• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebab dan Dampak Perceraian .

TINJAUAN TENTANG PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA CERAI GUGAT DI PENGADILAN AGAMA PANDAN

C. Sebab dan Dampak Perceraian .

gugatan diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi perkawinan mereka dilangsungkan atau ke Pengadilan Agama Jakarta Pusat39

Perceraian ditinjau dari segi keadaan istri pada waktu talak itu diucapkan oleh suami, ada dua macam yaitu:

.

1) Talak Sunni, yaitu talak dimana suami pada saat menjatuhkan talak kepada istrinya, istri tidak dalam keadaan haid dan dalam masa itu belum pernah dicampuri oleh istrinya.

2) Talak Bid'iy, yaitu talak dimana suami menjatuhkan talak kepada istrinya yang dalam keadaan istri sedang dalam keadaan haid atau dalam masa suci namun dalam waktu itu telah dicampuri oleh suaminya40

Perceraian ditinjau dari segi jelas tidaknya lafad talak dibagi menjadi dua macam, yaitu:

.

2) Talak Sarih, ialah talak yang di ucapkan dengan lafadh yang jelas maknanya tentang perceraian.

3) Talak Kinayah, ialah talak yang diucapkan dengan lafadh tidak jelas atau dengan melalui sindiran41

C. Sebab dan Dampak Perceraian .

Pada dasarnya perceraian itu menimbulkan dampak yang kompleks bagi pasangan yang bercerai maupun bagi anak keturunannya. Meskipun perceraian di satu sisi dapat menyelesaikan suatu masalah rumah tangga yang tidak mungkin

39 Tim Redaksi Sinar Grafika (ed), Amandemen Undang Undang Peradilan Agama (UU RI No. 3 Tahun 2006), Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm. 59-60.

40 Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Figh, hlm. 130.

41 H.S.A. al-Hamdani, Risalah Nikah, terjemahan Agus Salim, hlm. 211.

lagi dikompromikan, tetapi perceraian itu juga menimbulkan dampak negatif berkaitan dengan pembangunan ekonomi rumah tangga, hubungan individu dan sosial antar dua keluarga menjadi rusak, dan yang lebih berat adalah berkaitan dengan perkembangan psikis anak mereka, yang pada gilirannya akan mempengaruhi perilakunya. Landis menyatakan bahwa dampak dari perceraian adalah meningkatnya perasaan dekat anak dengan ibunya serta menurunnya jarak emosional anak dengan ayahnya, disamping anak menjadi inferior terhadap anak yang lain.

Dalam KHI disebutkan bahwa Perceraian dapat terjadi karena alasan:

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena lain diluar kemamuannya.

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain.

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri.

f. Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

g. Suami melanggar ta’lik talak

h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga42

Menurut Dariyo (2008) dampak negatif perceraian yang biasanya dirasakan adalah:

.

b) pengalaman traumatis pada salah satu pasangan hidup (laki-laki ataupun perempuan).

c) ketidak stabilan dalam pekerjaan.

Menurut Wiran dan Sudarto (Wiyaswiyanti, 2008), dampak yang ditimbulkan dengan adanya perceraian antara lain:

b) Adanya perasaan tersingkir dan kesepian

c) Persaan tertekan karena harus menyesuaikan diri dengan status baru sebagai janda/duda

d) Permasalahan hak asuh anak

e) Adanya masalah ekonomi, yaitu penurunan perekonomian secara drastis

Menurut Cole ( Cole, 2004:6) mengatakan ada enam dampak negatif utama yang dirasakan oleh anak-anak akibat adanya perceraian, yaitu:

a. Penyangkalan

Penyangkalan adalah salah satu cara yang sering digunakan untuk mengatasi luka emosinya dan melindungi dirinya dari perasaan dikhianati dan kemarahan. Penyangkalan yang berkepanjangan merupakan indikasi bahwa anak yakin dialah penyebab perceraian yang terjadi pada orang tuanya.

b. Rasa malu

42 Intruksi Presiden R.I. Nomor I Tahun 1991, Kompilasi Hukum di Indonesia.

Rasa malu merupakan suatu emosi yang berfokus pada kekalahan atau penyangkalan moral, membungkus kekurangan diri dan memuat kondisi pasif atau tidak berdaya.

c. Rasa bersalah

Rasa bersalah adalah perasaan melakukan kesalahan sebagai suatu sikap emosi umumnya menyangkut konflik emosi yang timbul dari kontroversi atau yang dikhayalkan dari standar moral atau sosial, baik dalam tindakan atau pikiran.

Perasaan ini timbul karena adanya harapan yang tidak terpenuhi, perbuatan yang melanggar norma dan moral yang berlaku, serta adanya perbuatan yang bertentangan dengan kata hati. Anak biasanya lebih percaya bahwa perceraian orang tua disebabkan oleh diri mereka sendiri, walaupun anak-anak yang lebih besar telah mengetahui bahwa perceraian itu bukan salah mereka, tetap saja anak merasa bersalah karena tidak menjadi anak yang lebih baik.

d. Ketakutan

Anak menderita ketakutan karena akibat dari ketidakberdayaan mereka dan ketidakberdayaan yang disebabkan oleh perpisahan kedua orang tuanya. Anak menunjukkan ketakutan ini dengan cara menangis atau berpegangan erat pada orang tuanya atau memiliki kebutuhan untuk bergantung pada benda kesayangannya seperti boneka.

e. Kesedihan

Kesedihan adalah reaksi yang paling mendalam bagi anak-anak ketika orang tuanya berpisah. Anak akan menjadi sangat bingung ketika hubungan orang tuanya tidak berjalan baik terutama jika mereka terus menerus menyakiti, entah secara fisik maupun verbal.

f. Rasa marah/kemarahan

Beberapa anak khususnya menunjukkan kemarahan mereka pada orang tua yang ditinggal bersama mereka, karena mereka merasa aman melampiaskan frustasi mereka pada orang tua yang tidak meninggalkan mereka. Anak biasanya menyalahkan orang tuanya karena telah menimbulkan ketakutan baginya yang disebabkan oleh banyaknya perubahan setelah perceraian.

Akibat putusannya perkawinan menurut Undang Undang Perkawinan.

menurut Pasal 41 Undang Undang Perkawinan, bahwa akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah;

1. Orang tua berkewajiban tetap memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak bilamana ada perselisishan mengenai penguasaan anak-anak pengadilan memberi putusannya.

2. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya-biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak bilamana bapak dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut. Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.

3. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya-biaya penghidupan atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri43 D. Kasus Posisi Putusan PA Nomor:143/Pdt.G/2017/Pa.Pdn

.

Penelitian ini memiliki tujuan salah satunya untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memberikan keputusan terkait dengan cerai gugat yang dilakukan istri kepada suami. Putusnya perkawinan karena perceraian, ada dua macam perceraian yaitu perceraian dengan talak dan perceraian dengan

43 Tim Redaksi (ed), Op. Cit., hlm. 18.

gugatan. Perceraian dengan talak biasa disebut cerai talak hanya berlaku bagi mereka yang melangsungkan perkawinan menurut agama Islam, sedangkan bagi perceraian dengan gugatan biasa disebut cerai gugat berlaku bagi mereka yang melangsungkan perkawinan menurut agama Islam dan bukan agama Islam.14 Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 menyatakan bahwa seorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan isterinya mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk mengadakan siding guna menyaksikan ikrar talak. Pasal 39 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan, bahwa : a. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan, setelah

Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

b. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara suami isteri, tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri.

Adapun prosedur pengajuan perceraian ke Pengadilan Agama:

– Membuat surat permohonan cerai talak (apabila yang mengajukan suami) atau gugatan cerai (apabila yang mengajukan isteri). Draf suratnya berbeda antara cerai talak dengan gugatan cerai. Buatlah copy rangkap 4 ( asli bermaterai Rp.6000,-). Siapkan Surat Nikah asli dan copynya yang sudah dibubuhi materai dan dicap di kantor pos, akta kelahiran anak asli dan copynya sudah dibubuhi materai dan dicap di kantor pos.

– Datang ke Pengadilan Agama setempat ( sesuai KTP terakhir ) menghadap bagian pendaftaran perkara.

– Membayar panjar perkara .

– Minta tanda bukti pendaftaran berupa SKUM/kuitansi pembayaran dan copy surat permohonan cerai talak/gugatan cerai yang sudah diberi nomor perkara.

– Setelah mendapatkan surat panggilan sidang datang bersama suami atau isteri ke Pengadilan Agama,

– Kemudian hakim akan menunjuk hakim mediasi dan suami-isteri diperintahkan untuk mediasi dengan hakim mediasi.

– Pada hari mediasi yang ditentukan datanglah berdua, sampaikan permasalahan dan lakukan mediasi. Maksud mediasi adalah untuk merukunkan kembali, apabila tidak rukun maka mediasi gagal.

– Pada sidang kedua datanglah bersama, kemudian hakim akan menanyakan kembali hasil mediasi. Apabila bisa rukun/rujuk maka proses perkara berhenti.

Apabila dilanjutkan , maka tergugat/termohon diminta hakim untuk menjawab permohonan/gugatan, bisa tertulis atau lisan. Untuk mempercepat proses mintalah jawaban lisan saja, kemudian anda diminta memberikan Replik (tanggapan jawaban Termohon/Tergugat). Apabila acara normal maka akan lama, bisa 6 – 8 kali sidang.

– Setelah selesai, hakim memerintahkan untuk menghadirkan saksi dari kedua belah pihak.

– Saksi yang mendukung dalam proses perceraian dari pihak keluarga atau kerabat terdekat, jumlahnya 2 (dua) orang. Saksi tersebut adalah orang yang mengetahui pertengkaran/perselisihan atau masalah dalam keluarga anda.

– Mintalah putusan segera, maka hakim akan memutuskan perceraian. Dan anda diperintahkan menunggu masa tunggu banding yaitu 14 hari sejak putusan dibacakan

– (apabila kedua belah pihak hadir), sejak pemberitahuan putusan diterima pihak Tergugat/Termohon apabila pada saat putusan dibacakan lawan tidak hadir.

– Apabila lawan banding dalam masa banding maka proses akan lama lagi yaitu perkara tersebut diperiksa di Pengadilan Tinggi Agama, demikian juga apabila lawan kasasi maka perkara akan diperiksa di Mahkamah Agung.

– Setelah putusan tidak ada banding atau kasasi, maka putusan disebut inkrach/mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Anda tinggal tunggu akta cerai44

Tata cara pembatalan perkawinan tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Pengajuan gugatan

Permohonan pembatalan suatu perkawinan diajukan oleh pihak-pihak yang berhak mengajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat berlangsunganya perkawinan, atau di tempat kedua suami-isteri, suami atau isteri.

2. Pemanggilan .

Pemanggilan terhadap para pihak ataupun kuasanya dilakukan setiap kali akan diadakan persidangan. Pemanggilan tersebut dilakukan oleh juru sita bagi Pengadilan Negeri dan petugas yang ditunjuk bagi Pengadilan Agama.

Pemanggilan harus disampaikan kepada pribadi yang bersangkutan, apabila tidak dapat dijumpai, pemanggilan dapat disampaikan melalui surat atau yang dipersamakan dengannya. Pemanggilan tersebut harus dilakukan dengan cara yang patut dan sudah diterima oleh para pihak atau kuasanya, selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebelum sidang dibuka, dan kepada tergugat harus pula

44 http://konsultancerai.wordpress.com/2012/08/06/prosedur-untuk-pengajuan-perceraian-di-pengadilan-agama.

dilampiri salinan surat gugatan. Pemanggilan terhadap para pihak dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali pemanggilan.

Selain pemanggilan dengan cara tersebut di atas, dalam hal tempat kediaman tergugat tidak jelas atau tidak mempunyai tempat kediaman yang tetap, pemanggilan dilakukan dengan cara menempelkan gugatan pada papan pengumuman di pengadilan dan mengumumkan melalui satu atau beberapa surat kabar atau mass media lain yang ditetapkan oleh pengadilan yang dilakukan sebanyak dua kali dengan tenggang waktu satu bulan antara pengumuman pertama dan kedua. Apabila tergugat bertempat tinggal di luar negeri, panggilan disampaikan oleh Pengadian.

3. Mediasi

Mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak ketiga yang netral, yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan yang membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian (solusi) yang diterima oleh kedua belah pihak. Sebelum dan selama perkara gugatan belum diputuskan, pengadilan harus berusaha mendamaikan kedua belah pihak yang berperkara.

Apabila tercapai suatu perdamaian, maka tidak dapat diajukan gugatan pembatalan perkawinan yang baru berdasarkan alasan-alasan yang ada sebelum perdamaian dan telah diketahui oleh penggugat pada waktu tercapainya perdamaian. Ketentuan tentang perdamaian ini memang sangat layak dan penting dimuat dalam gugatan pembatalan perkawinan ini, karena memang apabila mungkin supaya pembatalan perkawinan tersebut tidak terjadi. Di samping itu dalam acara perdata usaha mendamaikan oleh pengadilan terhadap yang berperkara juga diatur dan merupakan hal yang penting.

4. Pembacaan Gugatan

Setelah gugatan dibacakan oleh pihak penggugat, pihak tergugat akan membuat jawaban atas gugatan. Kemudian, pihak penggugat akan menjawab kembali jawaban yang disampaikan tergugat yang disebut dengan replik. Terhadap replik penggugat, tergugat akan kembali menanggapi yang disebut dengan duplik. Replik merupakan respon penggugat atas jawaban tergugat, sedangkan duplik merupakan jawaban tergugat atas replik dari penggugat.

5. Persidangan

Persidangan untuk memeriksa gugatan pembatalan perkawinan harus diakukan oleh pengadilan selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah diterimanya surat gugatan. Dalam menetapkan hari sidang, perlu diperhatikan tenggang waktu antara pemanggilan dan diterimanya panggilan itu oleh yang berkepentingan.

Khusus bagi gugatan yang tergugatnya bertempat tinggal di luara negeri, persidangan ditetapkan sekurang-kurangnya enam bulan terhitung sejak dimasukkannya gugatan pembatalan perkawinan.

Para pihak yang berperkara yakni suami dan isteri dapat mengahadiri sidang atau didampingi kuasanya atau sama sekali menyerahkan kepada kuasanya, dengan membawa akta nikah dan surat keterangan lainnya yang diperlukan.

Apabila telah dilakukan pemanggilan yang sepatutnya, tapi tergugat atau kuasanya tidak hadir, maka gugatan itu dapat diterima tanpa hadirnya tergugat, kecuali kalau gugatan tersebut tanpa hak atau tidak beralasan. Pemeriksaan perkara gugatan pembatalan perkawinan dilakukan pada sidang tertutup.

6. Putusan

Meskipun pemeriksaan gugatan pembatalan perkawinan dilakukan dalam sidang tertutup, tetapi pengucapan putusannya harus dilakukan dalam sidang terbuka. Batalnya perkawinan dimulai setelah putusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap dan berlaku sejak saat berlangsungnya perkawinan.

Demikianlah tata cara gugatan pembatalan perkawinan yang berdasarkan pada ketentuan Pasal 20 sampai dengan Pasal 36 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975.

Studi kasus dalam penelitian ini dilakukan di Pengadilan Agama Pandan dengan mengambil salah satu kasus yang telah diselesaikan, yaitu Kasus dengan Putusan Nomor 143/Pdt.G/2017/PA.Pdn. Pengadilan Agama Pandan yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara tertentu pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan dalam perkara cerai gugat antara:

– Penggugat, umur 46 Tahun, agama Islam, pendidikan MTs, pekerjaan karyawan Mujur Timber, tempat tinggal , Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanuli Tengah, sebagai Penggugat; Melawan

– Tergugat, umur 51 Tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan tidak bekerja , semula bertempat tinggal di Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanuli Tengah, saat ini tidak di ketahui alamatnya di wilayah Indonesia (Ghaib) sebagai Tergugat;

Pengadilan Agama tersebut telah mempelajari berkas perkara yang bersangkutan Telah mendengar keterangan Penggugat dan telah memeriksa alat-alat bukti di persidangan.

Menimbang, bahwa Penggugat berdasarkan gugatannya tertanggal 12 Oktober 2017 yang telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Pandan

dengan register nomor 143/Pdt.G/2017/PA.Pdn tanggal yang sama, telah mengajukan hal-hal sebagai berikut:

1. Bahwa Penggugat dengan Tergugat Melangsungkan pernikahan pada tanggal 20 Juni 1992, yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor urusan Agama Sibolga dan sebagaimana ternyata dari Kutipan Akta Nikah Nomor 42/15/06/1992 tertanggal 22 Juni 1992.

2. Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat bertempat tinggal di Jl.

Sibolga Barus;

3. Selama pernikahan antara Penggugat dengan Tergugat telah hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dan dikaruniai 2 orang anak yang bernama : - Anak I (laki-laki) umur 23 tahun

- Anak II (perempuan) umur 20 tahun

4. Bahwa sejak tahun 1992 baru menikah ketentraman rumah tangga Penggugat dan Tergugat Tidak Harmonis yang disebabkan antara lain:

- Bahwa Tergugat suka main judi, main perempuan, minuman keras, dan semua itu dilakukan terus menerus sampai Tergugat meninggalkan rumah kediaman bersama;

- Bahwa Tergugat sering memukul Penggugat kalau ada permasalahan;

5. Bahwa puncak keretakan rumah tangga Penggugat dengan Tergugat terjadi Pada tahun 2007 hingga Tergugat meninggalkan rumah kediaman bersama;

6. Bahwa akibat pertengkaran tersebut Penggugat dengan Tergugat telah pisah rumah kurang lebih 10 Tahun lamanya hingga sekarang ini.

7. Bahwa dengan kejadian tersebut rumah tangga antara Penggugat Dengan Tergugat sudah tidak lagi dapat dibinadengan baik, sehingga tujuan

perkawinan untuk membentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah dan warahmah sudah sulit di pertahankan lagi, dan karena nya agar masingmasing pihak tidak lebih jauh melanggar norma hukum dan norma agama, maka perceraian merupakan altemative terakhir bagi Penggugat untuk menyelesaikan permasalahan antara Penggugat dengan Tergugat.

8. Bahwa Penggugat bersedia membayar perkara sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Berdasarkan laporan penggugat diatas yang disampaikan kepada Pengadilan Agama Pandan dapat dilihat bahwa penggugat mengajukan cerai gugat kepada suaminya dengan beberapa alasan. Alasan tersebut adalah bahwa tergugat suka main judi, main perempuan, minuman keras dan suka memukul penggugat jika ada permasalahan. Hal ini jika ditinjau berdasarkan hukum Fiqih dalam Islam bahwa suami telah melakukan Nusyuz kepada istri. Nusyuz suami mengandung arti pendurhakaan suami kepada Allah karena meninggalkan kewajibannya terhadap istrinya. Bentuk pendurhakaan yang dilakukan suami adalah main judi, main perempuan, minuman keras dan suka memukul penggugat jika ada permasalahan. Sehingga berdasarkan hukum fiqih ini, penggugat (istri) berhak melakukan cerai gugat kepada suami di depan Pengadilan Agama bagi yang memeluk agama Islam.

Selanjutnya berdasarkan KHI, syarat-syarat perceraian dapat terjadi karena beberapa hal:

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak mdapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri

f. Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga

g. Suami melanggar ta‟lik talak

h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga.

Dalam kasus ini berarti tergugat berdasarkan laporan penggugat telah melanggar point a, b, d dan g. Tergugat berdasarkan kasus ini telah melakukan perzinahan, minuman keras, judi, memisahkan diri dengan istri lebih dari 2 tahun berturut-turut, melakukan kekejaman kepada istri dan melanggar ta’lik talaq. Oleh karena itu, berdasarkan KHI penggugat (istri) memiliki hak untuk mengajukan cerai gugat kepada suami di depan Pengadilan Agama yang bersangkutan. Selain itu, kekuatan hukum pengajuan cerai gugat yang dilakukan penggugat terhadap tergugat juga diperkuat oleh Pasal 39 ayat 2 Undang Undang No. 1 Tahun 1974.

Di dalam pasal tersebut ditemukan alasan melakukan perceraian yang termasuk dalam kasus ini adalah sama halnya dengan alasan yang dikemukakan dalam KHI.

Sesuai dengan alasan-alasan yang dikemukakan diatas, maka penggugat berharap mendapatkan keadilan melalui Pengadilan Agama Pandan. Penggugat mohon agar Ketua Pengadilan Agama Pandan, segera memeriksa dan mengadili perkara ini. Selanjutnya menjatuhkan putusan yang amannya berbunyi :

a. Mengabulkan permohonan Penggugat.

b. Menjatuhkan Talak satu Khul’i Tergugat (Tergugat) terhadap penggugat (Penggugat) dengan Iwadh sebesar Rp. 10.000,- (Sepuluh ribu rupiah).

c. Membebankan semua biaya yang timbul dalam perkaran ini kepada pemohon, atau apabila majelis hakim memiliki pendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aquo et bono).

Selain itu, penggugat juga mendatangkan 2 orang saksi yang bersedia memberikan kesaksian dengan sejujur-jujurnya terkait dengan persoalan yang sedang dialami penggugat. Berikut ini merupakan kesaksian yang disampaikan oleh masing-masing saksi:

Saksi I

a) Bahwa saksi adalah adik kandung Penggugat, hadir saat pernikahan Penggugat dengan Tergugat yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 1992 di Sibolga;

b) Bahwa setahu saksi sesaat setelah akad nikah Tergugat mengucapkan sighat taklik talak;

c) Bahwa saksi tahu Penggugat dan Tergugat dengan dikaruniai 2 (dua) orang anak;

d) Bahwa setahu saksi pada tahun 2007 terjadi pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat sehingga Tergugat pergi meninggalkan Penggugat;

e) Bahwa saksi tahu Tergugat sudah meninggalkan Penggugat selama 10 (sepuluh) tahun;

f) Bahwa setahu saksi sejak kepergiannya Tergugat tidak ada mengirimkan nafkah atau meninggalkan harta yang dapat dijadikan nafkah bagi Penggugat;

g) Bahwa saksi tahu setelah Tergugat pergi, Tergugat tidak pernah kembali lagi bersama Penggugat.

Saksi II

a) Bahwa saksi sebagai tetangga Penggugat, hadir saat pernikahan Penggugat dengan Tergugat yang dilaksanakan pada 20 Juni 1992 di Sibolga dengan dikaruniai 2 (dua) orang anak;

b) Bahwa setahu saksi sesaat setelah akad nikah Tergugat mengucapkan sighat taklik talak;

c) Bahwa setahu saksi pada tahun 2007 terjadi pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat sehingga Tergugat pergi meninggalkan Penggugat;

d) Bahwa saksi tahu Tergugat sudah meninggalkan Penggugat selama 10 (sepuluh) tahun;

e) Bahwa setahu saksi sejak kepergiannya Tergugat tidak ada mengirimkan nafkah atau meninggalkan harta yang dapat dijadikan nafkah bagi Penggugat;

f) Bahwa saksi tahu setelah Tergugat pergi, Tergugat tidak pernah kembali lagi bersama Penggugat

E. Pertimbangan Hakim dalam Memutus Perkara Cerai Gugat di

Dokumen terkait