• Tidak ada hasil yang ditemukan

EXPERIENCE

Dalam dokumen Beauty of History (Halaman 42-58)

EXPERIENCE

Setelah menentukan fungsi kawasan perancangan dan mengambil fungsi apartemen sebagai objek perancangan, maka dibutuhkan pengetahuan yang mendalam tentang apartemen. Apartemen adalah bangunan hunian yang dipisahkan secara horizontal dan vertikal agar tersedia hunian yang berdiri sendiri dan mencakup bangunan bertingkat rendah atau bangunan tinggi, dilengkapi berbagai fasilitas yang sesuai dengan standart yang ditentukan (Ernst Neufert, 2002). Tiap unit harus memiliki ruang yang mampu menampung aktifitas sehari- hari, dan memiliki fasilitas yang dapat digunakan oleh seluruh pengguna secara bersama-sama.

Ada 3 macam apartemen berdasarkan golongan ekonomi penghuninya (Apartments: Their Design and Development, 1967 : 42-43), yaitu apartemen golongan bawah, apartemen golongan menengah, dan apartemen golongan mewah. Perbedaan antara ketiga jenis apartemen ini hanya terletak pada ukuran ruang pada tiap unit hunian, serta fasilitas yang disediakan oleh apartemen tersebut.

Apartemen pada lokasi site ini direncanakan masuk dalam kategori apartemen golongan mewah. Untuk merancang ruang yang akan dimiliki oleh apartemen perancang telah mengumpulkannya dari berbagai sumber, dan dibutuhkan studi banding sebagai pembanding bagi apartemen yang akan dirancang. Pencarian studi banding kasus proyek sejenis akan memberikan nilai-nilai positif yang dapat

diimplementasikan pada tahap perancangan selanjutnya seperti program ruang, penataan ruang, fasilitas pendukung, dan sebagainya.

Apartemen yang dijadikan studi banding adalah Apartmen Lexington Residence di Jakarta Selatan. Apartemen ini berlokasi dekat dengan Pondok Indah, Jakarta. apartemen ni didesain sebagai hunian eksklusif dengan tingkat keamanan yang tinggi untuk menciptakan hunian yang luar biasa di wilayah selatan Jakarta. Penghuni akan mengalami pencampuran suasana hunian modern dengan ketenangan dari suasana hijau yang diberikan oleh entrance yang menyambut dengan jalan setapak yang melalui taman yang harmonis dengan bangunan.

Konsep desain bangunan apartemen adalah modern minimalis, dimana 20% area dibangun dan 80% ruang terbuka hijau. Setiap unit memiliki “full glass window” dan teras dan menghadap ke city view atau Gunung Prangraro. Apartemen telah memiliki sertifikat strata title.

Luas lahan apartemen ini adalah 1,1 Ha yang akan dibangun dalam beberapa tahap, dimana tahap 1 akan dibangun 31 lantai. Apartemen memiliki 2 buah tower dengan total 275 unit , 10 unit hunian di tiap lantainya (lihat gambar 3.1). Terdapat 4 jenis unit pada apartemen, yaitu 1 bedroom, 2 bedroom, 3 bedroom, dan penthouse. Apartemen ini memiliki 2 buah private lift, 2 buah lift umum, dan 1 buah lift servis.

Gambar 3.1 Denah Apartemen

Sumber : http://www.lexingtonresidencejakarta.com/

Gambar 3.2 Denah 1 bedroom

Unit dengan 1 buah kamar tidur memiliki luas 53 pada sisi utara dan 56 m² pada sisi selatan. Ruang pada unit ini adalah kamar tidur walk in closet, kamar mandi , ruang tamu, dapur dan balkon (lihat gambar 3.2).

Unit dengan 2 buah kamar tidur memiliki luas 4 jenis unit yang berbeda, 2 bedroom standart dan 2 bedroom corner dengan luas 80m² dengan ruang yang dimiliki adalah kamar tidur utama, kamar tidur 2, walk in closet, kamar mandi , ruang tamu, dapur dan balkon (lihat gambar 3.3a), 2 bedroom extended dengan luas 80 + 5 m² dengan ruangan-ruangan yang sama dengan luas yang sedikit lebih lebar (lihat gambar 3.3b), dan ada 2 bedroom dengan 1 study room dan dilengkapi dengan private lift (lihat gambar 3.3c).

a

c b

Gambar 3.4 Denah 3 bedroom

Unit dengan 3 buah kamar tidur memiliki luas 2 jenis unit yang berbeda, 3 bedroom dengan private lift dengan luas 123 m² dengan ruang yang dimiliki adalah kamar tidur utama dengan kamar mandi, kamar tidur 2 buah, walk in closet, kamar mandi , ruang tamu, ruang makan, dapur, ruang utilitas dan balkon (lihat gambar 3.4a), dan 3 bedroom extended dengan private lift dengan luas 123 +6 m² dengan ruangan-ruangan yang sama dengan luas yang sedikit lebih lebar (lihat gambar 3.4b).

Gambar 3.4 Denah 3 bedroom

Sumber : http://www.lexingtonresidencejakarta.com/

a b

Gambar 3.5 Denah Penthouse

Sumber : http://www.lexingtonresidencejakarta.com/ a

b

Unit Penthouse memiliki 3 kamar tidur dengan ruangan yang lebih luas dari unit 3 bedroom. Unit ini memiliki luas 3 jenis unit yang berbeda, pent house 1 dengan luas 261 m² (lihat gambar 3.5a), penthouse 2 dengan luas 238 m² (lihat gambar 3.5b), dan penthouse 3 dengan lantai loft yang memiliki luas 460 m² (lihat gambar 3.5c). seluruh unit penthouse memiliki private lift dan terletak pada lantai 32, 33, dan 35.

Fasilitas yang dimiliki oleh apartemen ini (lihat gambar 3.5) adalah kolam renang dengan ukuran yang besar, play ground bagi anak-anak, security selama 24 jam dengan akses dari pintu masuk yang sama sehingga seluruh orang yang datang dapat diawasi, fasilitas keamanan lainnya dalah acess card, dan ruang yang dilengkapi dengan CCTV. Selain itu, terdapat juga barbeque area, cub house dan gym, mini market, entrance dengan jalur melewati taman, dan khusus unit dengan private lift, memiliki akses ke unit yang terpisah antara pemilik dan helper (Vacation Lock Concept).

Gambar 3.5 Site Plan

Apartemen lain yang dijadikan studi banding adalah Apartemen Grand Pancoran Jakarta Selatan. Grand Pancoran apartment merupakan apartemen baru di Pancoran Jakarta Selatan yang akan dibangun oleh Gema Indo Property Group (gambar 3.6). Dengan total luas area 7000 m2, apartemen baru di kawasan Gatot Subroto, Pancoran ini berkonsep ekslusif dan private residence dengan hanya 10 unit perlantai dan fasilitas indoor yang lengkap.

Apartemen ini memiliki 1 buah tower dengan total 18 lantai + 3 lower ground floor. Total unit apartemen adalah 120 unit. Total lift adalah 4 Lift passenger dan 1 service lift. Status apartemen adalah Hak Milik Strata Title diatas HGB Murni di wilayah Jakarta.

Terdapat 4 tipe unit hunian pada apartemen ini, yaitu Studio dengan luas semigross 23,9 m2 (gambar 3.7), satu bedroom dengan luas semigross 36,2 m2

Gambar 3.6 Grand Pancoran Apartemen Sumber : http://grand-pancoran.blogspot.com/

(gambar 3.8) dan 36,3 m2, satu bedroom + 1 study room dengan luas semigross 46 m2 (gambar 3.9), dan dua bedroom hook dengan luas 46 m2 (gambar 3.10).

Gambar 3.7 Tipe Studio

Sumber : http://grand-pancoran.blogspot.com/

Gambar 3.8 Tipe 1 bedroom

Sumber : http://grand-pancoran.blogspot.com/

Gambar 3.9 Tipe 1 bedroom dengan study room Sumber : http://grand-pancoran.blogspot.com/

Gambar 3.10 Tipe 2 bedroom hook Sumber : : http://grand-pancoran.blogspot.com/

Fasilitas pendukung dalam apartemen Grand Pancoran meliputi, Jogging Track, Mini Market, ATM, Multi Purpose Hall, Laundry, Fitnes center 24jam, Acces card, CCTV dan Keamanan 24jam, Swimming pool, Saunia, Drug Store, Condotel, serta Cafe dan Restaurant.

Penempatan ruang dan luas ruang pada Apartemen Lexington Residence dan Grand Pancoran menjadi contoh dalam merancang ruang pada apartemen ini sebagai apartemen dengan kelas ekonomi yang sama. Jenis unit yang dimiliki apartemen ini juga menjadi contoh bagi unit hunian yang akan direncanakan pada fungsi apartemen. Selain itu, studi banding dari kedua apartemen ini memberikan gambaran fasilitas yang akan dimiliki oleh apartemen yang akan dirancang.

Pendekatan tema arsitektur yang akan digunakan pada bangunan adalah Arsitektur Ikonik. Pendekatan ikonik merupakan sebuah usaha untuk memunculkan kemampuan bangunan arsitektur menjadi sebuah tanda (sign). Dalam skala lebih besar, keberhasilan sebuah bangunan ikonik dapat menjelma menjadi landmark

sebuah kawasan yang memberikan identitas kepada dirinya sendiri dan kawasan sekitarnya.

Suatu tempat dapat dibedakan oleh karakteristiknya yang berbeda yang umumnya berupa benda fisik yang berkaitan dengan sosia budaya, sejarah, ekologi, teknologi, ekonomi, dan gaya arsitektural tempat tersebut. Biasanya, karakteristik tersebut mewakili gaya arsitektur setempat. Menurut Jencks (2005), dalam Muge Riza dkk (2011), bangunan ikonik memiliki kontribusi besar terhadap identifikasi citra dari kota atau tempat.

Apa itu Arsitektur Ikonik? Pembahasanan tentang pengertian arsitektur ikonik terikat pada dua kata kunci utama, yaitu : (a) Icon dan Iconic, dan (b) Arsitektur atau bangunan. Icon dalam kamus bahasa Inggris – Indonesia (Hambali Sadely – 1986) dapat diartikan sebagai : tanda atau penanda, ada juga yang berarti: gambar orang suci. Iconic dapat diartikan sebagai yang mempunyai tanda, atau objek yang menjadi penanda (baik tempat maupun waktu). Sedangkan dalam kamus Oxford – United Kingdom (1981), ikon diartikan sebagai penanda tempat atau penanda zaman.

Dengan demikian, pengertian dari Arsitektur Ikonik adalah karya arsitektur atau bangunan yang dapat menjadi penanda tempat di lingkungan sekitar ataupun karya arsitektur yang menjadi tanda waktu atau era tertentu. Tujuan didirikannya arsitektur ikonik adalah mengenalkan suatu karya arsitektur yang berkesan, sehingga diingat oleh lingkungan dan masyarakat sekitarnya.

Lalu apa ciri-ciri bangunan ikonik? Udjianto Pawitro (2012) dalam tulisannya yang berjudul Perkembangan ‘Arsitektur Ikonik’ di Berbagai Belahan Dunia, menyebutkan 3 ciri utama bangunan ikonik atau arsitektur ikonik, yaitu:

a. letak atau lokasi yang strategis – sehingga mudah dilihat / dikenali oleh lingkungan sekitar,

b. pemilihan bentuk yang cenderung ‘menarik’ sehingga mudah dijadikan ‘tanda’ atau ‘ikon’ dari lingkungan sekitar, dan

c. memiliki unsur kekuatan atau kekokohan bangunan yang tinggi sehingga berumur panjang.

Pencarian identitas melalui metode ikonik tidak terlalu memperhatikan kedekatan analogi, metode ini jadi lebih fleksibel pemakaiannya terhadap lagam dan fungsi bangunan yang akan dirancang. Hal ini berbeda dengan metode-metode lain yang biasanya terikat erat dengan lagam yang sedang berkembang pada masa perkembangannya. Metode ikonikme misalnya, terikat erat dengan lagam klasik yang kemudian di re-invent pada era post-modern, akan susah menerima pemikiran- pemikiran modern dan International Style yang dengan keras menolak cultural background (Phillip Jodidio, 1996).

Konsekuensinya, bangunan perkantoran (terutama milik perusahaan multi nasional) yang biasa dirancang dengan lagam modern-Internasional Style akan susah untuk menerima metode perancangan simbolik. Hal ini tidak berlaku bagi metode ikonik, ada begitu banyak contoh bangunan ikonik lintas lagam dan fungsi, dari era mitologi Yunani seperti gerbang Colossus of Rhodes, bangunan keagamaan era modern awal

seperti Little Church de Rochamp rancangan Le Corbusier, gedung perkantoran modern seperti AT&T Building rancangan Philip Johnson, museum neo-klasik seperti Bonnefanten Museum rancangan Aldo Rossi, hingga museum post modern seperti Imperial War Museum rancangan Daniel Libeskind.

Cara lain yang dewasa ini lazim digunakan dalam menerapkan metode perancangan ikonik adalah dengan memunculkan nilai kontras pada proyek- proyek rekontekstualisasi dan pengembangan bangunan-bangunan bersejarah. Beberapa contoh yang terkenal diantaranya adalah: proyek refacade Pompidou Center rancangan Richard Rogers dan Renzo Piano, proyek extension Three Pyramid di depan Louvre Museum rancangan I.M. Pei, dan proyek extension Berlin Holocaust Museum di samping Berlin National Museum rancangan Daniel Libeskind.

Arti penting bangunan ikonik terhadap aspek lain sangat berpengaruh, salah satunya di bidang ekonomi. Menurut Ahlfeldt dan Maennig (2010) dalam Ahlfeldt dan Mastro (2012), arsitektur ikonik memiliki potensi dampak positif bagi ekonomi, karena:

a. pengeluaran wisatawan yang mengunjungi arsitektur ikonik, b. efek gambar meningkatkan modal sosial dan optimisme konsumen, c. utilitas langsung berasal dari pengaturan estetika dan

d. meningkatkan identifikasi dan kebanggaan warga berkaitan dengan landmark.

Melalui peningkatan permintaan untuk ruang yang dekat dengan arsitektur ikonik, efek ini memiliki potensi berpeluang dalam harga properti.

Bangunan yang menggunakan tema arsitektur ikonik salah satunya adalah The Gherkintower di London. Bangunan ini mengalami proses desain dari tahun 1997 hingga 2000, dan selesai dibangun pada tahun 2004. Bangunan ini dikhususkan untuk perkantoran, dan memiliki tinggi sekitar 180 meter, dengan 40 lantai.

Bangunan ini mengambil bentuk mentimun dan secara prinsip merupakan sebuah bangunan silindris, dengan luas bangunan 42.000 m2 yang berfungsi sebagai kantor dengan diameter yang berbeda-beda. Bentuknya ini sangat optimum dalam menahan gaya-gaya angin yang berlaku di bangunan ini. Bangunan ini.menjadi salah satu landmark London paling terkenal sejak dibuka 10 tahun lalu (lihat gambar 3.11).

Contoh bangunan lain yang menggunakan tema arsitektur ikonik adalah Shangri- La Hotel di Surabaya. Hotel Shangri-La Surabaya merupakan salah satu hotel terbesar di Surabaya.Hotel ini berada di bawah naungan perusahaan besar yang bernama Shangri-La Internasional,yaitu bagian dari kelompok usaha milik Kuok Brother Company. Pada tahun 1971 Kuok Group mendirikan perusahaan yang bergerak dalam bidang perhotelan yang di namakan Kuok Hotel.Berawal hanya dari 5 properti yang di miliki Singapura,Malaysia, dan Fiji dan kini usaha tersebut

Gambar 3.11 Gherkin Tower skala kota Sumber : www.yorokobu.es

berkembang pesat dan menjadi salah satu hotel bintang lima yang terkenal di dunia.

Massa bangunan Shangri-La hotel Surabaya memilik bentuk menyerupai huruf S. Huruf S merupakan symbol dari Shangri-La Internastional Management. Oleh dari pada itu Sahngri-La hotel menerapkan tema Ikonik pada bangunannya (lihat gambar 3.12).

Kedua contoh bangunan yang menggunakan tema arsitektur ikonik pada contoh diatas menunjukkan cara menemukan bentuk masa pada rancangan apartemen. Gherkin Tower menggunakan bentukan timun sehingga sangat kontras dengan bangunan sekitarnya, dan Shangri-la Hotel menggunakan bentuk huruf “S” sebagai inspirasi bentuk bangunannya sesuai dengan simbol managemen hotel tersebut. Perancang mengambil kesimpulan bahwa bentukan masa pada pendekatan tema Arsitektur ikonik dapat menggunakan bentuk yang memiliki

Gambar 3.12 Shangri-La Hotel Surabaya Sumber : www.skyscrapercity.com

tujuan atau makna tertentu, atau bentuk acak untuk menciptakan bentukan yang unik.

Penerapan arsitektur ikonik telah dapat dilihat dari penerapan aspek-aspek semiotika pada bangunan. Aspek ikonik dalam arsitektur dapat terlihat secara langsung melalui bentuk, maupun secara tidak langsung melalui konsep, dan ide yang berhubungan dengan ikonik tersebut. Simbol tidak hanya sebagai alat untuk berkomunikasi, tetapi juga sebagai wakil dalam penyampaian maksud. Bentuk simbol dapat berupa bentuk sempurna (nyata), maupun bentuk tidak sempurna (tersamar).

Penerapan arsitektur pada perancangan apartemen akan menerapkan karakteristik arsitektur ikonik yang telah didapat dalam mempelajari sejarah arsitektur ikonik. Bangunan apartemen akan menjadi sesuatu yang ‘baru’ bagi lingkungannya dengan menciptakan bentuk yang unik dan atraktif. Rancangan apartemen akan mengambil nilai kontras dari kawasan perancangan. Namun, bentuk yang diciptakan merupakan bentuk yang diadaptasi dari citra kawasan sebagai lokasi yang menjadi saksi perjuangan kemerdekaan.

Hal yang pertama kali muncul dalam pikiran saat mendengar kata ‘perjuangan’ dan ‘kemerdekaan’ adalah bambu runcing. Bambu runcing adalah hal yang selalu dikaitkan dalam momen memperingati kemerdekaan Indonesia, maka bentuk pada apartemen akan mencerminkan bambu runcing.

Selain bambu runcing, momen perjuangan kemerdekaan juga akan mengingatkan tentang bendera yang sedang berkibar. Bendera biasanya menjadi elemen lain

yang ditambahkan setelah bambu runcing. Karakteristik lain dari arsitektur ikonik yang telah dipelajari adalah memiliki elemen-elemen berulang pada bangunan, maka bentuk bendera yang berkibar akan dijadikan sebagai elemen dalam bangunan apartemen.

Selain menciptakan konsep bentuk dan elemen, bangunan apartemen juga akan menciptakan vista secara visual dan memiliki proporsi dan skala yang sempurna. Namun selain dalam merancang bentuk, merancang ruang adalah hal yang penting untuk dilakukan. Merancang ruang yang nyaman bagi pengguna dapat dilakukan setelah mengetahui kebutuhan pengguna, maka hal selanjutnya yang kan dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan ruang dengan proses programming.

Dalam dokumen Beauty of History (Halaman 42-58)

Dokumen terkait