• Tidak ada hasil yang ditemukan

(WTA) TERHADAP KEMACETAN

6. Evaluasi Pelaksanaan CVM

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, diperoleh nilai R2 = 19.9%.

Penelitian yang berkaitan dengan benda-benda lingkungan dapat mentolerir nilai R2 sampai dengan 15%, oleh karena itu hasil pelaksanaan CVM dalam penelitian ini masih dapat diyakini kebenarannya atau keandalannya (reliable).

7.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTA Pengguna Jalan

Fungsi Willingness to Accept (WTA) pengguna jalan di Kota Bogor diamati dengan memasukkan delapan variabel bebas (independent variable) yang diduga mempengaruhi Willingness to Accept (WTA) pengguna jalan sebagai variabel tak bebas (dependent variable). Delapan variabel tersebut adalah pendidikan, pendapatan, jenis pekerjaan, umur, frekuensi terkena kemacetan, durasi terkena kemacetan, jarak tujuan perjalanan, dan kategori pengguna jalan.

Model fungsi Willingness to Accept (WTA) pengguna jalan di Kota Bogor dibangun dengan analisis regresi berganda.

Hasil pengolahan nilai WTA responden diperoleh bahwa model yang dihasilkan dalam penelitian ini tergolong baik karena nilai R2 yang dihasilkan bernilai 19,9%. Nilai tersebut mengartikan bahwa keragaman WTA responden sebesar 19,9% dapat dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya sebesar 80,1%

dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Hasil estimasi parameter model fungsi Willingness to Accept (WTA) pengguna jalan di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 12. Hasil Analisis WTA Responden

Sumber: Data Primer Diolah oleh Penulis Tahun 2009

* pada tingkat kepercayaan 99%

** pada tingkat kepercayaan 95%

Secara serentak, variabel-variabel bebas berpengaruh nyata terhadap model.

Model yang dihasilkan juga telah diuji multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Hasil dari uji tersebut adalah sebagai berikut:

1. Uji Keandalan

Uji ini dilakukan dalam evaluasi pelaksanaan CVM dimana berdasarkan hasil analisis regresi berganda, diperoleh nilai R2 sebesar 19.9% dimana P-value <

0.15  tolak Ho

H0: Model tidak berpengaruh terhadap respon (WTA) H1: Model berpengaruh terhadap respon (WTA) 2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan dengan Uji Bartlett (Bartlett test). Hasil uji kehomogenan raga ini menghasilkan T statistic sebesar 17,3 dan p-value = 0,241, dengan membuat hipotesis:

Variabel Koefisien SE Coef T p-value VIF

C 9171 2399 3.82 0.000 Kategori Pengguna Jalan -673.0 253.0 -2.66 0.008* 1.5

R-Sq 19,9

R-Sq(adj) 18,7

S.E. Regression 5263.67

Sum Squared Resid 14518078525

Durbin-Watson Stat 1.88883

Ho:homoskedastisitas H1:heteroskedastisitas

maka, p-value > taraf nyata (1%) terima Ho. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Lampiran 3.

3. Uji Autokorelasi

Uji ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara serangkaian data menurut waktu (time series) atau menurut ruang (time section).

Pendeteksian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Runs Test dimana p-value yang didapat sebesar 0,022 yang pada taraf nyata 1% dimana p-value

> taraf nyata, sehingga tidak ada autokorelasi 4. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat Variance Inflation Factor (VIF). Jika VIF lebih besar dari 10 maka dapat dinyatakan terdapat multikoliniearitas. Besarnya nilai VIF antar peubah bebas dapat dilihat pada Tabel 12. Nilai VIF setiap variabel bebas pada Tabel 13 bernilai kurang dari 10. Hal ini mengindikasikan seluruh variabel terbebas dari terjadinya multikolinearitas.

Model yang didapat untuk menerangkan fungsi Willingness to Accept (WTA) pengguna jalan di Kota Bogor adalah model yang memenuhi kriteria secara ekonomi, statistika, dan ekonometrika. Berdasarkan hal tersebut maka model terbaik yang dihasilkan dalam analisis ini adalah:

WTA = 9171 + 1065,3 Pedidikan + 1070,1 Pendapatan – 705,3 Jenis Pekerjaan – 112,72 Umur + 166,5 Frekuensi Terkena Kemacetan + 640,5 Durasi Terkena Kemacetan + 466,5 Jarak Tujuan Perjalanan -673 Pengguna

Variabel bebas yang mempengaruhi model pada tingkat kepercayaan 99% adalah variabel pendidikan, pendapatan, jenis pekerjaan, umur, durasi terkena kemacetan, dan kategori pengguna jalan. Sedangkan jarak tujuan perjalanan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%. Adapun variabel-variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pendidikan

Variabel pendidikan memiliki nilai p-value sebesar 0,002 yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA responden pada taraf α = 1%. Nilai koefisien pendidikan sebesar 1065,3 yang bertanda positif (+) mengartikan bahwa jika tingkat pendidikan responden semakin tinggi atau meningkat sebesar satu satuan, maka nilai WTA yang diberikan semakin tinggi pula atau naik sebesar Rp 1.065,3. Hal ini dapat disebabkan bahwa pola pikir dengan pendidikan yang lebih tinggi akan lebih menganggap bahwa kemacetan bukan hanya merupakan kerugian waktu semata melainkan nilainya lebih tinggi akibat hilangnya opportunity cost dari waktu.

2. Pendapatan

Pendapatan responden adalah pendapatan yang diterima dalam waktu satu bulan yang terdiri dari penghasilan tetap. Variabel tingkat pendapatan memiliki nilai p-value sebesar 0,000 yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA responden pada taraf α = 1%. Nilai koefisien pendapatan sebesar 1070,1 yang bertanda positif (+) mengartikan bahwa jika tingkat pendapatan responden semakin tinggi atau meningkat sebesar satu satuan, maka nilai WTA yang diberikan semakin meningkat pula atau naik sebesar Rp 1.070,1. Hal ini dapat terjadi bila responden kehilangan

waktunya untuk bekerja karena terjebak kemacetan, sehingga akan kehilangan jam kerja mereka dan akhirnya pendapatannya juga akan hilang. Jumlah kehilangan pendapatan akan semakin besar seiring semakin lamanya mereka terjebak dalam kemacetan. Nilai kompensasi tersebut harus menyesuaikan dengan pendapatannya yang semakin banyak hilang.

3. Pekerjaan

Variabel jenis pekerjaan yang juga berpengaruh nyata pada taraf α = 1%, dimana variabel ini memiliki nilai p-value sebesar 0,001. Variabel kategori pengguna jalan memiliki nilai koefisien sebesar 705,3 dan bertanda negatif (-) yang artinya semakin variatif jenis pekerjaan pengguna jalan yang terjebak kemacetan atau variasi jenis pekerjaan naik sebesar satu satuan, maka nilai WTA yang diekspresikan akan semakin rendah atau turun sebesar Rp 705,3.

Hal ini mungkin dipengaruhi bahwa kemacetan yang diisi dengan variasi jenis pekerjaan pengguna jalan yang lebih banyak membuat responden memberikan nilai yang semakin kecil dibandingkan bila kemacetan tersebut hanya dialami oleh pengguna dengan jenis pekerjaan tertentu saja, dimana jenis pekerjaan tertentu ini biasanya cenderung mengarah ke nilai yang lebih besar.

4. Umur

Variabel umur responden juga berpengaruh nyata pada taraf α = 1%, dimana variabel ini memiliki nilai p-value sebesar 0,001. Variabel umur memiliki nilai koefisien sebesar 112,72 dan bertanda negatif (-) yang artinya semakin tua umur pengguna jalan atau umurnya meningkat sebesar satu satuan, maka responden tersebut akan memberikan nilai WTA yang semakin rendah atau menurun sebesar Rp 112,72. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh pola pemikiran

responden yang semakin dewasa, dimana saat mereka mengekspresikan nilai kerugian mereka, terlebih dahulu mereka mengkalkulasikannya sehingga nilai WTA yang ekspresikan tidak sembarangan. Berbeda dengan responden remaja yang langsung mengeluarkan nilai WTA mereka secara spontan yang umumnya lebih besar dari responden dewasa.

Dokumen terkait