• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Karawang Karawang

6.3.1 Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang

Kabupaten Karawang sebagai tingkat wilayah turut mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan pertanian. Kabupaten Karawang yang mengarahkan penataan ruangnya untuk menjadikan pertanian dan industri sebagai basis perekonomiannya ingin mensinergikan keduanya sehingga alih fungsi lahan pertanian tidak terjadi. Namun dalam kenyataannya hal tersebut justru mendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian khususnya lahan sawah. Alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Karawang pada tahun 2002 – 2012 dipengaruhi berbagai faktor. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi penurunan lahan sawah di Kabupaten Karawang adalah PDRB sektor industri, laju pertambahan jumlah penduduk, jumlah industri, dan proporsi luas lahan sawah terhadap luas wilayah.

Analisis dalam penentuan faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian di tingkat wilayah digunakan analisis regresi linear berganda. Data yang digunakan dalam menentukan model tersebut merupakan data time series tahun 2002 – 2012. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian (industri, permukiman, dan sarana prasarana lainnya) dapat dilihat pada Tabel 11 dibawah ini.

49 Tabel 11. Hasil Estimasi Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Alih Fungsi

Lahan Sawah di Kabupaten Karawang

Variable Coefficient t-Statistic Prob. VIF Keterangan Variabel

C 6.157863 4.747285 0.0051 Konstanta

X1 0.011902 1.398043 0.2210 5 781 PDRB Industri

X2 0.002250 1.086440 0.3269 1 174 LPP

X3 -0.146367 -2.38346 0.0629*) 5 412 Jumlah Industri

X4 0.937210 6.217458 0.0016*) 4 804

Proporsi Luas Lahan Sawah Terhadap Luas Wilayah

R-squared 0.977181 F-statistik 53.52860

Adjusted R-squared 0.958926 Prob (F-statistik) 0.000271

Prob. Chi-squared 3.72223 Prob Jarque-Bera 0.303359

Obs*R-Squared 5.319518 Prob 0.503533

Sumber : Badan Pusat Statistika, berbagai terbitan (diolah) Keterangan : *) nyata pada taraf 10 persen

Bedasarkan Tabel 11, diperoleh nilai R-squared adalah sebesar 0.977 (97.7 persen) yang menunjukkan bahwa keragaman dari variabel dependen yaitu penurunan lahan sawah dapat diterangkan oleh variabel independennya yaitu PDRB sektor industri, laju pertambahan jumlah penduduk, jumlah industri, dan proporsi luas lahan sawah terhadap luas wilayah sebanyak 97.7 persen, sisanya diterangkan oleh variable lain di luar model. Adjusted R-squared yang diperoleh bernilai 95.8 persen. Pengaruh bersama-sama antara variabel independen dengan variabel dependen secara keseluruhan dapat dilihat dari nilai probabilitas F-statistik. Nilai Prob F-statistik yang diperoleh sebesar 0.000271 yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu 0.1 (10 persen) memiliki arti bahwa dari hasil estimasi regresi minimal ada satu variabel independen yang mempengaruhi variabel dependennya.

Untuk melihat signifikan atau tidaknya pengaruh setiap variabel independen secara individu terhadap variabel dependennya dilihat dari uji t-statistik tiap variabel independennya. Bedasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa variabel independen yang mempengaruhi alih fungsi lahan sawah adalah jumlah industri dan proporsi luas lahan sawah terhadap luas wilayah yang berpengaruh nyata pada taraf nyata α=10 persen. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap alih fungsi lahan sawah adalah PDRB sektor industri dan laju pertambahan penduduk.

50

Model yang digunakan cukup baik karena telah memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Dalam membuktikan tidak terjadi multikolinearitas dalam model maka digunakan nilai VIF dengan kriteria jika nilai VIF yang dihasilkan dibawah 10 maka tidak terjadi multikolinearitas didalam model. Bedasarkan hasil pengolahan data, masing-masing variabel dalam model memiliki nilai VIF yang berkisar antara 1 sampai 5. Hal ini membuktikan tidak terjadi masalah multikolinearitas yang serius dalam model. Model ini memiliki error yang terdistribusi normal, hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas Jarque-Bera yang lebih besar dari taraf nyata α=10 persen. Dapat disimpulkan bahwa pada model ini tidak terjadi permasalahan normalitas. Untuk memeriksa asumsi autokorelasi, dilakukan dengan uji Breusch-Godfrey. Bedasarkan hasil uji diperoleh nilai Prob. Chi-Squared sebesar 0.372223. Nilai tersebut lebih besar dari taraf nyata α=10 persen, artinya tidak terjadi masalah autokorelasi dalam model. Sedangkan untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas digunakan uji white heteroscedasticity. Pengujian ini menghasilkan nilai probabilitas Obs*R-squared sebesar 0.503533. Nilai tersebut lebih besar daripada taraf nyata yang digunakan sebesar 10 persen sehingga dapat dikatakan bahwa model telah terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Model hasil estimasi regresi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan sawah di tingkat wilayah, sebagai berikut :

LnY = 6.157863 + 0.011902 LnX1+ 0.002250 LnX2 – 0.146367 LnX3+ 0.937210 LnX4

Bedasarkan hasil estimasi, PDRB sektor industri berpengaruh positif terhadap alih fungsi lahan sawah namun tidak berpengaruh nyata, dimana nilai probabilitas 0.2210 lebih besar dari taraf nyata yang digunakan 10 persen (0.2210>0,1). Hal ini menunjukkan banyaknya industri yang berdiri di Kabupaten Karawang menggeser peruntukkan lahan sawah ke penggunaan non-sawah, tetapi pertumbuhan ekonomi dari sektor industri tidak mempercepat pergeseran alih fungsi lahan tersebut.

Koefisien laju pertambahan penduduk berpengaruh positif namun tidak berpengaruh nyata terhadap alih fungsi lahan sawah dimana nilai probabilitas 0.3269 > taraf nyata 10 persen. Hal ini logis karena adanya peningkatan laju pertambahan penduduk mengakibatkan kebutuhan akan lahan semakin meningkat. Luas lahan yang tetap sementara kebutuhan lahan yang terus meningkat sehingga

51 menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian terutama lahan sawah. Peningkatan laju pertambahan penduduk menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya di Kabupaten Karawang. Pembangunan untuk penyediaan pemukiman, sarana dan prasarana guna memenuhi kebutuhan penduduk di Kabupaten Karawang pada awalnya menggunakan lahan non-pertanian seperti lahan-lahan yang tandus, lahan kering, dan lain-lain, namun seiring permintaan lahan yang terus meningkat terjadilah pergeseran penggunaan lahan ke pertanian khususnya lahan sawah.

Variabel jumlah industri berpengaruh negatif dan signifikan terhadap alih fungsi lahan sawah pada taraf nyata 10 persen (0.0629 < 0.1). Hal ini berarti adanya peningkatan jumlah industri terutama industri besar dimana membutuhkan luas lahan lebih besar menyebabkan sedikit penurunan luas lahan sawah. Koefisien jumlah industri tidak sesuai dengan hipotesis awal dimana telah disebutkan bahwa jumlah industri berpengaruh positif terhadap penurunan luas lahan sawah atau semakin meningkat jumlah industri maka semakin meningkat pula penurunan luas lahan pertanian. Adanya sedikit penurunan luas lahan sawah terhadap peningkatan jumlah industri terutama industri besar mengindikasikan bahwa pembangunan industri tidak hanya dilakukan pada lahan sawah. Pembangunan industri yang ada di Kabupaten Karawang banyak juga dilakukan pada lahan-lahan non-sawah. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Karawang bahwa lahan lahan non-sawah yang digunakan untuk pembangunan industri, yaitu berupa lahan tegalan dan kebun campuran sehingga jumlah industri besar tidak terlalu berpengaruh terhadap penurunan luas lahan sawah.

Koefisien proporsi luas lahan sawah terhadap luas wilayah berpengaruh positif dan berpengaruh nyata pada taraf 10 persen (0.0016 < 0.1). Hal ini sesuai dengan hipotesis awal dimana semakin luas proporsi lahan sawah maka semakin tinggi penurunan luas lahan sawah akibat kegiatan alih fungsi. Semakin luas lahan sawah dapat diartikan bahwa luas lahan non-sawah semakin sempit. Hal tersebut mengindikasikan adanya perubahan lahan sawah untuk pembangunan diberbagai sektor yang membutuhkan lahan yang cukup luas seperti sektor industri, perumahan, dan jasa. Kabupaten Karawang yang terkenal sebagai lumbung padi

52

nasional menjadikan wilayah ini sebagian besar merupakan lahan sawah. Hal tersebut mendorong wilayah Kabupaten Karawang untuk terus mempertahankan lahan sawah. Namun, kebutuhan lahan di Kabupaten Karawang untuk pembangunan baik industri, perumahan, dan sarana prasarana juga semakin meningkat. Proporsi luas lahan sawah terhadap luas wilayah yang semakin tinggi dan kebutuhan lahan untuk pembangunan juga semakin tinggi mendorong terjadinya penurunan luas lahan sawah lebih besar dibandingkan dengan lahan kering (ladang, padang rumput, tegalan, hutan, perkebunan, rawa, tambak, kolam, dan lainnya) yang jumlahnya lebih sedikit.

6.3.2 Faktor Internal yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan di