• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

FAKTOR EKSTERNAL

Fasilitas

Mayoritas responden yaitu sebesar 77,4% menyatakan bahwa fasilitas PKBM cukup memadai dan kondisinya cukup baik, sehingga warga belajar dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada dengan cukup leluasa tanpa dipungut biaya dalam pemanfaatannya. (Tabel 14).

Tabel 14 Jumlah responden menurut penilaian terhadap sarana dan prasarana

Fasilitas % Kurang memadai 9.7 Cukup memadai 77.4 Sangat memadai 12.9 Jumlah 100.0 Keterangan: n=31

Faktor-faktor fasilitas fisik seperti alat bantu pengajaran, alat peraga, ruang dan fasilitasnya, dan sarana mobilitas, berpengaruh terhadap proses belajar. Rabindranatagore di dalam Soedijanto (1978 ) mengatakan bahwa belajar dapat dilakukan di mana saja, akan tetapi belajar dengan ruangan yang nyaman dan perlengkapannya yang cukup, hasilnya jelas akan lain dibandingkan dengan belajar tanpa fasilitas.

Materi

Mayoritas responden menilai materi yang diajarkan oleh Kejar Paket B cukup baik (54,8%), dan sangat baik(35,5%), sisanya (9,7%) responden menilai materi kurang baik. Hal ini berarti bahwa secara umum materi yang diajarkan oleh tutor dinilai sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan warga belajar. Kejar Paket B di Citra Pakuan menerapkan kurikulum yang sudah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan PLS, yaitu kurikulum yang terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok

pertama adalah kelompok mata pelajaran dan kelompok yang kedua adalah kelompok kecakapan hidup. Perbandingan yang disarankan adalah kelompok mata pelajaran berkisar 60 persen dan kelompok kecakapan hidup berkisar 40 persen. Akan tetapi di Kejar Paket B Citra Pakuan pembagian persentase antara kelompok mata pelajaran berkisar 40 persen dan kecakapan hidup 60 persen. Pembagian persentase yang berbeda dengan kurikulum yang sudah ditetapkan oleh Dinas PLS ini tidak menyalahi peraturan kurikulum yang sudah ditetapkan, karena kurikulum dapat dibuat lentur disesuaikan dengan kebutuhan warga belajarnya (Tabel 15).

Tabel 15. Jumlah responden menurut penilaian terhadap materi pembelajaran

Penilaian terhadap materi % Kurang baik 9.7 Cukup baik 54.8 Sangat baik 35.5 Jumlah 100.0 Keterangan: n=31

Seorang guru dalam proses pembelajaran di tuntut untuk mengadakan pilihan terhadap materi pelajaran yang tersedia atau yang dapat disediakan. Sejumlah pilihan yang tepat, dibutuhkan sebagai kriteria. Berdasarkan kriteria itu dapat dipilih materi pelajaran yang sesuai. Adapun kriteria itu adalah: (1) materi/bahan pelajaran harus relevan dengan tujuan instruksional yang akan dicapai, (2) materi pelajaran harus memungkinkan menghasilkan perilaku yang diharapkan di tampilkan oleh siswa (perilaku di ranah kognitif, afektif, atau psikomotorik), (3) materi pelajaran harus memungkinkan untuk menguasai tujuan instruksional menurut aspek isi, (4) materi pelajaran harus sesuai dalam taraf kesulitannya dengan kemampuan siswa untuk menerima dan mengolah bahan itu (keadaan awal siswa yang aktual), (5) materi pelajaran harus dapat menunjang motivasi siswa, (6) materi pelajaran harus membantu untuk melibatkan siswa secara aktif, (7) materi pelajaran harus sesuai dengan prosedur didaktis yang diikuti, (8) materi pelajaran harus sesuai dengan media pengajaran yang tersedia.

Kualitas pengajar

Kualitas pengajar dapat dilihat dari beberapa aspek yang meliputi gaya mengajar tutor yang bervariasi, keahlian penggunaan fasilitas dalam pengajaran, dan komunikasi yang terjalin antara tutor dengan warga belajar. Mayoritas responden yakni sebanyak 58% menilai kualitas pengajar cukup baik, sebanyak 35,5% responden menilai sangat baik, dan 6.5% menyatakan kualitas pengajarnya kurang baik. (Tabel 16).

Tabel 16. Jumlah responden menurut penilaian terhadap kualitas pengajar

Kualitas Pengajar % kurang baik 6.5 Cukup baik 58.1 sangat baik 35.5 Jumlah 100.0 Keterangan: n=31

Staf pengajar dalam Program Paket B diharapkan dapat memiliki kompetensi profesional, personal dan sosial. Pendidik memiliki kompetensi profesional berupa penguasaan materi pembelajaran, pedagogik, andragogik, dan pengalaman mengajar dalam bidang pendidikan non-formal, memiliki kompetensi personal yang berupa kepribadian yang dapat menjadi teladan, berakhlak mulia, sabar, ikhlas, dan memiliki kompetensi sosial dalam berkomunikasi dan bergaul

secara efektif. Sedangkan dari sudut kualifikasi akademik pengajar diharapkan memiliki pendidikan minimal SPG/ SGO/ Diploma II dan yang sederajat untuk Paket A dan Paket B, guru SMP/ MTs untuk Paket B, tenaga lapangan Dikmas untuk latar belakang jurusan pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran; kyai, ustadz di pondok pesantren dan tokoh masyarakat dengan kompetensi yang sesuai dengan pelajaran yang berkaitan; nara sumber teknis (NST) dengan kompetensi atau kualifikasi sesuai dengan mata pelajaran keterampilan yang dimiliki, seperti penyuluh pertanian atau kelompok tani nelayan andalan (KTNA), dan lain-lain.

Intensitas Pengajaran

Dalam pandangan responden, intensitas pengajaran dipandang tergolong dalam kategori cukup (58,1%), kurang (25,8%), dan sangat baik (16,1%). (Tabel 17).

Tabel 17. Jumlah responden menurut penilaian terhadap Intensitas Pengajaran

Intensitas Pengajaran % Kurang baik 25.8 Cukup baik 58.1 Sangat baik 16.1 Jumlah 100.0 Keterangan: n=31

Intensitas pengajaran dilihat dari banyaknya kegiatan pengajaran dan jumlah jam dalam setiap pertemuan. Intensitas pengajaran di Kejar Paket B berlangsung seminggu dua kali yaitu pada hari Selasa dan Rabu siang. Bagi warga belajar yang sudah bekerja disediakan hari Sabtu, dan proses pembelajarannya berlangsung pada sore hingga malam hari. Dalam pelaksanaannya jadual belajar sangat lentur dan tidak terikat, disesuaikan dengan waktu yang tersedia dan dimiliki warga belajar, sehingga warga belajar dapat terus mengikuti proses belajar dan tidak ketinggalan pelajaran karena ketidaksesuaian waktu belajar dengan kegiatan lain yang tidak dapat ditinggalkan.

Lokasi Pembelajaran

Mayoritas responden (87,1%) menyatakan lokasi pembelajaran tidak sulit dijangkau. (Tabel 18)

Tabel 18. Jumlah responden menurut jarak ke lokasi belajar

Jarak %

Sulit dijangkau 3.2 Cukup sulit dijangkau 9.7 Tidak sulit dijangkau 87.1

Jumlah 100.0

Kelompok belajar Paket B memprioritaskan warga belajarnya yang tidak mampu dalam hal ekonomi dan belum menuntaskan pendidikan dasar sembilan tahun. Untuk lokasi pembelajaran indikator penilaiannya berdasarkan jarak tempuh antara rumah warga belajar dengan tempat pembelajaran, ongkos transportasi yang diperlukan, dan alat transportasi yang dipakai. Oleh karena itu, dari sisi lokasi mayoritas peserta menganggap lokasinya mudah dijangkau, akan tetapi ada juga warga belajar yang di luar wilayah Tegallega sehingga mereka cukup sulit dan memerlukan waktu yang panjang untuk belajar di Paket B Citra Pakuan.

Dorongan Orang Tua

Mayoritas responden (83.9%) menyatakan dorongan orang tua terhadap responden besar, dan sekitar 16.1% menyatakan dorongan itu kecil. Hal ini disebabkan Paket B sudah mulai diakui keberadaan dan kesetaraannya oleh para orangtua, sehingga mereka mendukung anaknya untuk masuk dan belajar di Paket B. Disamping itu Paket B adalah wadah untuk warga masyarakat yang ingin belajar namun memiliki ketidakmampuan atau keterbatasan ekonomi, sehingga orangtua memilih Kejar Paket B sebagai pilihan pendidikan yang diambil untuk anak-anak mereka. Di samping itu biaya masuk ke sekolah formal setingkat SLTP dianggap mahal, apalagi yang berada di Kota Bogor. Bagi sekelompok masyarakat hal itu sangat memberatkan, sehingga orangtua memilih Kejar Paket B sebagai pengganti atau pilihan sekolah yang dapat ditempuh.

Peluang Melanjutkan Sekolah

Seluruh responden (100%) menyatakan bahwa peluang melanjutkan sekolah setelah lulus Paket B adalah besar. Hal ini sesuai dengan harapan penyelenggara baik dinas pendidikan PLS ataupun penyelenggara program pendidikan pada PKBM, bahwa warga belajar Paket B setelah lulus diharapkan dapat melanjutkan sekolah baik itu ke Paket C atau ke sekolah formal yaitu SLTA sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan warga belajar masing-masing.

Peluang Kerja

Seluruh responden menilai bahwa peluang kerja atau usaha setelah lulus Paket B besar (100%). Dilihat dari kenyataan yang dialami responden, 38,7 persen dari mereka sudah bekerja dengan bermacam-macam jenis pekerjaan dari mulai tukang parkir, DLLAJR, penjaga toko, pelayan toko, bengkel, berdagang sampai dengan PNS. Responden yang belum bekerja biasanya karena mereka setelah lulus Paket A atau SD langsung melanjutkan sekolah ke Paket B atau SLTP dan Paket C, sedangkan responden yang sudah bekerja biasanya mereka yang terhenti beberapa tahun untuk bekerja, setelah mendapatkan pekerjaan mereka melanjutkan ke Paket C untuk menambah keterampilan, pengetahuan ataupun untuk mendapatkan ijazah. Namun tidak menutup kemungkinan ada juga responden yang memang terhambat karena faktor motivasi yang kurang.

KEEFEKTIVAN

Keefektivan pembelajaran terdiri dari pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Perubahan yang terjadi dalam ketiga aspek itulah yang menentukan tingkat keefektivan pembelajaran. Analisis deskriptif terhadap masing-masing faktor keefektivan tersebut adalah sebagai berikut.

Pengetahuan

Pengetahuan responden diambil dari hasil ujian kesetaraan yang diselenggarakan oleh Diklusepora. Berdasarkan nilai itu, pengetahuan responden tergolong dalam kategori tinggi (71%), sedang (19,4%), dan rendah (9,7%). Sebagian besar responden memiliki pengetahuan dalam kategori tinggi. Hal ini menandakan bahwa program Paket B yang diselenggarakan PKBM Citra Pakuan telah mencapai standar yang tinggi dalam sisi pengetahuan. (Tabel 19).

Tabel 19. Jumlah responden menurut Pengetahuan

Pengetahuan % Rendah 9.7 Sedang 19.4 Tinggi 71.0 Total 100.0 Keterangan: n=31

Sikap

Sikap responden tergolong dalam kategori tinggi (71%), dan sedang (29%), dan tidak ada yang dalam kategori rendah. Sikap ini dilihat dari keinginan, semangat, dan keyakinan responden untuk melanjutkan sekolah dan bekerja. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki semangat, keinginan, dan keyakinan yang tinggi untuk terus melanjutkan sekolah dan bekerja. Responden sangat optimis setelah lulus mereka dapat melanjutkan pendidikan dan bekerja sesuai dengan keterampilan yang dimiliki. Hal ini terbukti mayoritas lulusan Paket B periode 2005 dan 2006 dapat melanjutkan sekolah, bekerja, dan sekolah bekerja. Walaupun pendidikan lanjutan yang dapat dimasuki adalah di Kejar Paket C setara SLTA dan sebagian lagi bekerja dan melanjutkan pendidikan di Paket C pada sore hingga malam hari.

Ketrampilan

Dari sisi ketrampilan, mayoritas responden merasa ketrampilan mereka dalam kategori sedang (64,5%), tinggi (22,6%), dan rendah (12,9%). Tidak seperti dalam pengetahuan dan sikap, tingkat ketrampilan yang ada dirasakan sedang oleh mayoritas responden. Dalam menyediakan pembelajaran tentang keterampilan, Kejar Paket B terlebih dahulu mengindentifikasi keterampilan apa yang dibutuhkan dan keterampilan apa yang sedang marak pada saat ini. Namun pengadaan ketrampilan itu sendiri disesuaikan dengan keadaan anggaran yang ada. Biasanya pengadaan keteampilan ini bekerja sama dengan pihak-pihak tertentu yang juga menyelenggarakan berbagai jenis keterampilan, seperti tempat kursus komputer, bengkel, salon, pengrajin kue dan keterampilan produktif lainnya yang dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Dalam pengadaan keterampilan tersebut, warga belajar memilih keterampilan yang diminati, peserta, sehingga dalam proses belajar mengajar warga belajar dapat bersungguh-sungguh dalam mempelajari apa yang diberikan oleh tutor. Namun tidak tertutup kemungkinan ada warga belajar yang tidak bersungguh-sungguh dalam mempelajari keterampilan yang ditawarkan, hal itu kemungkinan karena kurangnya motivasi atau minat warga belajar kepada keterampilan yang ditawarkan atau karena faktor-faktor lain. (Tabel 20).

Tabel 20. Jumlah responden menurut penilaian tentang ketrampilan Keterampilan % Rendah 12.9 Sedang 64.5 Tinggi 22.6 Jumlah 100.0

Hubungan Antara Faktor Internal- Eksternal dengan Keefektivan Pengkajian hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan keefektivan, dilakukan kajian hubungan silang antara faktor internal dengan keefektivan, kemudian faktor eksternal dengan keefektivan. Dari uji hubungan ini terlihat hubungan yang nyata antar satu peubah dengan peubah lainnya.

Hubungan Faktor Internal Dengan Keefektivan

Faktor-faktor berasal dari dalam diri responden yang diduga berhubungan dengan keefektivan pembelajaran Paket B terdiri atas lima peubah yang diamati, yaitu umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi keluarga, motivasi, pandangan responden terhadap Paket B. (Tabel 21).

Tabel 21. Hubungan antara faktor internal responden dengan keefektivan pembelajaran Paket B (korelasi Spearman)

Peubah (X) Internal

Pengetahuan Sikap Keterampilan KEEFEKTIVAN

Umur -0.127 0.002 0.328 0.029

Jenis Kelamin -0.208 -0.067 -0.024 -0.178

Status sosial -0.040 0.018 -0.462** -0.463**

Motivasi 0.041 -0.014 -0.126 -0.090

Pandangan -0.040 -0.149 0.180 -0.013

** Hubungan sangat nyata pada taraf 0.01 * Hubungan nyata pada taraf 0.05

Hasil uji hubungan dengan analisis rank Spearman menunjukan hasil sebagai berikut:

Umur tidak berhubungan nyata dengan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan, maupun nilai keefektivan total. Hal itu kemungkinan disebabkan bahwa Program Kejar Paket B di desain untuk kelompok usia yang beragam mulai dari usia 15 tahun sampai 44 tahun. Sasaran Paket B sendiri beragam dengan karakteristik mereka yang lulus Paket A/ SD/MI, belum menempuh pendidikan di SMP/MTs dengan prioritas kelompok usia 15-44 tahun, putus SMP/MTs, tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri, tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor (potensi, waktu, geografi, ekonomi, sosial dan hukum, dan keyakinan). Dengan demikian, uji hubungan yang menyatakan faktor umur tidak berhubungan secara nyata dengan tingkat keefektivan total beserta unsur-unsurnya dapat dipahami.

Berdasarkan pendapat Soedijanto (1994), salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar adalah umur. Umur dan kapasitas belajar dari warga belajar merupakan faktor yang tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan suatu proses belajar. Kemampuan belajar seseorang akan meningkat sampai puncaknya pada umur 25 tahun. Hal ini kerena fungsi organ tubuh yang mendukung proses belajar semakin sempurna. Sesudah itu relatif tetap dan akan menurun pada umur 46 tahun, dan akhirnya menurun drastis pada umur 65 tahun. Hal ini berkaitan dengan mundurnya fungsi otot pendukung, kejenuhan belajar, dan sulitnya pengaturan tata nilai.

Jenis kelamin tidak berhubungan nyata dengan keefektivan total maupun unsur-unsur di dalamnya. Hal ini kemungkinan disebabkan bahwa Program Kejar Paket B tidak mengklasifikasikan jenis kelamin dalam proses pembelajaran. Tidak ada materi yang khusus di berikan kepada siswa perempuan atau laki-laki. Kelompok materi yang diajarkan terbagi menjadi dua yaitu kelompok mata pelajaran dan kelompok kecakapan hidup. Kelompok kecakapan hidup dipilih secara bebas oleh siswa sesuai dengan kebutuhannya.

Status sosial ekonomi keluarga berhubungan sangat nyata dan negatif dengan keefektivan total. Jika dilihat lebih jauh, faktor keefektivan yang berhubungan secara nyata adalah ketrampilan. Namun dapat dilihat dari tabel di atas, bahwa hubungan antara status sosial dan keefektivan adalah negatif. Jadi

dapat dikatakan bahwa dengan semakin tingginya status sosial, keefektivannya justru semakin rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kenyataan bahwa Paket B ditujukan untuk golongan dengan status sosial yang rendah. Jadi semakin tinggi status sosial keluarga responden, maka keefektivannya semakin rendah. Dengan kata lain, warga yang berlatar belakang status sosial tinggi relatif tidak cocok sebagai peserta dalam Program Kejar Paket B.

Menurut Spencer dalam Sugihen (1996) status seseorang atau sekelompok orang dapat ditentukan (untuk kebutuhan analisis) oleh suatu indeks. Indeks seperti ini dapat diperoleh dari jumlah rata-rata skor, misalnya, yang dicapai seseorang dalam masing-masing bidang, seperti pendidikan, pendapatan tahunan keluarga, dan pekerjaan dari kepala rumah tangga.

Motivasi tidak berhubungan nyata dengan keefektivan, maupun setiap unsur dari keefektivan baik sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Secara teoritis motivasi seharusnya memiliki hubungan positif terhadap keefektivan pembelajaran. Namun dalam kasus ini tidak terdapat hubungan yang nyata. Hal itu kemungkinan disebabkan Program Kejar Paket B adalah satu-satunya alternatif pendidikan di jalur pendidikan non-formal yang diselenggarakan setara dengan SLTP, sehingga warga belajar yang tidak dapat masuk pada jalur pendidikan formal mendapat peluang untuk terus melanjutkan sekolah dan mendapat peluang untuk mendapatkan ijazah untuk bekal mencari kerja.

Menurut Rusyan dkk (1989; 99) yang memberikan pengertian: “Motivasi merupakan penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan didasari oleh adanya suatu keinginan/kebutuhan. Berkaitan dengan kegiatan belajar, maka motivasi belajar berarti keseluruhan daya penggerak di dalam diri para siswa/warga belajar/peserta didik yang dapat menimbulkan, menjamin, dan memberikan arah pada kegiatan belajar, guna mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Motivasi belajar, maka siswa/warga belajar/peserta didik dapat mempunyai intensitas dan kesinambungan dalam proses pembelajaran/pendidikan yang diikuti.

Pandangan warga belajar terhadap Program Kejar Paket B tidak berhubungan nyata dengan keefektivan maupun unsur-unsur didalamnya.Hal itu disebabkan mayoritas warga belajar di Program Kejar Paket B sudah mengetahui

bahwa Program Kejar Paket B adalah suatu program pendidikan non-formal yang hasilnya disetarakan dengan SLTP. Sehingga kekurangan dan kelebihan dari hasil program tersebut dapat di pahami.

Di antara faktor internal yang memiliki hubungan nyata dengan keefektivan total adalah status sosial ekonomi keluarga yang berhubungan negatif dengan keefektivan pembelajaran Program Kejar Paket B.

Hubungan Faktor Eksternal dengan Keefektivan

Faktor-faktor eksternal yang diduga berhubungan dengan keefektivan pembelajaran Paket B terdiri atas delapan peubah yang diamati, yaitu fasilitas, materi belajar, kualitas pengajar, intensitas pengajaran, jarak belajar, dorongan orangtua, peluang sekolah, dan peluang kerja. Hubungan faktor internal tersebut disajikan pada Tabel 22.

Tabel 22. Hubungan antara faktor eksternal responden dengan keefektivan pembelajaran Paket B

Peubah External Pengetahuan Sikap Keterampilan KEEFEKTIVAN

Fasilitas -0.101 0.525** -0.071 0.226 Materi Belajar 0.190 0.146 0.339 0.429* Kualitas Pengajar 0.426* 0.226 -0.244 0.452* Intensitas Pengajaran 0.093 0.295 0.226 0.377* Jarak -0.127 0.304 -0.159 -0.112 Dorongan Ortu 0.431* 0.123 0.165 0.373* Peluang Sekolah 0.042 0.419* -0.244 0.067 Peluang Kerja 0.030 0.329 0.475** 0.362*

** Hubungan sangat nyata pada taraf 0.01 * Hubungan nyata pada taraf 0.05

Hasil uji korelasi silang faktor eksternal dengan efektifitas pembelajaran menunjukkan hal-hal berikut:

Fasilitas berhubungan nyata positif dengan sikap tetapi tidak berhubungan nyata dengan keefektivan total. Hal itu dapat dikatakan bahwa semakin baik fasilitas yang dimiliki maka akan semakin mempengaruhi peningkatan sikap warga belajar. Tersedianya fasilitas yang baik, akan mempengaruhi proses pembelajaran. Program Paket B adalah Program pendidikan non- formal, dimana dalam proses pembelajarannya sangat fleksibel. Sebagai pendidikan non-formal

fasilitas tidak mempengaruhi secara kuat. Proses pembelajaran dapat dilakukan dimana saja sesuai dengan kondisi dan kemampuan sasaran atau warga belajar.

Berdasarkan teori, para ahli telah sepakat bahwa fasilitas atau media pendidikan dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada dua alasan, mengapa media atau fasilitas dapat bermanfaat dalam proses belajar siswa antara lain: bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik; metode mengajar akan lebih berfariasi, sehingga tidak menimbulkan kebosanan; siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemontrasikan; Dalam pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

Materi berhubungan nyata positif dengan keefektivan total. Hal itu dapat dikatakan semakin sesuai materi yang diberikan maka akan semakin efektif kegiatan belajar mengajarnya. Materi yang diberikan di Kejar Paket B tergolong sangat baik, karena materi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan responden, sehingga apa yang menjadi kebutuhan responden dapat terpenuhi walaupun tidak maksimal.

Berdasarkan teori materi pelajaran harus sejalan dengan ukuran yang digunakan dalam kurikulum bidang studi yang bersangkutan. Kriteria pemilihan materi pelajaran yang akan dikembangkan dalam sistem pembelajaran dan mendasari penentuan strategi belajar mengajar yaitu: kriteria tujuan pembelajaran, meteri pelajaran supaya terjabar, relevan dengan kebutuhan siswa, kesesuaian dengan kondisi masyarakat, materi pelajaran mengandung segi-segi etik, materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematik dan logis, dan materi pelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli, dan masyarakat. (Harjanto,2003).

Kualitas pengajar berhubungan positif nyata pada pengetahuan dan efektifitas total. Hal itu dapat dikatakan bahwa semakin berkualitas pengajarnya maka semakin mempengaruhi peningkatan pengetahuan warga belajar dan akhirnya semakin efektif kegiatan belajar mengajarnya. Berdasarkan hasil

analisis kualitas pengajar di Paket B tergolong sangat baik. Hal itu kemungkinan disebabkan tutor yang ada di Paket B berasal dari bidang Keguruan dan ilmu pendidikan, disamping itu staf pengajarnya atau tutor memiliki pengalaman mengajar pada sekolah formal, sehingga para tutor dapat membuat suasana belajar dengan baik dan warga belajar dapat belajar dengan menyenangkan tanpa ada tekanan atau rasa tidak suka.

Berdasarkan teori salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam menyukseskan pembelajaran adalah kualitas pengajarnya baik di lembaga pendidikan formal maupun non-formal. Bloom (1976) berpendapat bahwa kualitas pengajaran sangat menentukan keberhasilan siswa. Kualitas pengajaran tergantung dari bagaimana cara menyajikan guru materi yang harus dipeljari, bagaimana guru menggunakan pemberian peneguhan (reinforcement), bagaimana cara guru mengaktifkan siswa supaya berpartisipasi dan merasa terlibat dalam proses belajar, bagaimana cara guru memberikan informasi kepada siswa tentang keberhasilan mereka. Semua ini berkisar pada keterampilan didakstis yang dimiliki guru. Kunci keberhasilan guru tidak begitu terletak dalam penguasaan keterampilan didaktis sebanyak mungkin, lebih-lebih dalam kemampuan menggunakan keterampilan yang dimiliki, sesuai dengan situasi dan kondisi kelas serta gaya mengajar si guru sendiri.

Intensitas pengajaran berhubungan nyata dengan keefektivan total. Hal itu dapat dikatakan semakin banyak intensitas pengajaran maka semakin efektif proses pembelajarannya. Mayoritas responden menyatakan intensitas pengajaran di Paket B cukup. Intensitas pengajaran di Kejar Paket B (non-formal) dilakukan 2 kali dalam seminggu atau disesuaikan dengan kondisi warga belajarnya. Jika dilakukan lebih banyak lagi maka kemungkinan akan lebih efektif dan menjawab kebutuhan warga belajarnya.

Jarak belajar tidak berhubungan nyata dengan keefektivan maupun semua unsur di dalamnya. Hal itu disebabkan karena Program Kejar paket B lebih memprioritaskan warga belajarnya adalah warga masyarakat yang berada disekitar tempat pelaksanaan program tersebut, sehingga tidak mempengaruhi terhadap proses pembelajaran.

Dorongan orangtua berhubungan nyata dengan pengetahuan maupun dengan keefektivan total. Mayoritas responden menyatakan dorongan orang tua sangat besar terhadap responden dalam mengikuti Kejar Paket B. Tingginya dorongan orang tua akan menambah semangat warga belajar untuk belajar lebih baik sehingga akan mempengaruhi peningkatan pengetahuan pada warga belajar.

Peluang sekolah tidak berhubungan nyata dengan keefektivan maupun semua unsur di dalamnya. Hal itu disebabkan Kejar Paket B sudah disetarakan dengan SLTP, sehingga warga belajar yang telah lulus Paket B secara otomatis dapat

Dokumen terkait