• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Evaluasi Program

4.3.1. Evaluasi tahap perencanaan

Evaluasi pada tahap perencanaan dilakukan dengan membandingkan poin yang sebaiknya ada (ideal) untuk perencanaan suatu program dengan yang sudah dilakukan (faktual) dalam program rasionalisasi. Dari hasil wawancara dengan stakeholder dan analisis deskriptif diperoleh hasil seperti pada Tabel 20.

Tabel. 20. Kondisi Ideal dan Faktual dalam Perencanaan Program Rasionalisasi Perikanan Tangkap di Kabupaten Indramayu

Kondisi Ideal Kondisi Faktual Skor

(0-1) (1) Proses pembuatan program

1) Apakah program sesuai fakta 2) Apakah sasaran sudah jelas 3) 5W +H sudah jelas?

4) Apakah kebijakan organisasi sudah jadi pertimbangan

5) Keterkaitan kegiatan satu sama lain 6) Apakah program fleksibel dengan

perubahan

Sesuai Sudah dibuat

Tidak dibuat lebih rinci untuk semua kegiatan Sudah Saling terkait Fleksibel 1 1 0 1 1 1

Persentase kesesuaian dengan rujukan 83,3

% (2) Idenifikasi Program

1) Bidang kegiatan 2) Jenis kegiatan 3) Sub jenis kegiatan 4) Bentuk kegiatan Sudah ditentukan Sudah ada Belum dibuat Sudah ada 1 1 0 1 Persentase kesesuaian 75,0 % (3) Langkah-langkah dalam penyusunan

program

1) Penentuan sasaran yang ingin diketahui dan ditetapkan

2) Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan

3) Analisa data terhadap sasaran atau permasalahan yang terjadi

4) Identifikasi factor penghambat dan penunjang

5) Membuat alternatif program 6) Perincian program yaitu waktu,

pendanaan, pelaksanaan Sudah ada Sudah Belum Belum Belum Belum 1 1 0 0 0 0 Persentase kesesuaian 33,3 % (4) Penjadwalan rencana program

1) Kapan mulai 2) Kapan selesai Sudah Belum 1 0 Persentase kesesuaian 50,0 % Rata-rata kesesuaian 60,4 %

64 Dari hasil analisis perbandingan kondisi ideal dengan faktual dalam proses perencanaan program rasionalisasi diketahui bahwa dari keseluruhan item (4 item) ternyata yang memiliki kesesuaian tertinggi adalah item proses pada pembuatan program yang kedua identifikasi program. Sedangkan yang paling tidak sesuai dengan kondisi ideal yaitu item tentang langkah-langkah dalam penyusunan program hanya 33,3% menyusul item kedua yaitu penjadwalan rencana program 50,0%.

Penjelasan dari masing-masing poin sebagai berikut: (1) Proses pembuatan program

1) Apakah program yang dibuat sudah berdasarkan atas fakta yang objektif, rasional dan pertimbangan-pertimbangan terhadap perkembangan kegiatan.

Dari hasil wawancara dan identifikasi potensi dan permasalahan yang ada di Kabupaten Indramayu diketahui bahwa program rasionalisasi yang dibuat dianggap telah mengacu pada kondisi permasalahan yang cukup objektif yang ada di lokasi diantaranya semakin berkurangnya hasil tangkapan nelayan yang mengakibatkan menurunnya pendapatan nelayan. Dari hasil kajian tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan di Kabupaten Indramayu telah melebihi potensi lestarinya sebesar 477,6%. Data produksi yang di laporkan terjadi peningkatan pada tahun 2003-2004, hal itu kemungkinan diakibatkan oleh masuknya ikan-ikan hasil tangkapan oleh nelayan dari luar Indramayu dan mendaratkan hasilnya di Indramayu.

2) Apakah sasaran yang ingin dicapai sudah jelas

Sasaran program rasionalisasi yang dibuat sudah ditentukan seperti terlihat pada Tabel 21. Dari hasil wawancara diketahui bahwa sasaran yang telah dibuat seperti contohnya mengurangi jumlah armada sebanyak 851 unit atau pemberian bantuan 545 unit prasarana budidaya atau lainnya sudah dihitung berdasarkan pemanfaatan ideal dari potensi sumberdaya yang tersedia yaitu 12.785,25 ton/tahun. Konsekuensi dari hasil perhitungan tersebut pihak pemerintah daerah harus berusaha mengurangi sebanyak 2564 unit armada dan pengurangan sebanyak 19.656 orang nelayan.

Tabel 21. Program, Kegiatan, Tujuan dan Sasaran Kegiatan pada Program Rasionalisasi Perikanan Tangkap di Kabupaten Indramayu

Program Kegiatan Tujuan Kegiatan Sasaran

1. Penguatan armada perikanan

Jumlah armada kecil (5 – 10 GT) yang ada saat ini dan

merubahnya menjadi armada yang lebih besar ( 15 – 25 GT).

Terlaksananya perubahan armada dengan mengadakan sebanyak 851 unit armada lebih besar dari 30 GT untuk armada gillnet dan purse seine 2. Alih Usaha ke Budidaya

Laut

Merubah matapencaharian nelayan menjadi pembudidaya atau pengolah

Terlaksananya pemberian bantuan sebanyak 545 unit sarana untuk usaha budidaya

3. Rehabilitasi Pantai Penanaman greenbelt (jalur hijau)

Terlaksananya penanaman pohon mangrove seluas 1.526,61 Ha

4. Terumbu karang Pembuatan terumbu karang

buatan

Terlaksananya pembuatan terumbu karang sebanyak 2.000 unit. Rasionalisasi Perikanan

tangkap Tujuan:

1.Meningkatkan

kesejahteraan masyarakat melalui penguatan armada penangkapan, diversifikasi usaha, dan rehabilitasi fishing ground.

2. Mengembangkan program dan kegiatan yang

mengarah pada

peningkatan pemanfaatan secara optimal dan lestari. 3. Meningkatkan peran serta

masyarakat di sekitar pantai dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya kelautan berwawasan lingkungan yang lestari melalui pendekatan kelompok. 4. Meningkatkan pendapatan

asli daerah (PAD) melalui

5. Pemberdayaan

kelembagaan kelompok nelayan

Penataan, penumbuhan kegiatan kelompok nelayan

Terbinanya kelompok nelayan sebanyak 14 kelompok

66 3) 5W + H : What (Apa), Why (Kenapa), Who (Siapa), Where (Dimana), When

(Kapan) dan How (Bagaimana).

Beberapa hal yang dapat menjelaskan tentang pertanyaan tersebut dari hasil wawancara dengan stakeholder program rasionalisasi yaitu:

WHAT: Program rasionalisasi yaitu merupakan program pengelolaan perikanan dan kelautan berkelanjutan untuk jangka panjang dengan merasionalkan upaya tangkap ikan di laut dengan mengurangi armada penangkapan skala kecil, merubah matapencaharian nelayan kecil dan rehabilitasi ekosistem perairan.

WHY: Kerusakan lingkungan perairan, eksploitasi sumberdaya ikan sudah melebihi potensi lestarinya sehingga kondisi demikian secara nyata berdampak pada ekonomi nelayan yaitu penurunan pendapatan nelayan. Who: Sebagai pelaksana yaitu institusi pemerintah daerah yaitu Dinas Perikanan

dan Kelautan Kabupaten Indramayu. Sedangkan yang menjadi sasaran program yaitu nelayan pemilik armada kecil dan nelayan buruh.

Where: Di lokasi-lokasi desa nelayan yang berada dan tersebar di 11 kecamatan WHEN: Program telah dilakukan sejak tahun 2004 dan belum ditentukan sampai

kapan berakhirnya sehingga sasaran yang telah dibuat.

HOW: Dilakukan dengan mengintegrasikan program dari pusat dan daerah dan mengusulkan dari APBD.

4) Apakah kebijaksanaan institusi sudah menjadi pertimbangan.

Kebijaksanaan pembangunan kelautan dan perikanan diarahkan pada pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan, sehingga program rasionalisasi merupakan bentuk nyata dari arah kebijakan ke depan.

5) Apakah antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain, saling mengisi dan berkaitan.

Kegiatan yang akan dilaksanakan terdiri dari (1) Penguatan armada penangkapan (2)Alih usaha pemanfaatan sumberdaya hayati laut (3)Rehabilitasi ekosistem biota laut dan (4) Pengembangan sarana-pra sarana pendukung.

Keempat kelompok kegiatan yang akan dilakukan dalam program rasionalisasi perikanan tangkap dilihat sepintas berlandaskan pada konsep pembangunan berkelanjutan. Pelaksanaan pengelolaan aspek sosial ekonomi

(kelompok kegiatan 1 dan 2) diupayakan keterpaduannya dengan pelaksanaan pengelolaan lingkungan (kelompok kegiatan 3) serta didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai (kelompok kegiatan 4) untuk dapat menjalankan kelompok-kelompok kegiatan di kedua aspek tersebut.

6) Apakah program yang dibuat tidak kaku dalam batas-batas tertentu sesuai dengan perkembangan.

Program rasionalisasi dibuat sangat fleksibel baik dalam pemilihan lokasi, kelompok nelayan yang menjadi sasaran program. Sebagai contoh perubahan komoditas budidaya yang diberikan kepada petani, yang awalnya untuk pengembangan rumput laut dirubah menjadi kerang hijau dan ikan lele. Hal ini dengan pertimbangan teknologi budidaya rumput laut belum dikenal petani, sehingga lebih didahulukan yang sudah dikenal sehingga keberhasilannya dapat dipertanggungjawabkan.

7) Apakah program yang dibuat mudah dipahami dan penafsiran oleh pelaksana kegiatan sudah sama.

Dari hasil wawancara yang dilakukan program rasionalisasi tersebut belum disosialisasikan kepada seluruh pelaksana kegiatan sehingga pemahaman dalam pelaksanaannya terutama untuk pelaksana dilapangan belum diketahui dengan jelas.

(2) Identifikasi Program

Program rasionalisasi terdiri dari 4 kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu penguatan armada penangkapan, Alih usaha pemanfaatan sumberdaya hayati laut, Rehabilitasi ekosistem biota laut, Pengembangan sarana-pra sarana pendukung. Uraian lebih lanjut terkait dengan bentuk kegiatan yang dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel 22.

68 Tabel 22. Identifikasi Program Berdasarkan Kegiatan, Jenis Kegiatan, Sub

Jenis Kegiatan dan Bentuk Kegiatan

Bidang Kegiatan Jenis Kegiatan Sub Jenis Kegiatan Bentuk Kegiatan Penguatan armada penangkapan pengurangan jumlah armada kecil

Tidak ada - pemberian bantuan armada diatas 30 GT - pemberian bantuan alat tangkap Alih usaha pemanfaatan sumberdaya hayati laut

Alih usaha dari nelayan ke budidaya kerapu dan rumput laut

Tidak ada Pemberian bantuan sarana budidaya Rehabilitasi ekosistem biota laut Penghijauan hutan bakau/mangrove, terumbu karang

Tidak ada - Penanaman pohon bakau/mangrove - Pembuatan terumbu karang buatan Pengembangan sarana-pra sarana pendukung. Penguatan kelembagaan

Tidak ada Pembentukan 14 kelompok nelayan

(3) Langkah-Langkah Dalam Penyusunan Rencana Program

Untuk melihat langkah-langkah yang telah dilakukan dalam penyusunan program, dengan mengacu pada patokan yang seharusnya dilakukan dalam penyusunan program seperti:

1) Apakah perumus program mengetahui dan menetapkan sasaran yang ingin dicapai

Dari dokumen yang telah dibuat tentang program rasionalisasi telah ditetapkan sasaran yang ingin dicapai untuk setiap kegiatan seperti terlihat pada tabel 21. Namun demikian dari hasil wawancara diketahui bahwa sasaran yang dibuat dihitung berdasarkan kenyatan dan kondisi yang terjadi saat ini, seperti contohnya pengurangan armada kecil sebanyak 851 unit didasarkan pada perhitungan dengan melihat jumlah ideal hasil tangkapan dari masing-masing alat tangkap. Demikian juga dengan pengalihusahaan dengan budidaya laut sebanyak 545 unit didasarkan pada penyediaan sebanyak 19.656 nelayan yang beralih usaha dari nelayan ke budidaya.

2) Mengumpulkan data atau informasi yang diperlukan.

Pengumpulan data dan informasi yang digunakan sebagai data dukung perencanaan program dilakukan dengan data yang telah tersedia terdiri dari data jumlah nelayan, jumlah alat tangkap, data potensi lestari perikanan tangkap serta berbgai informasi baik dari Departemen Kelautan dan Perikanan atau dari Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat dan informasi dari pakar.

Program rasionalisasi merupakan salah satu kebijakan publik sehingga seluruh rangkaian proses mulai dari perencanaan, sampai pada implementasinya harus sudah dapat mengakomodir semua kepentingan. Proses perencanaan sebanyak mungkin harus didukung data dan informasi yang memadai. Menurut Nugroho (2002), kebijakan publik harus dibuat melalui metode yang demokratis, yang melibatkan para stakeholder, transparan dan ada proses dialog publik. Lebih lanjut, Nugroho (2002) juga menyatakan tiga hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan suatu kebijakan, yaitu: [1] apakah kompleksitas masalahnya sangat tinggi; [2] sejauhmana masyarakat terlibat; dan [3] seberapa besar prakiraan dampak yang dihasilkan oleh kebijakan tersebut. Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui berbagai kegiatan dari mulai identifikasi di lapangan sampai pada penyelenggaraan forum diskusi guna mendapatkan berbagai masukan dari seluruh stakeholder.

Menurut Islamy (2002), perumusan usulan kebijakan/program/kegiatan adalah kegiatan menyusun dan mengembangkan serangkaian tindakan yang perlu untuk memecahkan masalah. Penyusunan program dilakukan melalui proses pengambilan keputusan. Proses ini harus melibatkan seluruh stakeholder yang terkait.

Dari hasil analisis stakeholder yang terkait dengan program rasionalisasi, stakeholder dibagi kedalam 3 golongan yaitu primer, sekunder dan tersier berdasarkan kelompok kepentingannya. Analisis pihak terkait (Stakeholder

Analysis) yang diuraikan dari ODA (1995) adalah analisis untuk menjajagi

kepentingan dan pengaruh serta tingkat partisipasi pihak terkait (stakeholder) yang dapat dipengaruhi / mempengaruhi jalannya kegiatan proyek.

70 (1) Stakeholder Primer

1) Masyarakat nelayan

Program rasionalisasi perikanan tangkap yang dilakukan melibatkan berbagai stakeholder, dan mereka termasuk ke dalam stakeholder primer. Masyarakat nelayan dikatakan sebagai kelompok stakeholder ini karena target dan sasaran program adalah kelompok nelayan, keterlibatan mereka didalam pelaksanaan program rasionalisasi merupakan dasar utama bagi pengelompokkan mereka ke dalam kelompok stakeholder ini.

2) Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu (Kantor Bupati)

Sebagai pengambil kebijakan, Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu tergolong stakeholder primer. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa program-program pembangunan termasuk pemberdayaan masyarakat miskin (dalam konteks ini adalah nelayan) merupakan salah satu program utama dalam pembangunan ekonomi yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu No. 16 Tahun 2002 Tentang Propeda Kabupaten Indramayu Tahun 2000-2004. Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keberdayaan keluarga dan kelompok masyarakat miskin dan nelayan, melalui penyediaan kebutuhan dasar dan pelayanan umum berupa sarana dan prasarana ekonomi, serta penyediaan sumberdaya produksi dan ekonomi. Sasaran yang ingin dicapai adalah semakin berkurangnya jumlah penduduk miskin dan meningkatkan kondisi sosial ekonomi keluarga dan kelompok masyarakat serta nelayan yang miskin dan yang berpotensi miskin (Dinas Perikanan, 2005). Adapun arah kebijakan pembangunan bidang ekonomi di Kabupaten Indramayu adalah sebagai berikut:

ƒ Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan berbasis potensi

sumberdaya alam lokal dengan bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan.

ƒ Mengembangkan peranan pemerintah daerah sebagai motivator, fasilitator, komunikator dan inovator diantara pelaku ekonomi dengan prinsip persaiangan sehat.

ƒ Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai dengan kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan komparatif dan kompetitif.

ƒ Menyehatkan BUMD yang telah ada sehingga lebih efisien, terbuka dan profesional dan mendirikan BUMD yang baru sesuai dengan potensi dan peluang yang ada.

ƒ Memberdayakan usaha kecil menengah dan koperasi.

ƒ Mengembangkan sistem agribisnis dan ketahanan pangan secara terpadu.

ƒ Meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur publik termasuk pengairan, transportasi, energi, telekomunikasi serta air bersih.

ƒ Mengembangkan sistem jaminan usaha dalam rangka menumbuhkan usaha dan kreativitas masyarakat.

ƒ Menyehatkan APBD melalui peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tidak memberatkan masyarakat.

Program pengembangan pertanian, kelautan dan ketahanan pangan untuk peningkatan kesejahteraan dan produktivitas petani, nelayan dan peternak juga menjadikan pertimbangan mengapa Pemda Kabupaten Indramayu tergolong ke dalam stakeholder primer. Dalam program ini, pengertian pertanian merupakan pertanian dalam arti luas yaitu termasuk perikanan dan ketahanan pangan merupakan cakupan yang tidak saja pada masyarakat perikanan, tetapi masyarakat secara luas. Alasan lainnya, pemerintah kabupaten adalah stakeholder utama adalah pemerintah kabupaten juga bertanggungjawab dalam pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana publik seperti sarana pengairan, perhubungan, dan pemukiman. Kesemua program yang telah dijelaskan dalam Perda Kabupaten Indramayu No. 16 Tahun 2002 tersebut di atas dituangkan pula penjabarannya dalam Rencana Strategis (Renstra) Daerah Kabupaten

72 Indramayu Tahun 2001-2005, yang juga dalam bentuk Perda (Perda No.17 Tahun 2002).

3) Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu

Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu memiliki peran sebagai perencana, pelaksana, mitra pelaksana, serta evaluasi dan memonitor pembangunan sektor kelautan dan perikanan termasuk pengentasan kemiskinan masyarakat nelayan. Cerminan lembaga ini sebagai perencana terlihat dengan keberadaan Rencana Strategik (Renstra) Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu Tahun 2001-2005. Berdasarkan tupoksinya tersebut maka lembaga ini mempunyai tugas utamanya yaitu dalam pengentasan kemiskinan masyarakat nelayan. Atas dasar itulah maka lembaga ini dikategorikan sebagai stakeholder primer utama.

Dalam rangka pembangunan sektor perikanan dan kelautan, salah satu kegiatan yang diadakan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan yaitu melalui program Rasionalisasi Perikanan Tangkap.

(2) Stakeholder sekunder

Berdasarkan peranan lembaga yang berhubungan dengan program rasionalisasi maka stakeholder sekunder terkait adalah Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Barat, Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Kabupaten Indramayu, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Indramayu serta Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu.

1) Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) Kabupaten Indramayu

Dalam kaitannya dengan keberhasilan program rasionalisasi adalah Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) Kabupaten Indramayu merupakan stakeholder primer. Hal ini dipertimbangkan atas peranan lembaga ini dalam perencanaan dan evaluasi program termasuk keberhasilannya serta juga berfungsi sebagai lembaga yang turut menentukan dalam hal pembiayaan pembangunan berbagai sektor di wilayah Kabupaten Indramayu ini.

2) Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Kabupaten Indramayu Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Kabupaten Indramayu juga dikategorikan sebagai stakeholder sekunder dalam kaitannya dengan pengentasan kemiskinan masyarakat nelayan. Hal ini berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain peranannya dalam menunjang program pembangunan di sektor kelautan dan perikanan salah satunya adalah program rasionalisasi, yang juga sesuai dengan tugas pokok dan fungsi intansi ini. Sebagai contoh, pembangunan pemukiman masyarakat nelayan, pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana infrastruktur..

3) Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Barat

Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Barat, merupakan stakeholder sekunder dalam kaitannya dengan program rasionalisasi di wilayah Kabupaten Indramayu. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa lembaga ini bertanggung jawab dan secara tidak langsung terlibat didalam pelaksanaan beberapa pokok kegiatan perikanan tangkap dan pembinaannya dalam wilayah Kabupaten Indramayu. Sebagai contoh keterlibatan lembaga ini adalah kegiatan penerbitan usaha penangkapan ikan masyarakat nelayan asal Indramayu di perairan laut di luar Kabupaten Indramayu tetapi masih dalam wilayah Propinsi Jawa Barat. Selain itu, lembaga ini menginisiasi kegiatan. Selaian itu melakukan penyusunan tata ruang perikanan Pantai Utara Jawa Barat yang melibatkan beberapa wilayah kabupaten termasuk Kabupaten Indramayu.

(3) Stakeholder tersier

Berdasarkan peranan lembaga yang berhubungan dengan pengentasan kemiskinan masyarakat nelayan maka stakeholder tersier terkait adalah Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Peternakan, dan Bank Rakyat Indonesia. 1) Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Indramayu

Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Indramayu merupakan stakeholder tersier dalam kaitannya dengan program rasionalisasi dikarenakan beberapa pokok kegiatan terkait yaitu kebijakan di bidang

74 kehutanan. Sebagai gambaran antara lain kegiatan penanaman jalur hijau (greenbelt) dengan mangrove akan sangat terkait dengan lembaga ini. Jalur hijau ini selain digunakan sebagai areal penghijauan, juga berguna bagi penyediaan daerah asuhan (nursery ground) bagi anak-anak ikan dan atau udang. Oleh karena itu, kebijakan di bidang kehutanan seharusnya turut menunjang usaha kelestarian sumberdaya perikanan terutama di wilayah pesisir dan pantai.

2) Bank Rakyat Indonesia

Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabupaten Indramayu merupakan stakeholder tersier dalam kaitannya dengan keberhasilan program rasionalisasi. Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa dalam rangka pengadaan atau peningkatan modal usaha baik di bidang penangkapan ikan ataupun perikanan budidaya dan pengolahan. Penyediaan modal dengan sistem pinjaman yang sederhana atau tanpa jaminan sangat memungkinkan bagi masyarakat nelayan memanfaatkannya.

3) Pemerintah Kecamatan Indramayu dan Kandanghaur

Pemerintah kecamatan merupakan unsur pemerintah yang berpengaruh dalam masalah administratif pemerintahan. Tertibnya data merupakan salah satu aspek penting dalam perencanaan program pembangunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah di setiap lokasi atau masyarakat tertentu.

4. Pemerintah Desa Karangsong dan Desa Eretan Wetan

Seperti halnya pemerintah kecamatan, pemerintah desa merupakan unsur pemerintah yang berpengaruh dalam masalah administratif pemerintahan. Tertibnya data merupakan salah satu aspek penting dalam perencanaan program pembangunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah di setiap lokasi atau masyarakat tertentu.

Kegiatan dalam perencanaan program tidak terlepas dari proses perumusan kebijakan. Nugroho (2006) menyatakan bahwa proses perumusan yang ideal sebaiknya terdiri dari (1) mengangkat isu kebijakan yang terdiri [1] isu di masyarakat [2] kebijakan baru dan masalah baru. (2) pra perumusan kebijakan yang terdiri dari langkah-langkah [1] pemerintah menangkap isu

tersebut dan membentuk tim perumus kebijakan [2] merumuskan naskah akademik dan merumuskan draft kebijakan [3] diskusi publik dan diskusi antar dinas terkait [4] rumusan konsep kebijakan [5] proses legislasi.

Proses perumusan program rasionalisasi yang dicanangkan, apabila mengacu pada proses yang ideal seperti yang disebutkan diatas, masih banyak kelemahannya karena masih banyak tahapan pekerjaan yang belum dilakukan. Diantara kelemahan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

(1) Dalam perumusan isu di tingkat bawah hanya melibatkan nelayan dan Dinas Perikanan dan Kelautan saja, padahal isu tentang berbagai hal terkait dengan Perikanan tangkap harus datang pula dari kalangan ilmiawan, Bappeda, Dinas Perikanan Propinsi. Pelibatan mereka dalam perumusan isu sangat penting dalam menempatkan isu tersebut ke dalam kegiatan nyata yang berupa program.

(2) Membentuk tim perumus kebijakan/program. Lembaga yang dilibatkan sebaiknya lebih banyak lagi selain Dinas Perikanan dan Kelautan juga sebaiknya diikutsertakan semua lembaga primer, sekunder atau tersier. Seperti diketahui pelasanaan program akan terkait dengan beberapa lembaga diantaranya dengan Dinas Perkebunan dan Kehutanan, pemerintah kecamatan, desa, perbankan, perwakilan nelayan, Bappeda.

(3) Merumuskan konsep kebijakan harus dikutsertakan pihak Bappeda karena keluaran dari konsep adalah uraian tentang kegiatan dan akan terkait dengan pendanaan. Sehingga keterlibatan pihak Bappeda akan sangat berguna dalam pengalokasian program tersebut dalam anggaran daerah.

(4) Diskusi lengkap dengan pakar dan publik belum dilakukan, padahal diskusi akan berguna untuk menampung masukan agar program dapat dilaksanakan dengan baik

(5) Legislasi masih belum dilakukan.

Beberapa tahapan pekerjaan yang telah dilakukan dalam perumusan program rasionalisasi tersebut dapat dilihat pada tabel 23.

76 Tabel 23. Proses Penyusunan Program Rasionalisasi Perikanan Tangkap di Kabupaten Indramayu

No. Forum Stakeholder Yang terlibat Keterangan

1. Perumusan isu di tingkat grass Roo t (arus bawah)

Nelayan, Dinas

Perikanan dan Kelautan

Isu yang terkait dengan kondisi perikanan tangkap yang ada di Indramayu seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya 2. Pemerintah

Mengangkat Isu Tersebut

Dinas Perikanan dan Kelautan

Mengangkat isu tersebut dan merumuskan program rasionalisasi dengan membuat desain program dan tujuan program seperti pada bab sebelumnya

3. Membentuk Tim

Perumus Kebijakan /program

Dinas Perikanan dan Kelautan

Pembentukan tim perumus kebijakan/program dilakukan di internal Dinas Perikanan yang tugasnya membuat rumusan/ proposal tentang latarbelakang permasalahan serta kegiatan yang dibutuhkan untuk merasionalisasikan perikanan tangkap di Indramayu.

4. Perumusan Konsep Ke- bijakan/ program

Dinas Perikanan dan Kelautan

Perumusan konsep kebijakan tertuang dalam konsep naskah program

5. Merumuskan Naskah

Akademik

Dinas Perikanan dan Kelautan

Perumusan Naskah Akademik dilakukan 6. Merumuskan Draft Ke-

bijakan/Program

Dinas Perikanan dan Kelautan

Pembuatan draft program rasionalisasi perikanan tangkap telah disusun yang berisi potensi dan sumberdaya laut Indramayu, permasalahan yang ada, program rasionalisasi yang berisi kegiatan yang dilakukan, pembiayaan program. Struktur organisasi pelaksana belum dibuat secara khusus namun sementara berada di bawah Kepala Dinas dengan Pelaksana Teknis Kasubdin. Kelautan dan Pelaksana Dilapangan KCD.

7. Diskusi Dengan Pakar Dinas Perikanan dan Kelautan, Tokoh Masyarakat

Belum dilakukan secara khusus dalam suatu forum. Diskusi hanya dilakukan informal pada setiap kesempatan yang memungkinkan.

8. Diskusi Antar Dinas

Dokumen terkait