• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beauty of History

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Beauty of History"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

BEAUTY OF HISTORY

SKRIPSI

OLEH

ANITA OCTARIA TAMBUN

110406064

DEPARTEMEN ARISTEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

BEAUTY OF HISTORY

SKRIPSI

OLEH

ANITA OCTARIA TAMBUN

110406064

DEPARTEMEN ARISTEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

BEAUTY OF HISTORY

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

ANITA OCTARIA TAMBUN

110406064

DEPARTEMEN ARISTEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(4)

PERNYATAAN

BEAUTY OF HISTORY

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2015

(5)

Judul Skripsi : BEAUTY OF HISTORY Nama Mahasiswa : Anita Octaria Tambun Nomor Pokok : 110406064

Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

Ir. Nurlisa Ginting, M. Sc, Ph.D

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

Ir. Vinky Rahman, M.T Ir. Vinky Rahman, M.T

(6)

Telah diuji pada Tanggal: 14 Juli 2014

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Ir. Nurlisa Ginting, M. Sc, Ph.D Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. Tavip K. Mustafa, IAI

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan berkat-Nya, sehingga penulis mampu menuntaskan seluruh kegiatan Studio Perancangan Arsitektur 6 serta penulisan skripsi ini sebgai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur pada Universitas Sumatera Utara dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada : 1. Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M. Sc, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah

banyak membantu dalam memberikan bimbingan pada mata kuliah Perancangan Arsitektur 6 dan pengarahan dalam penulisan skripsi.

2. Bapak Ir. Tavip K. Mustafa, IAI dan Ibu Dr. Hilma Tamiami F., S.T., M.Sc selaku dosen penguji skripsi, serta Bapak Ir. Bauni Hamid, M. Des, Ph.D yang telah memberikan bimbingan serta kritik dan saran dalam proses perancangan mata kuliah Perancangan Arsitektur 6 juga dalam proses penulisan skripsi. 3. Keluarga penulis yang terkasih, Ayahanda Aser Tambun, Ibunda Megawaty

Sitorus, Kakanda Agnes Pratiwi Tambun, Loan Nababan , Andreas Pratama Tambun, dan Amertasari Tambun yang telah menjadi alasan bagi penulis untuk tetap bertahan dan berjuang.

4. Sahabat terkasih yang selalu memberikan dukungan dan semangat, Techa Regine, Silvia Margaretha, dan Ribka Rahelima.

5. Sahabat terkasih, Hermilio, Mirza Akbar, Gina Primta, Neni Christy, Devi Liza, Debby Anastasya yang telah menjadi tempat berbagi cerita, suka, duka, sama-sama berjuang dan selalu memberikan semangat, bantuan, juga masukan, dan Chronika Dwina yang menjadi tempat curhat 24 jam di Sembirink Kost. 6. Teman-teman kelompok 1, Dana, Yoga, dan Taufik, juga kelompok 2 , Amel,

Lina, dan Hafiz atas semua kerja sama dan bantuannya.

(8)

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan memiliki banyak kekurangan sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2015 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

PROLOG ... 1

BAB 1 SENSE ... 5

BAB II TRUTHS ... 13

BAB III EXPERIENCE ... 25

BAB IV STORIES ... 41

BAB V DECLARATION ... 46

BAB VI REVOLUTION ... 53

BAB VII BEAUTY OF HISTORY ... 67

EPILOG ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

Gambar 1.1 Peta Lokasi Site ...6

Gambar 1.2 Suasana Lokasi Site ...7

Gambar 1.3 Lokasi Site dan Kawasan Sekitar ...9

Gambar 2.1 Peta Site Eksisting ...13

Gambar 2.2 Sampah Pasar yang Berserakan...14

Gambar 2.3 Gedung Radio Republik Indonesia (RRI) ...15

Gambar 2.4a Tugu Medan Area (Tugu Apollo)...16

Gambar 2.4b Gedung Nasional ...16

Gambar 2.4c Gedung Olah Raga (GOR) ...16

Gambar 2.5 Ruang Terbuka Hijau di Areal Tugu Medan Area ...17

Gambar 2.6 Suasana Jalan pada Kawasan ...17

Gambar 2.7 Halte Bus pada Kawasan ...18

Gambar 2.8 Zona Pasar Tradisional ...20

Gambar 2.9 Zona Hotel dan Apartemen ...21

Gambar 2.10 Zona Ruang Terbuka Hijau ...22

Gambar 2.11 Block Plan Kawasan ...23

Gambar 3.1 Denah Apartemen ...21

Gambar 3.2 Denah 1 bedroom ...21

(11)

Gambar 3.4 Denah 3 bedroom ...29

Gambar 3.5 Site Plan...30

Gambar 3.6 Grand Pancoran Apartemen ...31

Gambar 3.7 Tipe Studio ...32

Gambar 3.8 Tipe 1 bedroom ...32

Gambar 3.9 Tipe 1 bedroom dengan study room ...32

Gambar 3.10 Tipe 2 bedroom hook ...33

Gambar 3.11 Gherkin Tower skala kota ...37

Gambar 3.12 Shangri-La Hotel Surabaya ...38

Gambar 5.1 Konsep Masa ...47

Gambar 5.2 Bubble Diagram ...48

Gambar 5.3 Peletakan Podium ...49

Gambar 5.4 Konsep Skin ...50

Gambar 5.5 Konsep Sirkulasi ...50

Gambar 5.6 Sistem Sruktur ...51

Gambar 5.7 Denah Core ...52

Gambar 6.1 Site Plan...53

Gambar 6.2 Ground Plan...54

Gambar 6.3 Denah Basement ...54

Gambar 6.4 Denah Podium lantai 1 ...56

(12)

Gambar 6.6a Denah tower lantai 1-12 (tipikal ...57

Gambar 6.6b Denah tower lantai 13 ...57

Gambar 6.6c Denah tower lantai 14 ...57

Gambar 6.6d Denah tower lantai 15 ...57

Gambar 6.7a Denah tower lantai 16 ...58

Gambar 6.7b Denah tower lantai 17 ...58

Gambar 6.7c Denah tower lantai 18 ...58

Gambar 6.7d Denah tower lantai 19 ...58

Gambar 6.7e Denah tower lantai 20 (penthouse) ...58

Gambar 6.7f Denah tower ...58

Gambar 6.8 Tampak Depan ...59

Gambar 6.9 Tampak Samping ...60

Gambar 6.10 Perpektif Bangunan dan Sekitar ...60

Gambar 6.11 Suasana dari Taman Gedung Nasional...61

Gambar 6.12a Potongan B-B Bangunan ...62

Gambar 6.12b Potongan A-A Bangunan ...62

Gambar 6.13 Gambar distribusi listrik pada bangunan ...64

Gambar 6.14a Gambar sistem sanitasi (pemipaan) Air Bersih ...65

Gambar 6.14b Gambar sistem sanitasi (pemipaan) Air Kotor ...65

Gambar 6.15 Gambar sistem sirkulasi vertikal ...66

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Hal.

Lampiran 1 Tabel Luas Ruang Apartemen ...74

Lampiran 2 Portofolio Perancangan Arsitektur 6 ...76

Lampiran 3 Portofolio Perancangan Arsitektur 6 ...77

Lampiran 4 Portofolio Perancangan Arsitektur 6 ...78

Lampiran 5 Portofolio Perancangan Arsitektur 6 ...79

Lampiran 6 Portofolio Perancangan Arsitektur 6 ...80

Lampiran 7 Portofolio Perancangan Arsitektur 6 ...81

Lampiran 8 Portofolio Perancangan Arsitektur 6 ...82

Lampiran 9 Portofolio Perancangan Arsitektur 6 ...83

Lampiran 10 Portofolio Perancangan Arsitektur 6 ...84

Lampiran 11 Portofolio Perancangan Arsitektur 6 ...85

Lampiran 12 Portofolio Perancangan Arsitektur 6 ...86

(14)

ABSTRAK

Kota Medan yang sangat dinamis saat ini mengalami pertumbuhan kota yang begitu pesat. Pertumbuhan Kota Medan telah mengalami perjalanan dan proses yang panjang meninggalkan catatan berupa sejarah yang merupakan bagian penting. Bila melihat perkembangan saat ini, pariwisata semakin tumbuh seiring dengan meningkatnya pendapatan dan kualitas hidup masyarakat global, dimana berwisata merupakan kebutuhan dasar. Wisata sejarah (heritage tourism) merupakan salah satu yang menjadi favorit. Fenomena tersebut seharusnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan jumlah wisatawan di Kota Medan, sekaligus melestarikan sejarah Kota Medan. Lokasi perancangan yang berada di Jalan Sutomo tepat di belakang Pasar Sambu memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata sejarah. Kawasan yang menjadi saksi sejarah keterlibatan Kota Medan dalam memperjuangkan kemerdekaan dan pernah menjadi pusat Kota Medan. Revitalisasi pada kawasan dibutuhkan untuk menjaga warisan sejarah. Tema yang diangkat oleh perancang adalah “Beauty of History” yaitu menonjolkan kembali keindahan sejarah dan menciptakan hubungan yang harmonis antara sejarah dan kehidupan modern saat ini melalui lingkungan dan bangunan. Tema yang diintegrasikan dengan konsep arsitektur ikonik diharapkan akan menciptakan bentuk landmark kota yang akan menarik minat masyarakat dan wisatawan untuk mengetahui sejarah perjuangan Kota Medan, sehingga meningkatkan nilai kawasan.

(15)

ABSTRACT

Medan city which is very dynamic is currently experiencing rapid urban growth. The growth of the city of Medan has undergone a long journey and the process left a note in the form of history is an important part. When viewing the current development, tourism is growing in line with rising incomes and quality of life of the global community, which traveled a basic need. Heritage tourism is a favourite one.The phenomenon should be used to increase the number of tourists in the city of Medan, while preserving the history of the city of Medan. Site location which is located at Jalan Sutomo right behind Sambu Market has great potential to be developed into a tourist area history. This area is a witness to the history of the involvement of the city of Medan in the fight for independence and was once the center of Medan. Revitalization of the area needed to maintain the legacy of history. Theme that raised in this project is "Beauty of History" that accentuate the beauty of the history and create a harmonious relationship between history and modern life today through landscape and buildings. The theme that is integrated with the iconic architectural concept is expected to create a landmark that will attract people and tourists to know the history of Medan, thereby increasing the value of the region.

(16)

PROLOG

Kota Medan yang sangat dinamis dan terus berbenah sehingga saat ini mengalami pertumbuhan kota yang begitu pesat. Medan saat ini merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya dengan jumlah penduduk kurang lebih 2,5 juta jiwa. Pertumbuhan Kota Medan yang begitu pesat dan menjadi pusat berbagai kegiatan (pemerintah, pendidikan, industri, perdagangan, perumahan, perkantoran, transportasi, komunikasi, hiburan dan rekreasi), membuat Kota Medan mendapat predikat sebagai Kota Metropolitan (Badaruddin, 2006).

Pertumbuhan Kota Medan menuju Kota Metropolitan telah mengalami perjalanan dan proses yang panjang meninggalkan catatan berupa sejarah yang merupakan bagian penting. Menurut Costa (Burger, 1970: 44), sejarah dapat diartikan sebagai “record of the whole human experience”. Dimana pada hakikatnya sejarah merupakan catatan seluruh pengalaman, baik secara individu maupun kolektif bangsa di masa lalu tentang kehidupan umat manusia.

(17)

sejarah adalah suatu pekerjaan yang tidak berarti, pemborosan waktu dan lain-lain (Timbun Ritonga, 2007).

Keadaan dua jenis kepedulian masyarakat tersebut, dimana masyarakat yang lebih tidak peduli lebih banyak dibandingkan dengan jumlah masyarakat yang peduli membuat upaya pelestarian bangunan bersejarah menjadi timpang. Di tengah semangat upaya pelestarian budaya dan industrialisasi pariwisata, fenomena paradoksal tak terhindarkan terjadi karena, dalam kenyataannya, satu persatu bangunan bersejarah di Kota Medan dirubuhkan dan diganti dengan bangunan modern. Disamping itu, pemerintah Kota Medan menyetujui penghancuran tersebut untuk pembangunan antara lain pusat-pusat perbelanjaan dengan alasan terciptanya

lapangan kerja sekaligus peningkatan pendapat asli daerah Kota Medan.

Pemerintah telah mengeluarkan Perda No. 6 Tahun 1988 tentang Perlindungan Bangunan dan Lingkungan yang Bernilai Sejarah di Kota Medan yang mencakup 42 bangunan dan dua kawasan yang harus dilestarikan, namun penghancuran bangunan bersejarah tetap saja berlangsung. Bangunan bersejarah yang sudah hilang terganti dengan bangunan baru, seperti Gedung Mega Eltra di Jalan Katamso, Kompleks perkantoran perusahaan perkebunan Sipef atau PT.Tolan Tiga di sudut antara Jalan S. Parman dan Jalan Zainul Arifin yang sekarang menjadi Cambridge Condominium, gedung South East Bank di Jalan Pemuda, hingga Villa Kembar di Jalan Diponegoro, dan bangunan lainnya.

(18)

peninggalan Belanda yang menjadi ciri bangunan bersejarah hanya akan menjadi cerita dan kenangan yang indah dan tidak akan bisa disaksikan lagi oleh generasi-generasi yang akan datang padahal “bangunan bersejarah sebagai estetika kota itulah Kota Medan!” (Asmyta Surbakti, 2008).

Bila melihat perkembangan saat ini, pariwisata semakin tumbuh seiring dengan meningkatnya pendapatan dan kualitas hidup masyarakat global, dimana berwisata merupakan kebutuhan dasar. Wisata sejarah (heritage tourism) merupakan salah satu yang menjadi favorit. Pariwisata sering kali bercampur dengan kegiatan budaya sehingga lebih memperkaya pengalaman. Hasilnya, heritage tourism menjadi yang paling berpengaruh dan paling cepat berkembang

(Boyd, 2002). Fenomena tersebut seharusnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan jumlah wisatawan di Kota Medan, sekaligus melestariakan sejarah Kota Medan.

(19)

Lokasi perancangan yang berada di Jalan Sutomo tepat di belakang Pasar Sambu memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata sejarah. Kawasan ini merupakan lokasi yang menjadi saksi sejarah keterlibatan Kota Medan dalam memperjuangkan kemerdekaan dan pernah menjadi pusat Kota Medan. Sejarah perjuangan tersebut terlihat dari peninggalan beberapa bangunan bersejarah, seperti Gedung Nasional, Tugu Medan Area, Gedung Olah Raga, Radio Republik Indonesia, Bekas Markas PSMS, juga Bekas Hotel Wilhelmina. Namun yang sangat disayangkan, kondisinya saat ini sudah rusak dan tidak terawat, meredupkan keindahan dari sejarah tersebut.

Kawasan tersebut saat ini terbentuk menjadi pasar tradisional yang berada di sepanjang jalan dan semakin berkembang. Keadaan lokasi dan sekitarnya secara keseluruhan menjadi kotor dan tidak menarik. Masyarakat sebagian besar bahkan tidak menyadari bahwa kawasan tersebut merupakan kawasan bersejarah dan mengabaikan keberadaan bangunan-bangunan bersejarah yang ada.

(20)

ABSTRAK

Kota Medan yang sangat dinamis saat ini mengalami pertumbuhan kota yang begitu pesat. Pertumbuhan Kota Medan telah mengalami perjalanan dan proses yang panjang meninggalkan catatan berupa sejarah yang merupakan bagian penting. Bila melihat perkembangan saat ini, pariwisata semakin tumbuh seiring dengan meningkatnya pendapatan dan kualitas hidup masyarakat global, dimana berwisata merupakan kebutuhan dasar. Wisata sejarah (heritage tourism) merupakan salah satu yang menjadi favorit. Fenomena tersebut seharusnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan jumlah wisatawan di Kota Medan, sekaligus melestarikan sejarah Kota Medan. Lokasi perancangan yang berada di Jalan Sutomo tepat di belakang Pasar Sambu memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata sejarah. Kawasan yang menjadi saksi sejarah keterlibatan Kota Medan dalam memperjuangkan kemerdekaan dan pernah menjadi pusat Kota Medan. Revitalisasi pada kawasan dibutuhkan untuk menjaga warisan sejarah. Tema yang diangkat oleh perancang adalah “Beauty of History” yaitu menonjolkan kembali keindahan sejarah dan menciptakan hubungan yang harmonis antara sejarah dan kehidupan modern saat ini melalui lingkungan dan bangunan. Tema yang diintegrasikan dengan konsep arsitektur ikonik diharapkan akan menciptakan bentuk landmark kota yang akan menarik minat masyarakat dan wisatawan untuk mengetahui sejarah perjuangan Kota Medan, sehingga meningkatkan nilai kawasan.

(21)

ABSTRACT

Medan city which is very dynamic is currently experiencing rapid urban growth. The growth of the city of Medan has undergone a long journey and the process left a note in the form of history is an important part. When viewing the current development, tourism is growing in line with rising incomes and quality of life of the global community, which traveled a basic need. Heritage tourism is a favourite one.The phenomenon should be used to increase the number of tourists in the city of Medan, while preserving the history of the city of Medan. Site location which is located at Jalan Sutomo right behind Sambu Market has great potential to be developed into a tourist area history. This area is a witness to the history of the involvement of the city of Medan in the fight for independence and was once the center of Medan. Revitalization of the area needed to maintain the legacy of history. Theme that raised in this project is "Beauty of History" that accentuate the beauty of the history and create a harmonious relationship between history and modern life today through landscape and buildings. The theme that is integrated with the iconic architectural concept is expected to create a landmark that will attract people and tourists to know the history of Medan, thereby increasing the value of the region.

(22)

BAB 1

SENSE

Kawasan bersejarah merupakan salah satu bagian penting bagi pertumbuhan suatu kota. Kawasan beserta bangunan-bangunan kunonya merupakan suatu perwujudan bentuk nyata peninggalan yang menjadi bukti fisik kekayaan budaya bangsa (Budihardjo, 1997). Kemajuan kota yang dilihat saat ini terkait dengan masa lampau, sehingga perencanaan serta pengarahan pertumbuhan kota sekarang dan di masa mendatang harus dengan perspektif sejarah.

Menurut Budihardjo (1989), terdapat beberapa arti penting dari keberadaan suatu bangunan kuno bersejarah antara lain secara ekonomis, bangunan kuno bersejarah akan merupakan salah satu daya tarik wisata, dari aspek sosial budaya terpeliharanya bangunan kuno akan menumbuhkan ikatan yang erat antara masa kini dan masa lampau dan menciptakan kebanggaan serta harga diri sebagai bangsa, dan menurut aspek fisik bahwa keberadaan bangunan kuno bersejarah akan memperkaya wajah lingkungan dan menciptakan identitas kota yang khas, unik dan berkarakter.

Salah satu usaha untuk memelihara, menjaga dan mempertahankan kawasan bersejarah adalah dengan revitalisasi. Revitalisasi merupakan salah satu kegiatan dalam pelestarian.

(23)

Pengertian revitalisasi tersebut juga dapat diartikan menghidupkan kembali suatu kawasan yang sudah mati; meningkatkan kawasan yang sudah hidup; menyuntikan sesuatu yang baru (aktivitas dan bangunan) pada suatu kawasan. (Kimpraswil, 2003).

Kota Medan secara keseluruhan merupakan kawasan pariwisata kota berbasis bangunan bersejarah. Beberapa lokasi kawasan bersejarah telah dikembangkan, namun ada pula lokasi bersejarah yang masih diabaikan. Hal tersebut sangat disayangkan, mengingat meningkatnya minat wisatawan terhadap wisata bersejarah.

(24)

Posisinya yang strategis dengan beberapa bangunan bersejarah yang masih berdiri, namun menjadi sangat “rumit” dengan adanya pasar tradisional yang

terbentuk di sepanjang jalan Sutomo hingga Jalan Prof. H. M. Yamin, Jalan Veteran, Jalan Seram, dan Jalan Martinus Lubis (Lihat gambar 1.2).

Kawasan ini kuat terhadap sejarah perjuangannya yang menyimpan cerita tentang keterlibatan masyarakat Kota Medan dalam membantu memperjuangkan

(25)

kemerdekaan Republik Indonesia. Kekayaan nilai sejarah perjuangan kawasan ini tercermin dari peninggalan beberapa bangunan arsitektur.

Salah satu peninggalan sebagai tanda sejarah perjuangan masyarakat Kota Medan adalah Tugu Medan Area (Tugu Apollo). Kondisi Tugu Apollo saat ini tidak dirawat dan tidak lagi terlihat menarik. Hal yang sama terjadi pula pada beberapa bangunan bersejarah lainnya pada kawasan ini, yaitu Gedung Nasional, Gedung Olah Raga (GOR), Gedung RRI dan bekas markas PSMS. Beberapa dari bangunan tersebut sudah rusak karena tidak terawat.

Sejarah yang paling dikenal pada kawasan ini adalah Perang Medan Area. Tugu yang menjadi bukti terjadinya Perang Medan Area ialah Tugu Apollo. Tugu tersebut memiliki tinggi 8 meter, menjulang tinggi, kokoh dan menunjukkan bahwa pernah terjadi pertempuran yang sangat besar pada Perang Kemerdekaan pada saat itu. Upaya merevitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah merupakan cara menghormati adanya sejarah pada kawasan ini.

(26)

persoalan penciptaan beautiful place belaka tapi lebih kepada interesting place. Sehingga perlu dikembangkan suatu pemikiran holistik yang berangkat dari permasalahan lingkungan yang paling nyata/aktual (Widjaja Martokusumo, 2008).

Salah satu tantangan yang akan dihadapi adalah bagaimana menertibkan pasar yang terbentuk pada kawasan tersebut dan mengembalikan cerita sejarah perjuangan menjadi bagian penting bagi kawasan ini. Kawasan tersebut menjadi kawasan kumuh dan kotor juga tidak teratur. Sangat disayangkan karena nilai lahan yang sangat mahal pada kawasan tersebut dikarenakan kawasan tersebut pernah menjadi pusat Kota Medan (gambar 1.3).

Kesulitan paling nyata yang dihadapi pada kawasan ini adalah menyatukan keadaan kontras kawasan dengan kesan kumuh yang terbentuk akibat adanya pasar tradisional, dengan nilai mahal kawasan yang strategis sehingga menuntut diciptakannya kawasan teratur dan tertata layaknya pusat kota, juga menarik bagi kawasan wisata. Hal tersebut menarik untuk dikembangkan pada rancangan dan

(27)

merupakan potensi yang mampu menjadi terapan bagi konsep sustainable dan symbiosis.

Pembangunan berkelanjutan (sustainable bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. Pembangunan yang berkelanjutan pada hekekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa mendatang (Emil Salim,1990). Secara ideal, keberlanjutan pembangunan membutuhkan pendekatan pencapaian terhadap keberlanjutan ataupun kesinambungan berbagai aspek kehidupan yang mencakup; keberlanjutan ekologis, ekonomi, sosial budaya, politik, serta keberlanjutan pertahanan dan keamanan (Askar Jaya, 2004).

Filosofi simbiosis dalam arsitektur dijabarkan Kurokawa secara mendetail dalam bukunya Intercultural Architecture – The Philosophy of Symbiosis (1991). Arsitektur simbiosis sebagai analogi biologis dan ekologis memadukan beragam hal kontradiktif, atau keragaman lain, seperti bentuk plastis dengan geometris, alam dengan teknologi, masa lalu dengan masa depan, dll. Simbiosis diupayakan untuk secara kreatif menjaga hubungan harmonis antar tiap perbedaan.

(28)

Penggabungan antara kedua konsep arsitektur ini diharapkan menjawab isu permasalahan urban di Kota Medan yang semakin berkembang dengan permasalahan sosial yang semakin kompleks dan kepedulian terhadap bangunan bersejarah yang semakin berkurang.

Untuk mendukung tujuan tersebut dibutuhkan perancangan ruang yang teratur dan terintegrasi dengan baik. Sebagai penanda kawasan, dibutuhkan sebuah bentukan arsitektur sebagai landmark sehingga nilai kawasan dapat meningkat.

Salah satu wilayah yang berhasil memajukan wilayahnya dengan menciptakan ikon wilayahnya adalah Bilbao di Spanyol. Dulu wilayah Bilbao hanya merupakan wilayah kecil dan belum menjadi seperti sekarang ini. Namun pemerintah kota mulai berpikir untuk memajukan wilayahnya itu, maka tercetuslah ide untuk membangun sebuah bangunan ikonik yang akan menjadi pusat perhatian turis.

Perancangan landmark pada kawasan ini merupakan salah satu potensi yang akan menarik minat masyarakat dan wisatawan untuk berkunjung ke lokasi bersejarah ini. Selain dari pada itu, dapat meningkatkan kembali nilai kawasan, pengetahuan, dan perekonomian masyarakat.

(29)
(30)

BAB II

TRUTHS

Setelah menemukan adanya potensi pada kawasan perancangan, proses menemukan fakta tentang kawasan pun dilakukan. Ramussen (1964) dalam bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur adalah sebuah bentuk seni yang unik, karena memiliki fungsi. Ia juga mengatakan bahwa arsitektur hendaknya tidak untuk dijelaskan, namun harus dialami.

[image:30.595.178.447.445.679.2]

Proses mengalami ruang pada kawasan rancangan dilakukan untuk memperdalam pengetahuan tentang kawasan rancangan dan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, sehingga dapat dianalisa fungsi apa yang tepat bagi kawasan perancangan. Untuk melihat lebih dalam dan spesifik tentang kondisi lokasi perancangan, dilakukan survey ke lokasi kawasan perancangan.

(31)

Lokasi perancangan terletak di Jalan Veteran, Kelurahan Pandau Hilir, Kecamatan Medan Perjuangan yang berada tepat di pinggir 4 ruas jalan, Jalan Sutomo di sisi barat, Jalan Veteran di sisi selatan, Jalan Martinus Lubis di sisi timur, dan Jalan Seram di sisi barat (gambar 2.1).

Hal pertama yang menjadi kesan kawasan tersebut adalah kotor dan berantakan. Lebar jalan cukup lebar, namun sebagian besar bahu jalan dipenuhi para pedagang tradisional yang menjajakan dagangannya, kendaraan yang berhenti sembarangan hingga hampir ke tengah jalan, supir angkot menaik-turunkan penumpang juga sembarangan.

[image:31.595.113.511.500.650.2]

Hal yang tidak bisa luput dari pengamatan adalah sampah yang menumpuk dan aroma tidak sedap yang berasal dari sampah pasar yang sangat mengganggu. Tidak terdapat keteraturan para pedagang tentang sampah dan dagangannya, mereka membuang sampah dengan sembarangan dan menumpuknya dimana-mana (lihat gambar 2.2).

(32)

Permasalahan lain yang ditemukan adalah gedung lama RRI yang merupakan gedung tua bersejarah keadaannya sudah sangat rusak parah yang kemungkinan besar tidak dapat dipergunakan kembali dengan dinding yang sudah bolong hampir secara keseluruhan (lihat gambar 2.3). Gedung tersebut menjadi tempat pembuangan sampah dan telah ditumbuhi tanaman liar.

Seratus meter dari gedung lama RRI, terdapat pusat pasar yang tetap aktif sehingga mengganggu sirkulasi kendaraan. Menuju Tugu Medan Area yang berhadapan langsung dengan Gedung Nasional yang lokasinya berdekatan dengan GOR (gedung olahraga) memiliki permasalahan yang hampir sama dengan Gedung RRI, yaitu tidak terawat . Tugu Medan Area (lihat gambar 2.4 a) menjadi lokasi menumpuknya keranjang jualan para pedagang yang tidak lagi digunakan dan banyak sampah bertebaran, tumbuhan tidak terawat, pagar rusak dan bolong, dan bau pesing.

[image:32.595.117.511.223.372.2]

Gedung Nasional adalah satu-satunya bangunan yang masih dalam kondisi cukup bagus, namun tidak terawat (lihat gambar 2.4 b). Sama seperti bangunan

(33)

bersejarah lainnya, Gedung Nasional sangat kotor dan telah menjadi lokasi jual-beli barang curian.

[image:33.595.118.509.147.461.2]

Perancang dan kelompok tidak berhasil masuk ke dalam areal Gedung Olah Raga (GOR) dikarenakan kondisi yang tidak signifikan. Namun dari pengamatan dari luar areal GOR kelompok perancang melihat gedung tersebut yang sudah tidak digunakan sesuai fungsinya sebagai tempat berolah raga, namun telah beralih fungsi menjadi tempat kendaraan barang para pedagang pasar dan tempat tinggal bagi tuna wisma (lihat gambar 2.4 c).

Gambar 2. 4 (a) Tugu Medan Area (Tugu Apollo); (b) Gedung Nasional; (c) Gedung Olah Raga (GOR)

a

(34)
[image:34.595.217.406.84.274.2]

Kawasan ini sangat panas dan tidak nyaman, ruang terbuka hijau dan vegetasi sangat kurang dan hampir tidak ada. Vegetasi yang paling banyak hanya terdapat pada areal sekitar Tugu Medan Area, namun pepohonan tersebut tidak dirawat sehingga menjadi terlalu tinggi sehingga menghalangi dan menutupi Tugu Medan Area tersebut (lihat gambar 2.5).

Gambar 2. 5 Ruang Terbuka Hijau di Areal Tugu Medan Area

[image:34.595.113.508.473.709.2]
(35)

Areal parkir tidak tersedia pada kawasan ini, dan kondisi jalan sudah rusak sehingga selalu tergenang oleh air. Tidak terdapat marka dan rambu-rambu jalan pada lokasi ini (lihat gambar 2.6). Terdapat satu buah halte yang terlihat masih baru pada lokasi, namun sudah rusak dan tidak digunakan sesuai fungsinya, halte tersebut dijadikan tempat meletakkan barang dagangan para pedagang dan tempat mereka untuk berstirahat seperti duduk atau tidur (lihat gambar 2.7).

Dikarenakan posisi kawasan yang strategis, membuat aksesibilitas menuju ke lokasi site menjadi mudah. Lebar jalan memungkinkan untuk sirkulasi manusia dan menjadi akses utama menuju bangunan penting yang ada di sekitar kawasan.

[image:35.595.114.512.261.412.2]

Berdasarkan analisa, harga tanah di daerah Kecamatan Medan Perjuangan memiliki harga yang bervariasi, berdasarkan jaraknya terhadap pusat kota (lapangan merdeka). Pada kawasan yang jauh dari pusat kota, harga tanah mulai dari 800 ribu rupiah per meter persegi, hingga mencapai harga 25 juta rupiah per meter persegi pada kawasan yang lebih dekat dengan pusat kota.

(36)

Lokasi site berada cukup dekat dengan pusat kota, yaitu 500 meter sampai 1 kilometer. Site memiliki kelebihan dengan aksesibilitas yang sangat dekat dengan pasar sebagai penunjang aktivitas masyarakat, juga dekat dengan beberapa pusat perbelanjaan seperti Medan Mall, Olympia Plaza,dan Mall Centre Point. Selain itu, site juga berlokasi dekat dengan stasiun kereta api yang menjadi penghubung langsung menuju bandara serta beberapa kota lain. Lokasi site yang begitu strategis menjadikan harga lahan pada lokasi site mahal, yaitu berkisar 20-25 juta rupiah per meter persegi.

Area site yang memiliki luas kurang lebih 41.363 meter persegi dengan harga terendah 20 juta rupiah per meter persegi. Apabila dikalkulasikan, maka harga untuk pelepasan lahan mencapai 827 milyar rupiah. Oleh karena itu, untuk menyeimbangkan harga lahan yang mahal, site tersebut harus dibangun menjadi areal komersil yang memberi keuntungan setara dengan pilihan seperti , hotel, mall, shopping center, residential, vertical housing atau fungsi campuran dari beberapa fungsi komersil.

Perubahan drastis kawasan secara keseluruhan sangat dibutuhkan untuk memperbaiki keadaan lingkungan kawasan sehingga layak dan menarik untuk dijadikan lokasi wisata sejarah. Langkah awal yang akan dilakukan adalah dimulai dari area site, dengan menatanya menjadi menarik dan fungsional.

(37)

perumahan dan pemukiman. Fungsi lain yang diusulkan adalah hotel sebagai fungsi komersil juga fasilitas bagi wisatawan.

Penyebaran pasar tradisional (lihat garis merah pada gambar 2. 8) menjadi permasalahan namun juga potensi site. Keberadaan pasar tradisional merupakan hal yang baik, dimana lokasi site sudah dikenal karena adanya pasar tersebut dan sudah banyak orang yang mengunjunginya bahkan sebelum ditambahkan fungsi-fungsi pendukung. Namun keadaannya yang kotor dan tidak teratur menciptakan kesan negatif bagi site.

[image:37.595.112.514.154.321.2]

Menata kembali dan merelokasi pasar ke dalam area site dan menjadikan pasar sebagai kesatuan fungsi pendukung bagi fungsi utama site menjadi solusi bagi permasalahan tersebut. Penempatannnya diletakkan tidak menghadap jalan utama agar tidak memberi kesan kotor.

(38)

Pada area merah (gambar 2.9) lalu lintas kendaraan dan orang jauh lebih banyak di bandingkan jalan lain. Pada area kuning terdapat bangunan bersejarah dengan ketinggian 2 lantai sehingga view dari pejalan kaki dan kendaraan akan semakin baik dengan posisi tower dan apartemen yang menjauh dan tidak mengalahkan keindahan bangunan bersejarah.

Bangunan dengan ketinggian 20-25 lantai membutuhkan jangkauan view yang jauh sehingga pemberian jarak pandang agar bangunan akan mudah terlihat seutuhnya menjadi prioritas utama dari penentuan zona hotel dan apartemen. Area yang lebih sering di lalui yaitu Jalan Veteran dan Sutomo, area tersebut menjadi perhatian utama dan memberi potensi besar sebagai penempatan tower bangunan, sehingga pengguna jalan dapat menikmati keindahan bangunan.

[image:38.595.114.509.224.396.2]

Terdapat dua buah bangunan bersejarah pada site perancangan, yaitu Gedung Nasional dan GOR. Kedua bangunan tersebut tidak akan disia-siakan dan dimanfaatkan dengan baik sebagai potensi bagi site. Gedung Pemuda akan

(39)

dirancang sebagai lobby (ground) hotel, sedangkan bangunan GOR akan difungsikan sebagai convention atau kembali sebagai gedung olah raga.

Fungsi pendukung lain adalah ruang terbuka bagi pengguna ataupun masyarakat umum berupa plaza yang dapat dijadikan lokasi pagelaran seni ataupun beragam kegiatan sosial, ruang ruang terbuka hijau, dan amphiteater. Plaza dan taman berukuran besar pada lokasi site dirancang sebagai lokasi berfoto bagi wisatawan dengan latar bangunan Gedung Nasional.

[image:39.595.116.521.290.471.2]

Perancang akan memenuhi kebutuhan 30% ruang terbuka hijau pada site (gambar 2.10). Pada daerah berwarna orange merupakan sirkulasi utama yang sering di lalui kendaraan maupun orang sehingga penempatan area terbuka hijau dekat dengan sirkulasi menjadi prioritas utama karena memberikan dampak positif secara visual dan secara fungsional ruang terbuka hijau tidak menjadi tempat yang mati atau tidak di gunakan dengan semestinya.

(40)
[image:40.595.114.512.37.496.2]

Pasar dengan apartemen dan hotel memiliki tingkat privasi yang sangat jauh berbeda, untuk dapat menyatukan ketiga fungsi tersebut dalam satu lokasi akan dilakukan pemisahan fungsi dengan level bangunan. Pasar akan ditempatkan pada lantai dasar (ground) dengan ketinggian 3 lantai, sedangkan apartemen dan hotel akan berada pada level di atas pasar dengan podium melayang. Apartemen dan hotel akan menempati level yang sama dengan podium yang sama (gambar 2.11). Dengan cara ini privasi penghuni terutama apartemen akan terjaga.

(41)

Dengan melengkapi berbagai fasilitas bagi pengguna dan masyarakat umum serta merevitalisasi bangunan bersejarah, lokasi site ini diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat dan masyarakat dan kembali menjadi “bagian penting” di

Kota Medan.

(42)

BAB III

EXPERIENCE

Setelah menentukan fungsi kawasan perancangan dan mengambil fungsi apartemen sebagai objek perancangan, maka dibutuhkan pengetahuan yang mendalam tentang apartemen. Apartemen adalah bangunan hunian yang dipisahkan secara horizontal dan vertikal agar tersedia hunian yang berdiri sendiri dan mencakup bangunan bertingkat rendah atau bangunan tinggi, dilengkapi berbagai fasilitas yang sesuai dengan standart yang ditentukan (Ernst Neufert, 2002). Tiap unit harus memiliki ruang yang mampu menampung aktifitas sehari-hari, dan memiliki fasilitas yang dapat digunakan oleh seluruh pengguna secara bersama-sama.

Ada 3 macam apartemen berdasarkan golongan ekonomi penghuninya (Apartments: Their Design and Development, 1967 : 42-43), yaitu apartemen golongan bawah, apartemen golongan menengah, dan apartemen golongan mewah. Perbedaan antara ketiga jenis apartemen ini hanya terletak pada ukuran ruang pada tiap unit hunian, serta fasilitas yang disediakan oleh apartemen tersebut.

(43)

diimplementasikan pada tahap perancangan selanjutnya seperti program ruang, penataan ruang, fasilitas pendukung, dan sebagainya.

Apartemen yang dijadikan studi banding adalah Apartmen Lexington Residence di Jakarta Selatan. Apartemen ini berlokasi dekat dengan Pondok Indah, Jakarta. apartemen ni didesain sebagai hunian eksklusif dengan tingkat keamanan yang tinggi untuk menciptakan hunian yang luar biasa di wilayah selatan Jakarta. Penghuni akan mengalami pencampuran suasana hunian modern dengan ketenangan dari suasana hijau yang diberikan oleh entrance yang menyambut dengan jalan setapak yang melalui taman yang harmonis dengan bangunan.

Konsep desain bangunan apartemen adalah modern minimalis, dimana 20% area dibangun dan 80% ruang terbuka hijau. Setiap unit memiliki “full glass window”

dan teras dan menghadap ke city view atau Gunung Prangraro. Apartemen telah memiliki sertifikat strata title.

(44)
[image:44.595.150.480.84.445.2]

Gambar 3.1 Denah Apartemen

Sumber : http://www.lexingtonresidencejakarta.com/

Gambar 3.2 Denah 1 bedroom

[image:44.595.184.438.498.676.2]
(45)

Unit dengan 1 buah kamar tidur memiliki luas 53 pada sisi utara dan 56 m² pada sisi selatan. Ruang pada unit ini adalah kamar tidur walk in closet, kamar mandi , ruang tamu, dapur dan balkon (lihat gambar 3.2).

Unit dengan 2 buah kamar tidur memiliki luas 4 jenis unit yang berbeda, 2 bedroom standart dan 2 bedroom corner dengan luas 80m² dengan ruang yang dimiliki adalah kamar tidur utama, kamar tidur 2, walk in closet, kamar mandi , ruang tamu, dapur dan balkon (lihat gambar 3.3a), 2 bedroom extended dengan luas 80 + 5 m² dengan ruangan-ruangan yang sama dengan luas yang sedikit lebih lebar (lihat gambar 3.3b), dan ada 2 bedroom dengan 1 study room dan dilengkapi dengan private lift (lihat gambar 3.3c).

a

[image:45.595.119.508.176.449.2]

c b

Gambar 3.4 Denah 3 bedroom

(46)
[image:46.595.117.509.290.421.2]

Unit dengan 3 buah kamar tidur memiliki luas 2 jenis unit yang berbeda, 3 bedroom dengan private lift dengan luas 123 m² dengan ruang yang dimiliki adalah kamar tidur utama dengan kamar mandi, kamar tidur 2 buah, walk in closet, kamar mandi , ruang tamu, ruang makan, dapur, ruang utilitas dan balkon (lihat gambar 3.4a), dan 3 bedroom extended dengan private lift dengan luas 123 +6 m² dengan ruangan-ruangan yang sama dengan luas yang sedikit lebih lebar (lihat gambar 3.4b).

Gambar 3.4 Denah 3 bedroom

Sumber : http://www.lexingtonresidencejakarta.com/

a b

Gambar 3.5 Denah Penthouse

Sumber : http://www.lexingtonresidencejakarta.com/ a

b

[image:46.595.112.487.481.723.2]
(47)

Unit Penthouse memiliki 3 kamar tidur dengan ruangan yang lebih luas dari unit 3 bedroom. Unit ini memiliki luas 3 jenis unit yang berbeda, pent house 1 dengan

luas 261 m² (lihat gambar 3.5a), penthouse 2 dengan luas 238 m² (lihat gambar 3.5b), dan penthouse 3 dengan lantai loft yang memiliki luas 460 m² (lihat gambar 3.5c). seluruh unit penthouse memiliki private lift dan terletak pada lantai 32, 33, dan 35.

Fasilitas yang dimiliki oleh apartemen ini (lihat gambar 3.5) adalah kolam renang dengan ukuran yang besar, play ground bagi anak-anak, security selama 24 jam dengan akses dari pintu masuk yang sama sehingga seluruh orang yang datang dapat diawasi, fasilitas keamanan lainnya dalah acess card, dan ruang yang dilengkapi dengan CCTV. Selain itu, terdapat juga barbeque area, cub house dan gym, mini market, entrance dengan jalur melewati taman, dan khusus unit dengan

[image:47.595.171.451.492.703.2]

private lift, memiliki akses ke unit yang terpisah antara pemilik dan helper (Vacation Lock Concept).

Gambar 3.5 Site Plan

(48)

Apartemen lain yang dijadikan studi banding adalah Apartemen Grand Pancoran Jakarta Selatan. Grand Pancoran apartment merupakan apartemen baru di Pancoran Jakarta Selatan yang akan dibangun oleh Gema Indo Property Group (gambar 3.6). Dengan total luas area 7000 m2, apartemen baru di kawasan Gatot Subroto, Pancoran ini berkonsep ekslusif dan private residence dengan hanya 10 unit perlantai dan fasilitas indoor yang lengkap.

Apartemen ini memiliki 1 buah tower dengan total 18 lantai + 3 lower ground floor. Total unit apartemen adalah 120 unit. Total lift adalah 4 Lift passenger dan 1 service lift. Status apartemen adalah Hak Milik Strata Title diatas HGB Murni di wilayah Jakarta.

[image:48.595.223.404.262.445.2]

Terdapat 4 tipe unit hunian pada apartemen ini, yaitu Studio dengan luas semigross 23,9 m2 (gambar 3.7), satu bedroom dengan luas semigross 36,2 m2

(49)

(gambar 3.8) dan 36,3 m2, satu bedroom + 1 study room dengan luas semigross 46 m2 (gambar 3.9), dan dua bedroom hook dengan luas 46 m2 (gambar 3.10).

Gambar 3.7 Tipe Studio

[image:49.595.184.440.356.670.2]

Sumber : http://grand-pancoran.blogspot.com/

Gambar 3.8 Tipe 1 bedroom

Sumber : http://grand-pancoran.blogspot.com/

(50)
[image:50.595.165.463.90.254.2]

Gambar 3.10 Tipe 2 bedroom hook Sumber : : http://grand-pancoran.blogspot.com/

Fasilitas pendukung dalam apartemen Grand Pancoran meliputi, Jogging Track, Mini Market, ATM, Multi Purpose Hall, Laundry, Fitnes center 24jam, Acces card, CCTV dan Keamanan 24jam, Swimming pool, Saunia, Drug Store, Condotel, serta Cafe dan Restaurant.

Penempatan ruang dan luas ruang pada Apartemen Lexington Residence dan Grand Pancoran menjadi contoh dalam merancang ruang pada apartemen ini sebagai apartemen dengan kelas ekonomi yang sama. Jenis unit yang dimiliki apartemen ini juga menjadi contoh bagi unit hunian yang akan direncanakan pada fungsi apartemen. Selain itu, studi banding dari kedua apartemen ini memberikan gambaran fasilitas yang akan dimiliki oleh apartemen yang akan dirancang.

(51)

sebuah kawasan yang memberikan identitas kepada dirinya sendiri dan kawasan sekitarnya.

Suatu tempat dapat dibedakan oleh karakteristiknya yang berbeda yang umumnya berupa benda fisik yang berkaitan dengan sosia budaya, sejarah, ekologi, teknologi, ekonomi, dan gaya arsitektural tempat tersebut. Biasanya, karakteristik tersebut mewakili gaya arsitektur setempat. Menurut Jencks (2005), dalam Muge Riza dkk (2011), bangunan ikonik memiliki kontribusi besar terhadap identifikasi citra dari kota atau tempat.

Apa itu Arsitektur Ikonik? Pembahasanan tentang pengertian arsitektur ikonik terikat pada dua kata kunci utama, yaitu : (a) Icon dan Iconic, dan (b) Arsitektur atau bangunan. Icon dalam kamus bahasa Inggris – Indonesia (Hambali Sadely – 1986) dapat diartikan sebagai : tanda atau penanda, ada juga yang berarti: gambar orang suci. Iconic dapat diartikan sebagai yang mempunyai tanda, atau objek yang menjadi penanda (baik tempat maupun waktu). Sedangkan dalam kamus Oxford – United Kingdom (1981), ikon diartikan sebagai penanda tempat atau penanda zaman.

(52)

Lalu apa ciri-ciri bangunan ikonik? Udjianto Pawitro (2012) dalam tulisannya yang berjudul Perkembangan ‘Arsitektur Ikonik’ di Berbagai Belahan Dunia,

menyebutkan 3 ciri utama bangunan ikonik atau arsitektur ikonik, yaitu:

a. letak atau lokasi yang strategis – sehingga mudah dilihat / dikenali oleh lingkungan sekitar,

b. pemilihan bentuk yang cenderung ‘menarik’ sehingga mudah dijadikan ‘tanda’ atau ‘ikon’ dari lingkungan sekitar, dan

c. memiliki unsur kekuatan atau kekokohan bangunan yang tinggi sehingga berumur panjang.

Pencarian identitas melalui metode ikonik tidak terlalu memperhatikan kedekatan analogi, metode ini jadi lebih fleksibel pemakaiannya terhadap lagam dan fungsi bangunan yang akan dirancang. Hal ini berbeda dengan metode-metode lain yang biasanya terikat erat dengan lagam yang sedang berkembang pada masa perkembangannya. Metode ikonikme misalnya, terikat erat dengan lagam klasik yang kemudian di re-invent pada era post-modern, akan susah menerima

pemikiran-pemikiran modern dan International Style yang dengan keras menolak cultural

background (Phillip Jodidio, 1996).

Konsekuensinya, bangunan perkantoran (terutama milik perusahaan multi nasional)

yang biasa dirancang dengan lagam modern-Internasional Style akan susah untuk

menerima metode perancangan simbolik. Hal ini tidak berlaku bagi metode ikonik,

ada begitu banyak contoh bangunan ikonik lintas lagam dan fungsi, dari era mitologi

(53)

seperti Little Church de Rochamp rancangan Le Corbusier, gedung perkantoran

modern seperti AT&T Building rancangan Philip Johnson, museum neo-klasik seperti

Bonnefanten Museum rancangan Aldo Rossi, hingga museum post modern seperti

Imperial War Museum rancangan Daniel Libeskind.

Cara lain yang dewasa ini lazim digunakan dalam menerapkan metode perancangan ikonik adalah dengan memunculkan nilai kontras pada proyek-proyek rekontekstualisasi dan pengembangan bangunan-bangunan bersejarah. Beberapa contoh yang terkenal diantaranya adalah: proyek refacade Pompidou Center rancangan Richard Rogers dan Renzo Piano, proyek extension Three Pyramid di depan Louvre Museum rancangan I.M. Pei, dan proyek extension Berlin Holocaust Museum di samping Berlin National Museum rancangan Daniel Libeskind.

Arti penting bangunan ikonik terhadap aspek lain sangat berpengaruh, salah satunya di bidang ekonomi. Menurut Ahlfeldt dan Maennig (2010) dalam Ahlfeldt dan Mastro (2012), arsitektur ikonik memiliki potensi dampak positif bagi ekonomi, karena:

a. pengeluaran wisatawan yang mengunjungi arsitektur ikonik, b. efek gambar meningkatkan modal sosial dan optimisme konsumen, c. utilitas langsung berasal dari pengaturan estetika dan

d. meningkatkan identifikasi dan kebanggaan warga berkaitan dengan landmark.

(54)

Bangunan yang menggunakan tema arsitektur ikonik salah satunya adalah The Gherkintower di London. Bangunan ini mengalami proses desain dari tahun 1997 hingga 2000, dan selesai dibangun pada tahun 2004. Bangunan ini dikhususkan untuk perkantoran, dan memiliki tinggi sekitar 180 meter, dengan 40 lantai.

Bangunan ini mengambil bentuk mentimun dan secara prinsip merupakan sebuah bangunan silindris, dengan luas bangunan 42.000 m2 yang berfungsi sebagai kantor dengan diameter yang berbeda-beda. Bentuknya ini sangat optimum dalam menahan gaya-gaya angin yang berlaku di bangunan ini. Bangunan ini.menjadi salah satu landmark London paling terkenal sejak dibuka 10 tahun lalu (lihat gambar 3.11).

Contoh bangunan lain yang menggunakan tema arsitektur ikonik adalah Shangri-La Hotel di Surabaya. Hotel Shangri-Shangri-La Surabaya merupakan salah satu hotel terbesar di Surabaya.Hotel ini berada di bawah naungan perusahaan besar yang bernama Shangri-La Internasional,yaitu bagian dari kelompok usaha milik Kuok Brother Company. Pada tahun 1971 Kuok Group mendirikan perusahaan yang bergerak dalam bidang perhotelan yang di namakan Kuok Hotel.Berawal hanya dari 5 properti yang di miliki Singapura,Malaysia, dan Fiji dan kini usaha tersebut

(55)

berkembang pesat dan menjadi salah satu hotel bintang lima yang terkenal di dunia.

Massa bangunan Shangri-La hotel Surabaya memilik bentuk menyerupai huruf S. Huruf S merupakan symbol dari Shangri-La Internastional Management. Oleh dari pada itu Sahngri-La hotel menerapkan tema Ikonik pada bangunannya (lihat gambar 3.12).

[image:55.595.231.394.139.356.2]

Kedua contoh bangunan yang menggunakan tema arsitektur ikonik pada contoh diatas menunjukkan cara menemukan bentuk masa pada rancangan apartemen. Gherkin Tower menggunakan bentukan timun sehingga sangat kontras dengan bangunan sekitarnya, dan Shangri-la Hotel menggunakan bentuk huruf “S” sebagai inspirasi bentuk bangunannya sesuai dengan simbol managemen hotel tersebut. Perancang mengambil kesimpulan bahwa bentukan masa pada pendekatan tema Arsitektur ikonik dapat menggunakan bentuk yang memiliki

(56)

tujuan atau makna tertentu, atau bentuk acak untuk menciptakan bentukan yang unik.

Penerapan arsitektur ikonik telah dapat dilihat dari penerapan aspek-aspek semiotika pada bangunan. Aspek ikonik dalam arsitektur dapat terlihat secara langsung melalui bentuk, maupun secara tidak langsung melalui konsep, dan ide yang berhubungan dengan ikonik tersebut. Simbol tidak hanya sebagai alat untuk berkomunikasi, tetapi juga sebagai wakil dalam penyampaian maksud. Bentuk simbol dapat berupa bentuk sempurna (nyata), maupun bentuk tidak sempurna (tersamar).

Penerapan arsitektur pada perancangan apartemen akan menerapkan karakteristik arsitektur ikonik yang telah didapat dalam mempelajari sejarah arsitektur ikonik. Bangunan apartemen akan menjadi sesuatu yang ‘baru’ bagi lingkungannya

dengan menciptakan bentuk yang unik dan atraktif. Rancangan apartemen akan mengambil nilai kontras dari kawasan perancangan. Namun, bentuk yang diciptakan merupakan bentuk yang diadaptasi dari citra kawasan sebagai lokasi yang menjadi saksi perjuangan kemerdekaan.

Hal yang pertama kali muncul dalam pikiran saat mendengar kata ‘perjuangan’

dan ‘kemerdekaan’ adalah bambu runcing. Bambu runcing adalah hal yang selalu

dikaitkan dalam momen memperingati kemerdekaan Indonesia, maka bentuk pada apartemen akan mencerminkan bambu runcing.

(57)

yang ditambahkan setelah bambu runcing. Karakteristik lain dari arsitektur ikonik yang telah dipelajari adalah memiliki elemen-elemen berulang pada bangunan, maka bentuk bendera yang berkibar akan dijadikan sebagai elemen dalam bangunan apartemen.

(58)

BAB IV

STORIES

Selain menciptakan bentuk yang indah, perancang juga akan menciptakan hunian yang nyaman bagi penghuni apartemen. Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan masyarakat dan menyesuaikannya dengan perkembangan Kota Medan saat ini.

Jumlah populasi manusia di perkotaan yang semakin meningkat berbanding terbalik dengan luas lahan yang tersedia. Permasalahan muncul akibat banyaknya jumlah hunian yang dibangun seperti kurangnya ruang terbuka hijau, kurangnya ruang interaksi antar masyarakat serta area serapan, dan lalu lintas kota yang semakin padat. Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan solusi yang tepat yaitu dengan membangun apartemen sebagai hunian vertikal. Dapat kita lihat ketersediaan lahan di kota Medan mulai terbatas, sehingga keberadaan apartemen sebagai hunian vertikal dapat menjadi alternatif hunian bagi para masyarakat perkotaan yang memiliki aktifitas padat dan rutin di kota. Selain itu, telah menjadi gaya hidup bagi kalangan menengah atas untuk bertempat tinggal di apartemen.

(59)

Hal ini sangat sesuai dengan kebutuhan permukiman menengah atas (apartemen) di lokasi site. Apartemen merupakan satu ruangan atau lebih, biasanya merupakan bagian dari sebuah struktur hunian vertikal yang dirancang untuk ditempati oleh lebih dari satu keluarga dan disusun secara vertikal, (Dictionary of Real Estate, Wiley, 1996).

Pada tahun 2010, terdapat 501.712 kepala keluarga di Kota Medan (Sumber: www.pemkomedan.go.id). Peningkatan jumlah keluarga per tahun kota Medan mencapai 1%, sehingga pada tahun 2020 jumlah kepala keluarga yang ada di kota Medan mencapai 572.058 jiwa. Pada tahun 2020 jumlah kekurangan hunian berkisar 25.972 hunian. Perancang berasumsi yang akan menempati apartemen di kota Medan sekitar 10% maka sekitar 2597 keluarga, sedangkan yang akan menempati apartemen dilokasi adalah sekitar 332 unit (14%).

(60)

diselenggarakan, dan juga sebagai perantara penjualan/penyewaan unit hunian dan unit dagang, dan pegawai, pekerja selain pengelola dan pemasaran yang bertugas sebagai cleaning service bangunan, petugas keamanan, petugas parkir, dan driver.

Kegiatan utama yang dilakukan oleh penghuni apartemen adalah beristirahat dan bersantai. Kegiatan utama yang dilakukan oleh pemilik retail adalah berjualan, sedangkan kegiatan utama yang dilakukan oleh pengelola apartemen adalah bekerja untuk mengelola pengoprasian bangunan ini.

Pada bangunan apartemen yang dirancang terdapat sistem pengelompokkan kegiatan yang terdiri dari kelompok kegiatan pribadi (privat), kelompok kegiatan bersama (publik), dan kelompok kegiatan pelayanan (servis).

Kelompok kegiatan pribadi (privat) menjelaskan bahwa pada suatu bangunan hunian dibutuhkan area privasi yang dapat mengakomodir dan memberikan rasa nyaman dan aman bagi penghuninya. Biasanya tempat-tempat ataupun area tersebut memiliki prifasi yang bersifat pribadi (privat). Untuk itu, penulis mengelompokkan kegiatan yang bersifat privat pada bagian hunian apartemen yaitu tower bangunan. Karena kegiatan yang bersifat privat biasanya dilakukan pada hunian, seperti pada ruang tidur, ruang kerja, toilet dan sebagainya dalam satu unit hunian.

(61)

bagian taman, area olah raga, dan tempat terbuka lainnya yang berada pada tapak perancangan. Dalam kegiatan ini menimbulkan interaksi bagi sesama penghuni maupun masyarakat luar, dimana kegiatan ini biasanya terjadi pada ruang-ruang penunjang kegiatan dalam lingkungan hunian.

Sedangkan kelompok kegiatan pelayanan (servis) bangunan apartemen yang dirancang menjelaskan bahwa terdapat area service berupa basement yang berfungsi sebagai tempat parkir dan ruang-ruang mekanikal elektrikal. Kegiatan pelayanan servis merupakan pelayanan penunjang/ pelengkap dalam kehidupan sehari-hari yang dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi penghuni. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh staff pelayanan yang bertugas menjalankan kegiatan tersebut.

[image:61.595.135.490.590.725.2]

Total unit apartemen dibagi menjadi 4 tipe (tabel 4.1). Pada apartemen ini terdapat kolam renang, fitness, tempat refeksi dan tempat jogging yang hanya dapat digunakan oleh pemilik apartemen sehingga fasilitas ini memiliki tingkat privasi yang tinggi. Apartemen ini juga dilengkapi dengan fasilitas berupa restoran, coffee shop, toko buku, dan berbagai retail untuk mendukung kebutuhan penghuni apartemen.

Tabel 4.1. Tipe, Luas dan Jumlah Hunian

Tipe Unit Jumlah Luas (m²) Total (m²)

1 bedroom 124 55 6.820

2 bedroom 96 64 6.144

3 bedroom 108 83 8.964

Penthouse 4 166 664

(62)

Tipe unit hunian yang direncanakan adalah unit 1 bedroom bagi penghuni lajang atau keluarga tanpa anak, unit 2 bedroom untuk keluarga kecil dengan 1 anak, unit 3 bedroom untuk keluarga dengan 2 orang anak, dan Penthouse dengan 3 ruang tidur untuk keluarga dengan 2 anak dewasa.

(63)

BAB V

DECLARATION

Setelah mengetahui kebutuhan pengguna apartemen, langkah selanjutnya yang akan dilakukan adalah menciptakan konsep rancangan yang menyesuaikan bentuk dengan kebutuhan ruang. Konsep rancangan

Tema “Beauty of History” menjadi pilihan perancang dengan harapan

perancangan kembali kawasan tersebut dapat menonjolkan kembali keindahan (beauty) dari sejarah (history) yang tercermin dari peninggalan bangunan bersejarah pada kawasan tersebut. Menciptakan hubungan yang harmonis antara sejarah dengan kehidupan modern saat ini melalui lingkungan dan bangunan, membuat Kota Medan maju beriringan dengan sejarahnya.

Perancangan akan meningkatkan nilai kawasan tersebut dengan “menjual”

sejarahnya. Kawasan tersebut diharapkan dapat kembali menjadi pusat perhatian dan lebih berkelas. Metode yang dilakukan adalah dengan menciptakan suatu ikon atau landmark kota sebagai penanda yang memberikan ciri khusus dari kawasan ini.

(64)

Sejarah yang kuat pada wilayah site adalah tentang perjuangan, oleh karena itu bentuk bangunan yang akan diterapkan akan mengambil bentuk dari ikon perjuangan. Ikon perjuangan yang sangat khas dari perjuangan kemerdekaan adalah bambu runcing, oleh karena itu bambu runcing merupakan pilihan bentuk yang akan menjadi inspirasi bentuk dari bangunan apartemen, Selain simbol bambu runcing, juga dapat memanfaatkan unsur-unsur lainnya yang berkaitan dengan perjuangan, atau menyesuaikan dengan konteks arsitektur bangunan di sekitar site yang mengambil sisi kontrasnya (lihat gambar 5.1).

Setelah memutuskan menggunakan bentuk bambu runcing sebagai ikon perjuangan yang akan diterapkan dalam bangunan, perancang melakukan penyesuaian kembali bentukan tersebut agar dapat diterapkan dalam bangunan.

Selanjutnya pembagian zona ruang sesuai dengan fungsinya dilakukan untuk menjaga privasi penghuni apartemen (lihat gambar 5.3). Perancang membagi zona menjadi 3 zona yaitu publik, privat, dan servis. Zona publik merupakan zona yang dapat diakses dengan bebas oleh penguhuni dan tamu yang dapat di akses dari lobby utama. Pada zona publik ditempatkan fungsi pendukung berupa restoran, coffee shop, toko buku, mini market, ATM center, retail-retail dan fasilitas seperti

[image:64.595.122.517.320.372.2]
(65)

tersebut dapat juga diakses dari pasar yang berada pada lantai dibawahnya melalui tangga yang disediakan.

[image:65.595.115.510.330.692.2]

Lobby apartemen dibedakan dengan lobby umum, dimana lobby apartemen akan diawasi langsung oleh security untuk menyaring orang yang akan masuk ke dalam apartemen. Dari sinilah zona privat dimulai, di dukung dengan fasilitas lain seperti kolam renang yang berbatasan langsung dengan roof garden dan jogging trek, fitness center, spa dan sauna, juga karaoke. Unit hunian termasuk ke dalam zona private (gambar 5.2).

(66)

Zona servis meliputi fungsi sirkulasi dan ruang bagi pengelola apartemen. Zona menampung seluruh kegiatan pengelola untuk mengelola dan perawatan apartemen.

Unit hunian akan ditempatkan pada dua buah tower apartemen yang dirancang. Kedua buah tower tersebut akan diposisikan agar tidak menciptakan ruang gelap pada bagian podium dan memungkinkan tidak meghalangi aliran angin sehingga angin dapat masuk ke dalam apartemen melalui balkon dari tiap hunian. Selain dari pada itu, tower diposisikan tidak saling menghalangi view untuk mendapatkan view yang maksimal (lihat gambar 5.3 ).

[image:66.595.117.511.177.456.2]

Kemudian, perancang terinspirasi untuk menerapkan elemen perjuangan yang sudah dibahas pada pembahasan sebelumnya, yaitu bendera yang berkibar. Perancang melihat bentuk bendera yang berkibar saat tertiup angin membentuk

(67)

gelombang, dan mengambil sifat kibaran yang terlihat bergelombang tersebut untuk dimasukkan dalam rancangan sebagai skin bangunan (lihat gambar 5.4).

[image:67.595.114.495.159.233.2]

Setelah menemukan tema, bentuk dan elemen, serta programming, perancang mulai melakukan rancangan skematik. Penghuni apartemen dapat masuk melalui entrance utama yang berada pada podium lantai pertama, atau melalui lantai ground dengan melewati pasar dan masuk melalui eskalator yang disediakan, dan dapat juga melalui basement khusus bagi penghuni apartemen. Basement berfungi sebagai parkir bagi penghuni apartemen dengan jalur khusus yang tidak dapat diakses oleh pengguna hotel dan yang lainnya (lihat gambar 5.5).

Gambar 5.4 Konsep Skin

Masuk basement

Keluar basement

Naik ke podium

IN OUT

Turun dari podium

[image:67.595.127.499.502.728.2]
(68)

Sistem struktur yang digunakan pada bangunan ini adalah sistem struktur rigid frame dengan core (lihat gambar 5.6), dan menggunakan kantilever pada bagian pinggir bangunan yang berbentuk melengkung. Perancang merencanakan penggunaan grid 8x8 pada lantai tower, dan grid 8x8 dan 8x6 pada podium. Inti bangunan (core) diletakkan tepat di tengah bangunan sehingga mudah untuk diakses.

Pada basement menggunakan dinding penahan tanah dengan ketebalan 40 cm. Balok induk berukuran 80x40 cm, balok anak berukuran 55x27 cm, dan plat lantai dengan ketebalan 20 cm. Balok yang digunakan pada struktur kantilever berukuran 65x33 cm. Material struktur yang digunakan adalah beton bertulang. Struktur lain yang digunakan adalag curtain wall pada dinding kaca.

[image:68.595.132.509.266.459.2]

Core bangunan dimanfaatkan sebagai fungsi servis, seperti lift, ruang shaft, tangga kebakaran, dan lift barang (lihat gambar 5.7).

Gambar 5.6 Sistem Sruktur

(69)
[image:69.595.169.444.89.238.2]

Tampak bangunan menggunakan material kaca dan dinding beton. Skin bangunan menggunatan material GRC. Bentuk bangunan yang seperti bambu runcing dapat menjadi fokus kawasan, terutama bila dilihat pada plaza yang dirancang di depan Gedung Pemuda.

Gambar 5.7 Denah Core

Tangga kebakaran

lift pengguna

lift servis

(70)

BAB VI

REVOLUTION

Merancang secara umum (konseptual) memang lebih sederhana dibandingkan merancang dengan skematik, terbukti dengan berulang kali peracang melakukan pengulangan dengan konsep awal yang ternyata tidak sesuai atau kurang cocok diterapkan pada bangunan. Proses asistensi adalah bagian yang penting dalam perancangan ini, dikarenakan membuat perancang menemukan permasalahan-permasalahan yang tidak disadari, dan memberikan banyak efek positif bagi hasil rancangan.

[image:70.595.117.504.428.651.2]

Sesuai peraturan pada urban design guideline, bangunan apartemen dibangun dengan 2 tower dengan ketinggin 20 lantai (lihat gambar 6.1).

(71)

Pengunjung umum dapat memasuki site melalui pintu masuk utama dan naik ke entrance podium yang ada di lantai diatas pasar, lalu melakukan drop-off pada podium apartemen dan keluar turun melalui jalur yang disediakan atau parkir kembali di ground. Sedangkan penghuni apartemen dapat memasuki apartemen melalui entrance yang menuju langsung ke basement (lihat gambar 6.2 dan 6.3)

Gambar 6.2 Ground Plan

(72)

yang hanya dapat diakses oleh penghuni apartemen atau pengelola apartemen, dan ke podium atau tower dengan mengakses lift.

Penghuni apartemen yang ingin ke pasar yang berada di lantai dasar, atau pengunjung pasar yang ingin ke lantai podium dapat mengakses eskalator yang disediakan. Eskalator pada lantai dasar (pasar) dirancang dengan pintu sehingga aksesnya tidak terlalu umum, dan pada lantai podium akses pengunjung tidak langsung masuk ke dalam lantai podium melainkan ke ruang luar podium dan dapat masuk ke dalam lantai podium melalui entrance utama. Hal ini dilakukan untuk menaikkan tingkat privasi lantai podium (gambar 6.2).

(73)

security agar dapat menyaring orang yang akan masuk ke lobby apartemen dan menambah privasi (gambar 6.4).

Selain itu, penambahan ruang-ruang juga dilakukan yang ternyata dibutuhkan pada apartemen seperti ruang surat yang ditempatkan pada area servis di sekitar

Gambar 6.4 Denah Podium lantai 1

(74)

core bangunan. Pada bagian tower bangunan, perancang disarankan membuka koridor hingga ke dinding terujung bangunan untuk memberikan akses bagi masuknya matahari dan sirkulasi udara pada koridor untuk menuju hunian (lihat gambar 6.4) dimana awalnya perancang menutup seluruh dinding tower tanpa membukanya bagi sirkulasi udara .

a b

c d

(75)

a b

c d

e f

(76)

Sesuai bentuknya, denah tower semakin mengecil pada bagian atas. Pada tower tipikal lantai 1-12, tower bangunan berisi 3 jenis unit hunian yang berbeda yaitu tipe 1 bedroom dengan luas 55 m2 berjumlah 96 unit, tipe 2 bedroom dengan luas 64 m2 berjumlah 96 unit, dan tipe 3 bedroom dengan luas 83 m2 berjumlah 48 unit. Tower lantai 13-14 berisi 2 jenis unit hunian yang berbeda, yaitu tipe 1 bedroom berjumlah 16 unit dan tipe 3 bedroom berjumlah 16 unit. Tower lantai 15-17 berisi 2 jenis unit hunian, yaitu tipe 1 bedroom berjumlah 12 unit dan tipe 3 bedroom berjumlah 24 unit. Tower lantai 13-14 berisi 2 jenis unit hunian yang berbeda yaitu tipe 1 bedroom berjumlah 16 unit dan tipe 3 bedroom berjumlah 16 unit. Tower lantai 18-19 berisi 20 unit tipe 3 bedroom. Pada tower lantai 20, terdapat 4 unit hunian tipe penthouse dengan luas masing-masing unit 166 m2 (lihat gambar 6.6 dan gambar 6.7).

Tampak bangunan dirancang sesuai dengan konsep, sehingga tampak bangunan dapat mencerminkan tema yang diusung. Bila dilihat dari depan, belakang, ataupun samping, bentuk bambu runcing akan terlihat karena posisi peletakan kedua tower bangunan (gambar 6.8 dan 6.9).

(77)

Bangunan keseluruhan dapat terlihat melalui perspektif bangunan (Gambar 6.10). Bangunan apartemen yang bersinergi dengan bangunan sekitar kawasan menciptakan suasana baru bagi pengunjung kawasan tersebut. Selain bentuk bangunan, penataan lingkungan sekitar juga memberi nilai tambah pada keindahan bangunan.

Gambar 6.8 Tampak Depan

Gambar 6.9 Tampak Samping

Tower Apartemen

RRI

Podium Apartemen

Hotel

GOR

Jalan Veteran

(78)

Vista visual diciptakan bagi para pengunjung kawasan. Plaza dan taman yang berada di depan Gedung Nasional merupakan titik terbaik untuk menikmati bambu runcing yang digunakan pada bangunan karena disitulah bentuk maksimal bangunan apartemen dapat terlihat (gambar 6.11).

Seperti yang telah dijelaskan secara singkat pada bab sebelumnya, sistem struktur yang perancang dalam apartemen ini adalah sistem struktur rigid frame dengan core dengan menggunakan grid 8x8m. Kolom yang digunakan adalah beton bertulang dengan ukuran 80cm. Balok yang digunakan adalah balok beton bertulang dengan balo induk yang berukuran 80x40cm dan balok anak berukurn

(79)

55x27cm. Balok yang menopang struktur kantilever juga menggunakan balok dengan beton bertulang yang berukuran 65x33cm. Struktur pada bagian atas dinding bangunan menggunakan struktur curtain wall (Lihat gambar 6.12).

Gambar 6.12 Potongan Bangunan (a) B-B dan (b) A-A a

b

Pondasi Dinding penahan tanah

Curtain wall

Core

Kolom

Balok

(80)

Dilatasi dilakukan pada bangunan ini sebagai pemisahan struktur antara podium dengan tower. Menurut Jimmy S Juwana (Panduan Sistem Bangunan Tinggi, 2005), bangunan yang terlalu panjang tidak mampu menahan deformasi akibat penurunan pondasi, gempa, muai susut, karena akumulasi gaya yang sangat besar pada dimensi bangunan yang panjang,

Gambar

Gambar 2. 1  Peta Site Eksisting
Gambar 2. 2  Sampah pasar yang berserakan
Gambar 2. 3 Gedung Radio Republik Indonesia (RRI)
Gambar 2. 4 (a) Tugu Medan Area (Tugu Apollo); (b) Gedung Nasional;
+7

Referensi

Dokumen terkait

diperoleh nilai p-value sebesar 0,024 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara antara peran petugas kesehatan dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca

Bantuan dapat diberikan melalui Persembahan Ibadah Hari Minggu tanggal 24 dan 31 Januari 2021, disetor langsung ke kantor Sekretariat GPIB Gideon Depok atau men transfer ke Rek BRI

Agar mesin-mesin induk, mesin-mesin bantu, diesel generator serta komponen-komponen instalasi mesin lainnya di kamar mesin dapat berfungsi dengan baik, maka kamar mesin

Peraturan Zonasi Intensitas Pemanfaatan Ruang Penggunaan Lahan Tata Massa Bangunan Prasarana Standar-standar Kelembagaan Dilarang... Penyusunan perhitungan  dampak 

Oleh karena itu sangat dibutuhkan sebuah sistem yang bisa mendukung kinerja pengelolaan atau setidaknya dapat mengurangi resiko-resiko kesalahan dalam pertanggung jawaban

Selanjutnya adalah hasil belajar, hasil belajar bukan hanya proses puncak pembelajaran siswa melainkan juga sebagai evaluasi bagi seorang pendidik apakah materi yang

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Pemberian Minuman Bubuk Kakao Bebas Lemak (Theobroma cacao Linneaus) terhadap Profil Darah Beberapa Manusia adalah karya sendiri

Dengan menggunakan software ini kita dapat membuat virtual prototype dari sebuah sistem atau alat yang akan kita analisis dengan menerapkan kondisi nyata dilapangan.. Software CFD