• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I : PENDAHULUAN

C. Manfaat Penulisan

Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan stadart asuhan keperawatan untuk pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan masalah khususya dalam bidang/profesi keperawatan.

7

2. Bagi Institusi

Sebagai bahan kepustakaan dan perbandingan pada penanganan kasus pemenuhan kebutuhan volume cairan di lapangan dan dalam teori.

3. Bagi Pelayanan Kesehatan

Agar dapat mengaplikasikan teori keperawatan ke dalam praktik pelayanan kesehatan di rumah sakit.

8

BAB II

LAPORAN KASUS

Bab ini penulis akan membahas proses keperawatan pada asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 2 April 2012 di ruang Melati RSUD Karanganyar. Prinsip dari pembahasan ini dengan memperhatikan teori proses keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan yang menjadi prioritas, perencanaan, pelaksanan dan evaluasi keperawatan untuk masalah yang menjadi prioritas.

A. Identitas Pasien

Hasil pengkajian pada tanggal 2 April 2012 jam 10.00 WIB, pada kasus ini diperoleh dengan caraalloanamneses dan autoanamnese, mengadakan pengamatan dan observasi langsung, pemeriksaan fisik, catatan medis dan catatan perawatan. Hasil pengkajian tersebut didapatkan data identitas pasien, bahwa pasien bernama An.F, umur 9 bulan, alamat Badran, Asri, Koripan, Matesih, Karanganyar, agama Islam, jenis kelamin laki-laki, yang dirawat di Ruang Melati, di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

Pasien dirawat sejak tanggal 31 maret 2012 dengan diagnosa Gastroenteritis Akut. Penanggung jawab pasien adalahNy.F, umur 25 tahun, agama Islam, pendidikan SLTA, pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga, hubungan dengan pasien sebagai ibu.

9

B. Pengkajian

Pengkajiantanggal 2 April 2012 jam 10.00 WIB, keluhan utama yang ada pada pasien saat dikaji adalah diare. Riwayat kesehatan saat ini keluarga mengatakan pada tanggal 30 Maret 2012 An.F mengalami diare, dengan buang air besar cair lebih dari 20 kali, bercampur lendir dan darah. Oleh orangtuanya, An.F dibawa ke bidan terdekat, tetapi diare pada An.F belum sembuh, kemudian An.F dibawa ke puskesmas dan dari puskesmas An.F dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar dan mendapatkan terapi infus RL 15 tetes yang terpasang pada tangan kiri, cefotaxim 150 mg per 8 jam, L-bio 2 x 1 mg, zinc 1 x 1 mg kemudian An.F dipindahkan ke bangsal melati.

Riwayat kesehatan masa lalu, An.F lahir tanggal 6 juni 2011, dan saat mengandung Ny.F tidak mengkonsumsi obat, An.F merupakan anak pertama, Ny.F baru melahirkan anak yang pertama dan tidak pernah aborsi.

Tipe kelahirannya secara spotan, lama kelahiran kira-kira 2 jam dan bertempat di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Pada saat lahir, ditemukan data dari An.Fbahwa berat badan lahir 2600 gram,panjang baru lahir 50 cm dan tidak terdapat kelainan bawaan. Pada An.F belum pernah cidera atau melakukan operasi. Pengobatan saat ini yang diberikan adalah infus RL 15 tetes, cefotaxim 15 mg per 8jam, L-bio 2 x 1 mg, zinc 1 x 1 mg.

An.F mempunyai alergi terhadap antibiotik amoxilin pada waktu masih bayi yang ditandai dengan mata merah, tetapi pada saat ini An.F sudah tidak lagi alergi terhadap amoxilin.Selain itu An.F alergi pada cuaca panas

10

yang ditandai dengan bentol-bentol. Pada An.F sudah dilakukan imunisasi:

polio,BCG,DPT,hepatitis,tetapi belum dilakukan imunisasi campak.

Pertumbuhan dan perkembangan saat ini pada An.F dapat dilihat berdasarkan Berat badan lahir 2600 gram, saat usia 6 bulan 7 kg, Berat badan saat ini 7.8 kg, sudah tumbuh gigi 2 buah dan pasien belum bisa merangkak atau pun duduk sendiri. Pasien mempuyai kebiasaan, jika diberi mainan, maka mainan itu dimasukkan kedalam mulut.

Pemeriksaan fisik ditemukan data bahwa tinggi badan 72 cm, berat badan 7.8 kg, lingkar kepala 46 cm, lingkar dada 46 cm, dan pada lingkar lengan tidak terukur dikarenakan An.F menangis. Pada pemeriksaa tanda-tanda vital didapatkan data tanggal 2 April 2012 suhu tubuh 36.6oC, pernafasan 20 kali per menit, denyut nadi 104 per menit.Pada tanggal 3 April 2012 suhu tubuh 36.6oC, pernafasan 20 kali per menit, denyut nadi 108 kali per menit. Pada tanggal 4 april 2012 suhu tubuh 36.6oC, pernafasan 16 kali per menit, denyut nadi 98 kali per menit ( Alimul, 2006 : 117)

Pemeriksaan umum didapatkan data bahwa status kesehatan An.F nampak lemas dan sering menangis.Kulit bersih, tidak ada jaundick,turgor kulit lambat (kurang dari 2 detik).Kepala mesosephal, tidak ada pembesaran.Rambut tipis,pendek dan bersih.Mata normal, penglihatanbaik, simetris kanan dan kiri,konjungtiva anemis,sklera putih,pupil isokor.Hidung normal,simetris, tidak ada polip,tidak ada epitaksis.Mulut tidak terdapat stomatitis,mukosa bibir kering,gigi sudah tumbuh 2 buah.Leher tidak terdapat kaku kuduk dan tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid.

11

Pemeriksaan fisik dada (paru-paru) : inspeksi dada simetris kanan dan kiri, palpasi vokal premitus kanan dan kiri sama, pengembangan dada kanan dan kiri baik, perkusi sonor di paru, Auskultasi vesikuler. Dada (jantung) : inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba di Inter Costa V, perkusi pekak, Auskultasi bunyi jantung 1 sama dengan bunyi jantung 2 (normal). Pada pemeriksaan abdomen inspeksi simetris, Auskultasi bising usus 42 kali per menit, palpasi tidak ada nyeri tekan, perkusi hypertimpani. Respirasi 20 kali per menit, pasien belum pernah trasfusi,

muntah 3 sampai 4 kali per shift, feses cair bercampur lendir dan darah, warna kehijauan dengan frekuensi kurang lebih 8 kali per shift, balance cairan 38 cc, pasien tampak pucat dan sering menangis, hemoglobin 10,9 gr/dl, turgor kulit lambat ( kurang dari 2 detik ), conjungtiva anemis, tidak mengalami nyeri saat berkemih, tidak mengalami kaku punggung, kram, ataupun kesleo, pasien tidak mengalami kejang, pasien mengalami keringat berlebih saat perubahan cuaca. Di daerah genetalia tidak ada kelainan dan pasien berjenis kelamin laki-laki.Pada bokong terlihat kemerahan.

Hasil pemeriksaan penunjang dengan hasil laboratorium didapatkan hasil hemoglobin 10,9 gr/dl, leukosit 15,6 kali 103µ/L, hematokrit 33,8 %, trombosit 368000 U/L. Pada pengkajian system pencernaan, pada bagian nutrisi diperoleh data WAZ -1,4 tergolong gizi normal, HAZ -0,12 tergolong normal, WHZ -1,6 tergolong normal, selama sakit pasien diberikan diit bubur. Dalam pemberian ASI frekuensinya kurang lebih 4 sampai 7 kali per shieft dan lama pemberiannya 10 sampai 15 menit.

12

Pengkajian riwayat kesehatan keluarga didapatkan data bahwa An.F merupakan anak pertama dari pasangan Bp.K dan Ny.F, Dalam keluarga tidak terdapat penyakit keturunan atau pun kongenital.Paman dan kakek dari An.F mempunyai kebiasaan merokok.Letak geografis terletak pada daerah pemukiman penduduk di dataran tinggi, jauh dari pabrik dan lingkungan bersih.

C. Perumusan Masalah Keperawatan

Data fokus yang didapat pada An.F tanggal 2 April 2012, adalah secara subjektif ibu An.F mengatakan An.F diare dan frekuensi buang air besar kurang lebih 8 kali per shift, cair, berlendir, bercampur darah, warna kehijauan dan muntah 3 sampai 4 kali per shift. Secara objektif pasien tampak pucat, sering menangis, turgor kulit lambat (kurang dari 2 detik), balance cairan 38 cc, Hemoglobin 10,9 gr/dl, conjungtiva anemis. Maka dapat diambil diagnosa keperawatan kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (Herdman, 2011 : 97).

D. Perencanaan Keperawatan

Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam, diharapkan kekurangan volume cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil :keseimbangan elektrolit asam-basa dapat tercapai, hidrasi yang adekuat, status nutrisi yang adekuat, konjungtiva tidak anemis.

13

Intervensi atau rencana tindakan (Wilkinson, 2007 : 177-178) dengan rasional (Doengoes, 2000 : 428-476). Intervensi yang akan dilakukan yaitu pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan, rasional membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode. Pantau status hidrasi (kelembaban, membrane mukosa, keadekuatan nadi), rasional hipovolemia, perpindahan cairan dan kekurangan nutrisi memperburuk turgor kulit dan menambah edema jaringan.Kaji intake pada pasien, rasional menghindarkan iritan meningkatkan istirahat usus.Laporkan dan catat haluaran kurang dan lebih, rasional menunjukkan status hidrasi keseluruhan.

Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam hitung asupan yang diinginkan, rasional pasien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi, rasional cefotaxim untuk antibiotik, L-Bio untuk memelihara fungsi pencernaan, zinc untuk mengatasi dehidrasi.

E. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari senin, 2 April 2012 pada jam 10.00 WIB memantau jumlah, warna, dan frekuensi kehilangan cairan. Respon subyektif, ibu An. F mengatakan klien buang air besar kurang lebih 8 kali per shief dengan jumlah sedikit kurang lebih 10 cc, warna kehijauan, bercampur lendir dan darah. Respon obyektifnya pasien nampak pucat, sering menangis, hemoglobin 10,9 gr/dl, conjungtiva anemis, balance

14

cairan 38 cc, klien muntah. Tindakan yang kedua pada jam 10.30 WIB adalah menginjeksi cefotaxim 300 mg. Respon subyektifnya ibu An.F menyetujui.

Respon obyektifnya An.F menangis, injeksi cefotaxim 300 mg sudah masuk melalui IV.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari Selasa, 3 April 2012 pada jam 09.00 WIB adalah memberikan L-Bio. Respon subyektifnya ibu An.F menyetujui, Respon obyektif An.F menangis. Tindakan yang kedua pada jam 11.15 WIB adalah mengkaji intake pada pasien, tidak ada respon subyektif dari pasien, respon obyektif makan hanya 2 sendok (10 cc) minum 250 cc, infus 200 cc. Tindakan yang ketiga pada jam 11.30 WIB memberikan injeksi cefotaxim 300 mg. Respon subyektif ibu An.F mengatakan bersedia jika anaknya diberi obat, respon obyektif An.F menolak, injeksi cefotaxim 300 mg sudah masuk melalui IV. Tindakan yang keempat pada jam 13.30 WIB memantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan. Respon subyektif ibu An.F mengatakan klien buang air besar kurang lebih 12 kali, warna kehijauan, encer, berlendir dan ada darah, respon obyektif balance cairan -49 cc, tidak muntah, An.F menangis.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari Rabu, 4 April 2012 pada jam 10.00 WIB adalah memantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan. Respon subyektif ibu An.F mengatakan pasien buang air besar kurang lebih 5 kali sampai jam 10.00 WIB. dan sampai jam 14.00 WIB An.F sudah buang air besar 5 kali jadi total buang air besar pada tanggal 4 April 2012 sebanyak 10 kali, dengan warna kehijauan, encer, berlendir dan

15

ada darah, respon obyektif An.F sering menangis, buang air besar masih terdapat lendir dan darah, balance cairan -79 cc. Tindakan yang kedua pada jam 10.30 wib adalah menginjeksi cefotaxim 300 mg. Respon subyektif ibu An.F menyetujui pasien untuk diinjeksi, respon obyektif An.F menangis, injeksi cefotaxim 300 mg sudah masuk melalui IV.

F. Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada tanggal 2 April 2012 jam 14.00 WIB, dengan menggunakan metode SOAP, hasil dari subjektif (S) ibu An.F mengatakan An.F buang air besar kurang lebih 8 kali per shift dengan jumlah 10 cc setiap buang air besar, warna kehijauan, cair, lendir dan bercampur darah. Objektif (O) klien tampak lemas, rewel dan menangis, muntah 3 sampai 4 kali per shift, Hb 10,9 gr/dl, balance cairan 38 cc. Analisa (A) masalah belum teratasi, dengan Planing (P) intervensi dilanjutkan: pantau warna, frekuensi, jumlah kehilangan cairan, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada tanggal 3 April 2012 jam 14.00 WIB, dengan menggunakan metode SOAP, hasil Subjektif (S) ibu An.F mengatakan An.F buang air besar kurang lebih 12 kali dengan konsistensi masih encer, berlendir bercampur darah dan warna kehijauan. Obyektif (O) An.F menangis, sudah tidak muntah, balance cairan -49 cc. Analisa (A) masalah belum teratasi, dengan Planning (P)

16

intervensi dilanjutkan: pantau warna, jumlah, frekuensi kehilangan cairan, pantau status hidrasi, kaji intake pada pasien.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada tanggal 4 April 2012 jam 14.00 WIB, dengan menggunakan metode SOAP, hasil Subjektif (S) ibu An.F mengatakan An.F buang air besar 10 kali dengan buang air besar masih encer, lendir, bercampur darah dan warna kehijauan. Obyektif (O) An.F Nampak rewel dan menangis, balance cairan -79 cc. Analisa (A) masalah belum teratasi, Planning (P) intervensi dilanjutkan:

pantau warna, jumlah, frekuensi kehilangan cairan, pantau status hidrasi, laporkan dan catat haluaran kurang dan lebih, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.

17

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Bab ini penulisakan membahas tentang “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Volume Cairan An.F dengan Gastroenteritis Akut di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar”. Prinsip dari pembahasan ini dengan memfokuskan kebutuhan dasar manusia di dalam asuhan keperawatan.

Gastroenteritis Akut atau sering dikenal dengan diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu (Pusponegoro, 2004 : 49). Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (lebih dari 3 kali per hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan / tanpa darah dan / lendir (Suraatmaja, 2007 : 1).

Penyebab utama gastroenteritis akut adalah virus (rotavirus, adenovirus enterik, Norwalk-virus, dan lain-lain), bakteri atau toksinnya (Compyclobacter, Salmonella, Shigella, Escericia colli, Yersinia) (Wong, 2004 : 492). Serta parasit (Giardia lamblia, Cryptosporidium) Patogen-patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel (Cecily L.betz, 2002 : 155). Selain itu diare dapat juga disebabkan oleh malabsorbsi makanan, keracunan makanan (Harianto, 2004 : 28).

18

Pasien dengan diare akan timbul gejala mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet (Ngastiyah, 2005 : 225). Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi mulai timbul: membran mukosa kering, turgor kurang, ubun-ubun besar dan cekung ( Pusponegoro, 2004 : 50).

Gejala diare yang timbul pada An.F adalah tinja cair yang disertai dengan lendir dan darah, menunjukkan adanya disentri basiller, jadi di dalam tinja terdapat infeksi bakteri golongan Shigella yang menjadi penyebab disentri basiler (Anonim, 2012).Melihat hal tersebut seharusnya dilakukan pemeriksaan tinja, tetapi selama penulis melakukan pengkajian 3 hari tidak dilakukan pemeriksaan tinja dari pihak rumah sakit. Selain yang disebutkan di atas gejala diare yang muncul pada An.F adalah warna tinja kehijauan dengan frekuensi buang air besar kurang lebih 8 kali per shift, muntah 3 sampai 4 kali per shift, membran mukosa kering, An.F terlihat menangis, conjungtiva anemis, hemoglobin 10,9 gr/dl.

Dari hasil pengkajian pasien, penulis merumuskan masalah keperawatan kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Masalah keperawatan kurang volume cairan tersebut lebih diprioritaskan penulis dari beberapa masalah keperawatan yang muncul pada pasien. Alasan penulis memprioritaskan masalah kurang volume cairan karena

19

kurang volume cairan yang dirasakan pasien merupakan salah satu masalah kebutuhan dasar manusia, dimana kurang volume cairan tersebut lebih terdahulu untuk diatasi, jika tidak segera diatasi akan menyebabkan kematian yang dikarenakan tubuh banyak kehilangan air yang disebut dengan dehidrasi.

Dehidrasi yang sering terjadi pada penderita diare karena usus bekeja tidak sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya dibuang bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan (Harianto, 2004 : 28). Pada dasarnya kurang volume cairan adalah suatu gejala subyektif yang kompleks berupa status dehidrasi yang tidak menyenangkan.

Menurut (Iqbal, 2008 : 70) air menyusun 75 % dari berat badan bayi dan cairan total tubuh pada bayi adalah 80 % (Mary, E, 2005 : 107). Rumus kebutuhan cairan pada bayi dengan berat badan kurang dari 10 kg, cairan tubuh yang diperlukan adalah 100 ml per kgbb.Bayi dengan berat badan 10 sampai 20 kg maka kebutuhan cairan tubuh adalah 1000 ml per kgbb. Bayi dengan berat badan lebih dari 20 kg maka kebutuhan cairan tubuh 1500 ml per kgbb pada 20 kg pertama. Jadi, kebutuhan cairan pada pasien dengan berat badan 7.8 kg adalah 780 ml. Cairan sangat diperlukan oleh tubuh. Dari kasus diare banyak ditemukan bahwa output lebih besar daripada input sehingga hasilnya negatife. Tubuh akan mengalami kekurangan volume cairan dan dapat menyebabkan dehidrasi, oleh karena itu dalam kasus diare memerlukan pemantauan atau observasi yag maximal. Melihat hal tersebut maka penulis melakukan pemantauan selama 3 kali 24 jam dalam intervensi keperawatan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan volume cairan. Hal ini dilakukan

20

untuk mengurangi angka kejadian dehidrasi yang akan menyebabkan pada kematian.

Dengan ditegakkannya diagnosa keperawatan kurang volume cairan, penulis merencanakan tindakan untuk mengatasi kurang volume cairan pada pasien yaitu pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan, pantau status hidrasi (kelembaban, membrane mukosa, keadekuatan nadi), kaji intake pada pasien, laporkan dan catat haluaran kurang dan lebih, tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam hitung asupan yang diinginkan, Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat. Penulis melakukan tindakan keperawatan masih belum sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya untuk menangani masalah kurang volume cairan pada pasien sehingga pemenuhan kebutuhan volume cairan pasien belum terpenuhi.

Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan oleh penulis adalah memantau jumlah, warna, dan frekuensi kehilangan cairan, mengkaji intake pada pasien, memberikan terapi obat sesuai dengan advis dokter.

Penulis tidak mencantumkan 3 intervensi yang seharusnya di masukkan dalam implementasi yang telah disusun sebelumnya. Intervensi tersebut adalah tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam hitung asupan yang diinginkan, alasan intervensi ini tidak dimasukkan ke dalam implementasi karena penulis dalam melakukan pengkajian hanya dalam waktu 8 jam ( shift pagi ) sehingga jika dipantau dalam 24 jam tidak sesuai dengan waktu pengkajian dan tidak akan mendapatkan data yang valid, oleh karena itu harus dibutuhkan observasi untuk pendelegasian kepada pihak rumah sakit.

21

Intervensi yang kedua adalah laporkan dan catat haluaran kurang dan lebih, alasan intervensi ini tidak dimasukkan dalam implementasi karena dalam hal ini penulis lebih memfokuskan pada perhitungan balance cairan, sehingga penulis mengutamakan implementasi yang berkaitan dengan pemantauan jumlah, warna, dan frekuensi kehilangan cairan.Intervensi ketiga yang tidak dilakukan adalah pantau status hidrasi seperti kelembaban, membran mukosa, keadekuatan nadi, alasan intervensi ini tidak dimasukkan dalam implementasi adalah keterbatasan penulis dalam melakukan pendokumentasian keperawatan sesuai dengan teori yang ada.

Setelah melakukan tindakan keperawatan selama tiga hari, penulis mengevaluasi keadaan pasien setiap hari dan hasilnya kurang volume cairan pada pasien belum teratasi, karena dalam waktu pengkajian selama tiga hari pasien masih menunjukkan buang air besar kurang lebih 10 kali dan tinja masih terdapat darah dan lendir.

Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat memberikan informasi kepada pihak lain sehingga dapat memperluas pengetahuan tentang penyakit gastroenteritis akut. Penulis menyadari masih mempunyai banyak kekurangan, tetapi dengan kekurangan tersebut penulis mendapatkan masukan dari pihak lain sehingga penulis mampu melengkapinya dan menjadikan lebih sempurna serta dapat dijadikan pembelajaran bagi penulis.

22

B. Simpulan

Berdasarkan apa yang telah penulis dapatkan dalam laporan kasus dan pembahasan pada asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan volume cairan pada An.F dengan Gastroenteritis Akut di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar, maka penulis mengambil kesimpulan :

Pengkajian yang didapat pada An.F pada tanggal 2 April 2012 secara subjektif ibu An.F mengatakan An.F diare dan frekuensi buang air besar kurang lebih 8 kali per shift, cair, berlendir, bercampur darah, warna kehijauan dan muntah 3 sampai 4 kali per shift. Secara objektif pasien tampak pucat, sering menangis, turgor kulit lambat (kurang dari 2 detik), balance cairan 38 cc, Hemoglobin 10,9 gr/dl, conjungtiva anemis. Maka penulis mengambil diagnosa keperawatan kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif .

Intervensi keperawatan untuk diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif adalah pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan, kaji intake pada pasien, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.Implementasi yang sudah dilakukan oleh penulis adalah memantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan, mengkaji intake pada pasien, mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat seperti cefotaxim, L-Bio, dan zinc.

Evaluasi hari terakhir pada tanggal 4 April 2012 didapatkan data Subjektif (S) ibu An.F mengatakan An.F buang air besar 10 kali dengan buang air besar masih encer, lendir, bercampur darah dan warna kehijauan.

23

Obyektif (O) An.F menangis, balance cairan -79 cc. Analisa (A) masalah belum teratasi, Planning (P) intervensi dilanjutkan: pantau warna, jumlah, frekuensi kehilangan cairan, pantau status hidrasi, laporkan dan catat haluaran kurang dan lebih, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan saran antara lain :

a. Bagi Institusi pelayanan kesehatan

Diharapkan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan, khususnya pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan volume cairan.

b. Bagi Tenaga kesehatan khususnya perawat

Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien agar lebih maximal khususnya pada pasein dengan pemenuhan kebutuhan volume cairan agar melakukan observasi maximal pada pemeriksaan fisik seperti turgor kulit diperut untuk melihat tanda dan gejala dari dehidrasi.

c. Bagi Institusi pendidikan

Diharapkan dengan mengetahui kasus pemenuhan kebutuhan volume cairan dapat dijadikan refrensi dan daftar kepustakaan.

24

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012.Penyakit Disentri. http://obatpropolis.com/penyakit-disentri Di akses tanggal 25 April 2012

Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC Doengoes, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Gunardi Hartono, Tehuteru Edi S, Kurniati Nia. dkk. 2011. Kumpulan Tips Pediatrik. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia

Lannywati, ghani. 2011. Faktor-faktor risiko diare persisten pada anak balita.

http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/lannywati_ghani.pdf Di akses tanggal 9 April 2012

Harianto. 2004. Penyuluhan Penggunaan Oralit Untuk Menanggulangi Diare Di Masyarakat. Departement Farmasi. FMIPA Universitas Indonesia.Jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2004/v0in0i/Harianto010104.pdf Di akses tanggal 13 April 2012

Herdman, T Heather. 2011. Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta: EGC Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Jakarta:

Salemba Medika

Ishak Syafie, Ismail Djauhar, Wilopo Siswanto Agus. 2005. Berita Kedokteran Masyarakat.Yogyakarta

Ishak Syafie, Ismail Djauhar, Wilopo Siswanto Agus. 2005. Berita Kedokteran Masyarakat.Yogyakarta

Dokumen terkait