• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. POTENSI PENGEMBANGAN USAHA

6.2. Identifikasi Potens

6.2.2. Faktor Eksternal 1) Peluang (opportunities)

1.1. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah melalui instansi terkait yaitu Dinas Peternakan dan Perikanan dengan program bantuan ternak sapi bergulir untuk meningkatkan populasi ternak sapi sampai dengan 2012 serta program bantuan bibit rumput sebagai hijauan pakan utama ternak sapi, juga mendukung dan menfasilitasi dengan siap membimbing usaha kelompok tani. Dinas Perkebunan dengan program bantuan peremajaan karet berupa bantuan bibit karet dari jenis unggulan untuk para petani yang disalurkan melalui kelompok tani dengan mengajukan proposal bantuan bibit. Kebijakan pemerintah telah berupaya untuk membantu program pastisipatif para petani yang tergabung dalam kelompok tani.

1.2. Bimbingan PPL

Dengan adanya program pengembangan dari pemerintah khususnya instansi terkait melalui program peremajaan karet dan ternak bergulir, membuat PPL siap melakukan bimbingan untuk membantu dalam penguatan kelompok tani melalui usaha- usaha perkebunan rakyat dan ternak sapi rakyat. Peluang bimbingan PPL dapat ditangkap oleh kelompok tani guna mengetahui cara penguatan kelompok, peningkatan mutu karet dan peningkatan produksi. Dalam proses bimbingan ini juga dapat menyerap pengetahuan tentang cara tepat memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada untuk meningkatkan populasi ternak sapi.

1.3. Bantuan kredit lunak dari bank

Untuk program peremajaan dan pengembangan ternak sapi dapat diberikan bantuan kredit lunak seperti KUPEM (Kredit Usaha Penguatan Ekonomi Masyarakat) dengan bunga ringan hanya 6% pertahun yang sengaja dikucurkan Pemerintah Daerah yang disalurkan melalui Bank Pembangunan Daerah untuk membantu usaha anggota kelompok tani yang ada di wilayah Provinsi Jambi. Namun kelompok masih enggan untuk menangkap peluang yang digulirkan Pemerintah Daerah ini, disebabkan mereka takut menanggung resiko hutang.

1.4. Permintaan Pasar Terhadap Karet dan ternak sapi

Akses pemasaran karet sebagai komoditi kelompok tani Karya Agung relatif gampang dipasarkan dan tersedianya pasar lelang Karet Desa Giriwinangun yang dikelola oleh KUD Sumber Jaya yang selalu menyediakan akses pemasaran karet. Permintaan bahan baku karet juga terus meningkat dari tahun ke tahun ditandai dengan hasil karet kelompok tani Karya Agung pasti habis terjual setiap mereka mau menjual hasil kebun karetnya.

Kurangnya produksi daging Nasional khususnya Provinsi Jambi yang mendatangkan kebutuhan daging sapi berupa ternak sapi hidup dari Provinsi Lampung merupakan peluang pasar yang dapat dijadikan motivasi untuk lebih meningkatkan produksi daging dari ternak sapi untuk mencukupi kebutuhan di wilayah Provinsi Jambi, terlebih kebutuhan akan daging sapi pada tingkat lokal terus meningkat dan tidak dapat dipenuhi oleh pasar lokal.

1.5. Pendidikan dan pelatihan

Melalui pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan pemerintah daerah untuk menguatkan kapasitas kelompok, anggota dan pengurus kelompok dapat dibuka wawasannya untuk menyadari bahwa kebun karet yang mereka miliki masih dapat dioptimalkan dengan penanaman rumput gajah. Ini merupakan peluang untuk menjalankan usaha kebun dan ternak seiring sejalan dan saling menguntungkan, karena ternak sapi menghasilkan kotoran yang dapat dijadikan pupuk bagi kebun karet.

2) Ancaman (Threats)

2.1. Mahalnya harga pupuk

Mahalnya harga pupuk merupakan ancaman bagi peningkatan produksi karet petani sebab harga pupuk non subsidi tidak terjangkau oleh petani dan akan berakibat mahalnya ongkos produksi. Pemupukan sangat dibutuhkan tanaman karet terlebih pada masa trek (rontok daun) pada bulan Juli sampai dengan Agustus setiap tahunnya. Akibatnya anggota kelompok tani Karya Agung mengurangi pemupukan pada pohon karet hingga berakibat menurunnya hasil getah karet yang di produksi kebun-kebun petani, sedangkan pupuk urea bersubsidi susah didapat butuh waktu yang cukup lama untuk sampai ke petani yang ada di Desa Giriwinangun. Untuk mendapatkan pupuk

bersubsidi petani melalui kelompok taninya harus mengajukan permohonan jauh hari sebelum pupuk dibutuhkan, itupun tidak selalu berhasil seperti keadaan yang dialami kelompok tani Karya Agung walau sudah berulang kali mengajukan permintaan pupuk ke penyalur resmi namun tidak kunjung didapat karena ketiadaan stok pupuk urea bersubsidi di penyalur.

2.2. Merosotnya harga karet akibat dampak krisis global

Pada saat ini ekonomi dunia sedang mengalami krisis yang berakibat menurunnya permintaan produksi karet berimbas pada permintaan bahan baku karet turut menurun menyebabkan harga karet di pasaran juga turun drastis. Dampaknya sangat dirasakan oleh petani di Desa Giriwinangun termasuk anggota kelompok tani Karya Agung sebagai penghasil karet, harga karet yang biasanya berkisar pada harga Rp. 12.500 rupiah per kilogram pada September 2008 menjadi sekitar Rp. 5.000 rupiah per kilogram pada periode Oktober – November 2008. hingga menjadi ancaman bagi usaha kelompok tani Karya Agung. Namun kelompok tani harus mensiasati ancaman turunnya harga karet dengan meningkatkan usaha ternak sapi mereka, karena harga daging sapi relatif stabil. Petani harus menyingkirkan ancaman harga karet yang turun dengan menjadikan ternak sapi sebagai peluang untuk lebih meningkatkan dan pengembangkan usaha ternak sapi hingga pada akhirnya nanti usaha kebun dan ternak sapi dapat saling mengisi untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota kelompok tani Karya Agung.

2.3. Serangan penyakit terhadap ternak sapi dan kebun karet

Seringnya penyakit yang menyerang ternak sapi pada perubahan cuaca menyebabkan menurunnya bobot badan ternak hingga akan menghambat proses penggemukan sapi akibatnya akan memperpanjang proses penggemukan dan berakibat menurunnya keuntungan apalagi bila tidak cepat ditangani ternak akan mati dan akan menimbulkan kerugian. Penyakit yang menyerang ternak sapi juga dikarenakan petani kurang memiliki pengetahuan dan hanya berdasarkan pada pengalaman, tradisi kebiasaan yang mereka lakukan dalam memelihara ternak dari pengetahuan turun temurun, sehingga bila mengalami masalah penyakit yang belum atau jarang ditemukan sebelumnya mereka kurang mengetahui dan mengerti bagaimana melakukan pengobatan atau pencegahan penyakit tersebut.

Serangan penyakit jamur upas pada pohon karet menyebabkan pohon karet mati layu dan tidak mengeluarkan getah, sedangkan cara pencegahan dan penanggulangan penyakit belum diketahui petani secara pasti. Akibatnya penyakit jamur upas atau jamur akar putih sering menyerang pohon karet petani, parahnya lagi penyebaran dan penularan penyakit ini begitu cepat hingga bila pohon terserang penyakit jamur maka seringkali satu jalur pohon yang berjejer akan tertular jamur hingga bila petani kurang jeli dan cepat memutus penularan akan berakibat pohon karet satu jalur mati. Dapat berakibat menurunnya produksi karet setiap penyadapan yang berdampak menurunnya pendapatan petani. Cara penanggulangan yang ditempuh anggota kelompok tani selama ini baru sebatas memutus penularan jamur dengan menebang pohon dan mencabut sampai ke akar pohon yang terkena jamur berikut pohon disebelahnya yang belum tertular karena dikuatirkan akan merambat ke pohon karet lainnya.

Berdasarkan uraian Identifikasi potensi faktor Internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor Eksternal (Peluang dan ancaman) diatas, maka berikut ini disajikan Matriks analisis SWOT penguatan kelompok tani Karya Agung Desa Giriwinangun tahun 2008 pada Tabel 14.

6.3. Ikhtisar

Analisis usaha ternak sapi dan kebun karet anggota kelompok tani Karya Agung menunjukkan bahwa aktivitas usaha yang mereka jalankan membawa keuntungan dan peningkatan pendapatan keluarga. Melalui analisis usaha dapat diketahui bahwa potensi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan anggota kelompok tani Karya Agung masih terbuka, sehingga usahatani kebun karet dan ternak sapi dapat terus ditingkatkan.

Untuk mengetahui potensi pengembangan usaha kelompok tani Karya Agung dalam rangka penguatan kelompok tani dilakukan melalui analisis SWOT. Analisis ini dilakukan kepada stakeholders terkait, yaitu Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas Perkebunan Kabupaten Tebo, perangkat Desa Giriwinangun, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) bidang pertanian, perkebunan dan peternakan serta pengurus dan anggota kelompok tani Karya Agung.Analisis SWOT merumuskan Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi penguatan kelompok tani.

Faktor Internal terdiri dari kekuatan kelompok tani Karya Agung yaitu potensi sumberdaya lahan yang dapat dimanfaatkan kelompok untuk pengembangan usaha, modal sosial yang terjalin dapat dikembangkan, dengan ketrampilan dan pengalaman anggota kelompok maka pengembangan usaha melalui wadah kelompok tani dapat tercapai. Sedangkan kelemahannya yaitu kemampuan membangun jaringan kerjasama, bimbingan dan pendampingan PPL, kapasitas kelompok, pengetahuan kelompok, manajemen kelompok dan akses pemasaran karet dan ternak sapi yang masih menjalin hubungan dengan tengkulak yang berakibat kerugian petani. Akibatnya usahatani anggota kelompok mengalami hambatan untuk berkembang. Menghadapi masalah ini, kelompok tani Karya Agung harus mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan kekuatan dan potensi yang ada untuk pengembangan usaha.

Faktor Eksternal terdiri dari, peluang kelompok tani Karya Agung yaitu, Kebijakan Pemerintah dalam peremajaan karet dan bantuan ternak bergulir sangat mendukung aktivitas usaha kelompok, Bimbingan dan pendampingan, pendidikan dan pelatihan, bantuan kredit dan permintaan pasar terhadap karet dan daging sapi terus meningkat. Sedangkan ancaman yaitu Akses pupuk bersubsidi yang sulit didapat anggota kelompok hingga menjadi ancaman bagi kelangsungan usaha kebun, Kondisi harga karet akibat krisis global yang berdampak penurunan harga karet dan Serangan penyakit terhadap usaha kebun karet dan ternak sapi anggota kelompok tani.

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK