• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Faktor Biotik Lingkungan

4.2.1 Klasifikasi Plankton

Hasil klasifikasi plankton yang didapatkan pada setiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 4.2.1.

Berdasarkan Tabel 4.2.1 dapat diketahui bahwa pada seluruh stasiun penelitian ditemukan 4 kelas fitoplankton yang terdiri dari 16 famili dan 22 genus, dan 6 kelas zooplankton yang terdiri dari 7 famili dan 7 genus. Fitoplankton yang paling banyak diperoleh adalah berasal dari kelas Bacillariophyceae (7 famili dan 12 genus) dan dari kelas Chlorophyceae (7 famili dan 8 genus).Hal ini disebabkan karena kelas Bacillariophyceae dan Chlorophyceae merupakan jenis fitoplankton yang paling penting dalam produktivitas di perairan khususnya dalam aktivitas fotosintesis. Menurut Sunarto (2008), fitoplankton yang paling banyak ditemukan di perairan merupakan plankton dari kelas Bacillariophyceae dan Chlorophyceae.

Yudilasmono (1996) dalam Akrimi dan Subroto (2002) menyatakan bahwa Bacillariophyceae lebih mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Produktivitas primer pada perairan mengalir sebagian besar dihasilkan oleh fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae. Asril (1999) dalam Fachrul et al. (2008) menyatakan bahwa Chlorophyceae merupakan jenis alga hijau yang memiliki pigmen dari kloroplas, yakni bentuk sel yang mengandung pigmen untuk fotosintesis. Oleh karena itu keberadaan Chlorophyceae sangat penting di dalam suatu perairan karena melalui fotosintesis sinar matahari diubah menjadi energi.

Tabel 4.2.1 Klasifikasi Plankton yang Ditemukan pada Setiap Stasiun Penelitian

Kelas Famili Genus

Fitoplankton Bacillariophyceae 1. Cymbellaceae 1. Cymbella

2. Diatomataceae 2. Diatoma 3. Diploneis 3. Fragillariaceae 4. Fragillaria 5. Synedra 4. Naviculaceae 6. Amphileura 7. Frustulia 8. Neidium 5. Nitzschiaeae 9. Denticula 10. Nitzschia 6. Rhizosoleniaceae 11. Rhizosolenia 7. Surirellaceae 12. Surirellla

Chlorophyceae 8. Chrysocapsaceae 13. Phaeoplaca

9. Cladophoraceae 14. Rhizoclonium 10. Desmidiaceae 15. Closterium 11. Mesotaniaceae 16. Gonatozygon 12. Microsporaceae 17. Microspora 13. Oocystaceae 18. Tetraodon 14. Volvocaceae 19. Uronema 20. Volvox

Cyanophyceae 15. Nostocaceae 21. Anabaena

Xantophyceae 16. Tribonemataceae 22. Tribonema

Zooplankton Cercozoa 17. Euglyphidae 23. Euglypha

Ciliophora 18. Spathidae 24. Spathiodides

Cladocera 19. Macrotrichidae 25. Acroperus

Protozoa 20. Arcellidae 26. Arcella

Rotifera 21. Brachionidae 27. Keratella

22. Tricocercidae 28. Trichocerca

Zooplankton yang paling banyak ditemukan adalah berasal dari kelas rotifera.Yazwar (2008) menyatakan bahwa rotifera dapat beradaptasi dengan faktor fisik-kimia lingkungan yang relatif memiliki kandungan nutrisi atau zat-zat organik yang cukup tinggi. Kelompok zooplankton tersebut mampu berperan dalam penyediaan energi bagi organisme perairan seperti ikan.

4.2.2 Kelimpahan Plankton

Hasil kelimpahan plankton yang didapatkan pada setiap stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.2.2.

Berdasarkan Tabel 4.2.2 dapat diketahui diketahui bahwa nilai total kelimpahan fitoplankton tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu sebesar 4.979,592 ind/L, sedangkan yang terendah terdapat pada stasiun 4 yaitu sebesar 1.959,184 ind/L. Nilai total kelimpahan zooplankton tertinggi terdapat pada stasiun 1 dan 4 yaitu sebesar 326,531 dan terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu 81,633. Setiap kelimpahan pada masing-masing stasiun sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terdapat pada lingkungan perairan.

Tingginya kelimpahan plankton pada stasiun 1 sangat didukung oleh faktor fisik kimia perairan di daerah tersebut. Suhu adalah faktor yang sangat berperan, karena suhu sangat penting dalam percepatan pertumbuhan plankton Selain itu, tingginya kelimpahan plankton di stasiun 1 juga dipengaruhi oleh tidak adanya aktifitas manusia pada daerah ini, sehingga menyebabkan sedikitnya limbah yang mencemari perairan ini yang dapat menyebabkan pertumbuhan plankton menjadi terhambat.

Tabel 4.2.2 Kelimpahan (ind/l), Kelimpahan Relatif (%), dan Frekuensi Kehadiran (%) pada Masing-masing Stasiun Penelitian

NO Genus Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4

K KR FK K KR FK K KR FK K KR FK Fitoplankton 1 Amphileura - - 0 163,265 4,651 66,66 - - 0 163,265 7,143 33,33 2 Anabaena - - 0 81,633 2,326 66,66 - - 0 - - 0 3 Closterium 734,694 13,846 66,66 122,449 3,488 33,33 163,265 5,333 66,66 81,633 3,571 33,33 4 Cymbella 285,714 5,385 33,33 122,449 3,488 33,33 326,531 10,667 33,33 - - 0 5 Denticula - - 0 122,449 3,488 66,66 - - 0 - - 0 6 Diatoma 448,980 8,462 100 122,449 3,488 66,66 204,082 6,667 100 326,531 14,286 66,66 7 Diploneis - - 0 - - 0 - - 0 163,265 7,143 66,66 8 Fragillaria - - 0 - - 0 122,449 4,000 66,66 81,633 3,571 66,66 9 Frustulia 244,898 4,615 33,33 244,898 6,977 66,66 - - 0 40,816 1,786 33,33 10 Gonatozygon 571,429 10,769 100 367,347 10,465 66,66 285,714 9,333 100 204,082 8,929 66,66 11 Microspora 204,082 3,846 66,66 81,633 2,326 66,66 163,265 5,333 33,33 163,265 7,143 66,66 12 Neidium - - 0 122,449 3,488 33,33 204,082 6,667 33,33 - - 0 13 Nitzschia - - 0 285,714 8,140 66,66 285,714 9,333 66,66 40,816 1,786 33,33 14 Phaeoplaca - - 0 367,347 10,465 66,66 244,898 8,000 66,66 40,816 1,786 33,33 15 Rhizoclonium - - 0 163,265 4,651 33,33 285,714 9,333 66,66 - - 0 16 Rhizosolenia 285,714 5,385 66,66 285,714 8,140 66,66 81,633 2,667 33,33 40,816 1,786 33,33 17 Surirellla 408,163 7,692 66,66 40,816 1,163 33,33 204,082 6,667 100 81,633 3,571 33,33 18 Synedra 163,265 3,077 33,33 - - 0 - - 0 40,816 1,786 33,33 19 Tetraodon - - 0 - - 0 40,816 1,333 33,33 204,082 8,929 33,33 20 Tribonema 653,061 12,308 66,66 285,714 8,140 33,33 - - 0 81,633 3,571 33,33 21 Ulothrix 408,163 7,692 100 163,265 4,651 33,33 163,265 5,333 33,33 122,449 5,357 33,33 22 Uronema 571,429 10,769 100 285,714 8,140 33,33 122,449 4,000 66,66 81,633 3,571` 33,33 Total 4979,592 100 3428,571 100 2897,954 100 1959,184 100

Zooplankton 1 Acroperus 122,449 2,308 66,66 - - 0 81,633 2,667 33,33 - - 0 2 Arcella - - 0 - - 0 - - 0 81,633 3,571 66,66 3 Astramoeba - - - - 0 - - 0 81,633 3,571 66,66 4 Euglypha 40,816 0,769 33,33 - - 0 - - 0 40,816 1,786 33,33 5 Keratella - - 0 40,816 1,163 33,33 40,816 1,333 33,33 - - 0 6 Spathiodides 81,633 1,538 33,33 40,816 1,163 33,33 40,816 1,333 33,33 122,449 5,357 66,66 7 Trichocerca 81,633 1,538 66,66 - - 0 - - 0 - - 0 Total 326,531 100 81,633 100 163,265 100 326,531 100 Keterangan :

Stasiun 1: Daerah Kontrol (Bebas dari Aktifitas) Stasiun 2: Daerah Bekas Penambangan Batu Sungai Stasiun 3: Daerah Pemukiman dan Pariwisata Stasiun 4: Daerah Persawahan

Jenis fitoplankton yang memiliki nilai kelimpahan paling tinggi di stasiun 1 adalah genus Closterium, yaitu sebesar 734,694 ind/l. Tingginya kelimpahan genus ini pada stasiun 1 disebabkan oleh kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan genus tersebut. Intensitas cahaya yang cukup tinggi dan nilai BOD5 yang rendah adalah kondisi ideal bagi pertumbuhan genus Closterium. Jenis fitoplankton yang memiliki nilai kelimpahan terendah pada stasiun 1 adalah genus Synedra, yaitu sebesar 163,265 mg/l. Menurut Rangpan (2008) dalam Isti’anah et al. (2015), genus Synedra umumnya melimpah pada kondisi perairan yang tercemar ringan. Kondisi perairan stasiun 1 yang bebas dari aktifitas masyarakat, yang menyebabkan tidak adanya zat pencemar yang masuk ke dalam badan perairan pada stasiun 1 ini, mengakibatkan kondisi yang kurang menguntungkan untuk genus Synedra. Jenis zooplankton yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi pada stasiun 1 adalah genus Spathiodides dan genus Trichocerca, yaitu sebesar 81,6 33 mg/l. Nilai DO tinggi menjadi penyebab utama melimpahnya genus Spathiodides di stasiun 1 ini. Jenis zooplankton yang memiliki nilai kelimpahan paling rendah adalah genus Euglypha yaitu sebesar 40,816 ind/l. Hal ini dikarenakan karena lingkungan pada stasiun 1 kurang sesuai dengan pertumbuhan genus ini. Keeling (2004) mengemukakan bahwa Euglypha kebanyakan ditemukan pada perairan yang tercemar oleh limbah, sedimen tanah, dan daerah gambut.

Nilai kelimpahan fitoplankton yang paling tinggi pada Stasiun 2 adalah genus Phaeoplaca dan genus Gonatozygon, yaitu sebesar 367,347 ind/l. Tingginya kelimpahan kedua genus ini disebabkan oleh kondisi perairan yang sesuai bagi pertumbuhan genus tersebut. Menurut Hutchinson (1967), Gonatozygon adalah spesies yang mendominasi di perairan. Gonatozygon juga dapat hidup bertahan pada berbagai kondisi perairan. Kelimpahan dan keanekaragaman plankton sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti suhu, zat terlarut termasuk polutan, maupun ketersediaan zat-zat hara dalam perairan tersebut (Bode et al, 1996). Kemampuan hidup plankton di suatu perairan ditandai dengan jumlah dan jenis yang melimpah (Setiadi et al., 2000). Phaeoplaca sangat menyukai lingkungan dengan kadar oksigen terlarut yang rendah dan intensitas cahaya yang

tinggi. Genus Spathiodides dan genus Keratella adalah jenis zooplankton yang ditemukan pada stasiun ini, dengan kelimpahan 40,816 mg/l.

Pada Stasiun 3, nilai kelimpahan yang paling tinggi untuk jenis fitoplankton adalah pada genus Cymbella, yaitu sebesar 326,531 ind/l. Hal ini disebabkan karena lingkungan Stasiun 3 sesuai dengan genus Cymbella, yaitu suhu berkisar 24o-25oC, penetrasi cahaya yang relatif besar dan nilai BOD5 yang rendah. Menurut Gell et al., (1999) dalam Purwanti et al. (2010), menyatakan bahwa Cymbella tergolong pada diatom Pinnales, dapat menempel pada substrat karena memiliki raphe, yaitu struktur melintang sepanjang valve yang mensekresi mucilage atau bantalan lendir. Selain itu Cymbella dapat berkembang dengan baik pada kondisi yang memiliki kadar nitrat dan fospat yang cukup tinggi. Menurut Atici & Obali (2004), Diatom akan tumbuh lebih cepat dalam perairan perbandingan unsur N lebih besar dari unsur P. Genus Tetraodon adalah jenis fitoplankton yang memiliki nilai kelimpahan terendah di stasiun 3, yaitu sebesar 40,816 mg/l. Hal ini disebabkan oleh intensitas cahaya yang cukup tinggi pada daerah ini sehingga menghambat pertumbuhan ketiga genus tersebut. Jenis zooplankton yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi pada stasiun 3 adalah genus Acroperus yaitu sebesar 81,633. Genus Keratella adalah jenis zooplankton yang memiliki nilai kelimpahan terendah pada stasiun 3 yaitu sebesar 40,816 ind/l. Hal ini disebabkan oleh intensitas cahaya yang cukup tinggi pada daerah ini sehingga menghambat pertumbuhan genus tersebut.

Nilai kelimpahan fitoplankton tertinggi pada stasiun 4 adalah genus Diatoma yaitu sebesar 326,531 ind/l. Tingginya kelimpahan disebabkan oleh kondisi lingkungan perairan yang sesuai bagi pertumbuhan genus tersebut. Hall dan Smol (2001) menyatakan bahwa Diatoma merupakan biomassa alga yang paling banyak ditemukan di perairan dan memiliki peran penting dalam struktur rantai makanan akuatik. Diatoma menjadi organisme utama fotosintesis dan sangat dipengaruhi oleh perubahan nutrisi dan cahaya. Rashidy et al. (2103) menyatakan bahwa beberapa penelitian terdahulu mengenai fitoplankton di Perairan Indonesia memperlihatkan kecenderungan dominansi famili Diatomataceae dalam komposisi fitoplankton. Jenis zooplankton yang memiliki

nilai kelimpahan tertinggi pada stasiun 4 adalah genus Spathiodides, yaitu sebesar 122, 449 mg/l.

Dari hasil penelitian terdapat terdapat beberapa genus yang menempati semua stasiun penelitian, yaitu genus Diatoma, Rhizosolenia, Surirella, Closterium, Gonatozygon, dan Microspora. Hal ini disebabkan karena kisaran toleransi terhadap faktor fisik kimia dari kelima genus ini lebih luas dari genus-genus lainnya. Soediarti et al. (2006) dalam Fachrul et al. (2008) menyatakan bahwa ketidakseimbangan lingkungan akibat dari pencemaran akan memunculkan organisme yang dominan dan tidak dominan dalam suatu komunitas perairan.

Genus Diploneis, Denticula, Anabaena, Arcella, Trichocerca, dan Astramoeba hanya ditemukan pada 1 stasiun penelitian saja. Genus Diploneis hanya ada di stasiun 4. Hal ini disebabkan oleh kecepatan arus pada stasiun 4 yang rendah yang merupakan kondisi yang ideal untuk kelangsungan hidup genus ini. Genus Anabaena, Arcella, Trichocerca, dan Astramoeba adalah jenis dari zooplankton, sehingga kelimpahannya pada siang hari lebih rendah dari kelimpahan fitoplankton.

4.2.3 Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (E) pada Masing-masing Stasiun Penelitian

Nilai indeks keanekaragaman (H’) dan nilai indeks keseragaman (E) yang diperoleh pada setiap stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.2.3 berikut:

Tabel 4.2.3 Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (E) Plankton pada Masing-masing Stasiun Penelitian

Stasiun 1 2 3 4 Fitoplankton H’ 2,386 2,749 2,607 2,527 E 0,960 0,951 0,962 0,891 Zooplankton H’ 1,320 0,693 1,038 1,320 E 0,950 0,999 0,946 0,950

Nilai Indeks Keanekaragaman fitoplankton pada setiap stasiun yang ditunjukkan pada Tabel 4.2.3 adalah berkisar antara 2,386 – 2,749. Stasiun penelitian yang memiliki nilai indeks keanekaragaman fitoplankton yang paling tinggi adalah

stasiun 2, yaitu sebesar 2,749. Tingginya nilai keanekaragaman fitoplankton pada stasiun ini berkaitan dengan penyebaran spesies yang merata pada stasiun ini. Suatu komunitas dinyatakan mempunyai keanekaragaman tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies yang relatif merata.

Stasiun 1 merupakan daerah yang memiliki indeks keanekaragaman fitoplankton yang paling rendah, yaitu sebesar 2,386. Walaupun pada stasiun ini memiliki jumlah total spesies yang paling besar, namun karena adanya genus fitoplankton yang mendominasi pada stasiun ini menyebabkan indeks keanekaragaman fitoplankton pada stasiun ini rendah. Genus yang mendominasi pada stasiun ini antara lain adalah genus Closterium, Gonatozygon, dan Tribonema. Barus (2004) menyatakan bahwa suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman yang tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies yang relatif merata. Menurut Odum (1994), keanekaragaman jenis dipengaruhi oleh pembagian atau penyebaran individu dalam setiap jenisnya. Suatu komunitas walaupun banyak jenisnya tetapi bila penyebarannya tidak merata maka keanekaragaman jenis dinilai rendah. Menurut Krebs (1985) apabila 0<H’<2,302 tergolong keanekaragaman rendah, 2,302<H’<6,907 tergolong keanekaragaman sedang dan H’>6,907 tergolong keanekaragaman tinggi. Berdasarkan penggolongan tersebut maka keanekaragaman fitoplankton di setiap stasiun penelitian tergolong ke dalam keaneakaragaman sedang (2,302<H’<6,907).

Indeks keanekaragaman zooplankton pada setiap stasiun penelitian adalah berkisar 0,693–1,320. Berdasarkan pengolongan indeks keanekaragaman, keanekaragaman zooplankton pada setiap stasiun penelitian tergolong keanekaragaman rendah. Hal ini diakibatkan oleh jumlah spesies zooplankton yang tidak banyak ditemukan pada setiap stasiun peneltiain. Barus (2004) menyatakan bahwa apabila suatu komunitas hanya terdiri dari sedikit spesies dengan jumlah individu yang tidak merata, maka komunitas tersebut mempunyai keanekaragaman yang rendah.

Indeks keseragaman fitoplankton pada stasiun penelitian berkisar antara 0,891-0,962, sedangkan indeks keseragaman zooplankton berkisar antara

0,946-0,999. Pirzan dan Pong (2008) mengemukakan bahwa apabila keseragaman mendekati 0 berarti keseragaman antar spesies di dalam komunitas tergolong rendah dan sebaliknya apabila mendekati 1 dapat dikatakan keseragaman antar spesies tergolong merata atau sama. Berdasarkan indeks keseragaman di atas dapat disimpulkan bahwa keseragaman plankton yang terdapat pada seluruh stasiun penelitian adalah mendekati satu sehingga digolongkan pada persebaran yang merata.

Krebs (1985) mengemukakan bahwa indeks keseragaman yang tinggi menunjukkan bahwa pembagian jumlah individu pada masing-masing genus merata.,Indeks keseragaman tinggi disebabkan oleh ketersediaan nutrisi seperti fosfat dan nitrat yang cukup untuk penyebaran plankton tersebut. Suin (2002) mengemukakan bahwa, tidak samanya penyebaran plankton dalam badan air disebabkan adanya perbedaan suhu, kadar oksigen, intensitas cahaya dan faktor-faktor abiotik lainnya. Penyebaran plankton dipengaruhi oleh suhu, kadar oksigen terlarut, intensitas cahaya matahari, dan faktor-faktor abiotik lainnya.

4.2.4 Indeks Similaritas (IS)

Indeks similaritas pada masing-masing stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.2.4 berikut ini

Tabel 4.2.4 Nilai Indeks Similaritas (IS) pada Stasiun Penelitian

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4

Stasiun 1 - 62,8% 64,7 70,2%

Stasiun 2 - - 81% 70%

Stasiun 3 - - - 66,6%

Stasiun 4 - - - -

Berdasarkan Tabel 4.2.4, nilai Indeks Similaritas pada stasiun penelitian berkisar antara 62,8% - 81%. Perbandingan stasiun 2 dan stasiun 3 memiliki nilai Indeks Similaritas tertinggi yaitu sebesar 81%, sedangkan perbandingan 1 dan stasiun 2 memiliki nilai indeks similaritas yang terendah yaitu sebesar 62,8%. Sifat hidup plankton yang melayang-layang di permukaan air dan pergerakannya dipengaruhi oleh arus sehingga memungkinkan untuk jenis plankton yang sama bisa hidup di

berbagai tempat. Aktivitas yang terjadi pada masing-masing stasiun penelitian dan beberapa faktor fisik-kimia perairan antara stasiun tersebut tidak jauh berbeda juga bisa menyebabkan kemiripan jenis plankton yang hidup pada seluruh stasiun penelitian.

Menurut Krebs (1985), Indeks Similaritas (IS) digunakan untuk mengetahui seberapa besar kesamaan plankton yang hidup di beberapa tempat yang berbeda. Apabila semakin besar Indeks Similaritasnya, maka jenis plankton yang sama pada stasiun yang berbeda semakin banyak. Selanjutnya dijelaskan bahwa kesamaan plankton antara dua lokasi yang dibandingkan sangat dipengaruhi oleh kondisi faktor lingkungan yang terdapat pada daerah tersebut. Kisaran indeks similaritas dari 75-100 % tergolong sangat mirip, 50-75 % tergolong mirip, 25-50 % tergolong tidak mirip dan ≤ 25 % tergolong sangat tidak mirip. Berdasarkan kategori tersebut maka perbandingan antara stasiun 1 dengan stasiun 2, stasiun 1 dengan stasiun 3, stasiun 1 dengan stasiun 4, stasiun 2 dengan stasiun 4, dan stasiun 3 dengan stasiun 4 tergolong mirip, sedangkan perbandingan antara stasiun 2 dengan stasiun 3 tergolong perbandingan yang sangat mirip.

4.3 Analisa Korelasi yang Diperoleh antara Parameter Fisik-Kimia Perairan

Dokumen terkait