Halaman 1 Kuesioner Penelitian
4 Pemerataan dan Perluasan Akses Melalui Diversifikasi Layanan
Latar Belakang
Tugas pemerintah dalam bidang pendidikan berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengenal tiga jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan formal, non-formal, dan informal. Pendidikan non-formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan pendidikan sepanjang hayat.
Upaya memberikan pelayanan pendidikan dasar bagi semua anak Indonesia, terutama untuk menyukseskan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, baik Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional, secara berkesinambungan membutuhkan data pendidikan yang akurat (sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya), tepat guna (sesuai dengan kebutuhan peningkatan fungsi pemerintahan dalam pembangunan pendidikan), dan tepat waktu (tersedia pada saat dibutuhkan) sebagai acuan dalam mengambil kebijakan daerah maupun nasional.
Berdasarkan data di BPS dan Informasi Pendidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda Tahun 2004, data jumlah siswa putus sekolah dan tidak melanjutkan sekolah atau putus lanjut, berdasarkan kelompok usia antara lain:
1. Program Kejar Paket A, putus SD atau MI kelompok usia 7 -12 tahun sebanyak 198.244 orang, usia 13-15 tahun sebanyak 583.487 orang, usia 16-18 tahun sebanyak 1.006.247 orang, dan usia 19-22 tahun sebanyak 2.456.226 orang. Sedangkan tidak sekolah lagi SD/MI, usia 7 -12 tahun sebanyak 351.885 orang, usia 13-15 tahun sebanyak 1.681.616 orang, usia 16-18 tahun sebanyak 2.778.856 orang, dan usia 19-22 tahun sebanyak 6.772.376 orang.
2. Program Kejar Paket B, putus SMP/MTs kelompok usia 7 -12 tahun sebanyak 5.355 orang, usia 13-15 tahun sebanyak 154.088 orang, usia 16-18 tahun sebanyak 871.875 orang, dan usia 19-22 tahun sebanyak 2.400.205
orang. Sedangkan Putus Lanjut SMP/MTs kelompok usia 7 -12 tahun sebanyak 8.807 orang, usia 13-15 tahun sebanyak 316.403 orang, usia 16-18 tahun sebanyak 2.320.360 orang, dan usia 19-22 tahun sebanyak 5.703.202 orang.
3. Program Kejar Paket C, putus SMA/MA kelompok usia 7 -12 tahun dan usia 13-15 tahun tidak ada, usia 16-18 tahun sebanyak 353.795 orang, dan usia 19-22 tahun sebanyak 4.624.512 orang. Sedangkan putus lanjut SMA/MA kelompok usia 7 -12 tahun dan usia 13-15 tahun tidak ada, usia 16-18 tahun sebanyak 605.905 orang, dan usia 19-22 tahun sebanyak 7.220.647 orang ( Data BPS. 2004).
Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa masih banyak anak usia sekolah yang belum terlayani untuk kesempatan meraih pendidikan yang baik. Pelayanan pendidikan dasar terasa semakin berat karena adanya berbagai kendala yang muncul seperti konflik sosial di berbagai daerah yang mengakibatkan pengungsian, atau bencana alam. Hal ini diperparah dengan kondisi ekonomi masyarakat yang semakin sulit sehingga berdampak pada perubahan perilaku dan pola pikir masyarakat, di mana salah satu akibatnya adalah bertambahnya jumlah anak putus sekolah. Anak putus sekolah disebabkan antara lain oleh: (1) Penduduk yang terkendala waktu untuk sekolah, seperti pengrajin, buruh, dan pekerja lainnya, 2) Penduduk terkendala geografi, adalah etnik minoritas, suku terasing dan terisolir, (3) Kendala ekonomi seperti penduduk miskin dari kalangan nelayan, petani, penduduk kumuh dan miskin perkotaan, pekerja rumah tangga, dan tenaga kerja wanita, (4). Faktor keyakinan seperti warga pondok pesantren yang tidak menyelenggarakan pendidikan formal (madrasah), (5) Bermasalah sosial/hukum seperti anak jalanan, anak Lapas, dan korban Napza.
Salah satu alternatif program pendidikan yang sudah ditetapkan untuk menangani permasalahan tersebut adalah Program Kejar Paket B Setara SLTP. Program Kejar Paket B Setara SLTP adalah salah satu Program Pendidikan Dasar yang diselenggarakan melalui jalur Pendidikan Luar Sekolah. Program ini dikembangkan setara dengan Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
Undang-undang No. 2 tahun 1989 dan PP No. 73 Tahun 1991 diterbitkan, Kejar Paket B dirancang untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi warga masyarakat yang telah selesai belajar Kejar Paket A tanpa mempertimbangkan usia warga belajar, dengan titik berat pendidikan ditekankan pada penguasaan keterampilan yang dapat diandalkan sebagai bekal untuk mencari nafkah.
Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan jalur non-formal yang mencakup program Paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs, dan Paket C setara SMA/MA dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional, serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional peserta didik.
Hasil pendidikan non-formal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan (UU No 20/2003 Sisdiknas Psl 26 Ayat (6). Setiap peserta didik yang lulus ujian kesetaraan Paket A, Paket B, atau Paket C mempunyai hak eligibilitas yang sama dan setara dengan pemegang ijazah SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA untuk dapat mendaftar pada satuan pendidikan yang lebih tinggi. Status kelulusan Paket C mempunyai hak eligibilitas yang setara dengan pendidikan formal dalam memasuki lapangan kerja.
Implikasi dari hal ini ialah bahwa Kejar Paket A, Kejar Paket B, dan Kejar Paket C yang telah berjalan perlu adanya berbagai penyesuaian. Penyesuaian yang harus dilakukan khususnya untuk Program Kejar Paket B setara SLTP, antara lain: Sasaran Paket B diutamakan; (1) lulus Paket A/ SD/MI, belum menempuh pendidikan di SMP/MTs dengan prioritas kelompok usia 15-44 tahun, putus SMP/MTs, tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri, tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor (potensi, waktu, geografi, ekonomi, sosial dan hukum, dan keyakinan), (2) Kurikulum Paket B disusun berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi 2004 yang dengan sendirinya modul-modul Paket B yang telah ada disempurnakan berdasarkan kurikulum yang dimaksud, (3) sistem penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dikembangkan dengan sistem school-based atau sekolah sebagai pangkalan belajar, (4) pola pendanaan diupayakan dapat memenuhi kebutuhan minimum yang diperlukan dan tidak ada lagi penyediaan dana belajar secara khusus, (5) evaluasi proses dan hasil belajar
diperkuat melalui penyediaan biaya khusus (Modul petunjuk teknis penyelenggaraan Paket B setara SLTP. Tahun 2004).
Bogor merupakan suatu kota di Propinsi Jawa Barat yang banyak menyelenggarakan Kelompok Belajar Paket B Setara SLTP dengan banyak variasi, karena latar belakang peserta didik yang heterogen. Jumlah Paket B Setara SLTP yang berada di kota Bogor sebanyak 610 buah yang tersebar di enam wilayah, antara lain: Bogor Utara, Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Tengah, dan Tanah Sareal (Kabid Diklusepora Kota Bogor, 2006).
Identifikasi Masalah
Berbagai penyesuaian telah dilakukan untuk menyempurnakan Program Kejar Paket B agar dapat melembaga di masyarakat sehingga dapat diketahui secara pasti peranannya dalam mendukung Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Namun demikian masih terdapat permasalahan menyangkut kelanjutan Program Kejar Paket B tersebut antara lain:
1. Masih sedikitnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang mau menerima lulusan Kejar Paket B, karena kualitas program ini masih diragukan untuk disetarakan dengan pendidikan formal.
2. Masih kurangnya minat masyarakat untuk memanfaatkan program ini sebagai wahana alternatif pendidikan yang efektif.
3. Program Kejar Paket B masih dipandang sebagai pendidikan kelas dua oleh masyarakat, sehingga banyak peserta didik Program Kejar Paket B merasa rendah diri, terutama bila peserta didik akan melanjutkan pendidikannya ke sekolah formal.
4. Adanya anggapan bahwa Program Paket B tidak dapat menjawab kebutuhan nyata dari peserta atau warga belajar sehingga tidak melahirkan motivasi atau minat yang kuat dari peserta didik.
Mengingat persepsi pihak Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), warga belajar, dan masyarakat yang kurang kondusif terhadap pengembangan Program Kejar Paket B, maka perlu dilakukan pengkajian tentang keefektivan pembelajaran program ini, apakah program ini sudah efektif menyelesaikan permasalahan yang ada.
Pembatasan Masalah
Penelitian ini membatasi pada permasalahan menemukan keefektivan (pembelajaran Kejar Paket B) dan faktor-faktor yang berhubungan. Mengingat luasnya dimensi keefektivan pembelajaran sebuah program pendidikan, maka dalam penelitian ini keefektivan dinilai dari perubahan yang terjadi pada warga belajar dilihat dari aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan pembelajaran warga belajar terdiri atas: faktor internal atau individu warga belajar (usia warga belajar, jenis kelamin, status sosial ekonomi orang tua, motivasi, pandangan warga belajar terhadap paket B), dan faktor eksternal (kualitas pengajar, intensitas pengajaran, materi belajar, fasilitas belajar, dorongan orang tua, lokasi pembelajaran dan peluang mendapatkan kerja serta melanjutkan sekolah).
Perumusan Masalah
Penelitian ini dilaksanakan untuk menjawab permasalahan inti Program Kejar Paket B Setara SLTP, yaitu faktor-faktor apa yang berhubungan dengan keefektivan pembelajaran Kejar Paket B. Pemahaman terhadap faktor-faktor tersebut diharapkan dapat membantu memecahkan permasalahan Program Kejar Paket B dan menemukan langkah-langkah untuk meningkatkan keefektivannya.
Tujuan
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Menemukan hubungan antara faktor-faktor internal dan eksternal warga belajar dengan keefektivan pembelajaran Kejar Paket B dikaji dari perubahan perilaku warga belajar dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan melalui Departemen Pendidikan
Pendidikan Kabupaten Bogor untuk menghasilkan kebijakan Program paket B yang lebih efektif dan bermutu.
2. Bagi Peneliti dan Penyelenggara, dapat dijadikan salah satu bahan belajar (lessons learned) untuk langkah pengembangannya.
3. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi yang obyektif tentang Program Kejar paket B Setara SLTP yang gilirannya dapat meningkatkan partisipasi masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA
Program Kejar Paket B sebagai bagian Pendidikan Luar Sekolah
Pada akhir abad ke XX, kita dihadapkan pada suatu aliran baru sekitar pendidikan non-formal. Munculnya aliran baru ini, secara khusus mempermasalahkan pendidikan dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat pedesaan di dunia ketiga atau di negara-negara sedang berkembang dengan counter attack terhadap kelemahan-kelemahan pendidikan formal yang dianggap gagal dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi penduduk pedesaan. Tersedianya lembaga-lembaga pendidikan formal atau persekolahan telah dikritik oleh banyak ahli, karena di samping menghabiskan dana dalam jumlah besar, kehadirannya dianggap hanya untuk mempertahankan supremasinya bagi segolongan kecil masyarakat (Sudomo, 1987).
Penganut aliran baru ini, adalah mereka yang menjadi pembela masyarakat lemah yang mayoritas penduduknya tinggal di pedesaan dan tidak berdaya serta telah dikuasai oleh mereka yang kuat. Di antara aturan baru tersebut, muncul nama-nama seperti; (1) Coombs dan Manzoor (1974) yang menghubungkan pendidikan non-formal dengan penanggulangan kemiskinan di daerah pedesaan, dan mereka juga mengatakan bila bentuk pendidikan formal tidak mampu dilakukan oleh penduduk miskin, maka pemerintah negara berkembanglah yang harus membuat kebijakan pendidikan untuk mengatasi kelangkaan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan, dan perbaikan kesehatan serta gizi; (2) Freire (1972), menganggap sekolah sebagai tempat pendidikan bagi kaum yang tertindas.
Selain nama-nama tersebut di atas, beberapa pakar dari Indonesia menganut paham yang sama, di antaranya; (1) Slamet (1986), menyatakan bahwa pendidikan formal bukan satu-satunya jalan untuk meningkatkan upaya pembangunan masyarakat, akan tetapi perlu didukung oleh pendidikan non-formal secara terpadu yang menjangkau sasaran masyarakat yang luas. Pendidikan non-formal mempunyai peranan penting, khususnya dalam meningkatkan kemampuan mental, kemampuan intelektual dan kemampuan
bertindak bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, guna meningkatkan kesejahteraan khususnya di daerah pedesaan; dan (2) Sudjana (1981) bahkan telah merinci manfaat pendidikan non-formal, yang merupakan altematif dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan di pedesaan, baik yang disebabkan oleh keterbatasan pendidikan formal, maupun usaha untuk mencari bentuk atau aliran yang cocok bagi masyarakat kita.
Sihombing (2000) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan non-formal, di antaranya; (1) adanya kebutuhan masyarakat akan pendidikan non-formal; (2) kesediaan mendengar suara masyarakat; (3) kelenturan program pembelajaran yang selalu siap disesuaikan dengan kebutuhan calon warga belajar; (4) keanekaragaman program pembelajaran membuka peluang luas bagi setiap warga belajar untuk memilih program yang sesuai; (5) program pembelajaran yang tidak dirancang untuk mengejar ijaza h tetapi untuk kebermaknaan bagi masyarakat; (6) kurikulum dikembangkan sesuai dengan kebutuhan warga belajar bukan ilusi para perencana program; (7) program kegiatan belajar dikelola oleh masyarakat; dan (8) arah yang jelas dari setiap program yaitu membuat warga belajar menjadi bisa bukan menjadi tahu atau disebut belajar untuk hidup, bukan belajar untuk belajar.
Pendidikan non-formal dapat berupa Program Pemberantasan Buta Aksara, Program Paket A Setara SD, Program Paket B Setara SLTP, Program Paket C Setara SLTA, Program Kejar Usaha, Program Magang, Program PADU, Program Kursus, PKBM, Program Kepemudaan, Program Kewirausahaan Pemuda, Program Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan (SP-3), Program Kegiatan Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP). Sasaran dan tujuannya untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan masyarakat seperti: kaum petani, pengrajin, nelayan, buruh, pengusaha kecil, pedagang dan sebagainya.
Program Kejar Paket B Setara SLTP adalah salah satu Program Pendidikan Non-formal. Program Kejar paket B Setara SLTP diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Maju mundurnya Program Kejar Paket B Setara SLTP tergantung kesungguhan pengelola, partisipasi
warga belajar, dan dukungan masyarakat sekitarnya terhadap eksistensi dan kegiatan yang dilaksanakan oleh penyelenggara Program Kejar Paket B. Sedangkan pemerintah lebih berfungsi sebagai fasilisator dan motivator saja. Pendekatan ini dilakukan untuk menghindari kesalahan model pembangunan yang selama ini cenderung bersifat top down yang umumnya tidak didasarkan pada identifikasi potensi dan permasalahan yang aktual dan realis.
Selain Program Kejar Paket B, bentuk pendidikan non-formal yang dikembangkan Direktorat Pendidikan Masyarakat Depdiknas, menurut Ella (2007), meliputi: kelompok belajar Paket A, dan Paket C, yang juga menitik beratkan pada pendidikan dasar yang diintegrasikan dengan mata pencaharian; (1) kelompok usaha, menitik beratkan pada ketrampilan belajar dan berusaha; (2) kursus ketrampilan yang dapat digunakan sebagai sarana untuk membuka dan memasuki lapangan kerja; (3) program magang yang menekankan pada kegiatan bekerja, berusaha sambil belajar; dan (4) program belajar mandiri, menitik beratkan pada peningkatan kemampuan masyarakat terhadap penguasaan mata pencaharian tertentu.
Proses Penyelenggaraan Kejar Paket B Setara SLTP
Program Kejar Paket B Setara SLTP adalah salah satu program pendidikan dasar yang di selenggarakan melalui jalur Pendidikan Luar Sekolah. Program ini dikembangkan setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), yang keberadaannya di pertegas pada pasal 18, peraturan pemerintah No. 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah. Adapun dasar penyelenggaraannya sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0576/U/1990 tanggal 1 September 1990, DIP dan Petunjuk Operasional Proyek Pendidikan Luar Sekolah tahun anggaran 1994/1995, GBHN tahun 1993, dan Undang-undang No. 2 tahun 1989 pasal 6 dan 14. Kejar Paket B Setara SLTP dirancang untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi warga masyarakat yang telah selesai belajar paket A tanpa mempertimbangkan usia warga belajar, dengan titik berat pendidikan ditekankan pada penguasaan keterampilan yang dapat diandalkan sebagai bekal untuk mencari nafkah, serta berdasarkan atas kebijaksanaan pemerintah tentang Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun yang
dimulai pada tahun pertama pelita VI pembangunan jangka panjang. Tahap kedua (PJP II) Paket B ditetapkan sebagai salah satu pendukung Program Wajib Belajar yang setara dengan SLTP.
Perencanaan Program
Perencanaan merupakan kegiatan awal yang dilakukan untuk memperhitungkan kelayakan sasaran yang harus dilayani, serta dukungan-dukungan lain yang diperlukan guna mencapai tujuan program. Perencanaan perlu dilakukan karena terbatasnya dana yang tersedia. Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan program kejar Paket B Setara SLTP mencakup kegiatan pengumpulan dan analisis data dasar (data calon warga belajar, cara memperoleh data, seleksi, alat yang digunakan, pelaksana) calon warga belajar, tutor, pengelola, lokasi, dan tata cara pengusulan program.
Pelaksanaan Program Kejar Paket B Setara SLTP
Dalam penyelenggaraan Program Kejar Paket B Setara SLTP semua unsur dalam sistem Paket B harus berjalan sesuai dengan peran masing-masing. Unsur itu terdiri dari warga belajar, tutor, penyelenggara, pengelola program, dan pembina program di semua tingkatan. Adapun uraian daripada masing-masing unsur yang ada pada Program Kejar Paket B Setara SLTP antara lain:
(1) Warga Belajar ditetapkan tiap kelompok belajar sekitar 20 orang warga belajar, mereka terdiri dari siswa lulusan SD yang tidak melanjutkan dan siswa putus sekolah SLTP dalam batas usia 16-44 tahun, warga belajar yang telah menyelesaikan paket A. Tugas dari pada Warga belajar Paket B adalah mengikuti acara kegiatan belajar yang telah ditetapkan secara teratur dan terus menerus, belajar sendiri dimana berada dan diluar acara belajar, memelihara hubungan baik dengan sesama Warga Belajar, tutor, pengelola, penyelenggara dan pembina. Fungsi Warga belajar dalam Program Kejar Paket B sebagai peserta didik yang dengan penuh kesadaran selalu berusaha mengikuti program belajar untuk kepentingan diri sendiri sampai memiliki pendidikan yang setara SLTP. Tanggungjawab yang harus dimiliki warga belajar adalah mengatur diri sendiri agar selalu dapat menyisihkan sebagian
waktunya untuk mengikuti program belajar secara bersama dalam kelompok dan belajar sendiri, kapan dan dimana saja berada serta memelihara fasilitas yang diberikan. Hak warga yang diperoleh warga belajar adalah mengikuti kegiatan belajar dalam kelompok belajar, mengikuti tes hasil belajar berdasarkan ketentuan yang berlaku, memperoleh bahan-bahan belajar, memilih pendidikan keterampilan dan agama sesuai dengan pilihannya, memperoleh pelayanan baik dari tutor, penyelenggara, pengelola dan pembina. Kemudian sanksi yang diberikan kepada warga belajar adalah apabila warga belajar tidak mentaati ketentuan-ketentuan yang ditetapkan, dikeluarkan dari kelompok belajar.
(2) Setiap kelompok belajar yang terdiri 20 orang warga belajar dibantu oleh enam orang tutor. Tutor utama terdiri dari tutor bidang study: Matematika IPA, Bahasa Indonesia, IPS Pancasila dan kewarganegaraan, sedangkan bidang study lainnya dirangkap oleh keenam tutor, pengelola, dan pembina. Tugas tutor adalah mengajar, membimbing dan melatih warga belajar sesuai dengan bidang study yang diajarkan, menyusun program belajar yang akan diajarkan, membuat bahan belajar pelengkap yang berisi muatan lokal, menilai kemampuan warga belajar. Fungsi daripada tutor adalah sebagai tenaga pendidik dalam program Kejar Paket B yang memiliki tanggungjawab mengajarkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap terhadap warga belajar sehingga mampu menguasai pelajaran yang diajarkan.
Adapun hak tutor adalah;
a. Mengikuti latihan tutor Paket B yang diselenggarakan oleh pemerintah, b. Memperoleh imbalan Rp. 125.000/bulan dan lainnya yang sah,
c. Perlakuan baik dan perlindungan hukum, d. Saran untuk perbaikan program Peket B,
e. Memperoleh tanda penghargaan. Apabila tutor melakukan kesalahan maka sanksi yang diberikan adalah dikeluarkan sebagai tutor dalam kejar Paket B.
(3) Penyelenggara Program Kejar Paket B adalah organisasi/lembaga yang bertanggungjawab terhadap kelangsungan kelompok belajar Paket B.
a. Mendorong warga belajar agar aktif belajar baik dalam kelompok belajar maupun belajar sendiri di luar kelompok belajar,
b. Menyediakan fasilitas yang diperlukan seperti tempat belajar, alat belajar, serta bahan-bahan belajar pelengkap yang diperlukan warga belajar,
c. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan belajar kepada pembina paket B tiap satu bulan sekali,
d. Membina hubungan baik dengan tutor, pengelola, pembina,
e. Menilai keaktifan belajar warga belajar dan tutor dalam membantu proses belajar,
f. Memantau pelaksanaan proses belajar.
Fungsi penyelenggara yaitu mengatur acara kegiatan belajar dan membantu pelaksanaannya, serta sebagai sumber informasi tentang proses pelaksanaan kegiatan belajar Paket B. Sedangkan tanggungjawabnya tutor menjamin keberhasilan pelaksanaan program Kejar Paket B. Sanksi dilakukan apabila penyelenggara dinilai oleh pengelola tidak dapat melaksanakan tugasnya maka tugas diambil alih oleh pengelola dan penyelenggara harus mempertanggungjawabkan semua aset dana dan fasilitas yang diberikan. (4) Pengelola program adalah kepala, wakil kepala atau guru sekolah yang dapat
memilih dan mengarahkan tutor dan fasilitator yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan program. Pengelola membawahi 3 penyelenggara program Peket B, semua tutor dan fasilitator.
Tugas pengelola program meliputi: a. Menyusun peta sasaran program, b. Menyusun daftar peserta belajar,
c. Memberikan bimbingan teknis mengusahakan kebutuhan fasilitas yang diperlukan seperti tenaga fasilitator,
d. Memilih dan mengatur tenaga-tenaga tutor,
e. Menyusun laporan tentang kemajuan penyelenggara.
Pengelola program berfungsi sebagai organisator dan penyelenggara Program Kejar Paket B . Hak yang dimiliki oleh pengelola program antara lain memilih dan menilai tugas tutor, penyelenggara dan fasilitator,
mengusulkan pelaksanaan program Kejar Paket B. Sanksi yang diterapkan apabila pengelola tidak dapat memenuhi tugasnya diganti melalui tatacara yang telah ditetapkan.
(5) Penilik Pendidikan Luar Sekolah berperan sebagai pembina dan pengawas pelaksanaan Kejar Paket B. Tugas Penilik Dikmas yaitu memantau, mensupervisi, menilai dan melaporkan kepada Kancam Dikbud dan Kepala Seksi Dikmas tentang kemajuan Kejar Paket B.
Kewajiban yang harus dilaksanakan yaitu:
a. Membuat daftar peserta program untuk setiap angkatan disetiap lokasi, b. Memantau, mensupervsi, mengawasi, menilai dan mengendalikan
pelaksanaan program,
c. Mengadakan kontak kerja sama dengan pengelola pada kasi Dikmas, d. Mengkoordinir penyusunan dan penyelenggaraan tes hasil belajar warga
belajar.
Hak yang dimiliki antara lain:
a. memperoleh biaya berdasarkan ketentuan yang berlaku,
b. mengusulkan pada Kasi Dikmas untuk mengganti pengelola, penyelenggara dan tutor jika dinilai tidak dapat melaksanakan tugasnya, c. mengikut latihan yang berkaitan dengan program Paket B,
d. menetapkan calon-calon tutor yang diikut sertakan dalam latihan,
e. menelah dan menyetujui usulan dari pengelola dan penyelenggara dalam kaitannya dengan penyelenggaraan Paket B.
(6) Kepala Desa/Lurah dan Camat berperan sebagai pembina tingkat desa dan berkewajiban membantu suksesnya penyelenggaraan kejar paket B. Camat berperan sebagai pembina tingkat kecamatan dan memberikan pelayanan terhadap kemudahan dalam memenuhi kebutuhan administratif yang diperlukan oleh pengelola, penyelenggara, dan tutor.
Tindak Lanjut (SPEM)
Dalam Pendidikan Luar Sekolah (non-formal), SPEM (supervisi, pelaporan, evaluasi, dan monitoring) berfungsi sebagai upaya untuk melacak dan membekali tentang proses pelaksanaan Program. Dengan kata lain SPEM