• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fakto Risiko Stroke

Dalam dokumen Profil Epidemiologi Stroke: (Halaman 44-52)

Faktor risiko stroke yang utama dari berbagai penelitian terdahulu adalah hipertensi, dislipidemia, dan merokok. Hal ini serupa dengan profil faktor risiko pasien stroke di RS Bethesda Yogyakarta 2011-2014 yang menunjukkan bahwa hipertensi dan dislipidemia merupakan faktor risiko stroke yang utama. Penelitian Duričič (2015) memperlihatkan bahwa setidaknya, salah satu faktor risiko stroke berikut dijumpai pada pasien stroke (80%): hipertensi (70%), merokok (35%), diabetes mellitus (28%), hiperlipoproteinemia (26%), atrial fibrilasi (18,5%), dan konsumsi alkohol (17%). American Heart Association (2015) membagi dua kelompok faktor risiko stroke menjadi yang tidak dapat dan dapat diubah. Faktor risiko stroke yang tidak dapat diubah antara lain : (1) usia, (2) jenis kelamin, (3) ras dan riwayat keluarga, serta (4) riwayat serangan stroke. Faktor risiko stroke yang dapat diubah diantaranya : (1) hipertensi, (2) merokok, (3) diabetes mellitus, (4) hiperkolesterolemia, (5) obesitas, (6) stress, (7) riwayat TIA (Transient Ischemic Attack), (8) penyakit arteri karotis, (9) riwayat atrial fibrilasi, (10) kelainan komponen darah, (11) konsumsi alkohol, dan (12) obat-obatan.

Tabel 14. Profil Faktor Risiko dan Komorbiditas Tahun 2011-2014 Faktor Risiko

Komorbiditasdan 2011 2012 2013 2014 Total %

Diabetes 142 127 147 0 416 8,18

Hipertensi 379 425 536 620 1.960 38,54

Dislipidemia 204 293 314 458 1.269 24,95

IHD 22 28 52 76 178 3,50

AF 26 20 16 34 96 1,89

Lainya 55 63 229 206 553 10,87

Tidak ada 176 147 168 123 614 12,07

Data register pasien stroke di RS Bethesda dalam rentang periode tahun 2011-2014 memperlihatkan bahwa hipertensi dan dislipidemia merupakan faktor risiko stroke yang utama. Dislipidemia (kadar kolesterol total tinggi, kadar kolesterol LDL tinggi, dan/ atau kadar trigliserida yang tinggi) dijumpai pada hampir 25% kasus.

Tabel 15. Profil Faktor Risiko dan Komorbiditas Tahun 2015 Bulan

Faktor Risiko dan Komorbiditas betesDia-

Hiper-tensi

Dislipi-demia IHD AF Lain-nya Tidak Ada

Januari 0 72 57 11 2 18 8

Februari 0 58 41 2 3 17 18

Maret 0 61 41 6 1 17 6

April 0 49 37 11 2 21 11

Meri 0 43 35 8 4 20 14

Juni 0 44 28 6 2 18 18

Juli 0 44 36 3 7 16 4

Agustus 0 45 33 2 5 20 7

September 0 60 42 4 4 18 6

Oktober 0 43 32 5 1 22 16

November 0 44 36 4 4 24 20

Desember 0 57 26 4 3 23 11

Total 0 620 444 66 36 234 139

Begitu pula pada tahun 2015 dimana hipertensi dan dislipidemia masih menjadi faktor risiko yang utama. Terdapat bermacam-macam terapi yang diberikan pada pasien stroke beserta dengan penyakit komorbidnya. Tabel 16 menunjukkan terapi yang paling sering diberikan adalah antiplatelet dan statin.

Tabel 16. Profil Terapi Penderta Stroke Tahun 2015

Bulan

Faktor Risiko dan Komorbiditas

Total 783 207 520 472 241 235 370 387

Penelitian Ghaendehari, et al., (2007) pada 1.392 pasien stroke iskemik di Iran yang menunjukkan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama. Hipertensi ditemukan pada 63% penderita perempuan dan 42% penderita laki-laki. Penelitian Shigematsu, et al., (2013) pada 1.693 pasien stroke menunjukkan bahwa hipertensi dijumpai pada 59,3% kasus infark serebral dan 70,1% kasus perdarahan intraserebral. Dislipidemia lebih umum dijumpai pada kasus infark serebral dibanding kasus perdarahan intraserebral (22,4% vs 10,1%).

Penelitian Libre, et al., (2010) di Kuba menunjukkan bahwa faktor risiko stroke yang utama adalah hipertensi (OR 2.8; 95%

CI 2.0-4.0), kadar kolesterol HDL yang rendah (OR 2.6; 95% CI 1.7-3.9), jenis kelamin laki-laki (OR 1.7; 95% CI 1.2-2.5), dan usia lanjut (OR 1.3; 95% CI 1.1-1.9). Hal serupa ditunjukkan oleh penelitian Kamal, et al., (2009) di Pakistan (n=545) yang menyimpulkan bahwa hipertensi adalah faktor risiko stroke yang utama (OR: 1,94, 95%

CI: 1,28-2,95, p=0,002). Tekanan darah dapat menyebabkan stroke iskemik maupun hemoragik. Seseorang yang memiliki tekanan darah

>160/90 mmHg menunjukkan 7 kali peningkatan risiko kejadian stroke hemoragik dibandingkan orang yang memiliki tekanan darah normal/ normotensi (Mohan, et al., 2015). Sebuah meta-analisis serupa bahkan memperlihatkan bahwa riwayat hipertensi atau penemuan angka 160/90 mmHg pada saat pengukuran tekanan darah dapat meningkatkan lebih dari 9 kali risiko perdarahan intraserebral (O’Donnell, et al., 2010). Kajian Arboix (2015) menyebutkan bahwa seseorang dengan hipertensi memiliki risiko perdarahan intraserebral 3,9 kali dan perdarahan subaraknoid 2,8 kali lebih tinggi dibandingkan seseorang dengan normotensi. Data percobaan klinis baru-baru ini (Gaciong, et al., 2013) memperlihatkan bahwa terapi antihipertensi secara substansial mengurangi risiko setiap jenis stroke, serta kematian dan kecacatan akibat stroke. Kajian Stone, et al., (2014) memberikan target tekanan darah yang diharapkan sebesar 140/90mmHg. Pada pasien diabetes yang lebih muda, target pengendalian tekanan darah yang diharapkan ialah sebesar 130/80mmHg disertai dengan pengendalian hiperlipidemia, terutama bagi pasien dengan faktor risiko tambahan.

Penelitian Hung, et al., (2005) memperlihatkan bahwa hipertensi, diabetes, dan dislipidemia menempati urutan teratas sebagai faktor risiko stroke, dan dijumpai pada 78.9%, 37,9%, dan 25,4%

kasus. Penelitian Lin, et al., (2007) di Taiwan menunjukkan bahwa hipertensi secara signifikan meningkatkan risiko stroke (OR: 6,68, 95% CI: 4,66-9,58). Penelitian Sridharan, et al., (2009) pada 541

pasien stroke menunjukkan bahwa kejadian hipertensi dijumpai pada 83,2% kasus, dislipidemia pada 26% kasus, dan merokok pada 26,8%

laki-laki. Penelitian Bottachi, et al., (2012) memperlihatkan bahwa hipertensi dan dislipidemia merupakan 2 faktor risiko stroke yang utama. Penelitian pada 800 orang stroke tersebut memperlihatkan hipertensi dijumpai pada 76,4% kasus, dan dislipidemia pada 25,3%

kasus. Penelitian Kuptniratsaikul, et al., (2013) pada 327 pasien stroke menunjukkan bahwa hipertensi dan dislipidemia dijumpai pada 75,7%

dan 55,1% kasus. Penelitian Wang, et al., (2013) memperlihatkan bahwa hipertensi dijumpai pada 64% kasus, diabetes pada 21,6%

kasus, dan dislipidemia pada 11,3% kasus.

Penelitian Tatang & Amalia (2015) memperlihatkan faktor risiko stroke yang paling sering ialah hipertensi (88%), hiperkolesterolemia (38%), merokok (29%), dan diabetes mellitus (19%). Setengah dari pasien stroke (50%) memiliki lebih dari satu faktor risiko. Peneliti menemukan bahwa pasien stroke lakunar ulangan ialah berusia lanjut dan memiliki tekanan darah sistolik yang lebih tinggi. Pengendalian hipertensi yang buruk merupakan penyebab utama berulangnya stroke lakunar. Penelitian Mohan, et al., (2015) memperlihatkan bahwa dari 288 pasien stroke yang diteliti, faktor risiko stroke hemoragik akut yang dijumpai ialah hipertensi sebesar 75,34%

(217/288), diabetes mellitus sebesar 26,4% (76/288), konsumsi alkohol >30g/ hari sebesar 30,56% (88/288), dan merokok sebesar 32% (92/228). Penelitian Pokharel, et al., (2015) menunjukkan adanya faktor risiko stroke pada pasien muda (18-45 tahun) di Nepal berupa : merokok (48,5%), hipertensi (42,2%), dislipidemia (36,4%), diabetes mellitus (18,2%), dan fibrilasi atrial (9,10%). Kejadian stroke pada anak umumnya disebabkan oleh kelainan komponen darah dan pembuluh darah yang dibawa sejak lahir, dan bukan terkait gaya hidup (kadar

pasien dengan diabetes mellitus. Diabetes mellitus bukan merupakan faktor risiko umum pada populasi dewasa muda. Pengendalian kadar gula diketahui dapat mengurangi komplikasi mikrovaskuler, tetapi tidak ada bukti ilmiah bahwa meningkatkan kontrol glikemik dapat mengurangi risiko kejadian stroke pada pasien diabetes mellitus.

Pada populasi yang lebih tua, gangguan irama jantung lebih umum dijumpai. Penelitian Auriel, et al., (2011) pada 216 penderita stroke iskemik berusia sangat lanjut (> 85 tahun) didapatkan proporsi fibrilasi atrial yang lebih tinggi dibanding pada kelompok usia yang lebih muda (25% vs 10,2%). Proporsi hipertensi dan dislipidemia lebih rendah secara signifikan pada pasien stroke iskemik berusia lanjut (>85 tahun) dibanding dengan usia yang lebih muda. Prevalensi hipertensi pada stroke usia sangat tua adalah 67% berbanding 87% pada kelompok yang lebih muda. Hal serupa dijumpai pada penelitian Shimizu, et al., (2009) pada 426 pasien stroke iskemik akut yang memperlihatkan bahwa gangguan irama jantung merupakan faktor risiko yang lebih umum dijumpai pada usia tua. Fibrilasi atrial ditemukan pada 35,2% pasien usia lanjut (>75 tahun) berbanding dengan 24,7% pada kelompok usia yang lebih muda (p=0,018).

Proporsi hipertensi pada usia lanjut lebih rendah dibanding kelompok usia yang lebih muda (46,7% vs 60,8%, p=0,0037). Hal serupa diamati pada kejadian diabetes mellitus (19,6% vs 36,1%, p=0,0002) dan dislipidemia (23,6% vs 34,4%, p=0,015) yang lebih umum pada usia muda. Kajian sistematis Arboix (2015) memperlihatkan bahwa penyakit jantung adalah penyebab kedua peristiwa serebrovaskular akut. Penyakit jantung sering pula terdiagnosa pada sepertiga pasien stroke. Fibrilasi atrial (AF) dan atrial flutter merupakan faktor risiko yang paling penting yang sering berkaitan dengan stroke kardioembolik. Prevalensi fibrilasi atrial meningkat seiring dengan pertambahan usia. Beberapa bukti menunjukkan bahwa 5% subyek yang berusia >70 tahun memiliki riwayat fibrilasi atrial, dan sekitar seperempat dari stroke akut pada pasien sangat tua (>80 tahun) disebabkan oleh fibrilasi atrial. Risiko stroke ialah 3-4 kali lebih tinggi

pada pasien dengan fibrilasi atrial tunggal (tanpa adanya penyakit jantung organik atau faktor risiko lain).

Dislipidemia dalam penelitian Shimizu, et al., (2009) terhadap 426 pasien stroke iskemik akut ditemukan pada kurang lebih 30%

kasus. Dislipidemia merupakan faktor risiko stroke yang konsisten.

Diantara komponen lipid, kolesterol LDL merupakan faktor yang paling atherogenik dan secara konsisten berhubungan dengan peningkatan risiko stroke. Kadar trigliserida yang tinggi juga merupakan faktor risiko stroke pada berbagai penelitian terdahulu. Kajian Watts

& Karpe (2011) menunjukkan adanya hubungan yang bersifat linear antara tingginya kadar trigliserida dan kejadian stroke dan penyakit kardiovaskular. Miller, et al., (2011) menyampaikan bahwa pemberian statin, fenofibrat, dan kombinasi keduanya merupakan pilihan utama untuk prevensi primer dan sekunder kejadian penyakit kardiovaskular dan stroke. Obesitas sebagai salah satu faktor risiko stroke dalam studi kasus kontrol oleh Sorganvi, et al., (2014) terhadap 200 subyek yang diteliti (100 orang kontrol dan 100 orang kasus) didapati lebih banyak ditemukan pada kelompok kasus (84%) dibandingkan kelompok kontrol (68%) (X2 = 8.018, p<0.008). Hasil demikian menyimpulkan bahwa obesitas meningkatkan risiko stroke dua kali lipat (OR=2.471, 95% CI 1.251-4.877). Peningkatan jaringan lemak dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi terhadap resistensi insulin, diabetes, hipertensi, dislipidemia, penyakit pembuluh darah, dan kondisi lainnya. Obesitas sentral umumnya diukur melalui pengukuran atau rasio lingkar pinggang-pinggul, dan menjadi ukuran yang lebih sensitif untuk adipositas dan risiko vaskular. Pengurangan lemak perut dan pengendalian berat badan berlebih dikaitkan dengan penurunan tekanan darah sehingga dapat mengurangi risiko stroke (Arboix, 2015).

Bab VIII

Dalam dokumen Profil Epidemiologi Stroke: (Halaman 44-52)

Dokumen terkait