BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Temuan Khusus
3. Evaluasi Program Birrul Walidain
Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, selanjutnya informasi tersebut di gunakan untuk menentukan alternatif dalam mengambil keputusan. Evaluasi program dipahami juga sebagai sebagai suatu unit atau kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang implementasi dari suatu kebijakan, dari hasil wawancara yang dilakukan dengan tiga informan informan I Kepala Sekolah, Informan II Kepala Asrama dan Informan III Pembina Asrama berkenaan dengan evaluasi program Birrul Walidain ini bahwa:
a. Informan I
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dan dukung dengan dokumentasi yang ada dengan informan I tentang evaluasi program Birrul Walidain menjelaskan bahwa: Pertama bentuk-bentuk yang di evaluasi dari program Birrul Walidain ini di sekolah maupun di asrama adalah bersifat kognitif serta berupa lembaran evaluasi, dalam hal pengamalan juga lihat keseharian siswa di Sekolah maupun di Asrama dan dalam hal bersifat sosial siswa saat anak berada di rumah ada lembaran evaluasi sebagai alat ukur ketercapain tujuan program ini saat anak kembali lagi ke asrama. Adapun bagian-bagian yang di evaluasi adalah berkenaan ibadah sholat wajibnya sama orangtua, membantu pekerjaaan orangtua dirumah, berbicara sopan dan santun kepada orangtua serta taat dan menghormati kedua orang tuanya.
Cara yang dilakukan dalam proses evaluasi ini adalah: mengumpulkan buku penghubung dan lembaran evaluasi kembali
kepada pembina Asrma, setelah itu dicek, ketika siswa melakukan hal-hal sesuai yang di sampaikan ustadz/ustadzah maka siswa diberikan berupa reward atau pujian. Disamping itu jika tidak melaksanakan program-program pada lembaran yang sudah dibuat maka siswa diberi teguran berupa nasehat. Tujuan melakukan evaluasi program ini agar pihak perguruan baik sekolah maupun asrama, mengetahui masing-masing kepribadian siswa, perkembangan sikap sosisal siswa dan perkembangan sikap spritual siswa setelah keluar dari perguruan atau berada di lingkungan perguruan SMP IT Qurrata A‟yun (Wawancara, Hidayatul Akmal, 6 januari 2020).
b. Informan II
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan II hal senada yang di sampaikan bahwa bentuk-bentuk evaluasi yang di lakukan pada program Birrul Walidain ini adalah melalui lembaran evaluasi dan lembaran itu di isi oleh siswa dan orangtua serta di tanda tangani orangtua, jadi jika siswa yang tidak melakasanakan program ini, siswa di panggil di evaluasi, adapun bagian-bagian yang di evaluasi adalah seperti ibadah harian siswa, bagian sikap sopan santun ke orangtua dan cara siswa menghormati orangtua yang sudah tertera pada lembaran evaluasi Birrul Walidain. Cara yang di lakukan pembina asrama mengevaluasi program ini setelah siswa melaksanakannya adalah pertama mengumpulkan lembaran evaluasi perkelas disana ada penanggung jawab ustadz/ustadzahnya perkelas, masing-masing penanggung jawab ini lah yang mengevaluasi siswa, bagi siswa yang tidak melaksanakan program maka di beri pembinaan dan di kasih panisment seperti menghafal ayat dan lain sebagainya.
Tujuan evaluasi ini di lakukan adalah supaya di saat Birrul Walidain berikutnya bisa memaksimalkan lagi program ini, dalam
artian jangan sampai siswa teratur dan terarah saat berada di asrama, namun ketika siswa berada di rumah tidak teratur lagi ibadahnya salah satu contoh, jadi harapan Sekoah dan Asrama menginginkan sinkron kebiasaan baik anak baik di Asrama maupun di rumah, sebagai contoh di asrama siswa sholat berjamaah, membaca Alqur‟an mampu mandiri di rumah pun di harapkan demikian (Rian Monda Putra, 8 Januari 2020)
c. Informan III
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan III di perkuat bahwa evaluasi di lakukan tidak hanya meberikan lembaran evaluasi dari bentuk-bentuk program yang tertera pada lembaran evaluasi, melainkan juga mengevaluasi secara lisan ke siswa, jika siswa sudah terbiasa melaksanakan program Birrul Walidain ini dengan maksimal, pasti hal itu sudah menjadi karakter bagi siswa. Adapun bagian-bagian yang di evaluasi dari program Birrul Walidain ini adalah berkenaan akhlak siswa terhadap orangtua, ibadah, sikap sosial baik antar sesama siswa maupun guru dan orangtua.
Cara mengevaluasi program Birrul Walidain, hal pertama siswa di evaluasi secara lisan, yang mana di sini sudah ada masing-masing ustadz/ustadzah penanggung jawab setiap kelas, serta data lembaran evaluasi yang telah di isis siswa di cocokan apakah sesuai atau sebaliknya. Tujuan evaluasi ini untuk mengetahui sejauh mana tujuan atau target telah tercapai, jika tidak di evaluasi maka tidak tau keberhasilan program ini, sehingga dengan evaluasi terukur mana yang belum tercapai mana yang sudah, jika belum upaya sekolah atau asrama kedepannya yang mesti memperbaiki dari program ini, agar kedepannya program Birrul Walidain ini menjadi lebih baik di masa yang mendatang (Roma Febrianto, 7 Januari 2020)
Jadi dapat disimpulkan dari evaluasi program Birrul Walidain ini adalah evaluasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana target yang sudah di tetapkan pada lembaran evaluasi, evaluasi ini dilakukan dengan cara, pertama melalui lisan setelah itu dengan mengumpulkan lembaran evalusi yang telah diisi siswa sepulang dari rumahnya masing-masing dan lembaran evaluasi ini di tanda tanggani oleh orang tua siswa yang bersangkutan.
C. Pembahasan
1. Perencanaan Program Birrul Walidain di SMP IT Qurrata A’yun Batusangkar
Perencanaan adalah sebuah proses pertama ketika hendak melakukan pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal. Menurut F. E. Kast dan Rosenzweig dalam Syafiie, (2002) perencanaan adalah suatu kegiatan yang terintegrasi yang bertujuan untuk memaksimalkan efektifitas keseluruhan usaha – usaha, sebagai suatu sistem sesuai dengan tujuan organisasi yang bersangkutan. Fungsi perencanaan antara lain untuk menetapkan arah dan strategi serta titik awal kegiatan agar dapat membimbing serta memperoleh ukuran yang dipergunakan dalam pengawasan untuk mencegah pemborosan waktu dan faktor produksi lainnya.
Hiks dan Guelt dalam Mariono, menyatakan bahwa perencanaan berhubungan dengan:
a) Penentuan dan maksud-maksud organisasi,
b) Perkiraan-perkiraan ligkungan di mana tujuan hendak dicapai, c) Penentuan pendekatan dimana tujuan dan maksud organisasi
Dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang meskipun dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya dalam proses perencanaan. Ketiga kegiatan itu adalah:
a) Perumusan tujuan yang ingin dicapai,
b) Pemiihan program untuk mencapai tujuan itu,
c) Identifikasi dan pengarahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas.( Nanang Fatah, 2008: 24)
Mengenai pentingnya suatu perencanaan, ada beberapa konsep yang tertuang dalam al-Qur‟an dan Hadis. Di antara ayat al-Qur‟an yang terkait dengan fungsi perencanaan adalah Surat al-Hasyr ayat 18:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjaka”(QS.al-Hasyr ayat 18)
Perencanaan yang baik akan dicapai dengan mempertimbangkan kondisi diwaktu yang akan datang yang mana perencanaan dan kegiatan yang akan diputuskan akan dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana dibuat. Perencanaan merupakan aspek penting dari manajemen. Keperluan merencanakan ini terletak pada kenyataan bahwa manusia dapat mengubah masa
depan menurut kehendaknya. Manusia tidak boleh menyerah pada keadaan dan masa depan yang menentu tetapi menciptakan masa depan itu. Masa depan adalah akibat dari keadaan masa lampau. Keadaan sekarang dan disertai dengan usaha-usaha yang akan dilaksanakan. Dengan demikian landasan dasar perencanaan adalah kemampuan manusia untuk secara sadar memilih alternatif masa depan yang akan dikehendakinya dan kemudian mengarahkan daya upayanya untuk mewujudkan masa depan yang dipilihnya, dalam hal ini manajemen yang akan diterapkan seperti apa, sehingga dengan dasar itulah maka suatu rencana akan terealisasikan dengan baik (M. Bukhari, 2005: 35)
Adapun kegunaan perencanaan adalah sebagai berikut:
a) Karena perencanaan meliputi usaha untuk memetakan tujuan atau memformulasikan tujuan yang dipilih untuk dicapai, maka perencanaan haruslah bisa membedakan poin pertama yang akan dilaksanakan terlebih dahulu.
b) Dengan adanya perencanaan maka memungkinkan kita mengetahui tujuan-tujuan yang akan di capai.
c) Dapat memudahkan kegiatan untuk mengidentifikasikan hambatan-hambatan yang akan mungkin timbul dalam usaha mencapai tujuan.
Suatu contoh perencanaan yang gemilang dan terasa sampai sekarang adalah peristiwa Khalwat dari Rasulullah di gua Hira. Tujuan Rasulullah SAW, berkhalwat dan bertafakkur dalam gua Hira tersebut adalah untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi pada masyarakat Makah. Selain itu, beliau juga mendapatkan ketenangan dalam dirinya serta obat penawar hasrat hati yang ingin menyendiri, mencari jalan memenuhi kerinduannya yang selalu makin besar, dan mencapai ma‟rifat serta mengetahui rahasia alam semesta.
Pada usia 40 tahun, dalam keadaan khalwat Rasulullah SAW, menerima wahyu pertama. Jibril memeluk tubuh Rasulullah SAW, ketika beliau ketakutan. Tindakan Jibril tersebut merupakan terapi menghilangkan segala perasaan takut yang terpendam di lubuk hati beliau. Pelukan erat itu mampu membuat Rasulullah tersentak walau kemudian membalasnya. Sebuah tindakan refleks yang melambangkan sikap berani. Setelah kejadian itu, Rasulullah tidak pernah dihinggapi rasa takut, apalagi bimbang dalam menyebarkan Islam ke seluruh pelosok dunia.
Pendidikan Islam mempunyai kedudukan yang tinggi, ini dibuktikan dengan wahyu pertama di atas yang disampaikan Rasulullah bagi pendidikan. Beliau menyatakan bahwa pendidikan atau menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang laki-laki dan perempuan. Rasulullah diutus dengan tujuan untuk menyempurnakan akhlak manusia. Itulah yang menjadi visi pendidikan pada masa Rasulullah.
Contoh lain dari perencanaan yang dilakukan Rasulullah dapat ditemukan ketika terjadi perjanjian Hudaibiyyah (shulhul Hudaibiyyah). Dari perjanjian tersebut terkesan Rasulullah kalah dalam berdiplomasi dan terpaksa menyetujui beberapa hal yang berpihak kepada kafir Quraisy. Kesan tersebut ternyata terbukti sebaliknya setelah perjanjian tersebut disepakati. Disinilah terlihat kelihaian Rasulullah dan pandangan beliau yang jauh ke depan. Rasulullah adalah insan yang selalu mengutamakan kebaikan yang kekal dibandingkan kebaikan yang hanya bersifat sementara. Walaupun perjanjian itu amat berat sebelah, Rasulullah menerimanya karena memberikan manfaat di masa depan saat umat Islam berhasil membuka kota Makah (fath al Makkah) pada tahun ke-8 Hijriyah (dua tahun setelah perjanjian Hudaibiyah).
Perencanaan suatu hal penting yang di persiapkan untuk memaksimalkan agar program Birrul Walidain ini dapat terlaksana, jika di lihat dari hasi observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, tanpa ada perencanaan yang matang berkenanaan dengan program Birrul Walidain ini maka tujuan yang di harapkan tidak akan tercapai secara maksimal.
2. Pelaksanaan Program Birrul Walidain di SMP IT Qurrata A’yun Batusangkar
Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan biasa diartikan penerapan. Majone dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan adalah perluasan aktifitas yang saling menyesuaikan.
Pergertian di atas memperhatikan bahwa kata pelaksanaan bermuara pada aktifitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa pelaksanaan bukan sekedar aktifitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan (Nurdin Usman, 2002:70)
Dapat di simpulkan berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti lakukan bahwasanya program Birrul Walidain ini sudah terlaksana dengan baik walaupun masih ada kekurangan atau belum maksimal.
3. Evaluasi Program Birrul Walidain di SMP IT Qurrata A’yun Batusangkar
Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam sistem proses pembelajaran. Evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat keberhasilan dalam proses pembelajaran, tetapi juga berfungsi sebagai
umpan balik bagi guru atas kinarjanya dalam pengelolaan pembelajaran (Fadriati, 2014: 15). Evaluasi yang dilakukan juga bermanfaat bagi pembina asrama untuk melakukan refleksi, apakah proses yang telah dilakukannya selama menjadi pembina asrama sudah baik atau belum. Tidak hanya bagi pembina asrama, tetapi juga bagi peserta didik, proses evaluasi dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk dapat meningkatkan kualitas dirinya sendiri. Pada dasarnya evaluasi dilakukan untuk melihat serta mengetahui masing-masing kepribadian siswa, perkembangan sikap sosisal siswa dan perkembangan sikap spritual siswa setelah keluar dari perguruan atau berada di lingkungan perguruan SMP IT Qurrata A‟yun.
Adapun tujuan dari pendidikan karakter yang pertama yaitu memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam prilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah prose sekolah. Tujuan kedua pendidikan karakter yaitu mengoreksi prilaku peserta didik yang tidak bersesuain dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah maupun asrama. Tujuan ini memiliki makna bahwa pendidikan karakter memiliki sasaran untuk melusruskan prilaku anak yang negatif menjadi positif.
Berdasarkan penelitian yang sudah peneliti temukan setelah melakukan wawancara didapatkan informasi bahwa sekolah maupun asrama sudah melakukan evaluasi untuk melihat ketercapaian siswa dalam program Birrul Walidain ini. Seperti adanya lembaran evaluasi yang berisi diantaranya ibadah harian siswa, hafalan siswa serta bentuk-bentuk Birrul Walidain yang siswa laksanakn saat program dilaksanakan. Melalui evaluasi, hal-hal yang kurang dalam implementasi program Birrul Walidain akan terlihat, yang kemudian menjadi pembenahan bagi penyelenggara program Birrul Walidain di SMP IT Qurrata A‟yun Batusangkar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi yang dilakukan oleh pembina asrama sudah cukup efektif, akan tetapi masih banyak kekurangan di dalamnya. Pada dasarnya pembina asrama selalu melakukan evaluasi melalui lembaran evaluasi yang sudah ada, namun selain itu evaluasi seperti perubahan sikap spritual dan sosial siswa masih hanya berbentuk teguran serta dalam catatan pribadi masing-masing pembina asrama, sehingga proses evaluasi harus lebih di tingkatkan lagi.
79 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan tentang Implementasi Program Birrul Walidain di SMP IT Qurrata A‟yun Batusangkar dapat disimpulkan bahwa: Dalam aspek perencanaan program Birrul Walidaindi SMP IT Qurrata A‟yun Batusangkar sudah memiliki perencanaan yang bagus, hal ini terlihat dari tujuan atau target yang ingin dicapai, waktu pelaksanaan, materi yang disampaikan dan metode yang digunakan serta buku panduan pedoman integritas Perguruan Qurrata A‟yun Batusangkar. Dalam aspek pelaksanaan program Birrul Walidain ini tidak hanya dilaksanakan di Sekolah atau di Asrama, melainkan juga dilaksanakan kembali kebiasaan baik siswa dari materi yang didapatkan, untuk di aplikasikan saat siswa berada di rumah masing-masing,
Disamping itu untuk memaksimalkan program Birrul Walidain agar terlaksana di rumah, Sekolah atau Asrama sudah membuat lembaran evaluasi sebagai bentuk acuan, lembaran ini di isi oleh orangtua dan di sertai tanda tangan sebagai penguat. Evaluasi ini di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana target yang sudah tercapai pada lembaran evaluasi, evaluasi di lakukan dengan cara: pertama melalui lisan, kedua mengumpulkan lembaran evalusi yang telah diisi olehsiswa sepulang dari rumah yang di ketahui orangtua dan lembaran evaluasi ini di evaluasi oleh para penanggung jawab program yaitu pembina Asrama. Secara keseluruhan Implementasi Program Birrul Walidain di SMP IT Quurata A‟yun Batusangkar sudah terlaksana dengan baik, baik dari perencanaan, pelaksanaa maupun evaluasinya.
B. Saran
Dari hasil temuan penelitian ini, maka penulis menyadari bahwasanya penelitian yang penulis lakukan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan dari hasil penulis lakukan. Semua ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis dalam melakukan penganalisaan data. Maka dari penulis menyarankan kepada pembaca agar dapat memberikan kritikan yang bersifat membangun. Adapun saran yang peneliti sampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kepada siswa siswi SMP IT Qurrata A‟yun agar bisa menunaikan kewajiban berbakti kepada kedua orangtua, orangtua siswaorangtua yang melahirkan dan membesarkannya dengan harapan siswa mampu mempraktekkan bentuk baktinya dalam kehidupan sehari-hari
2. Kepada orangtua dari siswa siswi SMP IT Qurrata A‟yun, dalam proses pendidikan anak akan lebih baik jika adanya kerja sama antara guru dan orangtua, karena dalam mendidik anak yang dalam masa pubertas sangat membutuhkan perhatian yang lebih terutama dalam mendidik akhlak dan ibadah anak maka dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak.
3. Kepada para pimpinan sekolah maupun asrama agar terus melakukan perbaikan-perbaikan dan kerja sama dengan orangtua siswa untuk kebaikan akhlak dan ibadah siswa.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abi Al-Hussain Muslim Ibn Hajjaj bin Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Dar al-Kitabal-Ilmiyah.
Ahmad Jumadi. 2014. Dahsyatnya Birrul Walidain. Yogyakarta: Rajawali pers. Amirulloh Syarbini. 2011. Keajaiban Berbakti kepada Orang tua. Jakarta: Elex
MediaKomputindo.
Arif Supriyono. 2004. Seratus Cerita Tentang Akhlak, Jakarta : Penerbit Republika.
Fadriati. 2014. Strategi dan Pembelajaran PAI. Batusangkar: STAIN Batusangkar Fika Pijaki Nufus, Dkk. 2017. Konsep Pendidikan Birrul Walidain Dalam Qs.
Luqman. Jurnal Ilmiah Didaktika VOL. Jurnal. 18, 19. Hamka. 2015 Tafsir Al Azhar, jil. 3, cet. 1. Jakarta: Gema Insani.
Hamid Ahmad Ath-Thahir. 2014. Nestapa Anak Durhaka. Surabaya: Pustaka Yassir.
Heri Gunawan. 2014. Keajaiban Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Husain Zakaria Fulaifil. 2008. Maafkan Durhaka Kami Ayah Bunda. Jakarta: Mirqat Publishing.
Irfan Rafiq Bin Shaari. 2017. Konsep Pembinaan Birrul Walidain dalam Al- Qur‟an. Studi Bimbingan dan Konsling Islam Fakultas Dakwah Universitas Negri Ar-Raniry Darrussalam Banda Aceh.
IAIN Batusangkar. 2017. Buku Pedoman Penulisan IAIN Batusangkar.
Joko, Wahono. 2015. Membangun Moralitas dalam Hubungan Anak dan Orangtua. Jurnal Vol.6 No 02
Juliansyah. 2011. MetodologiPenelitian: Skripsis, Tesis, DisertasdanKaryaIlmiah. Jakarta: Kencana.
Kahmad, Dadang&Maman, 2000.MetodePenelitian Agama. Bandung: CV PustakaSetia.
Lexi J.Moleong. 2016. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosda Karya
Lucki Hasnijar. 2017. Konsep Birrul Walidain Dalam Al-Qur‟an Surat As-Shaffat Ayat 102-107 Kajian Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Negri Ar-Raniry Darrussalam Banda Aceh
Mahmud Yunus. 2010. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah.
Moleong, J, Lexy. 2006. MetodelogiPenelitanKualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
M. Rasyid Ridha, Tafsir Al-Qur‟ān Al-Hakīm Asy-Syahir bi Tafsir Al-Manār, jilid 1. Beirut: Dar Al-Ma‟rifah, t.t.
Muhammad Ali al-Hasyimi. 2001. Menjadi Islam Ideal. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Muhammad Nashiruddin Al-Bani. 2008. Ringkasan Shahih Muslim. Jil. 2. Jakarta: Pustaka Azzam.
Musthafa Al-Adawi. 2011. Fikih Berbakti kepada Orang Tua. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhammad Ali Quthb. 2008. Amalan Shalihah. Jakarta: Al-Mawardi. Muzayyin Arifin. 2003. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. M Yusuf Amin. 2011. Dahsyatnya Do‟a Orang Tua. jakarta selatan.
M. Quraish Shihab. 2001. Tafsir Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an.Lentera Hati, Ciputat.
Nurdin Usman. 2002. ,KonteksImplementasiBerbasisKurikulum. Jakarta:Grasindo Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Samsul Munir Amin. 2016. Ilmu Akhlaq. Jakarka: Amzah.
Saiful Hadi El-Shuta. 2009. Mau Sukses? Bebakti pada Orang Tua!. Jakarta: Sefrudin Mahmud. 2007. Birl al-Walidain. Bekasi: Subulus Salam.
Erlangga.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabet.
Sugiyono. 2016. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabet. Suharsimi Arikunto. 2000. Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta
Syamsudin, Fadhilah Aisah Aminy. 2016. Pengembangan Materi Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Pokok Bahasan Berbakti Kepada
Orang Tua dalam Perspektif Kitab Akhlak Lil Banin.
Jurnal.Vol.12, No.1
Umar Hasyim. 2007. Anak Shaleh,. Surabaya: Bina Ilmu.
Yanuardi Syukur. 2013. Rahasia Keajaiban Berbakti kepada Ayah. Jakarta: Al Maghfirah.