• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Konsumen

5. Evaluasi Pasca Pembelian

Setelah pembelian terjadi, konsumen akan mengevaluasi hasil pembeliannya. Hasil evaluasi pasca pembelian dapat berupa kepuasan atau ketidakpuasan. Keyakinan dan sikap yang terbentuk pada tahap ini akan langsung mempengaruhi niat pembelian selanjutnya atau dimasa yang akan datang, komunikasi lisan dan perilaku keluhan (Engel et al.).

Tabel 21 Kepuasan responden pasca melakukan pembelian LBS tahun 2013 Kepuasan Setelah Membeli Responden (orang) Persentase (%)

Puas 67 67

Tidak Puas 8 8

Biasa Saja 25 25

Jumlah 100 100

Berdasarkan Tabel 21 dapat dilihat sikap konsumen pasca melakukan pembelian LBS adalah puas sebanyak 67 orang responden ,merasa biasa saja sebanyak sebanyak 25 orang dan 8 orang yang merasa tidak puas. Kepuasan yang dimaksud adalah kepuasan yang spontan dirasakan oleh konsumen begitu selesai melakukan pembelian dioutlet LBS. Akan tetapi ada juga presentase konsumen yang merasa tidak puas setelah melakukan pembelian di outlet LBS, dimana faktor utama yang menjadi alasan ketidakpuasan konsumen ini adalah kondisi outlet yang dirasa tidak nyaman, yaitu antrian yang panjang dan tidak didapatkannya produk (baik varian rasa maupun jumlah) LBS yang diinginkan.

Kepuasan tehadap produk yang dikonsumsi akan mempengaruhi pembelian selanjutnya. Timbulnya kesetiaan terhadap merek atau konsumen meninggalkan produk yang bersangkutan merupakan salah satu dampak yang mungkin timbul dari tingkat kepuasan konsumen. Berdasarkan hal tersebut, maka perusahaan perlu mempertahankan dan meningkatkan kinerja mereka sehingga kepuasan konsumen tetap terjaga dan terjadi pembelian berulang.

Tabel 22 menunjukkan bahwa sebanyak 98 orang responden menyatakan berniat untuk kembali membeli LBS dan hanya 2 orang responden menyatakan tidak berniat kembali membeli LBS. Bila keinginan dan harapan konsumen dapat terpenuhi maka konsumen akan kembali melakukan pembelian di tempat tersebut. Hal ini menjadi indiaktor nyata bahwa memang konsumen LBS merasakan kepuasan terhadap pembelian produk LBS sehingga mereka termotivasi untuk melakukan pembelian ulang LBS.

Tabel 22 Keinginan responden untuk kembali membeli produk LBS tahun 2013 Keinginan untuk Kembali

Membeli LBS

Responden (orang) Persentase (%)

Iya 98 98

Tidak 2 2

Jumlah 100 100

Pada umumnya konsumen merasa puas pada suatu produk tertentu akan melakukan pembelian berulang dan akan memberikan rekomendasi bagi orang lain yang ada di sekitarnya. Tabel 23 menunjukkan terdapat 91 orang responden yang menyatakan akan memberikan rekomendasi kepada orang lain untuk datang ke LBS dan 9 orang responden menyatakan enggan untuk memberikan rekomendasi kepada orang lain.

Tabel 23 Keinginan responden merekomendasikan orang lain untuk membeli produk LBS tahun 2013

Keinginan untuk Merekomendasikan

Responden (orang) Persentase (%)

Iya 91 91

Tidak 9 9

Jumlah 100 100

LBS memproduksi Lapis Bogor dengan berbagai macam varian rasa.Ketersediaan berbagai varian rasa inilah yang menjadikan LBS berbeda dengan outlet penjual kue lapis lainnya. Ketersediaan berbagai varian rasa ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen dalam melakukan pembelian. Tabel 24 menyatakan bahwa terdapat 75 orang responden yang menyukai rasa original, 15 orang menyukai rasa green tea dan 8 orang menyukai rasa coklat, sisanya menyukai varian rasa lainnya. Kondisi demikian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyukai produk LBS rasa original.

Tabel 24 Rasa produk LBS yang paling disukai oleh responden tahun 2013

Rasa Responden (orang) Persentase (%)

Original 75 75

Green Tea 15 15

Brownies Coklat 8 8

Lain 2 2

Jumlah 100 100

Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Lapis Bogor Sangkuriang

Penilaian tingkat kepentingan dan kinerja suatu perusahaan sangat penting untuk merumuskan strategi pemasaran yang efektif. Jika kinerja perusahaan sesuai dengan kebutuhan dan harapan konsumen maka dapat dikatakan bahwa konsumen merasa puas. Puas atau tidaknya konsumen terhadap kinerja perusahaan dapat diukur dengan menggunakan skala penilaian tertentu terhadap atribut-atribut yang melekat pada perusahaan tersebut. Karakteristik dan preferensi konsumen yang berbeda-beda membuat konsumen bisa saja merasa puas pada satu atribut tetapi belum puas terhadap

atribut lain. Hasil penilaian konsumen terhadap atribut-atribut Lapis Bogor Sangkuriang ini diolah dengan menggunakan metode Importance Performance Analysis yaitu dengan cara menghitung rata-rata dari skor penilaian kepentingan (Y) dan skor penilaian kinerja (X) setiap atribut LBS (Tabel 25) .

Tabel 25 Perhitungan rata-rata dari skor penilaian kepentingan dan skor penilaian kinerja LBS tahun 2013

Salah satu cara untuk mengukur kepuasan konsumen LBS adalah dengan melakukan konfirmasi harapan, yaitu kepuasan yang diukur dari kesesuaian atau ketidaksesuaian antara harapan konsumen dengan kinerja aktual dari LBS. Berdasarkan Tabel 25 nilai rata-rata tingkat kepentingan, yaitu 4,14 berada di atas nilai rata-rata tingkat kinerja, yaitu 3,78 yang artinya kepuasan konsumen LBS belum tercapai secara maksimal. Selanjutnya, berdasarkan nilai rata-rata tersebut setiap atribut LBS dibagi kedalam empat kuadran agar dapat diketahui atribut apa saja yang dianggap penting dan tidak penting bagi konsumen dan atribut apa saja yang memuaskan dan tidak memuaskan konsumen (Gambar 13).

No Atribut Tingkat Kepentingan (Y) Tingkat Kinerja (X)

1 Harga 4,19 4,07 2 Rasa 4,68 4,28 3 Varian Rasa 4,38 3,81 4 Iklan/ promosi 3,61 3,31 5 Merk 3,85 3,79 6 Lisensi BPOM 4,18 4,07 7 Desain Kemasan 3,87 4,03 8 Ketersediaan Produk 4,33 2,78 9 Lokasi 3,79 3,8 10 Kebersihan Makanan 4,34 4,09 11 Kebersihan Tempat 3,96 3,82 12 Kecepatan Pelayanan 4,12 3,58 13 Keramahan Pramusaji 4,53 3,99 14 Tanggapan terhadap Keluhan 4,15 3,53 Jumlah 57,98 52,95 Rata-rata 4,14 3,78 13 1 6 4 11 10 5 8 9 3 7 14 2 12 3 3,2 3,4 3,6 3,8 4 4,2 4,4 4,6 4,8 2 2,2 2,4 2,6 2,8 3 3,2 3,4 3,6 3,8 4 4,2 4,4 4,6 4,8 5 TI n gk at K ep en ti n gan (y) Tingkat Kinerja (X) atribut IV III II I

Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa empat kuadran tersebut terbagi atas kuadran I, kuadran II, kuadran III dan kuadran IV dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Kuadran I

Atribut yang berada pada kuadran ini sebaiknya menjadi prioritas utama LBS untuk meningkatkan kepuasan konsumen karena memiliki tingkat kepentingan yang tinggi dan tingkat kinerja yang rendah. Atribut yang termasuk dalam kuadran ini adalah ketersediaan produk dan tanggapan terhadap keluhan. Ketersediaan produk merupakan faktor yang sangat penting mengingat tujuan utama konsumen untuk datang ke LBS adalah mendapat produk yang mereka inginkan, yaitu Lapis Bogor Sangkuriang. Jika produk yang akan dibeli ternyata habis atau tidak tersedia tentunya akan membuat konsumen kecewa dan peluang konsumen akan pindah mencari toko lain.

Kendala terkait ketersediaan produk ini adalah terbatasnya suppply produk ke masing-masing outlet LBS, terutama pada akhir pekan, pada saat jumlah pengunjung meningkat sementara suplly produk LBS ke masing-masing outlet sangat terbatas, hal inilah yang menyebabkan ketersediaan produk menjadi faktor yang membuat konsumen merasa tidak puas terhadap LBS.

Selain itu tingginya volume pengunjung di LBS dan banyaknya konsumen yang memiliki masalah dengan ketersediaan produk LBS membuat mereka mengeluh dan menyampaikan keluhan tersebut kepada pihak LBS dan tidak mendapatkan respon yang positif, terkait hal tersebut maka manajemen LBS sudah seharusnya memperbaiki sikap pramusaji terkait dengan standar prosedur penanganan keluhan agar dalam merespon kondisi keluhan pelanggan tersebut konsumen tidak merasa dikecewakan oleh LBS.

2. Kuadran II

Atribut yang berada pada kuadran ini memiliki tingkat kepentingan dan tingkat kinerja yang sama-sama tinggi. LBS harus mempertahankan kinerja yang sudah baik ini agar usaha yang dijalankan bisa tetap eksis di industri makanan. Atribut yang termasuk dalam kuadran ini antara lain harga, rasa, varian rasa, kebersihan produk, keramahan Pramusaji, lisensi BPOM.

Rasa merupakan atribut yang sangat penting bagi konsumen LBS. Jika rasa Lapis Bogor Sangkuriang yang ditawarkan sesuai dengan yang diharapkan konsumen, maka konsumen tidak ragu untuk datang kembali. Berdasarkan nilai rata-rata tingkat kinerja, sebagian besar responden merasa puas dengan rasa Lapis Bogor Sangkuriang .

Adanya lisensi dari BPOM terhadap produk LBS juga merupakan atribut yang penting karena saat ini banyak dijumpai makanan yang menggunakan bahan pengawet berbahaya sehingga dapat mempengaruhi kesehatan konsumen. Lapis Bogor Sangkuriang dinilai oleh responden sebagai makanan tanpa bahan pengawet sehingga aman bagi kesehatan dan sejauh ini setelah mengkonsumsi LBS kesehatan konsumen tidak terganggu.

Kebersihan produk juga merupakan atribut penting bagi konsumen dalam melakukan pembelian LBS. Jika makanan yang disajikan bersih, maka konsumen tidak ragu untuk untuk mengkonsumsinya. Berdasarkan nilai rata-rata tingkat kinerja, sebagian besar responden merasa puas dengan kebersihan produk LBS.

Atribut harga juga menjadi salah satu pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian LBS (dapat dilihat pada Tabel 19). Harga LBS yang relatif murah, yaitu Rp.25.000,- per boks membuat konsumen merasa puas dengan atribut ini terutama

apabila dilakukan perbandingan dengan produk sejenis dengan brand lain bisa dikatakan bahwa harga yang dimiliki LBS sangat bersaing atau cenderung lebih murah apabila dibandingkan dengan brownies Amanda misalnya yang memang telah terlebih dahulu memasuki pasar brownies.

Keramahan pramusaji di dalam melayani konsumen sangat penting karena konsumen akan merasa dihargai dan dilayani dengan baik. Konsumen merasa puas dengan keramahan terutama pramusaji di LBS yang pada kondisi di lapangan harus menghadapi tingginya jumlah pengunjung LBS yang menyebabkan tingginya intensitas interaksi antara pramusaji dengan konsumen, kondisi tersebut ternyata mampu diatasi pramusaji LBS dengan tetap bersikap ramah kepada segenap konsumen LBS.

Varian rasa penting bagi responden terkait dengan banyaknya pilihan yang dapat dilakukan konsumen. Konsumen merasa puas dengan banyaknya pilihan rasa uang dimiliki oleh LBS sehingga konsumen memiliki kelulasaan untuk memilih produk yang mereka inginkan.

3. Kuadran III

Atribut yang berada pada kuadran ini memiliki prioritas yang rendah dimana tingkat kepentingan dan tingkat kinerjanya sama-sama rendah. Tingkat kinerja atribut pada kuadran ini perlu diperbaiki oleh manajemen LBS dengan skala prioritas yaitu setelah atribut di kuadran I selesai diperbaiki. Atribut yang termasuk di kuadran ini antara lain iklan/ promosi dan kecepatan pelayanan.

Iklan/promosi yang dilakukan oleh Lapis Bogor Sangkuriang relatif tidak ada sehingga sebagian besar responden merasa kurang puas dengan atribut ini. Sejauh ini, iklan atau informasi mengenai LBS berjalan dengan sendirinya tanpa campur tangan manajemen LBS karena sebagian besar iklan dan promosi diperoleh dari teman dan keluarga (Tabel 20).

Kecepatan pelayanan juga merupakan hal yang dianggap tidak terlalu penting bagi konsumen sekaligus memiliki kinerja yang juga tidak maksimal hal ini terkait dengan banyaknya konsumen yang datang membeli LBS dalam waktu bersamaan sementara jumlah pramusaji LBA terbatas.

4. Kuadran IV

Atribut yang berada di kuadran ini mendapatkan apresiasi yang positif oleh konsumen dimana tingkat kepentingannya rendah tetapi memiliki tingkat kinerja yang tinggi. Atribut yang termasuk di kuadran ini antara lain merk, desain kemasan, lokasi, kebersihan tempat. Keempat atribut ini dirasakan tidak terlalu penting bagi konsumen sehinggaa pengaruhnya terhadap minat konsumen terhadap LBS menjadi tidak signifikan. Akan tetapi hal tersebut bukan menjadi alasan bagi LBS untuk menurunkan kinerja dari atribut pada kuadran ini. Akan tetapi tetap perlu dilakukan pemeliharaan atribut-atribut tersebut agar tetap memiliki kinerja yang maksimal dan tetap mendapatkan apresiasi dari konsumen LBS.

Analisis Indeks Kepuasan Konsumen LBS

Perhitungan Customer Satisfaction Index digunakan untuk menilai indeks kepuasan konsumen Lapis Bogor Sangkuriang secara keseluruhan yang hasilnya diperoleh dari skor rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja semua atribut. Hasil perhitungan Customer Satisfaction Index dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26 Perhitungan customer satisfaction index LBS tahun 2013

No Atribut Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Rata-rata IWF Rata-rata WS

1 Harga 4,19 4,07 0,072 0,294 2 Rasa 4,68 4,28 0,081 0,345 3 Varian Rasa 4,38 3,81 0,076 0,288 4 Iklan/ promosi 3,61 3,31 0,062 0,206 5 Merk 3,85 3,79 0,066 0,252 6 Lisensi BPOM 4,18 4,07 0,072 0,293 7 Desain Kemasan 3,87 4,03 0,067 0,269 8 Ketersediaan Produk 4,33 2,78 0,075 0,208 9 Lokasi 3,79 3,8 0,065 0,248 10 Kebersihan Makanan 4,34 4,09 0,075 0,306 11 Kebersihan Tempat 3,96 3,82 0,068 0,261 12 Kecepatan Pelayanan 4,12 3,58 0,071 0,254 13 Keramahan Pramusaji 4,53 3,99 0,078 0,312 14 Tanggapan terhadap Keluhan 4,15 3,53 0,072 0,253

Total 57,98 52,95 3,789

rata-rata 4,14 3,78

Customer Satisfaction Index 0,76

Berdasarkan Tabel 26 diperoleh nilai Customer Satisfaction Index dari LBS adalah sebesar 76 % atau 0,76. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum indeks kepuasan pelanggan LBS terhadap atribut-atribut yang dianalisis adalah puas (berada pada range 0,66-0,80). Meskipun demikian, sebaiknya LBS tetap berusaha mempertahankan kinerja yang baik dan meningkatkan kinerja dari atribut-atribut yang menjadi prioritas utama berdasarkan Importance Performance Analysis yaitu ketersediaan produk dan tanggapan terhadap keluhan. Peningkatan kinerja atribut yang berada pada kuadran I dan III serta mempertahankan prestasi yang telah dicapai yaitu atribut-atribut pada kuadran II diharapkan dapat membuat Customer Satisfaction Index LBS berada pada range sangat puas (0,81 – 1,00) dan tercapainya loyalitas konsumen. Implikasi Kebijakan Pemasaran

Setiap perusahaan yang berorientasi bisnis selalu bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan agar perusahaannya dapat berkembang. Salah satu cara yang dapat dipakai oleh perusahaan adalah dengan memperhatikan dan meningkatkan bauran pemasaran yang akan diterapkan oleh perusahaan tersebut.

Bauran pemasaran mengacu pada stratregi terpadu yang memadukan produk, harga, tempat, promosi, orang, bukti fisik dan proses. Konsep pemasaran (marketing concept) menuntut segala aspek keputusan pemasaran didasarkan pada kebutuhan dan keinginan pelanggan. Pelanggan membeli produk barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Jadi saat pembeli melakukan transaksi pasar, konsumen memperoleh seperangkat keuntungan dan kepuasan dari transaksi tersebut. Dalam bauran pemasaran dikenal dengan istilah 4 P yang terdiri dari Product (produk), Price (harga), Place (tempat), Promotion (promosi).

1. Produk

Produk merupakan unsur penting dalam bauran pemasaran karena produk berkaitan langsung dengan konsumen yang memakainya. Dengan demikian, agar produk yang dihasilkan tetap dikonsumsi oleh konsumen maka perusahaan harus memperhatikan konsep-konsep produk yang dihasilkan. Konsep produk menegaskan bahwa konsumen akan menyukai produk-produk yang menawarkan ciri paling bermutu, berkinerja atau inovatif. Oleh sebab itu konsumen cenderung melihat produk sebagai kumpulan manfaat kompleks yang memenuhi kebutuhan mereka.

Berdasarkan analisis terhadap produk LBS diperoleh informasi bahwa atribut seperti kebersihan produk, rasa, varian rasa, dan lisensi BPOM, serta kinerja pramusaji memiliki kinerja yang memuaskan. Untuk itu, atribut-atribut diatas harus dipertahankan kinerjanya agar konsumen tetap merasa puas dengan atribut tersebut, seperti kepuasan konsumen terhadap kinerja pramusaji LBS yang dianggap sudah cukup ramah dalam melayani konsumen, manajemen LBS harus menjaga konsistensi kepuasan konsumen terhadap keramahan pramusaji misalnya dengan cara memberikan pelatihan mengenai teknik melayani pembeli dengan baik dan ramah dan melakukan penyegaran materi terkait dengan SOP LBS yang harus selalu disempurnakan serta outbound kepada segenap pegawai untuk menjaga suasana mental dan kekompakan pegawai sehingga berdampak positif bagi keseharian pegawai di outlet-outlet LBS.

Sementara itu untuk atribut seperti ketersediaan produk, merk, kecepatan pelayanan dan tanggapan terhadap keluhan perlu ditingkatkan lagi kinerjanya. Untuk meningkatkan kinerja atribut ketersediaan produk dapat dilakukan dengan cara menambah kapasitas produksi sehingga suplly masing-masing outlet menjadi meningkat dengan prioritas penambahan kapasitas produksi yaitu pada akhir pekan dan hari libur, karena pada hari-hari tersebut adalah saat dimana outlet-outlet LBS sering mengalami stockout, sementara untuk atribut kecepatan pelayanan dan tanggapan terhadap keluhan dapat ditingkatkan kinerjanya melalui pelatihan mengenai operasional harian dan pelaksanaan evaluasi pada periode tertentu (mingguan) atau bulanan untuk melakukan evaluasi bagi kinerja setiap karyawan LBS bahkan dapat diterapkan sistem reward and punishment bagi pegawai yang berprestasi dan yang memiliki kinerja yang kurang memuaskan.

2. Harga

Salah satu unsur pertimbangan konsumen membeli LBS adalah harga jualnya. Dengan demikian perusahaan sebagai pemasar produknya perlu membuat suatu strategi harga yang sesuai dengan kualitas yang ditawarkannya. Hal ini disebabkan jika penetapan harga jual yang digunakan tidak sesuai maka akan berpengaruh besar terhadap hasil penjualan atau pendapatan perusahaan.

Berdasarkan hasil analisis, konsumen cukup puas dengan atribut harga LBS, konsumen cukup membayar Rp.25.000,- untuk mendapatkan satu boks Lapis Bogor Sangkuriang. Bagi konsumen LBS yang memang apabila dibandingkan dengan produk sejenis (yang sudah lebih dahulu populer) seperti brownies Amanda misalnya, harga produk LBS jauh lebih murah, sebagai contoh brownies kukus original di outlet Amanda memiliki harga Rp. 29.000,- /boksnya atau lebih mahal Rp.4.000,- dari produk LBS yang dihargai Rp.25.000,-/ boksnya.

Perhatian konsumen LBS terhadap harga tampak pada Tabel 19, dimana mayoritas responden menyatakan bahwa potongan harga merupakan jenis promosi yang paling menarik untuk diterapkan di LBS, menarik mengingat harga LBS sudah

cukup murah apabila dibandingkan dengan produk pesaing, akan tetapi hal ini masih menjadi perhatian konsumen terkait dengan tipe promosi yang diinginkan, oleh karena itu manajemen LBS harus sangat mempertimbangkan hal ini yaitu dengan menerapkannya pada cara promosi LBS untuk menarik minat konsumen LBS yang lebih banyak lagi.

3. Tempat

Bauran distribusi merupakan salah satu hal yang menjadi pertimbangan konsumen dalam pembelian LBS meskipun bagi mayoritas konsumen lokasi tidak terlalu penting akan tetapi atribut lokasi dan akses menuju outlet LBS cukup memuaskan bagi konsumen. LBS memiliki outlet tersendiri yang menyebar di beberapa titik lokasi, dengan lokasi pabrik pembuatan yang terpisah. Outlet-outlet tersebut berada dalam kota Bogor yang sangat mudah dilalui oleh kendaraan umum atau pribadi yang terletak dipinggir jalan dengan kondisi parkiran yang juga cukup memadai. Selain itu lokasinya yang berada di pusat kota memberikan keuntungan tersendiri dikarenakan pengaruh situasi menjadi sangat berperan dimana banyak pengunjung yang membeli produk LBS merupakan wisatawan yang memang sedang berkunjung ke outlet-outlet penjualan baju, tas, souvenir, dan lainnya yang memang memiliki lokasi yang berdekatan dengan outlet LBS.

Pada analisis terhadap kebersihan tempat didapatkan hasil kinerja yang memuaskan. Untuk itu atribut ini harus dipertahankan kinerjanya agar konsumen tetap merasa puas terhadap atribut tersebut. Dalam memelihara kinerja kebersihan outlet ini salah satunya adalah dengan menempatkan petugas khusus kebersihan di outlet LBS yang mengontrol kebersihan outlet setiap saat serta paham betul mengenai SOP LBS yang sangat memperhatikan aspek kebersihan outlet.

4. Promosi

Kegiatan promosi dirancang untuk mencapai satu tujuan yaitu menjual lebih banyak produk. Promosi adalah salah satu alat bauran pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan produk dan keunggulannya serta untuk membujuk pelanggan sasaran agar tertarik untuk membeli. Alat promosi yang dapat digunakan oleh perusahaan adalah iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan pemberitaan, penjualan atau pemasaran langsung.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden, promosi LBS dilakukan dengan cara memasang papan billboard di pinggir jalan di depan outlet LBS. Namun demikian, berdasarkan hasil analisis, informasi mengenai LBS sebagian besar berasal dari keluarga dan teman. Hal ini menunjukkan bahwa LBS mengandalkan promosi langsung yang dilakukan oleh konsumen yang satu kepada konsumen lainnya (words by mouth). Meskipun demikian, dengan meningkatnya persaingan dan hadirnya pesaing yang memiliki produk identik atau substitusi serta konsumen LBS yang tidak hanya berasal dari kota Bogor (Tabel 8) membuat LBS harus mencari cara agar dapat melakukan promosi yang lebih gencar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara mempromosikan LBS dengan mengikuti banyak event- event, diantaranya : event Bogasari expo, wirausaha muda Mandiri, Femina serta masih banyak event-event lainnya yang telah dan menjadi proyeksi untuk diikuti oleh LBS.

Berdasarkan hasil kuesioner juga didapatkan informasi bahwa promosi penawaran potongan harga juga menjadi penawaran promosi yang menarik bagi

mayoritas konsumen LBS. Oleh karena itu manajemen LBS harus mempertimbangkan untuk menggunakan ini sebagai media promosi, seperti pemberian potongan harga untuk pembelian dalam jumlah tertentu, atau voucher potongan harga yang diberikan pada konsumen yang melakukan kunjungan lebih dari 10 kali sehingga diharapkan dapat menarik perhatian konsumen agar semakin tertarik untuk berkunjung ke outlet LBS.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait