• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unilever Indonesia (Perseroan) dikenal sebagai salah satu perusahaan. produksi, pemasaran dan distribusi barang-barang konsumsi yang meliputi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Unilever Indonesia (Perseroan) dikenal sebagai salah satu perusahaan. produksi, pemasaran dan distribusi barang-barang konsumsi yang meliputi"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

Unilever Indonesia (Perseroan) dikenal sebagai salah satu perusahaan manufaktur terbesar di Indonesia yang memiliki kegiatan usaha meliputi bidang “produksi, pemasaran dan distribusi barang-barang konsumsi yang meliputi sabun, deterjen, margarine, makanan berinti susu, es krim, produk-produk kosmetik, minuman dengan bahan pokok teh dan minuman dengan sari buah” (Annual Report, 2011 hlm.14).

Hingga tahun 2012, merek ternama Unilever Indonesia mencakup 40 produk yaitu : “Personal Care: Axe, Citra, Clear, Close-Up, Dove, Lifebuoy, Lux,

Pepsodent, Pond’s, Rexona, Sunsilk, Vaseline. Home Care: Cif, Domestos, Pureit, Molto, Rinso, Sunlight, Super Pell, Surf, Viso, Vixal, Wipol. Foods: Bango, Blue Band, Buavita, Feast, Populaire, Lipton, Royco, Sariwangi, Sarimurni, Skippy, Taro. Ice Cream (FIC): Moo, Magnum, Paddle Pop, Wall’s, Vienetta, Cornetto” (Annual Report, 2011 hlm 14)

Unilever Indonesia berkantor pusat (head office) di jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 15 Jakarta. Unilever Indonesia memiliki pabrik yang berlokasi di jalan Jababeka 9 Blok D, O, V nomor 14-16 Kawasan Industri Jababeka Cikarang Bekasi, Jawa Barat dan jalan Rungkut Industri IV nomor 5-11 Kawasan Industri Rungkut Surabaya, Jawa Timur.

(2)

4.1.1 Sejarah Korporat

Unilever saat ini telah memasuki usia ke – 80 tahun, kesuksesan yang dicapai telah mencatat sejarah tersendiri bagi korporat yang berstatus sebagai Penanaman Modal Asing di Indonesia. “PT. Unilever Indonesia Tbk merupakan bagian dari Unilever global yang bernama Unilever N.V. selaku pengendali

Maatschaappij voor Internationale Beleggingen (Mavibel B.V) dan Unilever Indonesia Holding B.V (UIH) yang berkedudukan di Belanda” (Laporan

Keuangan Unilever Indonesia 2009, 2010 & 2011, lampiran 5 hlm. 1)

Saat ini Unilever Indonesia memiliki dua anak perusahaan (Grup), yaitu (pertama) PT. Anugrah Lever (AL) didirikan 22 November 2000 bersama PT. Anugrah Indah Pelangi yang bergerak dibidang produksi, pengembangan, pemasaran, dan penjualan kecap, sambal dan saus lainnya dengan merek Bango serta merek lainnya di bawah lisensi perusahaan. Kedua, PT. Technopia Lever (TL) didirikan pada 3 Juli 2002 bekerja sama dengan Texchem Resources Berhad (TRB) yang bergerak di bidang distribusi, ekspor dan import produk dengan merek Domestos Nomos (Laporan Keuangan Unilever Indonesia 2009,2010,2011, lampiran 5 halaman 2 – 3)

(3)

Tabel 4.1 : Rekam Jejak perkemabngan Unilever Indonesia

Tahun Uraian Perkembangan

1993 Unilever didirikan dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N. V di Angke Jakarta

Akta Pendirian dan Perubahan :

 Notaris Mr. Adriaan Hendrik Van Ophuijsen No.23 tanggal 05 Desember 1933

 Notaris H. Syarif Siangan Tanudjaja, SH., No. 16 tanggal 18 Juni 2008

1941 Mendirikan pabrik kosmetik di Surabaya

1967 Setelah dikuasai pemerintah selama 4 tahun, Unilever kembali beroperasi dibawah UU Penanaman Modal Asing 1980 Nama Perseroan diubah menjadi PT. Unilever Indonesia 1981 Melepas saham ke public dan mendaftarkan 15% saham di

Bursa Efek Jakarta dan Surabaya

1990 Mendirikan pabrik personal Care di Rungkut, Surabaya dan memasuki bisnis teh dengan mengakuisisi Sariwangi

1992 Memasuki bisnis Es Krim, membuka pabrik Wall’s Ice Cream di Cikarang

1995 Memindahkan semua pabrik dari daerah Angke Jakarta ke Cikarang

2000 Memasuki bisnis kecap, berpatungan dengan PT Anugrah Indah Pelangi untuk mendirikan PT Anugrah Lever, yang bergerak dibidang manufaktur dan penjualan kecap Bango. Mendirikan perusahaan patungan dengan Kimberly Clark dan membuka pabrik deterjen cair

2001 Akuisisi kecap Bango

2004  Mengakuisisi Knorr Indonesia dari Unilever Overseas Holdings Limited dan menggabungkannya dengan Unilever Indonesia

 Memindahkan Pabrik produk perawatan rambut dari Rungkut ke Cikarang

2008  Membangun pabrik perawatan kulit terbesar se-Asia di Cikarang

 Mengakuisisi merek Buavita dan Gogo untuk memasuki bisnis minuman sari buah

 Memulai Program Hari Ccuci Tangan Pakai Sabun Sedunia sebagai Implementasi CSR

2010 Memasuki bisnis pemurnian air dengan meluncurkan Pureit, alat pemurni tanpa gas atau listrik yang menghasilkan air minum yang aman dikonsumsi

(4)

4.1.2 Visi dan Misi Unilever

Visi unilever Indonesia yakni “To be the first choice of consumers,

customers and communities” (“Creating...” 2011 hlm 5) atau untuk menjadi

pilihan pertama bagi pelanggan, konsumen dan masyarakat di Indonesia.

Visi tersebut merupakan visi strategis yang disarikan dari visi Unilever Global yang berfokus pada 4 (empat) poin utama dengan ide dasar turur meningkatkan kualitas hidup, poin utama tersebut meliputi :

1. Unilever work to create a better future every day: Unilever bekerja untuk menciptakan masa dpan yang lebih baik setiap hari

2. Unilever help people feel good, look good and get more out of life with

brands and services that are good for them and good for others : Unilever

membantu orang merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati kehidupan dengan merek dan layanan yang baik bagi mereka dan baik bagi orang lain.

3. Unilever will inspire pople to take small everyday actions that can add up

to a big difference for the world: Unilever akan menginspirasi orang untuk

melakukan tindakan kecil sehari-hari yang dapat membuat suatu perbedaan besar bagi dunia.

4. Unilever will develop new ways of doing business that will allow us to

double the size of our company while reducing our environmental impact:

Unilever akan mengembangkan cara-cara baru dalam berbisnis yang akan membuat kita melipatgandakan ukuran perusahaan kami sambil mengurangi dampak lingkungan ( Creating, 2011 hl.4)

(5)

Misi korporasi Unilever adalah untuk meningkatkan vitalitas hidup. Hal ini menunjukkan bagaimana perusahaan benar-benar memahami pelanggan abad 21 dan kehidupan mereka. Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Unilever, telah menetapkan Tujuan dan Prinsip Perusahaan, yang dapat dipandang sebagai Nilai-nilai yang kami pegang. Tujuan Perusahaan kami menyatakan bahwa agar dapat berhasil, dibutuhkan “standar perilaku korporasi yang tertinggi yang diterapkan kepada semua pihak yang bekerja sama dengan kami, semua kalangan di masyarakat yang berinteraksi dengan kami, serta dengan lingkungan yang terkena dampak dari bisnis kami.”

a. Selalu bekerja dengan Integritas

Melaksanakan operasi kami dengan integritas dan menghormati orang-orang, organisasi dan lingkungan yang di sentuh oleh bisnis kami selalu menjadi bagian dari tanggung jawab perusahaan.

b. Memberikan dampak yang positif

Kami bertujuan untuk memberi dampak positif dalam berbagai cara: melalui

brand, operasi komersial dan hubungan relasi melalui kontribusi sukarela dan

melalui berbagai macam cara kita berhubungan dengan masyarakat. c. Senantiasa berkomitmen

Kami berkomitmen untuk senantiasa berkembang dalam cara kita mengelola dampak lingkungan dan bekerja kepada tujuan jangka panjang dalam usaha berkelanjutan.

(6)

d. Bekerja dengan orang lain

Kami ingin bekerja dengan pemasok yang mempunyai nilai yang sama dengan standar kita. Kode Mitra Bisnis kita sejajar dengan Kode Prinsip Bisnis, yang terdiri dari sepuluh prinsip yang menyangkut integritas bisnis serta tanggung jawab yang berhubungan dengan karyawan, konsumen dan lingkungan.

4.1.3 Ruang Lingkup Usaha Unilever

Mengacu kepada Laporan Tahunan 2010 Annual Report Unilever Indonesia, Presiden Direktur Unilever Indonesia menerangkan bahwa:

Program tanggung jawab sosial perusahaan merupakan bagian tak terpisahkan dari agendakeberlanjutan Perseroan Agenda tersebut mencakup penciptaan dampak positif – melalui brand-brand kami, cara kami mengembangkan karyawan, pendekatan bisnis kami, kinerja lingkungan dan perlibatan kami dengan komunitas – terhadap masyarakat secara keseluruhan, sehingga menciptakan nilai jangka panjang yang akan menjamin pertumbuhan berkelanjutan bagi usaha kami (Annual Report, 2010)

Selama tiga tahun terakhir telah terjadi perubahan mendasar dalam pendekatan Unilever terhadap model bisnis dan strategi pertumbuhannya. Dengan diberlakukannya Unilever Sustainable Living Plan (USLP) pada tahun 2010, Unilever telah mengonsolidasikan visi bahwa Unilever dapat dan harus mengembangkan bisnis dan operasi Unilever sekaligus mengurangi dampak lingkungan dari kegiatan usaha Unilever. USLP ini meliputi tindakan dan proyek bersama mitra usaha, karyawan dan pemangku kepentingan dalam tiga bidang, yaitu :

(7)
(8)

Dengan diberlakukannya Unilever Sustainable Living Plan (USLP) pada tahun 2010 dan berkembangnya tata kelola perusahaan terkait aspek keberlanjutan, Unilever Indonesia perlu mengembangkan sebuah tim yang akan bertanggung jawab atas tata kelola keberlanjutan dan menyebarluaskan Unilever

Sustainable Living Plan skala global di seluruh lingkungan Perseroan. Dengan

besarnya skala dan kompleksitas tujuan dan sasaran USLP, Unilever Indonesia telah membentuk sebuah komite khusus pada tahun 2011 yang diberi nama USLP

Leadership Steering Team.

Komite ini merupakan suatu komite lintas-fungsional yang terdiri dari delapan pemimpin dari Dewan Eksekutif. Komite ini juga mengembangkan kebijakan keberlanjutan pada tingkat lokal, mengawasi Sustainability Compass (arahan program Sustainability) Kompas Keberlanjutan, berfungsi sebagai saluran komunikasi dua arah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait isu keberlanjutan, serta mengembangkan rencana pelibatan dan komunikasi dengan pemangku kepentingan Perseroan.

 Tata Kelola Berkelanjutan

Penerapan USLP dan pencapaian target-target yang ditetapkan untuk Indonesia dikelola oleh USLP Leadership Steering Team, yang dipimpin langsung oleh Direktur Utama Unilever.

Tata kelola USLP, yang termasuk pengelolaan scorecard dan pelaporan tentang kemajuan dalam mencapai tujuan, dilaksanakan di bawah pengawasan anggota Direksi, didukung oleh General Manager Yayasan Unilever Indonesia

(9)

(YUI). Sebagai kepala bidang keberlanjutan untuk Indonesia, General Manager

YUI mendukung Direktur Utama dalam pelacakan dan pemantauan kemajuan terhadap sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dalam USLP.

USLP memiliki sasaran untuk membantu satu miliar orang di seluruh dunia mengambil tindakan yang dapat meningkatkan kondisi kesehatan dan kebersihan mereka. Untuk Indonesia, sasaran ini telah diterjemahkan menjadi 100 juta orang yang harus terkena dampak dari program Lifebuoy yang dilaksanakan seperti Cuci Tangan Pakai Sabun. Sasaran ini merupakan tanggung jawab dari setiap brand, dan didukung oleh divisi lainnya, termasuk Pilar Kesehatan di bawah Yayasan Unilever Indonesia.

Mobilisasi konsumen dalam pengelolaan sampah kemasan setelah pakai dipantau oleh anggota Direksi dan didukung oleh Program Manager YUI bagian Lingkungan. Untuk Indonesia, sasarannya adalah mendaur ulang 1.000 ton sampah kemasan produk-produk Home Care Unilever per tahunnya melalui program Bank Sampah.

Sasaran Unilever untuk menurunkan jumlah air, sampah, energi, dan gas rumah kaca dalam kegiatan manufaktur Unilever, serta pencarian solusi untuk limbah fleksibel dan pemulihan energi dari sampah setelah pakai, diawasi oleh anggota Direksi sebagaimana disebutkan di atas.

Sumber yang berkelanjutan untuk bahan mentah minyak kelapa sawit dan kacang kedelai dilakukan di bawah pengawasan anggota Direksi, dan didukung oleh semua divisi terkait, termasuk Supply Management Team di Unilever.

(10)

Menciptakan tempat kerja yang lebih baik, dengan perawatan kesehatan dan pengurangan konsumsi energi dan limbah di kantor dan perjalanan dinas, dilakukan di bawah pengawasan anggota Direksi, dan diwujudkan dalam berbagai kampanye dan program yang dikelola oleh divisi-divisi terkait, seperti Komunikasi dan HRD.

Program-program yang ditujukan untuk Memperbaiki Kualitas Kehidupan, seperti kemitraan dengan petani kedelai hitam, dikelola oleh kolaborasi antara Pilar Memperbaiki Kualitas Kehidupan dan Divisi Supply Management, yang bertanggung jawab kepada anggota Direksi.

Rincian lebih lanjut tentang kegiatan Unilever yang berhubungan dengan Unilever Sustainable Living Plan disampaikan di bagian lain dalam Laporan Keberlanjutan ini.

Keselamatan, Kesehatan, danLingkungan (SHE)

Keberlanjutan adalah salah satu pilar dari CSHEC (Komite Pusat untuk Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan) yang terdiri dari anggota Direksi. Setiap Direktur mengawasi DSHEC (komite SHE pada tingkat divisi), yang beranggotakan para General Manager. General Manager setiap pabrik akan mengawasi USHEC (komite SHE pada tingkat unit) yang mengoordinasikan aktivitas-aktivitas kesehatan, keselamatan, dan lingkungan di pabrik.

 Praktik-Praktik Berkelanjutan

Strategi keberlanjutan Perseroan mencakup seluruh aspek operasional dan setiap tahapan dalam siklus hidup produk Unilever. Inovasi dan teknologi

(11)

memainkan peran yang utama. Hal ini juga membentuk cara Unilever melibatkan para pemangku kepentingan Unilever melalui program kemasyarakatan dan misi sosial brand-brand Unilever, yang merupakan cara Unilever untuk mendorong cara hidup dan mengonsumsi berkelanjutan, Unilever Indonesia memberdayakan masyarakat untuk melakukan tindakan-tindakan kecil yang apabila dilakukan bersama akan berdampak besar dan dapat mendekatkan kita kepada sasaran

Unilver Sustainability Living Plan.

4.1.4 Program Hari Cuci Tangan Pakai Sabun

Mencuci tangan menggunakan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas).

Pengumuman penunjukkan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia pada 15 Oktober dilakukan pada Pertemuan Tahunan Air Sedunia (Annual World

Water Week) yang berlangsung pada 17-23 Agustus, 2008 di Stockholm seiring

dengan penunjukkan tahun 2008 sebagai Tahun Internasional Sanitasi oleh Rapat Umum PBB. Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia diharapkan akan

(12)

memperbaiki praktik-praktik kesehatan pada umumnya dan perilaku sehat pada khususnya.

Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia merupakan kampanye global yang dicanangkan oleh PBB bekerjasama dengan organisasi-organisasi lainnya baik pihak pemerintah maupun swasta untuk menggalakkan perilaku mencuci tangan dengan sabun oleh masyarakat sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita serta pencegahan terhadap penyakit yang dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup manusia.

Kegiatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia ini menjadi kegiatan tahunan dan melibatkan banyak negara. Tahun 2008 sebagai tahun pertama dan Indonesia sebagai salah satu dari 20 negara di dunia yang menyelenggarakan kegiatan HCTPS Sedunia. Hingga saat ini diperkirakan lebih dari 120 juta anak di 70 negara di 5 benua berpartisipasi dalam kampanye ini. Di Indonesia kegiatan puncak HCTPS kesatu Tahun 2008 dan kedua Tahun 2009 dilaksanakan di Jakarta, ketiga Tahun 2010 di Bandung Jawa Barat, keempat Tahun 2011 dilaksanakan di Parkir Timur Senayan Jakarta, dan kelima Tahun 2012 dilaksanakan di SD 04-05-06 Setiabudi, Jakarta.

Selama ini masyarakat hanya mencuci tangan dengan air, hanya sedikit masyarakat yang mempraktikkan cuci tangan dengan menggunakan sabun di waktu-waktu penting. Padahal, CTPS merupakan cara yang paling efektif dan murah dalam mencegah diare dan pneumonia. Kedua penyakit ini merupakan penyebab tersering kematian bayi dan balita. Setiap tahunnya, lebih dari 3,5 juta

(13)

anak yang meninggal sebelum usia 5 tahun karena diare dan pnemonia. Tantangan yang dihadapi adalah mengubah perilaku masyarakat untuk berperilaku CTPS.

Berbagai upaya tersebut memberikan dampak yang bermakna terhadap meningkatnya kebiasaan dan cara mencuci tangan menggunakan sabun dengan benar. Hasil studi Environmental Health Risk Assessment yang dilakukan oleh 55 kabupaten/kota di 16 provinsi pada tahun 2013 menunjukkan 18.5% masyarakat yang telah melakukan kebiasaan CTPS dengan benar di lima waktu penting, meningkat sebanyak 2,5% dibandingkan capaian tahu 2010. Peningkatan kebiasaan dan perilaku CTPS tersebut berdampak terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan cuci tangan dengan sabun, seperti Diare, ISPA ,Infeksi cacing dan Flu Burung.

Tema HCTPS ke-5 tahun ini adalah ”Cuci Tangan Pakai Sabun, Anak Sehat Dimulai dari Tangan Sehat”. Tema ini dipilih karena pendidikan perilaku hidup bersih sehat akan sangat efektif jika dimulai dari anak-anak, dengan pemakaian kata tangan dengan maksud agar tervisualisasi bahwa kesehatan tubuh anak tersebut, bisa dimulai dengan perilaku semudah Cuci Tangan Pakai Sabun.

Acara puncak HCTPS se-Dunia ke-5 ini diikuti oleh unsur kementerian /lembaga terkait, para mitra, lembaga internasional, lembaga sosial kemasyarakatan serta para pejabat daerah. Serangkaian kegiatan tingkat nasional dalam rangka Hari Cuci Tangan Pakai Sabun, meliputi:

1. Pelaksanaan Lomba Foto Budaya CTPS tingkat nasional secara online melalui jejaring sosial Facebook pada bulan September 2012 sampai dengan Oktober 2012. Sejumlah 3.870 orang berpartisipasi dengan

(14)

memberikan tanda like pada kontestan sebanyak 180 orang. Hasil penilaian panitia yang terdiri dari unsur Puskompublik dan Direktorat PL Kementerian Kesehatan RI, WASH Unicef, WSP World Bank dan Pokja AMPL, ditetapkan pemenang ke-1. Erlangga Djati dari Medan, pemenang ke-2. Hafidz Dwi Fahmi dari Depok, peenang ke-3. Arie Infanto dari Medan. Kepada pemenang telah diumumkan dan menerima hadiah pada acara puncak HCTPS tanggal 15 Oktober;

2. Talkshow di TVOne dengan tema Apresiasi Budaya CTPS, sebagai narasumber Menteri Kesehatan dan Duta Sanitasi pada tanggal 27 September 2012;

3. Publikasi media HCTPS sebagai ajang kampanye pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan melalui 6 media cetak nasional (Media Indonesia, Bisnis Indonesia, Indo Pos, Suara Pembaruan, Jakarta Globe, Jakarta Post);

4. Seminar “Strategi Pengendalian Kecacingan dan Perilaku CTPS di Indonesia, yang diadakan pada tanggal 10 Oktober 2012 di Aula Siwabessy. Dihadiri oleh 150 orang dengan narasumber Prof. Saleha Sungkar (Universitas Indonesia), Dr. Khanchit Limpakarnjanarat (WHO), Nadarajah Moorthy (Unicef), dokter anak Dr. Sri Kusumo SpA dan Direktur PL, Kementerian Kesehatan.

5. Roadshow sosialisasi 5 waktu penting CTPS dan langkah-langkah CTPS yang benar, di 3 Sekolah Dasar ( SD Pinang Ranti, TMII, SD 01 dan 02, Bogor) pada tanggal 8 Oktober 2012;

(15)

6. Seminar “Advokasi Peran Media dalam Perilaku CTPS”, yang diadakan pada tanggal 12 Oktober 2012 di Hotel Aston Jakarta. Dihadiri oleh 50 peserta, dengan narasumber Dirjen PP dan PL, prof. Dr. Tjandra Yoga, Dr. Ir. Bambang Setiaji, SKM, M.Kes dari Promosi Kesehatan, Dian Ayubi, SKM, MQIH dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, dan Irwan Julianto dari Kompas.

7. Puncak acara HCTPS Ke-5 Tahun 2012 pada tanggal 15 oktober 2012 bertempat di halaman SD 04,05,06 Karet Setiabudi, diikuti oleh 416 peserta dan undangan. Pada saat yang bersamaan 15 wilayah diberbagai belahan indonesia juga menyelenggarakan HCTPS sesuai daftar terlampir.

Rangkaian Kegiatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun ini terselenggara atas kerjasama Kementerian Kesehatan beserta mitra dan instansi lintas sektor terkait. Kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun ini selain dilaksanakan di pusat, kegiatan ini juga dilakukan di seluruh Indonesia dan bersifat nasional sesuai Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor: PM/MENKES/299/VIII/2012 Tentang Imbauan Penyelenggaraan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS) Sedunia Ke-5 Tahun 2012 kepada seluruh Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota serta mitra terkait baik swasta maupun internasional.

(16)

4.1.4.1 Tujuan Program Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia Tujuan Jangka Panjang

Melalui kampanye HCTPS, Unilever mendedikasikan penuh acara ini sebagai kesadaran untuk menciptakan kebiasaan hidup sehat yang berkesinambungan khususnya dalam perilaku CTPS hingga menjadi suatu perilaku keseharian masyarakat

Tujuan Jangka Pendek

Menjadikan seluruh lapisan masyarakat sebagai sasaran utama, khususnya kaum muda sebagai langkah awal pendekatan dalam menyampaikan pesan kampanye.

Edukasi

 Mendidik anak sekolah untuk mengerti pentingnya CTPS dalam kehidupan sehari-hari

Kesadaran

 Menerapkan edukasi CTPS dalam kehidupan sehari-hari dimulai dari diri sendiri

Peduli

 Menyebarkan informasi agar orang lain ikut tahu tentang dampak, alasan, dan betapa pentingnya CTPS diterapkan dalam pola hidup masyarakat Indonesia

Budaya

 Setelah mampu meningkatkan kepedulian anak-anak akan pentingnya CTPS, diharapkan perilaku ini dapat menyebar pada lingkar inti keluarga dan menjadi perilaku yang membudaya.

(17)

4.1.4.2 Tema Program Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia Tema Umum Global

“More Than Just a Day”

Melakukan praktik CTPS di Indonesia tidak terbatas hanya sehari, diharapkan aksi nyata dapat dilanjutkan oleh masyarakat secaraterus menerus sehingga perilaku CTPS merupakan bagian dari budaya bersih maysrakat Indonesiasejak usia muda.

Tema Nasional

“Cuci Tangan Pakai Sabun, Anak Sehat Dimulai dari Tangan Sehat” Simbolisme HCTPS Tahun 2012

Bersatunya seluruh komponen masyarakat mulai dari anak-anak, keluarga inti, lingkungan, komunitas, sekolah, dan masyarakat luas.

4.2 Hasil Penelitian

Setelah peneliti terjun ke langan untuk mencari daya dan informasi yang dibutuhkan dengan melakukan wawancara mendalam dengan beberapa narasumber yang peneliti pilih berdasarkan karakteristik yang telah ditetapkan, maka peneliti menganalisis hasil-hasil wawancara tersebut melalui metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang diperoleh dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh nasarasumber.

(18)

4.2.1 Evaluasi Konteks

Dalam evaluasi konteks peneliti akan menganalisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi obyektif yang akan dilaksanakan. Evaluasi konteks ini juga akan memberikan informasi bagi pengambil keputusan dalam merencanakan keputusan, menetapkan kebutuhan dan merumuskan tujuan program secara lebih terarah.

Tahap ini penting dilakukan karena ada keterkaitannya dengan perumusan kebutuhan yang memetakan sebab mengapa program CSR perlu dilaksanakan. Selain itu juga menentukan sasaran atau target yang dituju sehingga penelusuran fakta dilangan harus dilakukan sebelum kegiatan CSR dilaksanakan.

Sebuah organisasi atau perusahaan dapat terbentuk karena di pengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat.

Selain itu organisasi atau perusahaan juga tidak boleh melupakan bahwa ada tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitar. Salah satu bentuk kepedulian sosial dari perusahaan adalah dengan adanya Corporate Social

Responsibility (CSR).

Berikut penjelasan dari Debora Sandrach mengenai sebab dilaksanakannya kegiatan CSR tersebut :

Penerapan program CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep tata kelola perusahaan yang baik (Good Coporate Governance). Diperlukan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) agar perilaku pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa dirujuk dengan mengatur hubungan seluruh kepentingan pemangku kepentingan (stakeholders) yang dapat dipenuhi secara proporsional, mencegah kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi korporasi dan memastikan kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat

(19)

diperbaiki dengan segera. Dengan pemahaman tersebut, maka pada dasarnya CSR memiliki fungsi atau peran strategis bagi PT Unilever Tbk,, yaitu sebagai bagian dari manajemen risiko khususnya dalam membentuk katup pengaman sosial (social security). Selain itu melalui CSR PT Unilever Tbk, juga dapat membangun reputasinya, seperti meningkatkan citra perusahaan maupun pemegang sahamnya, posisi merek perusahaan, maupun bidang usaha perusahaan.

Selain penjelasan diatas, beliau juga menambahkan sebagai berikut :

Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa CSR berbeda dengan charity atau sumbangan sosial. CSR harus dijalankan di atas suatu program dengan memerhatikan kebutuhan dan keberlanjutan program dalam jangka panjang. Nah, keberlanjutan program dalam jangka panjang itu yaitu program dari kesehatan lingkungan dengan fokus sanitasi, dan cuci tangan pakai sabun sebagai salah satu bentuk CSR Lifebuoy – Unilever kami yakin dapat membantu pemerintah dalam mencapai MDGs (Millenium Development Goals) di tahun 2014.

Dari keterangan beliau, dapat disimpulkan bahwa CSR merupakan tanggung jawab sosial berbeda dengan sumbangan sosial. Tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan sebagai suatu kebutuhan dan keberlanjutan program jangka panjang sekaligus dapat meningkatkan citra perusahaan. CSR mengedepankan prinsip moral kepada masyarakat khususnya program bidang kesehatan lingkungan dengan fokus sanitasi dan cuci tangan pakai sabun salah satu bentuk CSR Lifebuoy. Dalam konteks ini juga merujuk kepada pendapat

Wibisono1 yaitu CSR merupakan tanggungjawab perusahaan kepada para

pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

(20)

Masih dalam pembahasan yang sama mengenai CSR, Amalia Sarah Santi mengatakan hal sebagai berikut :

Penerapan CSR pada hakikatnya adalah pengintegrasian isu sosial baik itu isu lingkungan maupun isu kesehatan ke dalam operasi perusahaan dan dikomunikasikan kepada pihak terkait atau stakeholder, kaitannya dengan PT Unilever ini, khususnya Lifebuoy. Mengapa CSR perlu dilakukan? Sebabnya yaitu CSR menunjukan suatu komponen penting dari komitmen yang lebih luas terhadap pembangunan yang berkelanjutan dan pengelolaan “triple bottom line” (people, profit, planet) dari kinerja sosial, ekonomi dan lingkungan. Mengapa hari cuci tangan pakai sabun sedunia yang dipilih oleh Lifebuoy dalam mengimplementasikan CSR? Pentingnya komunikasi CSR yang tepat dalam pertimbangan bagaimana memposisikan produk sendiri dimata khalayak. CSR is also about doing good and telling it well.

Dengan penjelasan diatas bahwa jelas dikatakan bahwa PT. Unilever Indonesia menggunakan tiga faktor utama operasi yang disebut dengan Triple

Bottom Line (TBL) – people, profit and planet (Triple P). TBL digunakan oleh PT

Unilever Indonesia sebagai formula dalam mengukur kinerja perusahaan dan stakeholder terkait. Penjelasan dari Deborah Sandrach dan Amalia Sarah dapat ditarik kesimpulan bahwa CSR merupakan basis teori tentang perlunya sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat, dan dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap

stakeholder-nya. CSR juga dilaksanakan menggunakan penerapan TBL.

Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Amalia Sarah bahwa tiga komponen penting dari komitmen perushaan disebut Triple P. TBL digunakan sebagai komitmen terhadap pembangunan yang berkelanjutan dan pengelolaan dari kinerja sosial, ekonomi dan lingkungan.

(21)

Peneliti perlu mengetahui tujuan dasar program CSR Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia, kemudian drh. Wilfried H. Purba memberikan pernyataan sebagai berikut :

“Komitmen Indonesia untuk mencapai MDG’s 4 adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi dan anak dibawah usia 5 tahun hingga 23 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2015, salah satunya adalah dengan menggunakan momen internasional seperti HCTPS sebagai aksi advokasi kepada pemerintah daerah sekaligus upaya promotif terhadap perilaku CTPS agar dapat menjadi budaya bangsa Indonesia sehingga angka kematian dan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh lingkungan dan perilaku manusia dapat dikurangi. Dan upaya tersebut memberikan dampak yang bermakna terhadap meningkatnya kebiasaan dan cara mencuci tangan menggunakan sabun dengan benar. Hasil studi Environmental Health Risk Assessment yang dilakukan oleh 55 kabupaten/kota di 16 provinsi pada tahun 2013 menunjukkan 18.5% masyarakat yang telah melakukan kebiasaan CTPS dengan benar di lima waktu penting, meningkat sebanyak 2,5% dibandingkan capaian tahu 2010. Peningkatan kebiasaan dan perilaku CTPS tersebut berdampak terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan cuci tangan dengan sabun, seperti Diare, ISPA ,Infeksi cacing dan Flu Burung.”

Sedangkan menurut dr. Lily Sriwahyuni Sulistyowati, MM mengenai CSR HCTPS ini yaitu :

“Hadirnya sebuah perusahaan pasti akan bersinggungan dengan pemerintah juga masyarakat di lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi. Pihak perusahaan sejatinya membangun keharmonisan dengan lingkungannya, sebagai mitra yang baik. Tanggung jawab perusahaan untuk memberikan dampak positif bagi lingkungan inilah yang kemudian dikenal sebagai tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility. Nah, CSR HCTPS ini sebagai salah satu bentuk kepedulian perusahaan khususnya Unilever dengan produknya Lifebuoy menunjukan bentuk kepedulian dan sebagai rutinitas aktifitas perusahaan.”

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sebab dilaksanakan program CSR ini merupakan aksi advokasi sebagai upaya promotif terhadap perilaku CTPS agar dapat menjadi budaya bangsa Indonesia sehingga

(22)

angka angka kematian dan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh lingkungan dan perilaku manusia dapat dikurangi sesuai dengan target Millenium

Development Goals (MDG’s) point 4. Dari pendapat diatas bahwa perusahaan

pasti akan bersinggungan dengan pemerintah dan masyarakt di lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi dan program CSR salah satu kegiatan yang mengedepankan dampak positif sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT Unilever, Tbk.

Disamping itu Program CSR HCTPS menerapkan dua pola yang umumnya digunakan perusahaan dalam melakukan kegiatan CSR, yaitu;

1. Self managing - Pola keterlibatan secara langsung dan melalui yayasan atau organisasi social perusahaan. Kelebihannya adalah pelaksanaan kegiatan lebih sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan, lebih mudah di kontrol dan dimonitor, lebih efisien untuk kegiatan yang bersifat jangka pendek dan perusahaan dapat belajar langsung merancang program CSR. Hal ini diterapkan pada roadshow yang diadakan oleh pihak Internal Uniever terhadap daerah binaannya.

2. Outsourching - Outsourching memiliki dua pola, pertama bermitra dengan pihak lain, LSM, instansi pemerintah, universitas, media massa, dan lain sebagainya. Pola kedua dengan bergabung atau mendukung kegiatan bersama baik yang jangka pendek atau jangka panjang. Dua pola ini diterapkan oleh Unilever, baik bermitra dengan pihak lain dan juga bergabung dan mendukung kegiatan pusat yaitu kegiatan hari puncak yang di koordinir oleh Kementerian Kesehatan dan mitra terkait.

(23)

Keunikan program CSR ini secara jelas dipaparkan oleh Amalia Sarah ;

Hingga saat ini penyakit infeksi menular seperti diare, ISPA,dan SARS masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia dan telah merenggut jutaan jiwa anak setiap tahunnya. Laporan tahunan UNICEF 2011-2012 menunjukkan bahwa pneumonia dan diare masih menjadi dua penyakit utama penyebab kematian anak di dunia. Berdasarkan studi penelitian oleh Curtis V. Cairncross, mencuci tangan pakai sabun dapat menurunkan risiko diare hingga 47%. Studi baru menunjukkan edukasi dan sosialisasi CTPS di sekolah dapat memainkan peran penting dalam mengurangi ketidakhadiran anak-anak disekolah dasar. Di Cina, Kolombia, dan Mesir, tingkat ketidakhadiran siswa karena diare dan ISPA turun antara 20%-50% sebagai akibat dari praktek CTPS.

Oleh karena itulah PT Unilever Indonesia Tbk., melalui brand sabun kesehatan Lifebuoy berupaya aktif mendukung terwujudnya anak dan keluarga Indonesia yang lebih sehat melalui beragam aktivitas sebagai rangkaian perayaan HCTPS 2012.

Selain mendukung pemerintahan, PT Unilever Tbk., peduli akan kesehatan masyarakat dan perubahan perilaku melalui edukasi agar terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat khususnya dikalangan anak-anak yang nantinya akan mengurangi resiko penyakit menular dan kematian pada anak. Tujuan diselenggarakannya program CSR ini juga di ungkapkan oleh Amalia Sarah, sebagai bentuk kondisi seperti apa yang diharapkan sebagai kondisi yang diharapkan kedepannya (ideality) ;

“Tujuan pengembangan edukasi juga pemenuhan kebutuhan. Pada perayaan HCTPS 2012 yang digelar di SDN Karet 05 Pagi Jakarta, Chairman Unilever Indonesia secara simbolis menyerahkan donasi fasilitas cuci tangan kepada kepala sekolah. Secara keseluruhan, Lifebuoy memberikan donasi di 10 Provinsi intervensi Lifebuoy, agar kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) semakin meningkat di sekolah-sekolah tersebut. Lifebuoy juga menggerakkan 747.000 siswa dari 2.147 sekolah dasar di 10 provinsi dan TP PKK di 33 provinsi sebagai sarana sosialisasi dan edukasi, serta mengajak semua pihak untuk kembali berkomitmen menumbuhkan kebiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terutama di lima saat penting, yaitu mandi pakai sabun, CTPS sebelum makan pagi, sebelum makan siang, sebelum makan malam, juga setelah dari toilet.”

(24)

Penjelasan dalam tujuan kegiatan ini juga diungkapkan oleh NN. Yustina yaitu;

“Tahun 2012, kami mengadakan edukasi CTPS ke sekolah-sekolah, yang tidak hanya bersifat seremonial tetapi berupa edutainment kepada anak sekolah, bahkan hingga ke pasar dan tempat-tempat umum yang selaras dengan GIB (Gerakan Indonesia Berseri). Selain itu, kami juga mengadakan temu media (4 oktober) dan seminar ilmiah CTPS (10 Oktober). Sehingga perilaku ini bisa lebih membudaya.”

Tujuan diselenggarakannya program CSR HCTPS tahun 2012 ini merujuk kepada edukasi juga pemenuhan kebutuhan. Sarana sosialisasi dan edukasi pun diberikan oleh PT. Unilever kepada 747.000 siswa dari 2.147 sekolah dasar di 10 provinsi dan TP PKK di 33 provinsi dan menumbuhkan kebiasaan PHBS CTPS. Dan penjelasan NN. Yustina menambahkan bahwa pada tahun 2012 tidak hanya bersifat seremonial, tetapi juga edutainment (edukasi dan entertainment) kepada anak sekolah. Selain tujuan yang dirumuskan pada evaluasi konteks ini, akan dibandingkan dari suatu kesenjangan atau (discrepancy view) akan kebutuhan apa saja yang kemungkinan tidak/belum terpenuhi oleh program CSR HCTPS ini. Deborah Sandrach mengungkapkan kebutuhan yang belum terpenuhi ;

“Kebutuhan yang belum tercapai yaitu kami sangat fokus kepada perayaan di pusat saja, sehingga roadshow didaerah kurang terkoordinir. Kami ingin me reach penduduk Indonesia hingga di pedalaman, agar yang memang belum tersentuh informasi akan hidup bersih dan sehat terutama CTPS ini. Seperti yang kita ketahui untuk di bagian Indonesia di bagian timur sangat tertinggal dalam akses sanitasi. Dan kemungkinan besar tahun 2013 kami akan fokuskan dalam promosi dalam berbagai pemasaran terpadu.”

Ditambahkan oleh drh. Wilfried H. Purba akan kebutuhan yang belum terpenuhi, yaitu;

(25)

“Kebutuhan akan kesadaran pentingnya perilaku higienis dan sanitasi di Indonesia masih relative sangat rendah. Bantuan pemerintah berupa dana dan penyediaan sarana sanitasi ternyata tidak cukup menjamin bangkitnya kesadaran dan terjadinya perubahan perilaku yang berkelanjutan di masyarakat. Oleh karena itulah pemerintah, lintas program, lintas sektor, mitra, swasta, dan LSM turut serta dalam kegiatan ini sebagai stimulan agar perilaku CTPS menjadi kebiasaan di masyarakat.”

Dari pendapat diatas diketahui bahwa kebutuhan yang belum terpenuhi yaitu fokus perayaan yang ditempatkan di pusat (Jakarta) sehingga informasi tidak tersampaikan kepada Indonesia di bagian timur yang sangat tertinggal dalam akses sanitasi. Dan kondisi nyata yang terjadi memang dalam penyediaan sarana sanitasi ternyata tidak cukup menjamin bangkitnya kesadaran dan terjadinya perubahan perilaku di msayarakat, sehingga ditakutkan perubahan perilaku hanya perubahan perilaku ‘semu’.

4.2.2 Evaluasi Input

Dalam tahapan evaluasi konteks yang telah dijelaskan diatas, dalam tahapan berikutnya adalah tahao evaluasi input program yang akan diselenggarakan. Perencanaan sebelum melakukan program perlu dilakukan dan dipikirkan dengan matang, hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa program yang akan dijalankan dan diimplemetasikan dapat berjalan dengan sukses dan lancar sesuai dengan harapan. Evaluasi input ini bermanfaat untuk membimbing pemilihan strategi program dalam menspesifikasikan rancangan prosedural. Evaluasi ini juga berhubungan dengan penggunaan strategi dan sumber yang tersedia dalam pencapaian tujuan dalam evaluasi konteks. Amalia Sarah

(26)

mengungkapkan akan kesesuaian strategi yang digunakan oleh program dalam pencapaian tujuan, yaitu;

“CSR yang diangkat mencakup 5 (lima) komponen pokok;

 Pertama, Hak Azasi Manusia (HAM) yaitu bagaimana PT Unilever

Tbk, menyikapi masalah HAM dan strategi serta kebijakan apa yang dilakukan oleh PT Unilever Tbk, untuk menghindari terjadinya pelanggaran HAM di PT Unilever Tbk, yang bersangkutan.

 Kedua, Tenaga Kerja yaitu bagaimana kondisi tenaga kerja di

supply chain atau pabrik milik sendiri mulai dari sosial sistem penggajian, kesejahteraan hari tua dan keselamatan kerja, sampai pada soal penggunaan tenaga kerja dibawah umur. Dan pemilihan serta kualifikasi SDM kita seleksi berdasarkan beban program dan pekerjaan yang di jalani.

 Ketiga, Lingkungan Hidup yaitu bagaimana strategi dan kebijakan

yang berhubungan dengan masalah lingkungan hidup; bagaimana PT Unilever Tbk, mengatasi dampak lingkungan atas produk atau jasa mulai dari pengadaan bahan baku sampai pada masalah buangan limbah, serta dampak lingkungan yang diakibatkan oleh proses produksi dan distribusi produk.

 Keempat, Sosial Masyarakat yaitu bagaimana strategi dan

kebijakan dalam bidang sosial dan pengembangan masyarakat setempat (community development), serta dampak operasi PT Unilever Tbk, terhadap kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat. Hal yang sama (Comdev) kami terapkan pada CSR HCTPS ini.

 Kelima, dampak produk dan jasa terhadap pelanggan yaitu apa

saja yang dilakukan oleh PT Unilever Tbk, untuk memastikan bahwa produk dan jasa bebas dari dampak negatif seperti mengganggu kesehatan, mengancam keamanan dan produk terlarang.

Dari komponen-komponen itulah kami PT Unilever Tbk menyusun strategi yang didasari konsep CSR itu sendiri yaitu 3P (people, profit, planet) dan inilah panduan dalam mencapai tujuan PT Unilever Tbk yaitu Sustainable Living dimana Unilever mulai memisahkan pertumbuhan dari dampak lingkungan, sekaligus meningkatkan dampak sosial yang positif. Ada tiga sasaran utama yang akan dicapai pada tahun 2020 – meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, mengurangi dampak lingkungan dan memasok 100% bahan baku pertanian secara berkelanjutan dan meningkatkan penghidupan karyawan dalam rantai nilai kami. Sebagai perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial, Unilever Indonesia menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang luas. Keempat pilar program kami adalah Lingkungan, Nutrisi, Higiene dan Pertanian Berkelanjutan. Program

(27)

CSR termasuk antara lain kampanye Cuci Tangan dnegan Sabun (Lifebuoy), program Edukasi kesehatan Gigi dan Mulut (Pepsodent), program Pelestarian Makanan Tradisional (Bango) serta program Memerangi Kelaparan untuk membantu anak Indonesia yang kekurangan gizi (Blue Band). Pencapaian tujuan tidak berhenti disitu, kami terus akan menggali strategi yang efektif agar ada percepatan dalam mencapai tujuan program.”

Scott M. Cutlip, Allen H. Center, Glen M. Broom2 mengatakan informasi

yang dikumpulkan dalam langkah pertama digunakan untuk membuat keputusan tentang program publik, strategi tujuan, tindakan dan komunikasi. Langkah ini akan mempertimbangkan temuan dari langkah membuat kebijakan dan program organisasi. Penjelasan evaluasi input mengenai strategi program CSR HCTPS ini pun di lengkapi oleh dr. Lily Sriwahyuni yang berpendapat bahwa ;

“Untuk meningkatkan capaian yang optimal terhadap sanitasi yang layak dan CTPS, strategi yang digunakan tidak lepas dari dukungan dari berbagai pihak, seperti lintas program, lintas sektor, swasta, maupun mitra untuk dapat saling bersinergi untuk menciptakan budaya CTPS melalui:

‐ Promosi dan edukasi kesehatan kepada semua tingkatan: Provinsi,

Kabupaten/Kota, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Sekolah, Rumah, dan Tempat-Tempat Umum lainnya.

‐ Memfasilitasi penyediaan sarana CTPS dengan jumlah yang memadai,

terutama di sekolah-sekolah.”

Dari dua penjelasan diatas mengenai strategi program CSR HCTPS, Unilever memegang teguh akan 5 (lima) komponen pokok yaitu HAM, Tenaga Kerja, Lingkungan Hidup, Sosial Masyarakat, dan Dampak Produk kepada pelanggan. Dan Unilever juga mempunya 4 (pilar) program yang dikhususkan kepada Lingkungan, Nutrisi, Higiene dan Pertanian Berkelanjutan. Dalam mengidentifikasi strategi yang akan digunakan, Unilever terus menggali strategi

2

(28)

yang efektif diantaranya melalui promosi dan edukasi kesehatan dan memfasilitasi penyediaan sarana CTPS dalam mengubah kebiasaan dalam mendukung perubahan perilaku hidup bersih dan sehat.

Analisis personal yang berhubungan dengan sumber daya yang tersedia akan mengidentifikasi juga menilai kapabilitas sistem dalam pemilihan sumber daya manusia dan penjadwalan kegiatan ini, hal ini di jelaskan oleh NN. Yustina sebagai berikut :

“Dalam beberapa rapat persiapan yang diadakan, kami dengan pihak lintas sektor dan pihak swasta telah sepakat untuk menyusun jadwal kegiatan bersama. Dan pembuatan jadwal kegiatan dilakukan oleh Panitia Kemitraan Pemerintah-Swasta untuk Cuci Tangan Pakai Sabun. Dan pihak konsultan dari Unicef dalam membantu terselenggaranya kegiatan ini.”

Pendapat dikemukakan oleh Deborah Sandrach perihal penyusunan jadwal dan siapa yang membuat jadwal kegiatan program HCTPS, yaitu ;

“Penyusunan kegiatan internal seperti roadshow kami rencakan dan menyusun agenda tersendiri dengan melibatkan pihak Yayasan Unilever Indonesia. Karena pendekatan tersendiri kami lakukan agar kegiatan yang kami jalankan sesuai dengan target program CSR HCTPS ini sendiri. Dan apabila kami melibatkan stakeholder dalam kegiatan internal ini takut merusak konsep yang kami buat, tetapi tetap kami mengundang pemerintah dan stakeholder dalam acara tersebut. Tetapi kalau hari puncak kami diskusikan bersama akan rundown kegiatan. Untuk kegiatan roadshow STBM pihak kamilah yang menyusun jadwal secara keseluruhan. Tetapi untuk perayaan hari puncak, pihak KPS - Kemitraan Pemerintah dan Swasta (Public-Private Partnership for Hand Washing with Soap - PPPHW) bekerja sama dalam menyusun hari puncak. Hal tersebut dilakukan karena banyak sekali stakeholder yang ingin berkontribusi pada kegiatan ini.”

Informasi yang terkumpul dari key informan mengenai penyusunan agenda dan pemilihan sumber daya manusia dipilih melalui rapat persiapan dengan lintas sektor (antar kementerian dan lembaga terkait), lintas program

(29)

(pihak swasta) dan stakeholder terkait. Sehingga setelah timbul kesepakatan maka jadwal kegiatan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan prioritas. PT. Unilever Tbk mengadakan kegiatan internal di wilayah binaannya sebagai rangkaian kegiatan acara, dan saat puncak acara PT. Unilever bekerja sama dengan berbagai pihak terkait pengimplementasian program CSR HCTPS 2012.

Berdasarkan uraian diatas, evaluasi input penting sekali untuk dilakukan dan dipikirkan dengan sebaik-baiknya agar rencana dalam evaluasi konteks matang dan dapat diimplementasikan sesuai dengan analisis masalah yang telah dipetakan di evaluasi konteks. PT Unilever Indonesia merupakan produk Home

and Personal Care serta Foods & Ice Cream di Indonesia dimana sebagian besar

mengambil kekayaan bumi dan yang dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu kerangka strategis program CSR perlu di bangun dan dijalankan dengan sebaik-baiknya.

4.2.3 Evaluasi Proses

Tahap selanjutnya setelah melakukan evaluasi input yaitu adalah tahap evaluasi proses yaitu mengevaluasi bagaimana pengimplementasi kegiatan ini terlaksana. Tahap ini dilakukan sesuai dengan perencanaan dan mengerahkan para penanggungjawab kegiatan agar melaksanakan dan dapat melakukan tugasnya dengan baik. Mengidentifikasi permasalahan prosedur baik tata laksana kejadian maupun aktivitas juga termasuk dalam evaluasi proses ini. Pelaksanaan CSR ini dilakukan oleh PT Unilever Tbk., dan Kementerian kesehatan dan pada akhirnya evaluasi ini akan berguna bagi pengambil keputusan untuk memetakan kekuatan

(30)

27 Sept 2012 10 Okt 2012 Seminar  Mencegah  Kecacingan  13 Okt  2012 Seminar  Advokasi  Media  15 Okt 2012 Puncak peringatan  HCTPS

dan kelemahan program CSR HCTPS ini dan juga dapat dikaitkan dengan hasil atau output yang ditemukan.

“Cuci Tangan Pakai Sabun, Anak Sehat Dimulai dari Tangan Sehat” tema yang diusung dalam program kegiatan CSR HCTPS tahun 2012 yang diadakan pada tanggal 15 Oktober 2012 di SDN Karet Setiabudi, Jakarta Selatan. Menurut Amalia sarah tentang pelaksanaan kegiatan CSR HCTPS tahun 2012 sebagai berikut ;

“Pelaksanaan kegiatan CSR HCTPS tahun 2012 terlaksana dengan baik dan sesuai dengan schedule, terlihat kemitraan antara PT Unilever Tbk, dengan pemerintah dan masyarakat (khususnya warga SDN 05 dan warga sekitar) merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan CSR HCTPS 2012.”

Keberhasilan kegiatan ini tidak lepas dari keterlibatan berbagai pihak. Pihak-pihak yang terlibat juga proses kegiatan dipaparkan oleh drh. Wilfried, diantaranya yaitu;

“Kementerian, Badan/Lembaga Non Kemeterian, Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, Gubernur, Bupati/Walikota, Badan Usaha Milik Negara, Sektor Swasta dan Dunia Usaha, Organisasi International, Organisasi Kemasyarakatan Peduli Kesehatan, Tokoh Agama,Tokoh/Kader Masyarakat,Tokoh Seni, Budaya dan Tokoh Olah Raga, Lembaga International, Lembaga Pendidikan (mulai dari tingkat SD sampai dengan Perguruan Tinggi)”

(31)

dr. Lily Sriwahyuni Sulistyowati, MM menambahkan rangkaian kegiatan yang diselengarakan sebagai implementasi program CSR HCTPS ini yaitu;

a. Pelaksanaan Lomba Foto Budaya CTPS tingkat nasional

b. Talkshow di TVOne dengan tema Apresiasi Budaya CTPS

c. Publikasi media HCTPS di 6 media cetak nasional (Media Indonesia, Bisnis Indonesia, Indo Pos, Suara Pembaruan, Jakarta Globe, Jakarta Post);

d. Seminar “Strategi Pengendalian Kecacingan dan Perilaku CTPS di Indonesia

e. Roadshow sosialisasi 5 waktu penting CTPS dan langkah-langkah CTPS yang benar, di 3 Sekolah Dasar ( SD Pinang Ranti, TMII, SD 01 dan 02, Bogor)

f. Seminar “Advokasi Peran Media dalam Perilaku CTPS”

g. Puncak acara HCTPS Ke-5 Tahun 2012 pada tanggal 15 oktober 2012 bertempat di halaman SD 04,05,06 Karet Setiabudi.

Penambahan kegiatan sebagai rangkaian kegiatan internal, PT. Unilever Tbk mengadakan kegiatan tambahan seperti yang diutarakan oleh Amalia Sarah, yaitu ;

“Perayaan dilaksanakan di SDN 05 Karet Sudirman. Tetapi, Lifebuoy juga menggerakkan 747.000 siswa dari 2.147 sekolah dasar di 10 provinsi dan TP PKK di 33 provinsi sebagai sarana sosialisasi dan edukasi, serta mengajak semua pihak untuk kembali berkomitmen menumbuhkan kebiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pada hari puncak perayaan ada pemberian donasi berupa fasilitas cuci tangan dan kebersihan kepada sekolah yang belum masuk sebagai kriteria sekolah sehat. Donasi tersebut dikumpulkan Lifebuoy dari dukungan melalui ‘Like’ di fanpage Lifebuoy. Untuk setiap ‘Like’ di facebook yang terkumpul dari Indonesia bernilai Rp.1.000. Lifebuoy juga mengajak sukarelawan untuk turut serta melakukan aksi nyata membantu mengedukasi tentang PHBS dan bersama merayakan aktivitas HCTPS di di sekolah yang menerima bantuan donasi.

Sebagai rangkaian HCTPS 2012, diadakan pula beberapa lomba yaitu Lomba Keluarga Bebas Diare yaitu lomba kreativitas foto dan video orang tua yang mengajarkan keluarga untuk mencuci tangan pakai sabun dengan cara yang paling kreatif dan efektif. Lomba Ibu Peduli CTPS, yaitu lomba kreatifitas Ibu dalam mengajak dan mengajarkan cuci tangan pada anak serta Lomba Menggambar Aku dan Tangan Sehatku, dimana

(32)

anak-anak dapat menyalurkan kreativitas menggambar mereka terkait tema “Anak Sehat dimulai dari Tangan Sehat.”

PT Unilever Indonesia Tbk., melalui brand sabun kesehatan Lifebuoy berupaya aktif mendukung terwujudnya anak dan keluarga Indonesia yang lebih sehat melalui beragam aktivitas sebagai rangkaian perayaan HCTPS 2012. Program donasi tidak hanya diberikan di Indonesia, seluruh like facebook dari seluruh dunia dikumpulkan, untuk nantinya didonasikan oleh Lifebuoy Global untuk membantu desa di Afrika Selatan yang belum memiliki sarana sanitasi yang memadai. Melalui hal tersebut diharapkan membantu mengurangi tingkat kematian anak karena diare dengan menghentikan penyebaran kuman di tangan melalui cara cuci tangan pakai sabun dan jutaan jiwa dapat terselamatkan.”

Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan PT Unilever Tbk., sebagai tahap implementasi sangat baik dilakukan, karen didalamnya mengandung tiga langkah utama yakni sosialisasi, pelaksanaan, dan internalisasi3. Sosialisasi diperlukan

untuk memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan implementasi Corporate Social Responsibility khususnya mengenai pedoman penerapan Corporate Social Responsibility. Tujuan sosialisasi ini adalah agar program Corporate Social Responsibility akan diimplementasikan mendapat dukungan penuh dari seluruh komponen perusahaan, sehingga dalam perjalanannya tidak ada kendala serius yang dapat dialami oleh unit penyelenggara.

Di dalam sebuah kegiatan atau program ada kelemahan dan komponen yang sulit atau bahkan tidak tercapai. Pernyataan mengenai identifikasi permasalahan prosedur dan tata laksana diungkapkan, serta target komponen yang sulit dicapai diungkapkan oleh Amalia Sarah;

“Komponen telah terlaksana dengan rancangan yang ada, dan CSR dipandang sebagai bangun segitiga dari kegiatan perusahaan : 3P

(33)

yaitu (people, profit planet), tapi mesti memperhatikan lingkungan serta komunitas. Dan cakupan Komponen CSR sangat luas, bukan hanya terbatas pada masalah sosial semata, seperti: donasi/sumbangan atau bantuan dalam peningkatan taraf hidup masyarakat. Oleh karena itu, untuk terhindar dari persepsi dangkal seperti itu, kami lebih memilih pada corporate sustainability yaitu cerminan adanya perwujudan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dari perspektif dunia usaha. Memang, aktivitas CSR HCTPS tak akan langsung memberi janji sebagaimana kerap dituliskan. Akan tetapi, dalam jangka panjang, sedikit banyak CSR akan memberi dampak terhadap eksistensi PT Unilever Tbk,. Tantangan dan target komponen yang sulit dicapai adalah persepsi yang diterima oleh masyarakat di sekitar SDN 05 (tempat pelaksanaan hari puncak) pasti bermacam-macam, dan sangat berbeda. Kami sangat menyayangkan komentar negatif yaitu anggapan bahwa pelaksanaan kegiatan program CSR HCTPS ini hanya sebagai promosi belaka yg sifatnya philantrophy. Dan Unilever yang berkontribusi dalam penyelenggaraan CSR HCTPS dengan baik memilih mengabaikan komentar-komentar negatif dan meneruskan perilaku ‘doing good and telling it well”, kepada pemangku kepentingan yang relevan sebagai strategi yang telah terbukti berhasil.”

Pelaksanaan program CSR HCTPS sudah berlangsung cukup lama yaitu dimulai sejak tahun 2008 sampai saat ini. Hal itu membuktikan bahwa program ini adalah program yang direncanakan dengan baik dan menjadi program yang berkelanjutan.

Seperti ungkapan Amalia Sarah diatas mengenai tanggung jawab sosial yang berkelanjutan, Crowther David mengatakan ada prinsip tanggung jawab sosial yaitu sustainability dijelaskan oleh Crowther bahwa sustainability berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya di masa depan. Keberlanjutan juga

(34)

memberikan arahan bagaimana penggunaan sumberdaya sekarang tetap memperhatikan dan memperhitungkan kemampuan generasi masa depan4.

Sedangkan hambatan kegiatan CSR HCTPS ini diungkapkan oleh dr. Lily Sriwahyuni yaitu;

“Yang sulit dicapai yaitu perubahan perilaku ‘semu’, sehingga perlu adanya pendampingan kedepannya. Apakah murid disekolah ini telah berperilaku hidup bersih dan sehat dengan menerapkan Cuci Tangan Pakai Sabun di lima waktu penting. Dan yang terpenting bagaimana angka diare dan penyakit menular dapat ditekan di generasi muda – ya sekolah dasar khususnya.”

PT. Unilever Tbk., dan Pihak Kementerian Kesehatan menyadari betul pentingnya pendampingan, oleh karena itulah Unilever akan terus memberikan edukasi dan juga sosialisasi mengenai CTPS khususnya kepada SDN 05 Karet dan daerah binaan Unilever. Seperti tanggapan dari Amalia Sarah mengenai dampak jangka panjang akibat kegiatan program yaitu ;

“CSR akan memberi manfaat dalam jangka panjang, aktivitas sosial menjadi kehirauan lantaran erat terkait dengan social lisence. Ada kekhawatiran tidak terciptanya harmoni dengan komunitasnya bahkan memungkinkan timbulnya konflik, bila perusahaannya tak aktif membantu kehidupan sosial masyarakat setempat. Aktivitas sosial membuat perasaan pengelola relatif lebih tenang. Alhasil tak mengherankan bila tak sedikit pula yang sifat programnya tak berkelanjutan; sekali menggelar aksi, kemudian ditinggalkan tanpa monitoring serta evaluasi. Hal ini telah kami cari solusinya yaitu kami akan tetap mendampingi sekolah yang sudah kami bina, agar perubahan perilaku ini tidak bersifat sementara dan juga akan membentuk kebiasaan yang baik pada siswa/i sekolah dasar.”

Menurut drh. Wilfried H. Purba menambahkan target komponen yang sulit dicapai yaitu ;

“Pesan yang disampaikan dalam mengemas informasi kepada masyarakat tentang manfaat CTPS dalam pencegahan penyakit menular dan kepedulian

(35)

masyarakat tentang pentingnya CTPS menjadi kendala awalnya bagi kami. Solusinya kami mengemas tahapan cuci tangan pakai sabun yang benar ini melalui jingle dan permainan yang dikemas oleh Unilever agar lebih menarik untuk disampaikan kepada anak-anak. Hambatan yang penting yang dijumpai yaitu koordinasi dan persamaan persepsi antar lembaga akan program CSR HCTPS ini. ”

Pandangan yang sama juga diutarakan oleh Amalia sarah terkait dengan hambatan penting yang ditemui pada saat program CSR HCTPS ini berlangsung;

“Berkomunikasi secara efektif dengan stakeholder atau pemangku kepentingan PT Unilever Tbk, yang beragam adalah tugas yang sulit karena sifat stakeholder yang berbeda satu sama lain dan juga karena pendapat pemangku kepentingan terhadap bisnis dan bagaimana mereka bereaksi dapat berubah cepat karena berbagai hal. Kadang kala isu tersebut bisa saling bertentangan.”

Hal yang terpenting dalam sosialisasi program CSR ini adalah komunikasi yang baik agar maksud dan tujuan program CSR HCTPS ini dapat sampai dan dipahami oleh sasaran. Proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan sebagainya yang dilakukan seorang kepada orang lain, baik secara tatap muka maupun tak langsung melalui media dengan tujuan mengubah sikap, pandangan dan perilaku”5.

PT. Unilever Tbk. melakukan komunikasi dalam mensosialisasikan program, mengedukasi siswa sekolah dasar dalam roadshow kegiatan ini, dibantu dengan para pelaku terkait program CSR HCTPS. Persamaan persepsi dibentuk dari pertemuan persiapan kegiatan yang dikoordinir baik internal PT Unilever, maupun Kementerian Kesehatan. Sosialisasi dan edukasi dilakukan dengan menggunakan media komunikasi seperti permainan, sticker, video, talkshow, dan

(36)

lainnya dengan tujuan mengubah perilaku yang tidak baik menjadi perilaku hidup bersih dan sehat.

4.2.4 Evaluasi Produk

Setelah menjalani tahap evaluasi konteks, evaluasi input, evaluasi proses dan yang terakhir adalah tahap evaluasi produk. Keempat tahap tersebut saling berkaitan dan sistematis jika dilakukan dengan baik dan sesuai dengan rencana dan tujuan yang matang.

Dalam pelaksanaan suatu program tidak menutup kemungkinan dapat berubah pada saat implementasi, hal ini disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan dapat dirubah dan ditambahkan namun tidak keluar dari rencana yang telah ditetapkan. Perubahan tersebut akan dibahas lebih rinci pada tahap evaluasi produk, maka akan munculah solusi untuk memperbaiki hasil kegiatan yang telah dijalankan. Dalam hal ini, PT.Unilever Tbk., dan Kementerian Kesehatan melakukan pengawasan terhadap proses implementasi kegiatan CSR, apakah sudah sesuai dengan rencana dan tujuan atau tidak.

Tujuan dari proses evaluasi ini adalah untuk mengetahui seberapa berhasilnya program yang dijalankan dari awal hingga akhir dan mengadakan penilaian hasil kerja yang telah dilaksanakan. Seperti yang dijelaskan berikut ini oleh Amalia Sarah menanggapi pertanyaan mengenai hubungan prosedur dengan hasil nyata kegiatan program:

“Unilever mengadopsi dan menjalankan konsep CSR dewasa ini telah mendapat perhatian dari kalangan kreditor (secara khusus perbankan) dan kalangan investor (secara khusus dunia pasar modal). Dalam praktik Unilever melaporkan implementasi CSR melalui laporan keberlanjutan.

(37)

Konsep tentang CSR di Indonesia memasuki fase yang disebut integrasi setelah melewati tahap pergulatan ide serta introduksi konsep. Fase ini merefleksikan tingkat kematangan CSR sebagai ide dan pengakuan sebagai bagian dari strategi serta operasi PT Unilever Tbk, tepatnya spesifikasi prosedur itu sendiri yang dengan harapan yaitu menjadikan CSR sebagai everyone’s business. Tantangan terbesar untuk Implementasi CSR PT. Unilever Tbk, adalah:

1. Alignment (penyelerasan), dengan sasaran bisnis dalam strategi Unilever 2. Integration, diantara seluruh area fungsional dan entitas bisnis Unilever 3. Institutionalization dengan cara memasukan seluruh strategi, kebijakan

dan proses ke dalam organisasi.

Dengan kata lain, untuk memajkan CSR diperlukan koordinasi serta partnership (kemitraan) yang erat diantara tiga elemen utama yang selama ini diyakini menjadi penggerak CSR; civil society, government dan business. Pada konteks ini, spesifikasi prosedur dan juga hasil nyata program ini terlihat, yaitu adanya hubungan partnership yang baik.”

Menurut drh. Wilfried H. Purba, akibat dan hasil dari implementasi CSR HCTPS ini yaitu;

“Peningkatan perilaku CTPS juga terjadi peningkatan rata -rata 39,9% perilaku cuci tangan menggunakan sabun untuk setiap waktu penting sejak tahun 2006-2012. Berikut Data BPS, Susenas tahun 2012:”

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai perubahan perilaku CTPS menunjukan hasil yang signifikan, karena kesesuaian dengan tujuan awal program ini dilaksanakan yaitu adanya perubahan perilaku masyarakat dari tidak sehat

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% Tahun 2006 Tahun 2012

(38)

menjadi perilaku hidup bersih dan sehat. Sedangkan menurut NN. Yustina akan hambatan penting yang dijumpai selama pelaksaan yaitu;

“Penyamaan persepsi akan program CTPS ini merupakan komitmen bersama, bukan hanya kegiatan pihak swasta saja, dan bukan kegiatan pemerintah saja.”

Dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi disebabkan oleh perbedaan persepsi dan keinginan. PT.Unilever berperan untuk menurunkan sejauh mungkin perbedaan antara persepsi dan keinginan masyarakat dengan tujuan perusahaan melalui tahapan-tahapan sosialisasi baik yang bersifat antisipatif maupun bersifat perbaikan.

Sehubungan dengan hal tersebut, sebagai Kepala Sekolah SDN 05 Karet, Jakarta Selatan memberikan penjelasan akan hasil jangka panjang yang nampak akibat dari program CSR HCTPS ini yaitu;

“Pengetahuan siswa akan pentingnya kesehatan telah tercapai melalui informasi yang dikemas secara sangat menarik akan CTPS dan perilaku hidup bersih dan sehat. Siswa/i semakin sering menerapkan CTPS ini di lima waktu penting dan mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat juga menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan bahkan siswa/i ini menjadi agent of change dan turut mengajarkan pentingnya CTPS kepada keluarga.”

Beliau menambahkan pernyataan akan kepuasan target atas kegiatan CSR HCTPS ini;

“Pihak sekolah sangat senang akan CSR HCTPS ini dan kiranya pihak Unilever terus mendampingi anak-anak dan selalu memberikan info terkait CTPS sebagai pembelajaran kedepannya.”

Sesuai dengan penjelasan yang diberikan, maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi ang dilakukan dengan memonitor program dan terus memberikan edukasi menjadi hal yang baik dalam keberlanjutan program ini.

(39)

Evaluasi Context •Sebab dilaksanakan kegiatan program CSR HCTPS : Komitmen Indonesia dalam Pencapaian MDGs point 4; Upaya Promotif (Advokasi); Perubahan Perilaku; Implementasi Good Corporate Governance

•Tujuan program yang menjadi prioritas pencapaian : Edukasi dan Pemenuhan Kebutuhan

• Keunikan Program :

Melalui brand sabun lifebuoy dapat merubah perilaku menjadi perilaku hidup bersih dan sehat dan menurunkan penyakit infeksi menular,

Evaluasi Input •Strategi yang digunakan oleh program dengan pencapaian tujuan : 5 Komponen CSR; 4 Pilar Program CSR; 3P People, Profit, Planet; Sustainable Living; dan Promosi dan Edukasi

•Sistematika penyusunan jadwal kegiatan CSR HCTPS :

melalui rapat persiapan dengan lintas sektor (antar kementerian dan lembaga terkait) dan lintas program (pihak swasta) juga stakeholder terkait

•Pemilihan atau kualifikasi SDM dalam kegiatan dengan beban program yang dijalankan sudah sesuai

Evaluasi Process

•Acara Puncak, 15 Oktober 2012 di SDN 05 Karet, Jakarta Selatan •Rangkaian Kegiatan diadakan September -Oktober •Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan CSR HCTPS : Lembaga Pemerintah dan Non Pemerintah

•Komponen yang belum dilakukan yaitu :

Monitoring dan Evaluasi

•Target komponen yang sulit di capai :

Perubahan Perilaku Semu dan Persepsi masyarakat akan sumbangan/donasi

•Hambatan : Koordinasi dan Komunikasi antar lembaga, Ego Sektoral

Evaluasi Product

•Tujuan yang telah dicapai : Peningkatan perilaku CTPS sebesar

39,9% (dari tahun 2006

– 2012); BPS

•Hal yang menunjukkan hubungan antara spesifikasi prosedur dengan hasil nyata dari kegiatan program:

Hasil nyata

tercapainya 3 elemen utama kemitraan yang diyakini penggerak CSR; Civil Society, Government, and Bussiness. (Hubungan partnership yang baik)

•Hasil Jangka Panjang :

Pengetahuan siswa akan kesehatan, Penyediaan sarana cuci tangan dan toilet

•Kepuasan target atas kegiatan CSR HCTPS :

Sangat Senang dan Puas akan Kegiatan CSR HCTPS (Kepala Sekolah SDN 05 Jakarta

(40)

4.3 Pembahasan

Dalam bagian pembahasan peneliti akan menganalisis hasil penelitian yang dilakukan adalah untuk mencari hubungan antara teori yang ada dengan hasil penelitian yang diperoleh. Dengan analisis data ini, peneliti akan menguraikan analisis hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara dan data-data lain yang didapat sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai Integrated

Marketing Communication (IMC) dalam Evaluasi Program Hari Cuci Tangan

Pakai Sabun Sedunia (HCTPS) sebagai Implementasi Corporate Social

Responsibility (CSR) PT.Unilever Tbk,.

Program CSR yang dilakukan oleh PT. Unilever Tbk selain merupakan tanggung jawab sosial juga merupakan bentuk implementasi dari konsep tata kelola perusahaan yang baik (Good Coporate Governance). Diperlukan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) agar perilaku pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa dirujuk dengan mengatur hubungan seluruh kepentingan pemangku kepentingan (stakeholders). Program CSR ini juga

dianggap penting dalam mengubah perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat khususnya siswa/i SDN 05 Karet, Jakarta Selatan sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan CSR HCTPS tahun 2012. Pemilihan SDN 05 Karet, Jakarta Selatan tidak lepas dari identifikasi kebutuhan sanitasi sekolah yang minim sekali dengan akses sanitasi yang layak dibandingkan dengan sekelilingnya yaitu kawasan metropolitan yang maju, dan sangat disayangkan siswa sekolah dasar negeri kurang sadar akan perilaku hidup bersih dan sehat. Oleh karena itu PT. Unilever

(41)

terus mengembangkan program CSR dengan empat pilar yaitu Lingkungan, Nutrisi, Higiene dan Pertanian Berkelanjutan.

PT. Unilever Indonesia Tbk, telah menjalankan program CSR HCTPS sejak tahun 2008. Dalam konteks CSR HCTPS yang dilakukan oleh Unilever berbeda dengan charity atau sumbangan sosial, CSR dilakukan dalam empat hal utama yaitu; Comdev (Community Development), pengintegrasian komunitas local dan tenaga kerja local dengan proses bisnis inti melalui memprioritaskan pengikutsertaan kesempatan kerja dan usaha, pembiayaan sesuai kerangka legal, dan tanggapan terhadap harapan kelompok kepentingan. CSR juga harus dijalankan di atas suatu program dengan memerhatikan kebutuhan dan keberlanjutan program dalam jangka panjang.

Crowther David1 mengatakan ada prinsip tanggung jawab sosial yaitu

sustainability dijelaskan oleh Crowther bahwa sustainability berkainan bagaimana perusahaan dalam melakukan aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya di masa depan. Keberlanjutan juga memberikan arahan bagaimana sumberdaya sekarang tetap memperhatikan dan memperhitungkan generasi masa depan.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model CIPP sebagai Model Evaluasi Program CSR yaitu Context (Evaluasi Konteks), Input (Evaluasi Input),

Process (Evaluasi Proses) dan Product (Evaluasi Produk). Hasil wawancara dan

pengumpulan data-data sehubungan dengan program CSR HCTPS maka didapat analisa bahwa pada tahap evaluasi konteks pada PT Unilever Tbk yaitu kondisi

11

(42)

kegiatan CSR yang telah diselenggarakan terlaksana dengan baik, dan bermitra dengan pemerintah dan pihak lain yang terkait (stakeholder). Sedangkan tujuan program yang menjadi prioritas pencapaian dan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan yaitu pada perayaan HCTPS 2012 yang digelar di SDN Karet 05 Pagi Jakarta, Chairman Unilever Indonesia secara simbolis menyerahkan donasi fasilitas cuci tangan kepada kepala sekolah. Secara keseluruhan, Lifebuoy memberikan donasi di 10 Provinsi intervensi (binaan) Lifebuoy, agar kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) semakin meningkat di sekolah-sekolah tersebut. Lifebuoy juga menggerakkan 747.000 siswa dari 2.147 sekolah dasar di 10 provinsi dan TP PKK di 33 provinsi sebagai sarana sosialisasi dan edukasi, serta mengajak semua pihak untuk kembali berkomitmen menumbuhkan kebiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terutama di lima saat penting, yaitu mandi pakai sabun, CTPS sebelum makan pagi, sebelum makan siang, sebelum makan malam, juga setelah dari toilet.

Sedangkan kegiatan pusat yaitu Kementerian Kesehatan dengan Para Mitra Swasta mengadakan kegiatan sebagai berikut :

a. Pelaksanaan Lomba Foto Budaya CTPS tingkat nasional

b. Talkshow di TVOne dengan tema Apresiasi Budaya CTPS

c. Publikasi media HCTPS di 6 media cetak nasional (Media Indonesia, Bisnis Indonesia, Indo Pos, Suara Pembaruan, Jakarta Globe, Jakarta Post);

d. Seminar “Strategi Pengendalian Kecacingan dan Perilaku CTPS di Indonesia

e. Roadshow sosialisasi 5 waktu penting CTPS dan langkah-langkah CTPS yang benar, di 3 Sekolah Dasar ( SD Pinang Ranti, TMII, SD 01 dan 02, Bogor)

f. Seminar “Advokasi Peran Media dalam Perilaku CTPS”

g. Puncak acara HCTPS Ke-5 Tahun 2012 pada tanggal 15 oktober 2012 bertempat di halaman SD 04,05,06 Karet Setiabudi.

Gambar

Tabel 4.1 : Rekam Jejak perkemabngan Unilever Indonesia
Gambar 4.1 : Unilever Sustainable Living Plan (USLP)
Gambar 4.4 – Proses Pelaksanaan Kegiatan CSR HCTPS 2012

Referensi

Dokumen terkait

Gratia Husada Farma terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan seperti yang telah dikemukakan di atas, yaitu kapasitas gudang untuk menyimpan banyaknya bahan baku yang

Maksud dari kegiatan ini adalah memberikan pemahaman mengenai perencanaan karir yang yang matang baik dari aspek pekerjaan maupun dalam hal studi lanjutan atau (belajar),

Pada penelitian ini pemilik usaha Minimarket Q8 diharapkan segera mengganti sistem pencatatan manual dengan sistem informasi akuntansi yang berbasis komputer agar

Berangkat dari pemikiran Marx yang multiinterdisipliner, paper ini bermaksud memotret dua persoalan paling penting dari pemikiran Marx, yaitu sekitar materialisme

Pada salah satu kepuasan pelanggan tersebut antara lain data hasil produksi barang yang tepat waktu maka dibutuhkan suatu informasi yang cepat, tepat dan akurat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengaudit keamanan informasi pada sistem strategi pemasaran pada akun instagram menggunakan framework COBIT 5 dengan domain Evaluate Direct

memiliki lahan yang paling luas, petani bekerja terus jika sudah terlihat sangat luas dan merasa sangat cukup untuk dikelola maka petani tersebut berhenti, demikianlah menentukan

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga tesis yang berjudul ” Pengembangan Modul