasionalnya untuk mengetahui balance cairan, pengelolaan

cairan: pantau hidrasi (misalnya: kelembapan membran mukosa) rasionalnya

untuk mengetahui keadaan dehidrasi pasien, anjurkan pasien atau keluarga

untuk menginformasikan perawat bila haus dan anjurkan keluarga untuk

memberi minum dan makan sedikit tapi sering rasionalnya untuk

mempertahankan keadekuatan cairan, dan berikan terapi IV sesuai dengan

anjuran rasionalnya supaya tetap bisa mempertahankan keseimbangan cairan.

F. Implementasi

Tindakan keperawatan pada An. Z di ruang Bakung RS Panti Waluyo

Surakarta tanggal 5 April 2012 jam 13.05 WIB mengkaji status hidrasi pada

pasien. Respon subjektif : ibu pasien mengatakan bahwa An.Z tidak mau

makan, minum, buang air besar cair 4 kali dan muntah 2 kali sehari, Respon

objektif ubun-ubun tampak cekung, mukosa bibir kering, turgor kulit kurang baik, mata cekung dan anak rewel. Jam 13.45 WIB mengkaji balance cairan

dalam sehari. Responnya ibu pasien mengatakan bahwa ibu pasien bersedia

memberikan informasi tentang balance cairan, obyektifnya balance cairan

(27)

14

Tanggal 6 April 2012 jam 09.10 WIB, menganjurkan pada keluarga

untuk memberitahu perawat apabila pasien haus dan memberi minum sedikit

tapi sering. Responnya ibu mengatakan mau memberi minum anaknya,

objektifnya pasien tampak minum 50 cc. Jam 10.30 WIB mengkaji status

hidrasi pada pasien, responnya ibu pasien mengatakan bahwa An.Z sudah mau

makan, minum, dan tidak muntah lagi, objektifnya ubun-ubun tampak masih

sedikit cekung, mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, dan anak tenang. Jam

11.30 WIB memberikan atau mengganti cairan infus KaEn 3A 20 tetes per

menit. Ibu pasien mengatakan anaknya tenang, obyektifnya anak tampak

tenang dan cairan infuse KaEn 3A masuk 60cc/jam atau 20 tetes per menit.

Jam 13.40 WIB mengkaji balance cairan. Responnya ibu pasien mengatakan

bahwa An.Z sudah mau makan, minum dan tidak muntah, BAK 6x sehari

objektifnya balance cairan -62 cc.

Tanggal 7 April 2012 jam 09.00 WIB, menganjurkan pada keluarga

untuk menginformasikan perawat apabila pasien haus dan memberi makan dan

minum sedikit tapi sering. Responnya ibu mengatakan mau memberi makan

dan minum anaknya, objektifnya pasien tampak minum 100 cc dan makan 100

cc. Jam 13.30 WIB mengkaji status hidrasi pada pasien, respon pasien, ibu

pasien mengatakan bahwa An. Z sudah mau makan, minum, dan tidak muntah

lagi, data objektifnya ubun-ubun tampak datar, mukosa bibir lembab, turgor

kulit baik, dan anak tenang. Jam 13.40 WIB mengkaji balance cairan.

(28)

15

dan tidak muntah, objektifnya balance cairan menyatakan intake sama dengan

output.

G. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada An. Z di ruang Bakung

RS Panti Waluyo Surakarta, hasil evaluasi dilakukan pada hari kamis tanggal

5 April 2012 jam 13.55 WIB dengan menggunakan metode SOAP yang

hasilnya adalah ibu pasien mengatakan bahwa An. Z tidak mau makan,

minum, dan muntah 2 kali dari pagi sampai siang. Ubun-ubun tampak cekung,

mukosa bibir kering, turgor kulit kurang baik, mata cekung, anak rewel,

menangis, balance cairan -178 cc. Masalah kekurangan volume cairan belum

teratasi, intervensi keperawatan dilanjutkan: kaji status hidrasi pasien, kaji

balance cairan, anjurkan keluarga memberitahu perawat apabila pasien haus dan memberi makan dan minum sedikit tapi sering, berikan terapi cairan

sesuai anjuran dokter.

Hasil evaluasi dilakukan pada hari jumat tanggal 6 April 2012 jam

13.55 WIB dengan menggunakan metode SOAP yang hasilnya ibu pasien

mengatakan bahwa An.Z sudah mau makan, minum, dan tidak muntah lagi,

ubun-ubun An. Z tampak masih sedikit cekung, mukosa bibir lembab, turgor

kulit baik, dan anak tenang, cairan KaEn 3A 60 cc/jam atau 20 tetes per menit

masuk melalui intravena, balance cairan -62 cc. Masalah kekurangan volume

cairan belum teratasi, intervensi keperawatan dilanjutkan: kaji status hidrasi

(29)

16

pasien haus dan memberi makan dan minum sedikit tapi sering, berikan terapi

cairan sesuai anjuran dokter.

Hasil evaluasi dilakukan pada hari sabtu tanggal 7 April 2012 jam

13.55 WIB dengan menggunakan metode SOAP yang hasilnya ibu pasien

mengatakan anaknya sudah mau makan, minum, dan tidak muntah. Pasien

tampak ceria, ubun-ubun kepala datar, mukosa bibir lembab, turgor kulit baik,

dan balance cairan intake sama dengan output. Masalah keperawatan

kekurangan volume cairan teratasi dan intervensi keperawatan dihentikan,

pasien boleh pulang oleh dokter. Penulis menyarankan pada keluarga pasien,

(30)

17

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas studi kasus tentang “Asuhan

Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Pada An.Z dengan

Gastroenteritis di Ruang Bakung RS Panti Waluyo Surakarta”. Prinsip dari pembahasan ini memfokuskan kebutuhan dasar manusia di dalam asuhan

keperawatan.

Pada riwayat kesehatan, Ibu pasien mengatakan hari minggu, 1 April

2012 pada malam hari pasien mengalami demam kemudian dibawa ke bidan

di desanya, demam pasien mulai turun setelah diberi obat dari bidan. Hari

selasa, 3 April 2012 pagi hari pasien mulai demam lagi dan muntah 3 kali,

sudah dikompres dengan air hangat tetapi demam tidak turun setelah itu pasien

juga mengalami buang air besar cair. Jam 12.00 WIB pasien dibawa ke IGD

rumah sakit Panti Waluyo Surakarta, di IGD pasien dipasang infus KaEn 3A

60 cc/jam. Kemudian disarankan untuk Rawat inap di ruang Bakung. Keluarga

pasien mengatakan hari selasa, 3 April 2012 pasien BAB kurang lebih 6 kali

sehari, warna kuning kehijauan, konsistesi lembek, tidak ada lendir, tidak ada

darah, dan pasien juga muntah-muntah berupa cairan berwarna putih. Saat di

kaji hari Kamis, 5 April 2012 jam 13.00 WIB pasien BAB 4 kali sehari, warna

kuning, konsstesi cair, tidak ada lendir dan tidak ada darah. Keluarga

(31)

18

kondisinya sangat lemas, hari kedua kondisi pasien sudah membaik BAB 2

kali sehari dan tidak muntah-muntah, tetapi hari ketiga pasien mengalami

BAB cair 4 kali sehari, disertai muntah 2 kali berupa cairan berwarna putih.

Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya tidak memiliki kebiasaan memasukkan

jari ke dalam mulut.

Pengkajian pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa tingkah laku pasien

rewel selama di rumah sakit, turgor kulit kurang baik, ubun-ubun cekung,

mata cekung, mukosa bibir kering, pemeriksaan abdomen: inspeksi perut

terlihat cembung, tidak ada bekas luka, auskultasi bising usus 40x/menit

normalnya 5 sampai 35x/menit, perkusi hiperthympani, palpasi tidak teraba

masa dan ada nyeri tekan di kuadran bawah abdomen. Dari hasil pemeriksaan

fisik tersebut dapat disimpulkan bahwa anak mengalami dehidrasi ringan.

Pemeriksaan fisik pada pasien diare dengan dehidrasi ringan antara lain:

keadaan umum gelisah dan rewel, kehilangan berat badan 5-10%, turgor kulit

kurang baik, ubun-ubunnya cekung, kelopak mata cekung, mukosa bibir

kering, dan peningkatan bising usus (Ngastiyah, 2005:172). Pemeriksaan feses

menunjukkan adanya lemak dalam feses pasien yang artinya terdapat

gangguan dalam penyerapan lemak atau malabsorpsi lemak. Sedangkan

malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut

triglyserida. Triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi

kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak tidak terserap

(32)

19

isomil bersal dari kacang kedelai yang mengandung protein, linoleic acid,

taurine, L-carnitine, vitamin dan mineral untuk bayi usia 0-12 bulan dan

menderita diare karena intoleransi laktosa dan atau alergi terhadap susu sapi

(ISO, 2011-2012: 616).

Diare akut (gastroenteritis) adalah inflamasi lambung dan usus yang

disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan patogen parasitik. Tanda dan

gejalanya adalah diare, mual muntah, dan demam ringan (Wong, 2004:492).

Hal ini sesuai dengan tanda dan gejala yang detemukan pada An.Z dalam

pengkajian pemeriksaan fisik yang telah dilakukan. Tanda dan gejala diare

akut yang ditemukan pada An.Z dapat menyebabkan dehidrasi dan

menyebabkan kekurangan volume cairan pada pasien. Apabila dehidrasi

ringan terjadi dan tidak diatasi dengan segera, maka anak bisa mengalami

kejang dan syok kemudian bisa menyebabkan kematian. Kondisi anak dengan

kekurangan volume cairan harus segera diatasi dengan pemenuhan cairan yang

tepat, sehingga didapatkan hasil cairan yang adekuat dengan hilangnya

tanda-tanda dehidrasi. Penanganan kekurangan cairan pada anak dapat diatasi

dengan minum yang secukupnya, apabila masih tampak tanda-tanda dehidrasi

maka bisa dilakukan pemberian cairan melalui intravena dengan berkolaborasi

dengan dokter. Kekurangan volume cairan pada anak jika tidak teratasi maka

akan menyebabkan suatu kondisi yang disebut syok hipovolemik dan berakibat

pada kematian.

Dari hasil pengkajian pasien, penulis merumuskan masalah

(33)

20

kehilangan cairan aktif. Masalah keperawatan kekurangan volume cairan

tersebut diprioritaskan penulis dari beberapa masalah keperawatan yang

muncul pada pasien. Alasan penulis memprioritaskan masalah kekurangan

volume cairan karena kekurangan volume cairan merupakan salah satu

masalah kebutuhan dasar manusia yang berkaitan dengan cairan dan elektrolit.

Dimana cairan dan elektrolit tersebut lebih dahulu untuk di atasi, karena

penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, apabila tidak diatasi lebih

lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian

(Adisasmito, 2007:2). Mengingat akibat dari dehidrasi, maka prioritas utama

pengobatan diare adalah rehidrasi secepat mungkin dengan pemberian cairan

elektrolit, diikuti dengan pemberian makanan.

Kekurangan volume cairan adalah Penurunan cairan intravaskuler,

interstisial, dan atau intraselular. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada. Batasan karakteristik antara lain perubahan

pada status mental, penurunan tekanan darah, penurunan pada tekanan nadi,

penurunan volume nadi, penurunan turgor kulit, penurunan turgor lidah,

penurunan haluaran urine, penurunan pengisian vena, membrane mukosa

kering, kulit kering, peningkatan Hematokrit, peningkatan suhu tubuh,

peningkatan frekuensi nadi, peningkatan konsentrasi urine, penurunan berat

badan secara tiba-tiba, haus, dan kelemahan (NANDA, 2009:97).

Tujuan dan kriteria hasil yang dapat dilaksanakan berdasarkan kriteria

SMART yaitu S (spesific) dimana tujuan harus spesifik dan tidak

(34)

21

dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien : dapat dilihat, didengar,

diraba, dirasakan, dan dibau. A (achievable) dimana harus dapat dicapai, R

(reasonable) dimana tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah,

T (time) mempunyai batasan waktu yang jelas (Nursalam, 2008 : 81).

Sesuai NIC NOC (2006) setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam, kekurangan volume cairan bisa teratasi dengan kriteria hasil

sebagai berikut: memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang

dalam 24 jam, menampilkan hidrasi yang baik (membran mukosa lembab),

dan memiliki asupan oral dan atau intravena yang adekuat.

Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan

kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan

klien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2006). Dalam teori intervensi dituliskan

sesuai dengan kriteria intervensi NIC (Nursing Intervension Clasification)

antara lain yaitu observasi khususnya terdapat kehilangan cairan yang tinggi

elektrolit (misalnya diare) rasionalnya untuk mengetahui balance cairan,

pengelolaan cairan: pantau hidrasi (misalnya: kelembapan membran mukosa,

keadekuatan nadi, tekanan darah ortostatik) rasionalnya untuk mengetahui

keadaan tingkat dehidrasi pasien, anjurkan pasien atau keluarga untuk

menginformasikan perawat bila haus rasionalnya untuk mengetahui

berkurangnya tingkat dehidrasi, dan berikan terapi IV sesuai dengan anjuran

rasionalnya supaya tetap bisa mempertahankan keseimbangan cairan.

Implementasi yang dilakukan selama 3 hari pada An.Z di ruang

(35)

22

Penulis melakukan tindakan keperawatan diantaranya mengkaji status hidrasi

pada pasien hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat dehidrasi pasien.

Untuk menentukan terjadinya dehidrasi pada anak, ada data-data yang harus

dikaji. Data-data ini selanjutnya digunakan untuk mengklasifikasikan diare.

Klasifikasi ini bukanlah diagnosa medis, namun dapat digunakan untuk

menentukan tindakan apa yang harus diambil oleh petugas di lapangan

(Nursalam, 2005:175).

Mengkaji balance cairan bertujuan untuk mengetahui keseimbangan

cairan antara intake dan output. Kebutuhan rumatan air dan elektrolit

tergantung banyaknya air yang keluar melalui urine, feses, dan insensible

losses. Jumlah total air dan elektrolit dalam tubuh merupakan hasil dari pengaturan keseimbangan antara intake dan output (Kushartono, 2006).

Balance cairan hari pertama -178 cc, hari kedua hasilnya -62 cc, hari ketiga

intake dan output mengalami balance.

Menganjurkan pada keluarga untuk memberitahu perawat apabila

pasien haus dan memberi minum sedikit tapi sering, bertujuan untuk

memenuhi kekurangan volume cairan. Adapun tujuan dari pada pemberian

cairan adalah memperbaiki dinamika sirkulasi (apabila ada syok), mengganti

defisit yang terjadi, dan rumatan (maintenance) untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit yang sedang berlangsung (ongoing losses). Dengan

minum sedikit tapi sering kebutuhan akan cairan yang kurang bisa terpenuhi,

apabila anak minum dalam jumlah yang banyak dalam satu kali minum maka

(36)

23

lagi melalui muntahan anak, untuk itu dianjurkan untuk minum sedikit tapi

sering (Soeparto, 2002:2).

Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan atau mengganti cairan

infus KaEn 3A 20 tetes per menit bertujuan untuk mengganti cairan yang

keluar. Dari penelitian Soeparto (2002:3) pelaksanaan pemberian terapi cairan

dapat dilakukan secara oral atau parenteral. Rehidrasi oral tetap akan terjadi

defisit cairan maka dapat dilakukan rehidrasi panenteral walaupun sebenarnya

rehidrasi parenteral dilakukan hanya untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi. KaEn 3A adalah cairan dasar untuk anak dengan berat badan kurang

dari 15 kg (ISO, 2011-2012).

Evaluasi yang dilakukan oleh penulis, menggunakan metode sesuai

teori yaitu SOAP (Subyektif, Obyektif, Assessment, Planning) (Nursalam

2001:129). Setelah melakukan tindakan keperawatan diatas selama 3 hari dari

tanggal 5-7 April 2012 didapatkan ibu pasien mengatakan anaknya sudah mau

makan, minum, dan tidak muntah. Pasien tampak ceria, ubun-ubun kepala

datar, mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, dan balance cairan intake sama

dengan output. Masalah keperawatan kekurangan volume cairan teratasi dan

intervensi keperawatan dihentikan, pasien boleh pulang oleh dokter. Penulis

menyarankan pada keluarga pasien, apabila diare terjadi lagi segera berikan

oralit. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh

yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah

dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan

(37)

24

diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit

dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare (DepKes, 2011:14).

B. Simpulan dan Saran 1. Kesimpulan

Dari hasil penulisan dalam bab pembahasan, maka penulis dapat

menarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Pengkajian yang dilakukan penulis ditemukan data subjektif : ibu pasien mengatakan bahwa anaknya rewel, menangis, tidak mau minum

banyak, buang air besar cair 4 kali dan muntah 2 kali sehari. Data

obyektif : turgor kulit tampak jelek, mukosa bibir kering, ubun-ubun

tampak cekung, dan balance cairan -178 cc sehari.

b. Diagnosa keperawatan utama yang muncul saat dilakukan pengkajian pada An.Z adalah kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan cairan aktif.

c. Intervensi atau rencana keperawatan pada diagnosa kekurangan volume cairan yaitu dengan mengkaji tanda-tanda kekurangan cairan,

memenuhi kebutuhan cairan yang kurang, memberikan pengetahuan

tentang cara mengatasi dehidrasi misalnya dengan menganjurkan untuk

minum yang secukupnya, dan kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian cairan dan elektrolit secara intravena.

d. Implementasi yang sudah dilakukan dalam 3 hari antara lain mengkaji status hidrasi pada pasien, mengkaji balance cairan, menganjurkan

(38)

25

kolaborasi dengan dokter untuk memberikan atau mengganti cairan

infus KaEn 3A 20 tetes per menit.

e. Evaluasi yang dilakukan oleh penulis dalam 3 hari sudah teratasi

balance cairan intake sama dengan output, dan penulis menganjurkan pada keluarga untuk memberikan oralit apabila kekurangan volume

cairan terjadi lagi pada anak.

2. Saran

Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberikan

saran sebagai berikut:

a. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien

seoptimal mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana

yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu

pengetahuans dan ketrampilannya melalui praktek klinik dan pembuatan

laporan.

c. Bagi Penulis selanjutnya

Diharapkan penulis selanjutnya dapat menerapkan ilmu

keperawatan yang telah dipelajari dan memanfaatkan waktu seefektif

mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien

(39)

17

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas studi kasus tentang “Asuhan

Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Pada An.Z dengan

Gastroenteritis di Ruang Bakung RS Panti Waluyo Surakarta”. Prinsip dari pembahasan ini memfokuskan kebutuhan dasar manusia di dalam asuhan

keperawatan.

Pada riwayat kesehatan, Ibu pasien mengatakan hari minggu, 1 April

2012 pada malam hari pasien mengalami demam kemudian dibawa ke bidan di

desanya, demam pasien mulai turun setelah diberi obat dari bidan. Hari selasa, 3

April 2012 pagi hari pasien mulai demam lagi dan muntah 3 kali, sudah

dikompres dengan air hangat tetapi demam tidak turun setelah itu pasien juga

mengalami buang air besar cair. Jam 12.00 WIB pasien dibawa ke IGD rumah

sakit Panti Waluyo Surakarta, di IGD pasien dipasang infus KaEn 3A 60 cc/jam.

Kemudian disarankan untuk Rawat inap di ruang Bakung. Keluarga pasien

mengatakan hari selasa, 3 April 2012 pasien BAB kurang lebih 6 kali sehari,

warna kuning kehijauan, konsistesi lembek, tidak ada lendir, tidak ada darah,

dan pasien juga muntah-muntah berupa cairan berwarna putih. Saat di kaji hari

Kamis, 5 April 2012 jam 13.00 WIB pasien BAB 4 kali sehari, warna kuning,

(40)

18

perkembangan penyakitnya hari pertama di rumah sakit kondisinya sangat

lemas, hari kedua kondisi pasien sudah membaik BAB 2 kali sehari dan tidak

muntah-muntah, tetapi hari ketiga pasien mengalami BAB cair 4 kali sehari,

disertai muntah 2 kali berupa cairan berwarna putih. Ibu pasien mengatakan

bahwa anaknya tidak memiliki kebiasaan memasukkan jari ke dalam mulut.

Pengkajian pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa tingkah laku pasien

rewel selama di rumah sakit, turgor kulit kurang baik, ubun-ubun cekung, mata

cekung, mukosa bibir kering, pemeriksaan abdomen: inspeksi perut terlihat

cembung, tidak ada bekas luka, auskultasi bising usus 40x/menit normalnya 5

sampai 35x/menit, perkusi hiperthympani, palpasi tidak teraba masa dan ada

nyeri tekan di kuadran bawah abdomen. Dari hasil pemeriksaan fisik tersebut

dapat disimpulkan bahwa anak mengalami dehidrasi ringan. Pemeriksaan fisik

pada pasien diare dengan dehidrasi ringan antara lain: keadaan umum gelisah

dan rewel, kehilangan berat badan 5-10%, turgor kulit kurang baik,

ubun-ubunnya cekung, kelopak mata cekung, mukosa bibir kering, dan peningkatan

bising usus (Ngastiyah, 2005:172). Pemeriksaan feses menunjukkan adanya lemak dalam feses pasien yang artinya terdapat gangguan dalam penyerapan

lemak atau malabsorpsi lemak. Sedangkan malabsorpsi lemak, terjadi bila

dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida, dengan

bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi

usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat

muncul karena lemak tidak terserap dengan baik (Wulandari, 2009:9). Oleh

(41)

19

mengandung protein, linoleic acid, taurine, L-carnitine, vitamin dan mineral

untuk bayi usia 0-12 bulan dan menderita diare karena intoleransi laktosa dan

atau alergi terhadap susu sapi (ISO, 2011-2012: 616).

Diare akut (gastroenteritis) adalah inflamasi lambung dan usus yang

disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan patogen parasitik. Tanda dan

gejalanya adalah diare, mual muntah, dan demam ringan (Wong, 2004:492).

Hal ini sesuai dengan tanda dan gejala yang detemukan pada An.Z dalam

pengkajian pemeriksaan fisik yang telah dilakukan. Tanda dan gejala diare akut

yang ditemukan pada An.Z dapat menyebabkan dehidrasi dan menyebabkan

kekurangan volume cairan pada pasien. Apabila dehidrasi ringan terjadi dan

tidak diatasi dengan segera, maka anak bisa mengalami kejang dan syok

kemudian bisa menyebabkan kematian. Kondisi anak dengan kekurangan

volume cairan harus segera diatasi dengan pemenuhan cairan yang tepat,

sehingga didapatkan hasil cairan yang adekuat dengan hilangnya tanda-tanda

dehidrasi. Penanganan kekurangan cairan pada anak dapat diatasi dengan

minum yang secukupnya, apabila masih tampak tanda-tanda dehidrasi maka bisa

dilakukan pemberian cairan melalui intravena dengan berkolaborasi dengan

dokter. Kekurangan volume cairan pada anak jika tidak teratasi maka akan

menyebabkan suatu kondisi yang disebut syok hipovolemik dan berakibat pada

kematian.

Dari hasil pengkajian pasien, penulis merumuskan masalah keperawatan

kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan

(42)

20

penulis dari beberapa masalah keperawatan yang muncul pada pasien. Alasan

penulis memprioritaskan masalah kekurangan volume cairan karena kekurangan

volume cairan merupakan salah satu masalah kebutuhan dasar manusia yang

berkaitan dengan cairan dan elektrolit. Dimana cairan dan elektrolit tersebut

lebih dahulu untuk di atasi, karena penyakit diare sering menyerang bayi dan

balita, apabila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang

mengakibatkan kematian (Adisasmito, 2007:2). Mengingat akibat dari dehidrasi,

maka prioritas utama pengobatan diare adalah rehidrasi secepat mungkin dengan

pemberian cairan elektrolit, diikuti dengan pemberian makanan.

Kekurangan volume cairan adalah Penurunan cairan intravaskuler,

interstisial , dan atau intraselular. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada. Batasan karakteristik antara lain perubahan

pada status mental, penurunan tekanan darah, penurunan pada tekanan nadi,

penurunan volume nadi, penurunan turgor kulit, penurunan turgor lidah,

penurunan haluaran urine, penurunan pengisian vena, membrane mukosa kering,

kulit kering, peningkatan Hematokrit, peningkatan suhu tubuh, peningkatan

frekuensi nadi, peningkatan konsentrasi urine, penurunan berat badan secara

tiba-tiba, haus, dan kelemahan (NANDA, 2009:97).

Tujuan dan kriteria hasil yang dapat dilaksanakan berdasarkan kriteria

SMART yaitu S (spesific) dimana tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan

arti ganda, M (measurabel) dimana tujuan keperawatan harus dapat diukur,

khususnya tentang perilaku klien : dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan, dan

(43)

21

harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, T (time) mempunyai batasan

waktu yang jelas (Nursalam, 2008 : 81).

Sesuai NIC NOC (2006) setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam, kekurangan volume cairan bisa teratasi dengan kriteria hasil

sebagai berikut: memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang

dalam 24 jam, menampilkan hidrasi yang baik (membran mukosa lembab), dan

memiliki asupan oral dan atau intravena yang adekuat.

Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan

kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien

dapat terpenuhi (Wilkinson, 2006). Dalam teori intervensi dituliskan sesuai

dengan kriteria intervensi NIC (Nursing Intervension Clasification) antara lain

yaitu observasi khususnya terdapat kehilangan cairan yang tinggi elektrolit

(misalnya diare) rasionalnya untuk mengetahui balance cairan, pengelolaan

cairan: pantau hidrasi (misalnya: kelembapan membran mukosa, keadekuatan

nadi, tekanan darah ortostatik) rasionalnya untuk mengetahui keadaan tingkat

dehidrasi pasien, anjurkan pasien atau keluarga untuk menginformasikan

perawat bila haus rasionalnya untuk mengetahui berkurangnya tingkat dehidrasi,

dan berikan terapi IV sesuai dengan anjuran rasionalnya supaya tetap bisa

mempertahankan keseimbangan cairan.

Implementasi yang dilakukan selama 3 hari pada An.Z di ruang

Bakung RS Panti Waluyo Surakarta berdasarkan intervensi yang sudah ditulis.

Penulis melakukan tindakan keperawatan diantaranya mengkaji status hidrasi

(44)

22

menentukan terjadinya dehidrasi pada anak, ada data-data yang harus dikaji.

Data-data ini selanjutnya digunakan untuk mengklasifikasikan diare. Klasifikasi

ini bukanlah diagnosa medis, namun dapat digunakan untuk menentukan

tindakan apa yang harus diambil oleh petugas di lapangan (Nursalam, 2005:175).

Mengkaji balance cairan bertujuan untuk mengetahui keseimbangan

cairan antara intake dan output. Kebutuhan rumatan air dan elektrolit tergantung

banyaknya air yang keluar melalui urine, feses, dan insensible losses. Jumlah

total air dan elektrolit dalam tubuh merupakan hasil dari pengaturan

keseimbangan antara intake dan output (Kushartono, 2006). Balance cairan hari

pertama -178 cc, hari kedua hasilnya -62 cc, hari ketiga intake dan output

mengalami balance.

Menganjurkan pada keluarga untuk memberitahu perawat apabila

pasien haus dan memberi minum sedikit tapi sering, bertujuan untuk memenuhi

kekurangan volume cairan. Adapun tujuan dari pada pemberian cairan adalah

memperbaiki dinamika sirkulasi (apabila ada syok), mengganti defisit yang

terjadi, dan rumatan (maintenance) untuk mengganti kehilangan cairan dan

elektrolit yang sedang berlangsung (ongoing losses). Dengan minum sedikit tapi

sering kebutuhan akan cairan yang kurang bisa terpenuhi, apabila anak minum

dalam jumlah yang banyak dalam satu kali minum maka anak akan muntah.

Apabila anak muntah cairan yang dimimun akan keluar lagi melalui muntahan

anak, untuk itu dianjurkan untuk minum sedikit tapi sering (Soeparto, 2002:2).

Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan atau mengganti cairan

(45)

23

Dari penelitian Soeparto (2002:3) pelaksanaan pemberian terapi cairan dapat

dilakukan secara oral atau parenteral. Rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit

cairan maka dapat dilakukan rehidrasi panenteral walaupun sebenarnya

rehidrasi parenteral dilakukan hanya untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi. KaEn 3A adalah cairan dasar untuk anak dengan berat badan kurang

dari 15 kg (ISO, 2011-2012).

Evaluasi yang dilakukan oleh penulis, menggunakan metode sesuai

teori yaitu SOAP (Subyektif, Obyektif, Assessment, Planning) (Nursalam

2001:129). Setelah melakukan tindakan keperawatan diatas selama 3 hari dari

tanggal 5-7 April 2012 didapatkan ibu pasien mengatakan anaknya sudah mau

makan, minum, dan tidak muntah. Pasien tampak ceria, ubun-ubun kepala datar,

mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, dan balance cairan intake sama dengan

output. Masalah keperawatan kekurangan volume cairan teratasi dan intervensi keperawatan dihentikan, pasien boleh pulang oleh dokter. Penulis menyarankan

pada keluarga pasien, apabila diare terjadi lagi segera berikan oralit. Oralit

diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat

diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak

mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan

keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit.

Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap

(46)

24

B. Simpulan dan Saran a. Kesimpulan

Dari hasil penulisan dalam bab pembahasan, maka penulis

dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Pengkajian yang dilakukan penulis ditemukan data subjektif : ibu pasien mengatakan bahwa anaknya rewel, menangis, tidak mau

minum banyak, buang air besar cair 4 kali dan muntah 2 kali sehari.

Data obyektif : turgor kulit tampak jelek, mukosa bibir kering,

ubun-ubun tampak cekung, dan balance cairan -178 cc sehari.

b. Diagnosa keperawatan utama yang muncul saat dilakukan pengkajian pada An.Z adalah kekurangan volume cairan

berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

c. Intervensi atau rencana keperawatan pada diagnosa kekurangan volume cairan yaitu dengan mengkaji tanda-tanda kekurangan

cairan, memenuhi kebutuhan cairan yang kurang, memberikan

pengetahuan tentang cara mengatasi dehidrasi misalnya dengan

menganjurkan untuk minum yang secukupnya, dan kolaborasi

dengan dokter dalam pemberian cairan dan elektrolit secara

intravena.

d. Implementasi yang sudah dilakukan dalam 3 hari antara lain mengkaji status hidrasi pada pasien, mengkaji balance cairan,

(47)

25

sering, dan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan atau

mengganti cairan infus KaEn 3A 20 tetes per menit.

e. Evaluasi yang dilakukan oleh penulis dalam 3 hari sudah teratasi

balance cairan intake sama dengan output, dan penulis menganjurkan pada keluarga untuk memberikan oralit apabila

kekurangan volume cairan terjadi lagi pada anak.

b. Saran

Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberikan

saran sebagai berikut:

a. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien

seoptimal mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan

prasarana yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk

mengembangkan ilmu pengetahuans dan ketrampilannya melalui

praktek klinik dan pembuatan laporan.

c. Bagi Penulis selanjutynya

Diharapkan penulis selanjutnya dapat menerapkan ilmu

(48)

26

mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, Wiku. (2007). Fraktur Resiko Diare pada Bayi dan Balita di

Indonesia : Systematic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Brunner&Sudarrt. (2002). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa :

Waluyo Agung, Yasmin Asih, Juli, Kuncoro. I Made Karyasa. EGC : Jakarta.

Donna L. Wong. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Ikatan sarjana farmasi Indonesia. (2011). Informasi Spesialite obat (ISO)

Idonesia. PT.ISFI: Jakarta.

Kushartono, Hari. (2006). Terapi Ciran dan Elektrolit pada Anak. RSU Dr. Soetomo. FK UnAir.

NANDA Internasional. (2009). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.

EGC: Jakarta.

Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Medika: Jakarta.

Potter&Perrry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,

dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. EGC : Jakarta.

Sarasvati, Kine. (2010). Menjadi Dokter bagi Anak Anda. Bahtera buka :

Kalibayem Yogjakarta.

Seweng, Arifin. (2011). Perilaku Pencegahan Diare Anak Balita di Wilayah

Bantaran Kali Kelurahan Bataraguru Kecamatan Wolio Kota Bau-bau.

Soeparto, Pitono. (2002). Managemen Diare pada Bayi dan Anak. RSUD Dr.

Soetomo Surabaya. RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Lab/ SMF Ilmu kesehatan anak. FK UnAir.

Wijayanti, Winda. (2010). Hubungan antara Pemberian Asi Eklusif dengan

Angka Kejadian Diare pada Bayi Umur 0-6 Bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta. FK Universitas Sebelas Maret

Wilkinson. M Judith, (2006), Buku Saku; Diagnosa Keperawatan dengan

(50)

Winarsih, Biyanti Dwi. (2011). Efektivitas Mutu Berbasis Praktek, Intervensi

Peningkatan Multimodal untuk Gastroenteritis pada Anak. Fakultas Ilmu keperawatan Universitas Indonesia.

Wulandari, Anjar Purwidiana. (2009). Hubungan Antara Faktor Lingkungan dan

Faktor Sosiodemografi dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Ekstrak daun pepaya dosis II memiliki pengaruh diuretik yang setara dengan kontrol positif, Hal ini mengacu pada data hasil uji post hoc volume urin 24 jam

Unit Pelaksana Teknis Balai Sertifikasi dan Mutu Benih Perkebunan pada Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan yang dibentuk berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan

yang Sehat - 19 Syarat Hewan yang Sesuai Syariat - 20 Protokol Kesehatan Pembelian Hewan - 21 Memilih Hewan Memilih Hewan Persiapan Panitia &amp; Lokasi - 29 Memulai Penyembeli han

lingkungan internal (SDM, sarana prasarana, visi misi, biaya) dan lingkungan eksternal (mencakup kekuatan, kelemahan, peluang, tantangan; kondisi sosial ekonomi,

pembahasan tentang Penerapan Metode CPM, didapatkan lintasan kritis pada kegiatanA-B-D-E-F-H-J-K-L-N-O-W-Z2- Z6-Z8-Z9. Faktor- faktor yang memperngaruhi keterlabatan

Berdasarkan penelitian dan hasil analisa ekstrak metanol dan partisi etil asetat biji labu kuning mengandung senyawa Flavonoid yang dapat berfungsi sebagai

Kecenderungan untuk terulang atau meluasnya tingkah laku yang diperkuat dari satu situasi stimulus yang lain itu disebut generalisasi stimulus. Menurut Skinner,

Rumusan permasalahan kedua tentang pengaruh secara bersama-sama tampilan pencahayaan dan tampilan visual interior terhadap kebetahan pengunjung pada ruang publik mal