• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

6.2 Faktor Eksternal

Berdasarkan hasil wawancara dan pengisian kuisioner dan analisis terhadap sistem agribisnis kopi yang sudah berkembang di Humbang Hasundutan, didapatkan faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan agribisnis kopi di Humbang Hasundutan, yaitu sebagai berikut :

6.2.1 Peluang

Faktor peluang adalah bagian dari faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut dianggap sebagai suatu potensi yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan agribisnis kopi di Humbang Hasundutan. Potensi tersebut harus dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, peluang tersebut terdiri dari :

a. Otonomi Daerah

Pemberlakuan UU No.22 tahun 1999 mulai tahun 2000, menimbulkan dampak yang sangat besar bagi pemerintah daerah, karena dengan diberlakukannya undang-undang tersebut maka pemerintah daerah mempunyai wewenang penuh dalam mengadakan pembangunan di daerahnya amsing-masing. Pembangunan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi dan peluang yang dimiliki oleh daerah tersebut. Oleh sebab itu, karena 22.707 Ha dari total luas tanaman perkebunan 33.599 Ha Humbang Hasundutan ditanami kopi, maka sudah selayaknya pembangunan agribisnis kopi lebih diperhatikan oleh pemerintah. b. Tumbuhnya Asosiasi

APKLO (Asosiasi Petani Kopi Lintong Organik) berdiri pada tanggal 21 Oktober 2003. Asosiasi ini dimulai dari satu kelompok tani dan setelah 2 tahun banyak kelompok tani yang bergabung menjadi 14 kelompok dengan jumlah anggota 350 anggota. APKLO didirikan dengan tujuan untuk menguatkan petani kopi untuk dapat berdiri sendiri dalam mengolah dan memasarkan kopinya sendiri (untuk bisa bersaing dengan pihak ketiga) yang selalu menentukan harga kopi sehingga petani tidak pernah mendapatkan harga yang layak. Adanya Asosiasi ini dapat membantu petani untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Apabila

53 harga kopi di pedagang pengumpul sekitar Rp 9.000 per liter, maka APKLO membeli kopi dari petani dengan harga Rp 11.000,00 hingga Rp 13.000,00 per liter. Terkadang hal ini yang membuat pertentangan antara APKLO dengan pihak pengumpul. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan Indonesia harga rata-rata kopi Arabika Indonesia sebesar Rp 17.936,00 per kg dan harga dunia sebesar Rp 191.000,00 per kg.

c. Pasar yang Masih Terbuka baik Domestik maupun Luar Negeri

Ekspor kopi Sumatera Utara hingga April 2008 telah mencapai 71,68 juta dolar AS dari volume ekspor biji dan bubuk kopi sebanyak 21.969 ton. Menurut data APKLO kopi Humbang Hasundutan telah diekspor keluar negeri sebesar 200 ton pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa kopi Humbang Hasundutan memberi kontribusi terhadap kopi ekspor Sumatera Utara. Kopi Humbang Hasundutan juga dijual untuk wilayah antar Kabupaten, khususnya daerah Siborong-Siborong Tapanuli Utara. Volume Ekspor dan Impor Kopi Indonesia pada Tahun 2003- 2007 dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, terlihat pada tahun 2007 negara Indonesia mengimpor kopi delapan kali lebih besar dari pada tahun 2006. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan kopi dalam negeri semakin meningkat. Disamping itu jumlah kopi ekspor juga berfluktuatif, hal ini juga memberi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan produktivitas kopi Indonesia.

d. Tumbuhnya Credit Union (CU)

Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki beberapa lembaga keuangan permodalan, seperti BRI, BPR dan BPDSU, CU dan lembaga keuangan lainnya. Lembaga permodalan tersebut menyediakan fasilitas kredit bagi usaha kecil dan menengah yang dapat dimanfaatkan para petani untuk mengatasi masalah modal usahanya. Petani lebih banyak meminjam modal kepada CU, karena prosedur dalam koperasi lebih mudah dibandingkan dengan bank. Disamping itu petani juga menjadi anggota dari CU dan setiap akhir tahun petani memperoleh Sisa Hasil Usaha dari CU. Hal ini memberi peluang bagi masyarakat dalam pengembangan agribisnis kopi di Humbang Hasundutan.

54 e. Perdagangan Bebas

Perdagangan bebas merupakan peluang dalam memasarkan kopi, hal ini juga menuntut petani untuk memperbaiki kualitas kopi yang dihasilkan. Disamping itu, Humbang Hasundutan telah mempunyai jaringan ekspor, khususnya APKLO dengan Jepang. Hal ini memberi peluang besar jika petani terus memperbaiki kualitas kopinya.

f. Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Informasi

Berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi memungkinkan aksesibilitas terhadap informasi pasar bagi masyarakat Humbang Hasundutan. Untuk mengatasi permasalahan budidaya, pengolahan serta pemasaran kopi, teknologi dan informasi sangat dibutuhkan, seperti internet. Adanya internet memberi manfaat yang cukup besar bagi petani karena informasi mengenai harga kopi, racun pemberantas hama penyakit dan informasi pemasaran kopi dapat diakses dengan mudah. Telekomunikasi juga mempermudah petani untuk berkomunikasi dengan petani lainnya serta dengan pihak investor.

g. Permintaan Kopi Organik

Tujuan APKLO berdiri tidak hanya sebatas untuk meningkatkan harga kopi di petani, namun juga karena didukung oleh Fair Trade. Jepang sebagai negara tujuan kopi APKLO meninjau lokasi budidaya kopi APKLO di Lintong Nihuta dan meminta APKLO untuk mengembangkan kopi organik. Hal ini disebabkan kebutuhan konsumen akan kopi organik semakin meningkat, khususnya negara Jepang. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak APKLO, citarasa, kualitas dan produksi kopi organik dengan kopi non organik berbeda. Kebutuhan konsumen akan kopi organik memberi peluang bagi petani untuk mengembangkan usahanya menuju kopi organik karena harga kopi organik dua kali lebih mahal dari kopi non organik atau bahkan lebih.

6.2.2 Ancaman

Faktor ini merupakan bagian dari faktor eksternal, faktor tersebut dianggap sebagai ancaman yang bisa menjadi hambatan dalam Pengembangan Agribisnis Kopi Humbang Husundutan. Faktor-faktor tersebut harus dihindari dan

55 diusahakan upaya penanggulangannya secara baik agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Ancaman tersebut terdiri dari :

a. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan tingkat perbaikan yang mendasar dalam perekonomian Indonesia, juga berlaku di Kabupaten Humbang Hasundutan sebagaimana dengan daerah lainnya. Namun pertumbuhan ekonomi yang tidak pasti, tingginya tingkat inflasi dan rendahnya nilai tukar rupiah merupakan ancaman yang dapat menghambat pelaksanaan Pengembangan Agribisnis Kopi Humbang Husundutan. Hal tersebut juga menyebabkan rendahnya daya beli masyarakat sehingga rendahnya produksi petani. Walaupun demikian laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Humbang Hasundutan untuk tahun 2006 dan 2007 meningkat (Tabel 14).

Tabel 14. PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Humbang Hasundutan

Tahun PDRB (Juta Rp) Laju Pertumbuhan PDRB (%)

2006 1.535.581,53 5,77

2007 1.711.728,32 6,05

Sumber : Humbang Hasundutan dalam Angka, (2008)

Berdasarkan diatas, kondisi perekonomian Humbang Hasundutan, laju pertumbuhan PDRB mengalami peningkatan dari tahun 2006-2007 dan PDRB juga mengalami peningkatan pendapatan.

b. Ketidakpastian Iklim Global

Faktor alam memegang peranan penting dalam kegiatan usahatani dibidang pertanian. Oleh karena itu, ketidakpastian iklim global yang disebabkan oleh pemanasan bumi dan terjadinya penebangan hutan, bencana alam seperti banjir dan kekeringan menjadi ancaman dalam kegiatan agribisnis kopi. Perubahan iklim di Humbang Hasundutan ditandai dengan ketidakpastian antara musim kemarau dan musim hujan. Perubahan iklim ini dapat mempengaruhi kopi yang sedang berbunga, bunga kopi berguguran akibat hujan deras dan angin kencang. Hal ini dapat mempengaruhi tingkat produksi kopi.

56 c. Penguasaan Lahan Kopi oleh Pihak Luar

Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki kesuburan tanah yang sesuai untuk pengembangan kopi. Daerah ini sering dikunjungi oleh investor, khususnya Jepang. Pada bulan Juni lalu investor dari Swiss meninjau daerah Lintong Nihuta dan Paranginan. Berdasarkan informasi dari petani, investor tersebut membeli lahan 5 Ha untuk budidaya kopi. Ini menjadi sebuah ancaman, diperkirakan investor akan mempergunakan teknologi yang tepat guna, sedangkan petani hanya menggunakan teknologi tradisonal. Hal ini membuat produktivitas dan kualitas kopi petani tidak dapat bersaing dengan kopi investor, sehingga harga kopi dikuasai oleh investor.

d. Penegakan Hukum dan Peraturan Perundang-undangan

Situasi keamanan dan politik yang tidak menentu bisa menjadi ancaman bagi pengembangan agribisnis kopi. Pemerintah harus menjaga situasi penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan, khususnya dalam membangun suatu wilayah otonomi daerah.

e. Kopi Sejenis dari Wilayah Lain

Semakin banyaknya kopi yang dihasilkan oleh kabupaten lain menyebabkan konsumen mempunyai banyak pilihan dan terjadinya kelebihan penawaran di pasar (Medan) yang menyebabkan harga kopi tersebut rendah. f. Fluktuasi Harga Kopi

Petani sangat merasa terancam dengan harga kopi yang tidak menentu. Pada saat panen raya harga kopi turun, tetapi saat musim paceklik harga kopi menurun, sehingga pendapatan petani menjadi menurun.

56 VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI

Dokumen terkait