• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap selanjutnya setelah melakukan evaluasi input yaitu adalah tahap evaluasi proses yaitu mengevaluasi bagaimana pengimplementasi kegiatan ini terlaksana. Tahap ini dilakukan sesuai dengan perencanaan dan mengerahkan para penanggungjawab kegiatan agar melaksanakan dan dapat melakukan tugasnya dengan baik. Mengidentifikasi permasalahan prosedur baik tata laksana kejadian maupun aktivitas juga termasuk dalam evaluasi proses ini. Pelaksanaan CSR ini dilakukan oleh PT Unilever Tbk., dan Kementerian kesehatan dan pada akhirnya evaluasi ini akan berguna bagi pengambil keputusan untuk memetakan kekuatan

27 Sept 2012 10 Okt 2012 Seminar  Mencegah  Kecacingan  13 Okt  2012 Seminar  Advokasi  Media  15 Okt 2012 Puncak peringatan  HCTPS

dan kelemahan program CSR HCTPS ini dan juga dapat dikaitkan dengan hasil atau output yang ditemukan.

“Cuci Tangan Pakai Sabun, Anak Sehat Dimulai dari Tangan Sehat” tema yang diusung dalam program kegiatan CSR HCTPS tahun 2012 yang diadakan pada tanggal 15 Oktober 2012 di SDN Karet Setiabudi, Jakarta Selatan. Menurut Amalia sarah tentang pelaksanaan kegiatan CSR HCTPS tahun 2012 sebagai berikut ;

“Pelaksanaan kegiatan CSR HCTPS tahun 2012 terlaksana dengan baik dan sesuai dengan schedule, terlihat kemitraan antara PT Unilever Tbk, dengan pemerintah dan masyarakat (khususnya warga SDN 05 dan warga sekitar) merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan CSR HCTPS 2012.”

Keberhasilan kegiatan ini tidak lepas dari keterlibatan berbagai pihak. Pihak-pihak yang terlibat juga proses kegiatan dipaparkan oleh drh. Wilfried, diantaranya yaitu;

“Kementerian, Badan/Lembaga Non Kemeterian, Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, Gubernur, Bupati/Walikota, Badan Usaha Milik Negara, Sektor Swasta dan Dunia Usaha, Organisasi International, Organisasi Kemasyarakatan Peduli Kesehatan, Tokoh Agama,Tokoh/Kader Masyarakat,Tokoh Seni, Budaya dan Tokoh Olah Raga, Lembaga International, Lembaga Pendidikan (mulai dari tingkat SD sampai dengan Perguruan Tinggi)”

dr. Lily Sriwahyuni Sulistyowati, MM menambahkan rangkaian kegiatan yang diselengarakan sebagai implementasi program CSR HCTPS ini yaitu;

a. Pelaksanaan Lomba Foto Budaya CTPS tingkat nasional

b. Talkshow di TVOne dengan tema Apresiasi Budaya CTPS

c. Publikasi media HCTPS di 6 media cetak nasional (Media Indonesia, Bisnis Indonesia, Indo Pos, Suara Pembaruan, Jakarta Globe, Jakarta Post);

d. Seminar “Strategi Pengendalian Kecacingan dan Perilaku CTPS di Indonesia

e. Roadshow sosialisasi 5 waktu penting CTPS dan langkah-langkah CTPS yang benar, di 3 Sekolah Dasar ( SD Pinang Ranti, TMII, SD 01 dan 02, Bogor)

f. Seminar “Advokasi Peran Media dalam Perilaku CTPS”

g. Puncak acara HCTPS Ke-5 Tahun 2012 pada tanggal 15 oktober 2012 bertempat di halaman SD 04,05,06 Karet Setiabudi.

Penambahan kegiatan sebagai rangkaian kegiatan internal, PT. Unilever Tbk mengadakan kegiatan tambahan seperti yang diutarakan oleh Amalia Sarah, yaitu ;

“Perayaan dilaksanakan di SDN 05 Karet Sudirman. Tetapi, Lifebuoy juga menggerakkan 747.000 siswa dari 2.147 sekolah dasar di 10 provinsi dan TP PKK di 33 provinsi sebagai sarana sosialisasi dan edukasi, serta mengajak semua pihak untuk kembali berkomitmen menumbuhkan kebiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pada hari puncak perayaan ada pemberian donasi berupa fasilitas cuci tangan dan kebersihan kepada sekolah yang belum masuk sebagai kriteria sekolah sehat. Donasi tersebut dikumpulkan Lifebuoy dari dukungan melalui ‘Like’ di fanpage Lifebuoy. Untuk setiap ‘Like’ di facebook yang terkumpul dari Indonesia bernilai Rp.1.000. Lifebuoy juga mengajak sukarelawan untuk turut serta melakukan aksi nyata membantu mengedukasi tentang PHBS dan bersama merayakan aktivitas HCTPS di di sekolah yang menerima bantuan donasi.

Sebagai rangkaian HCTPS 2012, diadakan pula beberapa lomba yaitu Lomba Keluarga Bebas Diare yaitu lomba kreativitas foto dan video orang tua yang mengajarkan keluarga untuk mencuci tangan pakai sabun dengan cara yang paling kreatif dan efektif. Lomba Ibu Peduli CTPS, yaitu lomba kreatifitas Ibu dalam mengajak dan mengajarkan cuci tangan pada anak serta Lomba Menggambar Aku dan Tangan Sehatku, dimana

anak-anak dapat menyalurkan kreativitas menggambar mereka terkait tema “Anak Sehat dimulai dari Tangan Sehat.”

PT Unilever Indonesia Tbk., melalui brand sabun kesehatan Lifebuoy berupaya aktif mendukung terwujudnya anak dan keluarga Indonesia yang lebih sehat melalui beragam aktivitas sebagai rangkaian perayaan HCTPS 2012. Program donasi tidak hanya diberikan di Indonesia, seluruh like facebook dari seluruh dunia dikumpulkan, untuk nantinya didonasikan oleh Lifebuoy Global untuk membantu desa di Afrika Selatan yang belum memiliki sarana sanitasi yang memadai. Melalui hal tersebut diharapkan membantu mengurangi tingkat kematian anak karena diare dengan menghentikan penyebaran kuman di tangan melalui cara cuci tangan pakai sabun dan jutaan jiwa dapat terselamatkan.”

Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan PT Unilever Tbk., sebagai tahap implementasi sangat baik dilakukan, karen didalamnya mengandung tiga langkah utama yakni sosialisasi, pelaksanaan, dan internalisasi3. Sosialisasi diperlukan

untuk memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan implementasi Corporate Social Responsibility khususnya mengenai pedoman penerapan Corporate Social Responsibility. Tujuan sosialisasi ini adalah agar program Corporate Social Responsibility akan diimplementasikan mendapat dukungan penuh dari seluruh komponen perusahaan, sehingga dalam perjalanannya tidak ada kendala serius yang dapat dialami oleh unit penyelenggara.

Di dalam sebuah kegiatan atau program ada kelemahan dan komponen yang sulit atau bahkan tidak tercapai. Pernyataan mengenai identifikasi permasalahan prosedur dan tata laksana diungkapkan, serta target komponen yang sulit dicapai diungkapkan oleh Amalia Sarah;

“Komponen telah terlaksana dengan rancangan yang ada, dan CSR dipandang sebagai bangun segitiga dari kegiatan perusahaan : 3P

yaitu (people, profit planet), tapi mesti memperhatikan lingkungan serta komunitas. Dan cakupan Komponen CSR sangat luas, bukan hanya terbatas pada masalah sosial semata, seperti: donasi/sumbangan atau bantuan dalam peningkatan taraf hidup masyarakat. Oleh karena itu, untuk terhindar dari persepsi dangkal seperti itu, kami lebih memilih pada corporate sustainability yaitu cerminan adanya perwujudan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dari perspektif dunia usaha. Memang, aktivitas CSR HCTPS tak akan langsung memberi janji sebagaimana kerap dituliskan. Akan tetapi, dalam jangka panjang, sedikit banyak CSR akan memberi dampak terhadap eksistensi PT Unilever Tbk,. Tantangan dan target komponen yang sulit dicapai adalah persepsi yang diterima oleh masyarakat di sekitar SDN 05 (tempat pelaksanaan hari puncak) pasti bermacam-macam, dan sangat berbeda. Kami sangat menyayangkan komentar negatif yaitu anggapan bahwa pelaksanaan kegiatan program CSR HCTPS ini hanya sebagai promosi belaka yg sifatnya philantrophy. Dan Unilever yang berkontribusi dalam penyelenggaraan CSR HCTPS dengan baik memilih mengabaikan komentar-komentar negatif dan meneruskan perilaku ‘doing good and telling it well”, kepada pemangku kepentingan yang relevan sebagai strategi yang telah terbukti berhasil.”

Pelaksanaan program CSR HCTPS sudah berlangsung cukup lama yaitu dimulai sejak tahun 2008 sampai saat ini. Hal itu membuktikan bahwa program ini adalah program yang direncanakan dengan baik dan menjadi program yang berkelanjutan.

Seperti ungkapan Amalia Sarah diatas mengenai tanggung jawab sosial yang berkelanjutan, Crowther David mengatakan ada prinsip tanggung jawab sosial yaitu sustainability dijelaskan oleh Crowther bahwa sustainability berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya di masa depan. Keberlanjutan juga

memberikan arahan bagaimana penggunaan sumberdaya sekarang tetap memperhatikan dan memperhitungkan kemampuan generasi masa depan4.

Sedangkan hambatan kegiatan CSR HCTPS ini diungkapkan oleh dr. Lily Sriwahyuni yaitu;

“Yang sulit dicapai yaitu perubahan perilaku ‘semu’, sehingga perlu adanya pendampingan kedepannya. Apakah murid disekolah ini telah berperilaku hidup bersih dan sehat dengan menerapkan Cuci Tangan Pakai Sabun di lima waktu penting. Dan yang terpenting bagaimana angka diare dan penyakit menular dapat ditekan di generasi muda – ya sekolah dasar khususnya.”

PT. Unilever Tbk., dan Pihak Kementerian Kesehatan menyadari betul pentingnya pendampingan, oleh karena itulah Unilever akan terus memberikan edukasi dan juga sosialisasi mengenai CTPS khususnya kepada SDN 05 Karet dan daerah binaan Unilever. Seperti tanggapan dari Amalia Sarah mengenai dampak jangka panjang akibat kegiatan program yaitu ;

“CSR akan memberi manfaat dalam jangka panjang, aktivitas sosial menjadi kehirauan lantaran erat terkait dengan social lisence. Ada kekhawatiran tidak terciptanya harmoni dengan komunitasnya bahkan memungkinkan timbulnya konflik, bila perusahaannya tak aktif membantu kehidupan sosial masyarakat setempat. Aktivitas sosial membuat perasaan pengelola relatif lebih tenang. Alhasil tak mengherankan bila tak sedikit pula yang sifat programnya tak berkelanjutan; sekali menggelar aksi, kemudian ditinggalkan tanpa monitoring serta evaluasi. Hal ini telah kami cari solusinya yaitu kami akan tetap mendampingi sekolah yang sudah kami bina, agar perubahan perilaku ini tidak bersifat sementara dan juga akan membentuk kebiasaan yang baik pada siswa/i sekolah dasar.”

Menurut drh. Wilfried H. Purba menambahkan target komponen yang sulit dicapai yaitu ;

“Pesan yang disampaikan dalam mengemas informasi kepada masyarakat tentang manfaat CTPS dalam pencegahan penyakit menular dan kepedulian

masyarakat tentang pentingnya CTPS menjadi kendala awalnya bagi kami. Solusinya kami mengemas tahapan cuci tangan pakai sabun yang benar ini melalui jingle dan permainan yang dikemas oleh Unilever agar lebih menarik untuk disampaikan kepada anak-anak. Hambatan yang penting yang dijumpai yaitu koordinasi dan persamaan persepsi antar lembaga akan program CSR HCTPS ini. ”

Pandangan yang sama juga diutarakan oleh Amalia sarah terkait dengan hambatan penting yang ditemui pada saat program CSR HCTPS ini berlangsung;

“Berkomunikasi secara efektif dengan stakeholder atau pemangku kepentingan PT Unilever Tbk, yang beragam adalah tugas yang sulit karena sifat stakeholder yang berbeda satu sama lain dan juga karena pendapat pemangku kepentingan terhadap bisnis dan bagaimana mereka bereaksi dapat berubah cepat karena berbagai hal. Kadang kala isu tersebut bisa saling bertentangan.”

Hal yang terpenting dalam sosialisasi program CSR ini adalah komunikasi yang baik agar maksud dan tujuan program CSR HCTPS ini dapat sampai dan dipahami oleh sasaran. Proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan sebagainya yang dilakukan seorang kepada orang lain, baik secara tatap muka maupun tak langsung melalui media dengan tujuan mengubah sikap, pandangan dan perilaku”5.

PT. Unilever Tbk. melakukan komunikasi dalam mensosialisasikan program, mengedukasi siswa sekolah dasar dalam roadshow kegiatan ini, dibantu dengan para pelaku terkait program CSR HCTPS. Persamaan persepsi dibentuk dari pertemuan persiapan kegiatan yang dikoordinir baik internal PT Unilever, maupun Kementerian Kesehatan. Sosialisasi dan edukasi dilakukan dengan menggunakan media komunikasi seperti permainan, sticker, video, talkshow, dan

lainnya dengan tujuan mengubah perilaku yang tidak baik menjadi perilaku hidup bersih dan sehat.

Dokumen terkait