• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor Eksternal Cerai Gugat Kepada Suami .

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ISTRI MELAKUKAN CERAI GUGAT TERHADAP SUAMI DI PENGADILAN AGAMA PANDAN

B. Faktor-faktor Eksternal Cerai Gugat Kepada Suami .

tangga (hak sebagai isteri), sehingga mereka tidak rela kalau mereka diperlakukan tidak adil dan hak-hak mereka diabaikan.

2. kemandirian ekonomi, dimana banyak perempuan yang bekerja merasa memiliki power untuk menghidupi diri, dan bahkan anak-anaknya, meskipun nantinya berstatus janda.

3. pemahaman yang lebih baik terhadap agama (termasuk tentang ketentuan talak tiga, yang kadang dengan mudah diucapkan oleh suami). Ketika perempuan merasa telah ditalak tiga oleh suaminya, maka ia merasa bahwa agama tidak lagi membolehkan mereka bersama. Dalam kondisi ini, kalau suami tidak merasa telah melakukan itu, sedangkan isteri merasa bahwa hal itu telah terjadi, maka biasanya isteri maju untuk menggugat cerai, karena tidak mau melanggar aturan agama.

4. keengganan isteri untuk menerima kenyataan kalau keadaan rumah tangganya digantung oleh suaminya17

B. Faktor-faktor Eksternal Cerai Gugat Kepada Suami .

Undang-undang membedakan antara perceraian atas kehendak istri dan atau kehendak suami, dalam hal ini dikarenakan karaktristik hukum Islam tentang perceraian memang menghendaki demikian, sehingga perceraian atas kehandak suami berbeda dengan perceraian atas kehendak istri. Dalam Undang-Undang perkawinan juga ditentukan baik suami maupun istri dapat mengajukan permohonan atau gugatan perceraian berdasarkan alasan-alasan yang telah ditetapkan Undang-Undang tersebut dan sekaligus membedakan perceraian, jika

17 Http:/lifestyle.okezone.com/read/semakin-banyak-istri-gugat cerai-kenapa.

pemutus perkawinan adalah inisiatif suami maka disebut cerai talak jika pemutus perceraiain inisiatif istri maka disebut cerai gugat18

Penelitian yang dilakukan di Meulaboh oleh Cut Lan Nurlaili (2017) menemukan bahwa faktor-faktor yang paling dominan adalah masalah moral, cemburu, sampai perselingkuhan yang dimulai dari segi alat komunikasi/hp, yang sebenarnya tidak termasuk dalam alasan yang membolehkan perceraian, meninggalkan kewajiban seperti nafkah lahir dan batin, Salah satu factor pemicu kecekcokan (Syiqaq), dalam Pejelasan UU No. 7 tahun 1989 dinyatakan bahwa syiqaq adalah perselisihan yang tajam dan terus-menerus antara suami dan isteri.

Termasuk disini persoalan nusyuz (kedurhakaan) yang dilakukan oleh istri maupun suaminya. Penerapan ta’lik talak juga tidak sepenuhnya berjalan adakalanya suami istri tidak membuat perjanjian ta’lik talak, padahal menurut Mahmud Syaltut, ta’lik talak adalah jalan terbaik untuk melindungi kaum wanita dari perbuatan tidak baik suami

.

19

a. Suami berbuat zina, pemabuk, pemadat, penjudi dan sebagainya .

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2015), alasan yang dapat dijadikan dasar gugatan perceraian anda di Pengadilan Agama antara lain:

b. Suami meninggalkan anda selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa ada ijin atau alasan yang jelas dan benar, artinya: suami dengan sadar dan sengaja meninggalkan anda;

c. Suami dihukum penjara selama (lima) 5 tahun atau lebih setelah perkawinan dilangsungkan;

18 Mukti Arto, 1996, Praktek Perkara Perdata, Yogyakarta: Pustaka Palajar, hlm. 202.

19 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, (Jakarta:

Yayasan Al-Hikmah, 2001), hlm 278.

d. Suami bertindak kejam dan suka menganiaya anda;

e. Suami tak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami karena cacat badan atau penyakit yang dideritanya

f. Terjadi perselisihan dan pertengkaran terus menerus tanpa kemungkinan untuk rukun kembali;

g. Suami melanggar taklik-talak yang dia ucapkan saat ijab-kabul;

h. Suami beralih agama atau murtad yang mengakibatkan ketidak harmonisan dalam keluarga20

Perceraian memiliki berbagai aturan tergantung pada negara di mana dia tinggal dan agama apa yang dianut pasangan. Meskipun disayangkan oleh semua agama, perceraian dibolehkan di beberapa agama dengan aturan yang ketat, adapula yang dengan sedikit aturan. Dalam agama Hindu misalnya, perceraian tak bisa dilepaskan dari pandangan agama Hindu tehadap wanita. Dalam hindu, wanita tidak disamakan kedudukannya dengan pria dan pria memang memiliki hak yang lebih banyak dari wanita. Bahkan di masa lalu, wanita diperlakukan seperti budak, diperjualbelikan, dinikah paksa, bahkan untuk perbudakan.

.

Perceraian merupakan kata yang asing dalam agama Hindu, apalagi bagi seorang wanita. Apa pun yang dilakukan sang suami terhadapnya, sang wanita tidak bisa mengajukan perceraian. Hal ini terjadi sebab agama Hindu memandang pernikahan sebagai hal yang sakral dan tujuan pernikahan adalah melangsungkan generasi Hindu yang taat. Beberapa pemikiran modern mulai masuk ke ajaran Hindu. Di India terdapat Hindu Marriage Act 1955 yang mencoba mengubah aturan dalam pernikahan dan sedikit mengatur gender equality. Dengan adanya

20 Widodo. 2015. Faktor-faktor Alasan yang Menyebabkan Tingginya Cerai Gugat. Jurnal Fakultas Hukum Universitas Surakarta.

aturan itu, wanita Hindu diperbolehkan mengajukan cerai jika sang suami menelantarkannya21

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, perjudian dan lain-lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

.

Dalam hukum positif, memperketat dan tegas terjadinya perceraian, hanya dilakukan di depan persidangan Pengadilan dan disertai alasan-alasan yang sesuai undang-undang, perceraian bisa dilakukan. Pada Pasal 39 ayat 2 Undang Undang No. 1 Tahun 1974 menentukan bahwa untuk mengajukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara suami istri itu tidak dapat hidup rukun sebagai suami istri. Jadi walaupun pada dasar perceraian itu tidak dilarang, namun undang menentukan seseorang tidak dengan mudah memutuskan ikatan tanpa adanya alasan yang terdapat dalam penjelasan atas Pasal 39 ayat 2 Undang Undang Perkawinan dan juga disebutkan bahwa alasan-alasan yang dapat dijadikan dasar untuk perceraian:

b. Salah satu meninggalkan yang lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemauan.

c. Salah satu mendapat hukuman penjara 5 lima tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan terhadap pihak lain.

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suami atau isteri.

21 hinduwebsite.com diakses pada tanggal 10 April 2018 Pukul 20.35 WIB.

f. Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisian dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga22

Pasal 19 Peraturan Pemerintah ini diulangi dalam KHI pada pasal 116 dengan rumusan yang sama, dengan menambah dua ayat untuk orang Islam, yaitu:

.

g. Suami melanggar taklik thalak.

h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga.

Hal ini terkait erat dengan misi Undang Undang No.1 Tahun 1974 untuk mempersulit terjadinya perceraian, sesuai dengan tujuan perkawinan yang menentukan bahwa perkawinan pada dasarnya untuk selama-lamanya. Taklik talak adalah perjanjian yang diucapkan calon mempelai pria setelah akad nikah yang dicantumkan dalam akta nikah berupa janji taklik talak yang digantungkan kepada suatu keadaan tertentu yang mungkin terjadi di masa yang akan datang (KHI pasal 1 huruf e). Sighat taklik talak ini terdapat pada buku nikah bagian belakang. Pada umumnya, setelah ijab kabul selesai, mempelai laki-laki diminta untuk membacanya. Isi taklik talak tersebut adalah:

1) Meninggalkan istri selama 2 (dua) tahun berturut-turut;

2) Tidak memberi nafkah wajib kepadanya 3 (bulan) lamanya;

3) Menyakiti badan atau jasmani istri; dan

4) Membiarkan (tidak memperdulikan) istri selama 6 (enam) bulan atau lebih.

Apabila suami melanggar “janji” yang telah diucapkannya tersebut dan istrinya tidak rela serta mengadukan perkaranya kepada Pengadilan Agama, maka pengadilan atas nama suami akan menjatuhkan talak satu khulu’ kepada istri.

22 Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974.

Penelitian yang dilakukan oleh Ouoh Bariah (2018) tentang Analisis Putusan Pengadilan Agama Karawang Tentang Cerai Gugat Karena Pelanggaran Taklik Talak (Studi Perkara No. 0554/Pdt.G.2015/PA.Krw). Penelitian tersebut menemukan bahwa Dasar pertimbangan hakim dalam putusan no 0554/Pdt.G.2015/PA.Krw dengan menjatuhkan talak satu khul’i bagi penggugat bahwa tergugat telah terbukti secara nyata dan meyakinkan dengan bukti dokumen dan saksi-saksi telah melanggar taklik talak yakni tidak memberi nafkah wajib kepada tergugat 3 (bulan) lamanya; dan membiarkan (tidak memperdulikan) istri selama 6 (enam) bulan atau lebih23

1. Meninggalkan kewajiban

.

Sedangkan penelitian yang sejenis juga dilakukan oleh Muh Saidin (2015) tentang Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian Di Pemkot Surakarta Tahun 2011-2012. Berdasarkan data penelitian yang ditemukan, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa fakor-faktor penyebab pengajuan gugat cerai yang sering terjadi di Pengadilan Agama Surakarta adalah sebagai berikut:

Hak dan kuwajiban sebagai seorang suami istri sudah diatur dengan jelas dalam UU Perkawinan dan juga dalam agama. Meninggalkan kewajiban merupakan faktor paling tinggi dalam pengajuan gugat cerai di Pengadilan Agama Surakarta.

Salah satu kasus yang terjadi pada Informan 1 yang ditemui penulis pada tanggal 15 november 2013 di Pengadilan Agama Surakarta, melayangkan gugatan cerai pada suaminya bahwa suaminya tidak memenuhi tanggung jawab kepada

23 Bariah, Oyoh, 2018, Analisis Putusan Pengadilan Agama Karawang Tentang Cerai Gugat Karena Pelanggaran Taklik Talak (Studi Perkara No. 0554/Pdt.G.2015/PA.Krw), Jurnal Fakultas Agama Islam Universitas Singaperbangsa Karawang.

istri berupa nafkah lahir maupun batin, selama 2 tahun usia perkawinan dan dikarunia seorang anak, sang istri merasa di tahun kedua pernikahannya suaminya sudah mulai berubah dengan lagi tidak mengurusi anak dan istrinya dengan selayaknya.

Hal ini disebabkan sang suami belum mempunyai pekerjaan tetap karena suami masih menjadi seorang mahasiswa di suatu PTN di Surakarta, pasangan ini sama-sama masih berstatus sebagai mahasiswa. Sang istri merasa bahwa suaminya sudah melalaikan tanggung jawabnya sebagai seorang suami, oleh sebab itulah informan 1 melayangkan gugatan cerai pada suaminya. Lain lagi yang terjadi pada informan ke 3 yang ditemui penulis pada tanggal 5 Desember 2013, informan ke 3 melayangkan gugatan perceraian kepada suaminya dikarenakan faktor ekonomi, sang istri merasa pendapatan yang diperoleh oleh suaminya tidak bisa mencukupi kebutuhan untuk sehari-hari, untuk menghidupi istri dengan seorang putranya. Bila dilihat sang suami sudah bekerja sebagai seorang pegawai di salah satu kios photo copy di daerah Pabelan.

Di Pengadilan Agama Surakarta pengajuan perkara dengan faktor penyebab meninggalkan kewajiban karena tidak adanya tanggung jawab dengan prosentase 47,5%, selain itu meninggalkan kewajiban karena ekonomi dengan prosentase 8,7% dan meninggalkan keajiban karena kawin paksa sebanyak 0,2%.

2. Terus menerus berselisih

Dalam kehidupan berumah tangga sangatlah wajar bila terjadi perselisihan, tetapi bila perselihan ini terjadi tidak pada koridor atau kewajaran secara terus menerus dan tidak ada titik temu antara kedua pasangan suami istri, dan dalam kurun waktu yang lama akan berakibat pada perceraian. Terus menerus berselisih

merupakan faktor terbanyak kedua setelah meninggalkan kewajiban yang menjadi penyebab perceraian di Pengadilan Agama Surakarta.

Terus menerus berselisih dikarenakan tidak adanya keharmonisan sebanyak 21,2%. Selain tidak adanya keharmonisan. Seperti hal kasus perceraian pada informan 2 yang ditemui penulis pada 21 November 2013 di Pengadilan Agama Surakarta, informan ke-2 melayangkan gugatan perceraian kepada istrinya dengan alasan sudah tidak adanya keharmonisan dalam rumah tangganya, hal ini dimulai saat mereka mulai menempati rumah kontrakan sendiri di Perumahan Mojosongo Surakarta, sikap istri informan 1 tidak begitu suka menempati tempat tinggal baru yang mereka kontrak, sang istri lebih senang bila tinggal bersama orang tua sang istri. Hal ini yang menyebabkan kenapa informan 2 tidak merasa nyaman karena sang istri tidak senang tinggal di rumah kontrakan.

Ketidakharmonisan ditunjukkan dengan sikap istri yang mulai tidak menghargai sang suami. Usia pernikahan keduanya 2 tahun dan belum dikarunia anak.

Berbeda dengan kasus informan ke 5 yang ditemui penulis pada tanggal 10 Desember 2013. Sang istri melayangkan gugatan perceraian kepada suaminya dikarenakan sang suami ketahuan selingkuh, hal ini bermula dari kecurigaan istri kepada suami dengan membuka usaha di daerah Jogja, alih-alih buka usaha di Jogja malah sang suami ketahuan selingkuh dengan perempuan lain di tempat sekitar sang suami membuka tempat usaha.

Selain itu perselisihan juga bisa terjadi disebabkan oleh gangguan pihak ketiga, di Pengadilan Agama Surakarta perceraian yang disebabkan gangguan pihak ketiga sebanyak 12,8%. Ada juga perselisihan dalam rumah tangga yang disebabkan oleh masalah politis, di Pengadilan Agama Surakarta kasus perceraian

yang disebabakan oleh masalah politis dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sebanyak 0,1%.

3. Moral

Masalah moral menjadi faktor terbanyak ketiga yang menjadi faktor penyebab terjadinya perceraian di Pengadilan Agama Surakarta. Hal ini tidak bisa dipungkiri bila sering waktu dan perkembangan lingkungan ditambahi dengan gaya hidup yang tidak sesuai dengan ajaran agama dapat menyebabkan terjadiny perceraian. Krisis ahlak seperti minum miras, berjudi, memakai narkoba dan lain-nya. Seperti halnya pada kasus yang terjadi pada informan ke 4 yang ditemui penulis pada tanggal 24 November 2013 di Pengadilan Agama Surakarta, sang istri mengajukan gugatan perceraian karena sang suami sering mabuk-mabukan dirumah temannya. Tabiat buruk suaminya ini sudah berulang kali terjadi, sang istri sudah menasehati suaminya agar menjauhi hal tersebut dan sang suami masih saja mengindahkan nasehat istrinya. Sang istri merasa sudah tidak tahan dengan kelakuan buruk suaminya itu sehingga sang istri memberanikan diri datang ke Pengadilan Agama Surakarta untuk melayangkan gugatan cerai kepada suaminya.

Di pengadilan agama surakarta kasus perceraian yang disebabkan oleh krisis ahlak sebanyak 5,2%. Selain itu juga perceraian yang disebabkan kerena suami maupun istri mengalami cemburu yang berlebihan terdap pasangannya, kasus perceraian yang disebabkan oleh faktor cemburu sebanyak 1,3%. Selain krisis ahlak dan juga cemburu, ada juga perceraian yang disebabkan oleh faktor poligami yang tidak sehat yaitu sebanyak 0,1%.

4. Menyakiti Jasmani

Perselisihan yang terjadi dalam rumah tangga bila sudah tidak pada kewajarannya akan berujung pada kekerasan fisik maupun mental, kekerasan fisik dapat berupa pukulan ataupun juga penganiayaan dan kekerasan mental dapat berupa ancaman maupun kata-kata kotor dan umpatan yang menyudutkan salah satu pasangan sehingga hidup mereka serasa ditekan. Hal ini disebabkan pasangan suami istri sudah tidak bisa lagi mengontrol emosi dalam diri mereka, maka terjadilah yang namanya kekerasan dalam rumah tangga atau yang lazim disingkat KDRT. Bila salah satu pasangan suami istri sudah tidak biasa lagi memerima perlakuan dari salah satu pasangan tersebut tidak salah bila mereka mengajukan gugatan cerai. Di Pengadilan Agama Surakarta perceraian yang disebabkan oleh faktor menyakiti jasmani sebanyak 1,2% dan perceraian yang disebabkan menyakiti mental sebanyak 0,1%.

5. Faktor lain-lain

Banyak faktor yang menyebab orang untuk bercerai, faktor lain-lain ini dapat berupa salah satu pasangan ada yang mempunyai cara pandang yang berbeda tentang agama, atau dengan kata lain salah satu pasangan suami istri berubah keyakinan agamanya, sehingga menyebabkan tidak adanya keharmonisan dalam keluarga karena perbedaan keyakinan. Di Pengadilan Agama Surakarta perceraian yang disebabkan faktor ini sebanyak 1,1%

6. Dihukum

Setiap orang bisa saja tersandung masalah hukum yang berlaku. Jika salah satu pasangan suami istri mengalami permasalahan dengan hukum dan salah satu pasangan suami istri tersebut terbukti bersalah dan harus menjalani proses hukuman untuk waktu yang lama, bila salah satu pasangan suami istri tidak bisa

menerima keadaan dari salah satu pasanga mereka dapat menyebabkan salah satu pasangan mengajukan gugatan cerai, hal ini disebabkan salah satu pasangan merasa malu dan juga merasa pasangan yang terhukum sudah tidak bisa lagi memenuhi kewajibannya sebagai pasangan suami istri sehingga mereka melayangkan gugatan cerai ke Pengadilan Agama. Kasus perceraian di Pengadilan Agama Surakarta yang disebabkan oleh faktor dihukum sebanyak 0,4%.

7. Cacat biologis

Banyak kelainan maupun cacat yang disandang manusia, baik dapat dilihat langsung yang berupa fisik maupun tidak langsung yang diketahui setelah kita periksa ke dokter. Dalam menikahi sesorang kita pastinya sadar betul dan juga mengenal betul siapa pasangan kita tentang kelebihan dan kekurangan pasangan kita. Banyak kasus perceraian terjadi karena pasangan terlambat mengetahui kebenaran dari pasangannya, salah satunya adalah suami atau pun istri ada yang tidak subur atau mandul. Mereka mengetahui kekurangan tersebut setelah mereka menikah, tak jadi masalah jika pasangan tersebut dapat menerima kekurangan dari pasangannya bila tidak hal tersebut dapat menjadi faktor mereka untuk mengajukan gugat cerai. Di Pengadilan Agama Surakarta kasus perceraian yang terjadi karena faktor ini sebanyak 0,2%.

8. Kawin di bawah umur

Kasus perceraian di Kota Surakarta yang disebabkan karena pernikahan di bawah umur, untuk kurun waktu lima tahun tidak ada kasus perceraian yang disebabkan oleh faktor pernikahan di bawah umur. Dari banyaknya faktor-faktor penyebab perceraian yang terjadi di Kota Surakarta yang didaftarkan pada

Pengadilan Agama Surakarta, kasus yang paling banyak mendasari pasangan mengajukan gugat cerai adalah tidak adanya tanggung jawab dari pasangan sebesar 47,5%, terbanyak kedua adalah tidak adanya keharmonisan dalam rumah tangga sebesar 21,2%, selanjutnya gangguan dari pihak ketiga sebesar 12,8%, faktor ekonomi dengan banyaknya kasus sebesar 8,7%, dan terakhir krisis akhlak sebesar 5,2%. Bila dilihat dari banyaknya jumlah kasus dari tahun per tahun kasus perceraian di Kota Surakarta mengalami peningkatan 3,5% tiap tahunnya bila dirata-rata mulai tahun 2009 sampai 201324

24 Saidin, Muh, 2015. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian Di Pemkot Surakarta Tahun 2011-2012. Jurnal Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

.

BAB III

TINJAUAN TENTANG PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS

Dokumen terkait