• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS YURIDIS CERAI GUGAT TERHADAP SUAMI DI PENGADILAN AGAMA KECAMATAN PANDAN KABUPATEN

TAPANULI TENGAH (STUDI PUTUSAN PA NOMOR:

143/Pdt.G/2017/Pa.Pdn)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh :

Arif Mulia Tapsan 130200086

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

(3)

ABSTRAK

*) Arif Mulia Tapsan

**) Rosnidar Sembiring

***) Syamsul Rizal

Cerai Gugat adalah gugatan cerai yang diajukan oleh isteri (penggugat) terhadap suami (tergugat) kepada Pengadilan Agama dan berlaku pula pengajuan gugatan terhadap suami oleh isteri yang bukan beragama Islam di Pengadilan Negeri. Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang selanjutnya disebut denga Undang-undang Perkawinan, disebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha esa.

Ketentuan pasal 39 ayat (2) UU perkawinan yang menyatakan bahwa perceraian dapat dilakukan apabila antara suami isteri tersebut tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan tidak lagi berhasil mendarnaikan kedua belah pihak. Penelitian ini dilakukan Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab istri melakukan cerai gugat terhadap suami di Pengadilan Agama Pandan. Selain itu juga Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memutus perkara cerai gugat di Pengadilan Agama Pandan serta Untuk mengetahui dampak hukum cerai gugat terhadap suami berdasarkan studi putusan PA Nomor:

143/Pdt.G/2017/Pa.Pdn.

Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif. Metode penelitian normatif disebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research) yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku (law as it is written in the book), maupun hukum yang diputus oleh hakim melalui proses pengadilan (law it is decided by the judge through judicial process).

Faktor-faktor penyebab istri melakukan cerai gugat terhadap suami di Pengadilan Agama Pandan berdasarkan kasus Nomor 143/Pdt.G/2017/PA.Pdn adalah dikarenakan suami suka bermain judi, berzina, minuman keras dan memukul istri apabila terdapat permasalahan di dalam keluarga. Pertimbangan hakim dalam memutus perkara cerai gugat di Pengadilan Agama Pandan adalah berdasarkan tiga hal penting yaitu, data atau fakta yang diajukan penggugat, alat bukti yang dihadirkan penggugat dan fakta-fajta hukum. Dampak hukum cerai gugat terhadap suami berdasarkan studi putusan PA Nomor:

143/Pdt.G/2017/Pa.Pdn mantan isteri yang telah melakukan khulu’ tidak dapat diruju’, Mantan isteri berhak mendapatkan nafkah iddah, mantan suami tidak dapat menikahi mantan istrinya sebelum dinikahi dan diceraikan oleh suami yang baru bagi mantan istrinya.

Kata Kunci: Cerai Gugat, KUH Perdata, Pengadilan Agama

* Mahasiswa Fakultas Hukum USU

** Dosen Pembimbing I/ Dosen Fakultas Hukum USU

*** Dosen Pembimbing II/ Dosen Fakultas Hukum USU

(4)

ABSTRACT

*) Arif Mulia Tapsan

**) Rosnidar Sembiring

***) Syamsul Rizal

Divorce Ceremony is a divorce suit filed by the wife (plaintiff) against husband (defendant) to the Religious Court and also apply the lawsuit against husband by wife who is not Muslim in District Court. According to Article 1 of Law No. 1 of 1974 concerning marriage related to marriage is the bond born of bathing with a woman as a husband with a happy and eternal family goal (household) through the One God Almighty. The provisions of article 39 paragraph (2) of the Marriage Act which states that a divorce can be done if between the husband and wife will not be able to live in harmony as husband and wife. Divorce can only be made before a court hearing after the court no longer succeeds in harmonizing both parties. This study was conducted to determine the factors causing the wife to divorce a husband against the law in the Religious Court Pandan. Also To know the judge's consideration in deciding the case of divorce in the Religious Court of Pandan and To know the effect of divorce law on husband based on the study of the verdict of PA Number: 143 / Pdt.G / 2017 / Pa.Pdn.

The research method used is normative juridical. Normative research method is also referred to as doctrinal research, which is a study that analyzes the law both written in the book (law as it is written in the book), as well as the law that is decided by the judge through the court process (law it is determined by the judge through judicial process).

Factors causing the wife to divorce a husband against the Pandan Religious Court based on the case No. 143 / Pdt.G / 2017 / PA.Pdn is because the husband likes to gamble, adultery, liquor and beat his wife when there are problems in the family. The judge's consideration in deciding upon a divorce case in the Pandan Religious Court is based on three important things, namely the data or facts presented by the plaintiff, the evidence presented by the plaintiff and the legal facts. The impact of divorce law on husbands based on the study of PA's decision Number: 143 / Pdt.G / 2017 / Pa.Pdn ex-wife who has performed khulu 'can not be addressed', Former wife entitled to earn a living iddah, ex husband can not marry his ex-wife before married and divorced by a new husband for his ex-wife.

Keywords: Divorce Divorce, KUH Perdata, Religious Court

* Student at Faculty of Law USU

** Lecturer I / Lecturer at Faculty of Law USU

*** Lecturer II / Lecturer at Faculty of Law USU

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dengan kemampuan yang ada menyelesaikan tugas menyusun skripsi ini. Sudah merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa dalam menyelesaikan studi untuk mencapai gelar kesarjanaan USU untuk menyusun skripsi. Dalam hal ini penulis memilih judul Analisis Yuridis Cerai Gugat Terhadap Suami di Pengadilan Agama Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah (Studi Putusan PA Nomor: 143/Pdt.G/2017/Pa.Pdn). Penulis menyadari bahwasanya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk mendekati kesempurnaan dalam skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada seluruh pihak yang secara langsung ataupun yang tidak langsung telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini maupun selama penulis menempuh perkuliahan, khususnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung, SH,M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Prof. Dr, Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

3. Prof. Dr. Saidin, SH. M.hum selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

(6)

4. Puspa Melati Hasibuan, SH. M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

5. Jelly Leviza, SH. M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Dr. Rosnidar Sembiring, SH, M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan dan sekaligus sebagai Pembimbing I penulis yang telah memberikan saran dan petunjuk dalam pengerjaan skripsi ini.

7. Syamsul Rizal, SH., M.Hum selaku sekretari Departemen Hukum Keperdataan sekaligus Dosen Pembimbing II penulis yang telah memberikan saran dan petunjuk dalam pengerjaan skripsi ini

8. Seluruh jajaran Staff dan Pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pelayanan administrasi yang baik selama proses akademik penulis.

9. Orangtua penulis Ayahanda, Ibunda dan saudara penulis yang selalu mendoakan serta memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

10. Teman-teman di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, seluruh kakak senior dan junior yang tidak bisa penulis sebut satu persatu.

11. Seluruh Orang- orang yang tetap berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung baik yang terdahulu dan masa depan nanti yang telah memberikan bumbu- bumbu kehidupan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

sehingga penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekeliruan. Oleh karena itu

penulis seraya meminta maaf sekaligus sangat mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca demi penyempurnaaan dan kemanfaatannya

(7)

Akhir kata penulis menucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak dan semoga kritik dan saran yang telah diberikan mendapatkan balasan kebaikan dari Tuhan dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum di Negara Republik Indonesia

Medan, April 2018 Penulis,

ARIF MULIA TAPSAN

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 7

C. Tujuan Penulisan ... 8

D. Manfaat Penulisan ... 8

E. Metode Penelitian ... 9

E.1. Jenis Penelitian ... 9

E.2. Sumber Data ... 9

E.3. Teknik Pengumpulan Data ... 10

E.4. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 10

F. Keaslian Penulisan ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II FAKTOR PENYEBAB ISTRI MELAKUKAN CERAI GUGAT TERHADAP SUAMI DI PENGADILAN AGAMA PANDAN A. Faktor-faktor Internal Cerai Gugat Kepada Suami ... 12

B. Faktor-faktor Eksternal Cerai Gugat Kepada Suami ... 18

(9)

BAB III TINJAUAN TENTANG PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA CERAI GUGAT DI PENGADILAN AGAMA PANDAN

A. Tinjauan Umum Perceraian ... 31

A.1. Pengertian Perceraian ... 31

A.2. Faktor-faktor Penyebab Perceraian ... 35

A.3. Perceraian Dalam Undang-undang Perkawinan ... 37

B. Jenis-jenis Perceraian ... 41

C. Sebab dan Dampak perceraian ... 44

D. Kasus Posisi Putusan PA Nomor:143/ Pdt.G/2017/Pa.Pdn ... 48

E. Pertimbangan Hakim dalam Memutus Perkara Cerai Gugat di Pengadilan Agama Pandan ... 60

BAB IV DAMPAK HUKUM CERAI GUGAT TERHADAP SUAMI BERDASARKAN STUDI PUTUSAN PA NOMOR: 143/PDT.G/2017/PA.PDN Dikarenakan Suami Suka Bermain Judi, Minuman Keras dan Melakukan KDRT A. Dampak Hukum Cerai Gugat Secara Umum ... 72

B. Dampak Hukum Cerai Gugat Bagi Suami ... 73

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ……. ... 77

DAFTAR PUSTAKA

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah menjadi kodratnya bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk menjalani roda kehidupan. Hal tersebut dilakukan manusia dengan cara mencari teman dan mencari pasangan hidup.

Adapun cara yang ditempuh untuk melanjutkan garis keturunannya adalah dengan cara melangsungkan perkawinan. Perkawinan telah berlangsung sejak manusia pertama diciptakan oleh Allah SWT. Adam dan Hawa adalah makhluk yang pertama mendambakan kehidupan bersama. Meskipun Adam tinggal di dalam surga yang serba ada dan berkecukupan, ia merasa kesepian hingga Allah SWT menciptakan pasangan hidupnya yang terbuat dari tulang rusuknya yang sebelah kiri

1

Semua manusia mengharapkan kehidupan perkawinannya dapat berlangsung terus hingga akhir hayatnya. Hal ini diperkuat sebagaimana dalam Undang- Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang menegaskan bahwa prinsip perkawinan adalah suatu akad yang suci yang dibangun oleh suami-istri dengan tujuan membentuk rumah tangga yang kekal dan bahagia. Namun tak dapat dipungkiri kehidupan rumah tangga tak luput dari permasalahan-permasalahan yang timbul baik disengaja ataupun tidak sehingga dapat menimbulkan perselisihan rumah tangga. Perselisihan-perselisihan yang terjadi harus dapat

.

1

Priyanto, Eko Bagus. 2010. Tinjauan Yuridis Tentang Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan

Putusan Perkara Perceraian Dengan Alasan Salah Satu Pihak Homoseksual. Universitas Sebelas

Maret: Surakarta.

(11)

diselesaikan secara proporsional. Artinya bahwa apabila penyebab dari perselisihan tersebut adalah suatu kesalahan kecil yang tidak disengaja oleh salah satu pihak, harus diselesaikan secara damai, tidak perlu diselesaikan dalam jalur hukum. Dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974, perkawinan didefinisikan sebagai “ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

2

Perkawinan adalah asas hidup yang paling utama dalam pergaulan masyarakat dan bangsa. Perkawinan bukan saja merupakan jalan yang mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, lebih jauh perkawinan juga sebagai satu jalan menuju perkenalan antara satu kaum atau bangsa dengan kaum dan bangsa yang lainnya

.”

3

. Perkawinan adalah merupakan sarana yang terbaik untuk mewujudkan rasa kasih sayang sesama manusia dari padanya dan diharapkan untuk dapat melestarikan proses historis keberadaan manusia dalam kehidupan di dunia ini, yang pada akhirnya akan melahirkan keluarga sebagai unit kecil dari kehidupan dalam masyarakat

4

Perceraian merupakan salah satu penyebab putusnya perkawinan yang sebagian besar terjadi apabila kedua belah pihak, suami dan istri sudah merasa tidak ada kecocokan lagi dalam rumah tangganya, sebagaimana ketentuan pasal . Perkawinan untuk membentuk keluarga yang bahagia taklepas dari kondisi lingkungan dan budaya dalam membina dan mempertahankan jalinan hubungan antar keluarga suami isteri.

2

Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 1.

3

Bariah, Oyoh. 2018. Analisis Putusan Pengadilan Agama Karawang Tentang Cerai Gugat Karena Pelanggaran Taklik Talak (Studi Perkara No. 0554/Pdt.G.2015/PA.Krw). Fakultas Agama Islam Universitas Singaperbangsa Karawang.

4

Djamal Latief . 1982. Aneka Hukum Peceraian di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

(12)

39 ayat (2) UU perkawinan yang menyatakan bahwa perceraian dapat dilakukan apabila antara suami isteri tersebut tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan tidak lagi berhasil mendarnaikan kedua belah pihak, hal ini berarti perceraian harus didahului dengan adanya gugatan perceraian yang diajukan kepada pengadilan

5

Sebagaimana kita ketahui, Indonesia telah merarifikasi Corwention on Elimination of Au Discrimination Against women (CEDAW) dan telah mengimplementasikannya dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984.

Konvensi ini merupakan pengakuan dunia internasional yang memberikan perlindungan bagi kaum perempuan agar tidak diperlakukan diskriminatif dan perempuan dinyatakan sebagai mitra sejajar yang setara dengan laki-laki. Selain dari pada itu, dalam perkembangannya Indonesia telah memiliki Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 (selanjutnya disebut dengan UU PKDRT) yang diyakini sebagai salah satu tonggak kuat bagi kaum perempuan dalam melindungi hak-haknya. Karena

.

Meningkatnya kesadaran perempuan akan hak-haknya ini merupakan suatu perkembangan yang cukup positif, hal ini dimungkinkan oleh semakin meningkatnya pengetahuan perempuan terutama terkait dengan masalah hak dan kewajibannya dalam rumah tangga. Selain dari pada itu, adanya paying hukum bagi perempuan dalam mempertahankan hak-haknya yang diatur secara normotive juga disinyalir memiliki andil dalam peningkatan kesadaran akan hak perempuan ini.

5

Undang-Undang Nomor I Tahun 1974 tantang Perkawinan, pasal 39.

(13)

pada umumnya dalam kekerasan dalam rumah tangga baik kekerasan fisik, psikis, seksual dan penelantaran perempuanlah yang biasanya menjadi korbannya

6

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

. Dalam KHI disebutkan bahwa Perceraian dapat terjadi karena alasan :

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena lain diluar kemamuannya.

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain.

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri.

f. Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

g. Suami melanggar ta’lik talak

h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga

7

Fenomena terjadinya suatu perceraian tidak lepas dari berbagai macam faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi retaknya suatu perkawinan, sehingga menjadi alasan bagi suami ataupun istri, untuk mengajukan perceraian ke

.

6

Wahyu Ernaningsih. 2009. Tinjauan Yuridis Penyebab Perceraian di Kota Palembang.

Universitas Sriwijaya: Palembang.

7

Intruksi Presiden R.I. Nomor I Tahun 1991. Kompilasi Hukum di Indonesia.

(14)

pengadilan agama, baik itu faktor eksternal dalam rumah tangganya maupun faktor internal. Namun dalam undang-undang perkawinan membedakan antara perceraian atas kehendak suami dan dengan perceraian atas kehendak istri.

Perceraian atas kehendak suami disebut cerai talak dan perceraian atas kehendak istri disebut dengan cerai gugat.

Hakim dalam memutuskan suatu perkara, selain harus memperhatikan alasan dan dasar-dasarnya juga harus memuat ketentuan dari peraturan-peraturan yang bersangkutan atau sumber hukum yang tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili. Menurut hukum di Indonesia, untuk bercerai masing-masing para pihak tidak dapat datang begitu saja ke Pengadilan Agama setempat dan meminta agar perkawinannya diputuskan, akan tetapi harus ada alasan-alasan yang mendasar, dan atas dasar alasan-alasan itu juga seperti yang sudah ditentukan dalam undang-undang, agar pihak-pihak tersebut dapat minta perceraian

8

1. Terjadi satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan

.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan pada pasal 39 ayat (2) disebutkan bahwa “untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa suami istri tidak akan dapat rukun sebagai suami istri”.9 Ditambah pada Pasal 19 dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 9 tahun 1975 yang menyebutkan bahwa perceraian dapat terjadi karena alasan-alasan:

8

Cik Hasan Basri. 2003. Peradilan Agama di Indonesia. Jakartz: RajaGrafindo Persada.

(15)

2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya.

3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain

5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri.

6. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga

9

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan pengkajian terkait dengan Analisis Yuridis Cerai Gugat Terhadap Suami Di Pengadilan Agama Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah (Studi Putusan PA Nomor: 143/Pdt.G/2017/Pa.Pdn). Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti bahwa telah diterima beberapa kasus cerai gugat yang disebabkan oleh alasan-alasan tertentu. Sehingga tujuan pernikahan untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah sudah tidak bisa digapai lagi. Misalnya pada kasus nomor: 143/Pdt.G/2017/Pa.Pdn yang menyatakan bahwa alasan cerai gugat adalah dikarenakan tergugat (suami) suka bermain judi, main perempuan, suka minuman keras dan suka melakukan kekerasan dalam rumah tangga jika terdapat permasalahan. Pada saat ini dapat kita lihat bahwa perempuan sudah semakin menyadari akan hak dan kewajibannya

.

9

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 19.

(16)

di dalam rumah tangga. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji studi putusan tentang cerai gugat di Pengadilan Agama Pandan.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, ditetapkan penelitian dengan judul

“Analisis Yuridis Cerai Gugat Terhadap Suami Di Pengadilan Agama Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah (Studi Putusan PA Nomor:

143/Pdt.G/2017/Pa.Pdn).”

Dengan demikian dapat disampaikan perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Apa faktor-faktor penyebab istri melakukan cerai gugat terhadap suami di Pengadilan Agama Pandan?

2. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutus perkara cerai gugat di Pengadilan Agama Pandan?

3. Bagaimana dampak hukum cerai gugat terhadap suami berdasarkan studi putusan PA Nomor: 143/Pdt.G/2017/Pa.Pdn?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab istri melakukan cerai gugat terhadap suami di Pengadilan Agama Pandan.

2. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memutus perkara cerai

gugat di Pengadilan Agama Pandan.

(17)

3. Untuk mengetahui dampak hukum cerai gugat terhadap suami berdasarkan studi putusan PA Nomor: 143/Pdt.G/2017/Pa.Pdn.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut :

1. Akademis

Memberikan suatu masukan informasi bagi kalangan Akademis dalam bentuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan pemikiran dalam hal analisis cerai gugat terhadap suami ditinjau dari perspektif hukum.

2. Masyarakat

Dapat memberikan masukan bagi masyarakat khususnya suami istri untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga. Dalam penelitian ini dibahas dampak atau kerugian dari sebuah perceraian khususnya bagi keluarga itu sendiri.

Sehingga masyarakat dapat mengetahui dan semakin menyadari betapa pentingnya mempertahankan keharmonisan rumah tangga dan menghindari langkah penyelesaian melalui perceraian.

E. Metode Penelitian E.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif. Metode penelitian

normatif disebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research) yaitu suatu

penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku (law as it is

(18)

written in the book), maupun hukum yang diputus oleh hakim melalui proses pengadilan (law it is decided by the judge through judicial process)

10

a. Bahan hukum primer, merupakan bahan-bahan bersifat mengikat yang terdiri dari:

. E2. Sumber Data

Sumber data penelitian yang digunakan adalah berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan yang diperoleh. Maka data tersebut kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif untuk menghasilkan data yang bersifat deskriptif. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini terbagi ke dalam 2 jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi dari Pengadilan Agama Pandan yang berkaitan dengan pembahasan di dalam skiripsi ini. Sedangkan data sekunder mencakup:

1) Putusan Pengadilan Agama Pandan Nomor: 143/Pdt.G/2017/Pa.Pdn.

2) Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

4) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

5) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

6) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam

b. Bahan hukum sekunder, merupakan artikel-artikel ilmiah dan jurnal penelitian.

10

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2006,

hlm 118.

(19)

c. Bahan hukum tersier, merupakan bahan yang digunakan untuk mendukung pembahasan di dalam skiripsi ini berupa kamus hukum dan penjelasan- penjelasannya.

E3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan melalui studi kepustakaan dan lembar wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dari sumber.

E4. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Setelah melakukan pengumpulan data melalui wawancara dan studi literatur, langkah selanjutnya melakukan analisis data. Metode analisis data yang digunakan adalah kualitatif deskriptif.

F. Keaslian Penelitian

Penulisan skripsi ini yang berjudul “Analisis Yuridis Cerai Gugat Terhadap Suami Di Pengadilan Agama Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah (Studi Putusan PA Nomor: 143/Pdt.G/2017/Pa.Pdn)” bukan hasil plagiat dari karya orang lain. Kemudian, permasalahan yang dirumuskan dalam penulisan ini merupakan hasil olah pikir dari penulis sendiri. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Apabila ada skripsi yang sama, maka akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya oleh penulis.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sistematika penulisan

sebagai berikut :

(20)

1. BAB 1 : Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan.

2. BAB 2 : Berisi tinjauan umum tentang faktor-faktor penyebab istri melakukan cerai gugat terhadap suami di Pengadilan Agama Pandan, faktor penyebab istri melakukan cerai gugat terhadap suami di Pengadilan Agama Pandan yang meliputi faktor-faktor internal cerai gugat kepada suami dan faktor-faktor eksternal cerai gugat kepada suami.

3. BAB 3 : Berisi tinjauan tentang pertimbangan hakim dalam memutus perkara cerai gugat di Pengadilan Agama Pandan, pengertian perceraian, faktor-faktor penyebab perceraian, perceraian dalam Undang-undang perkawinan, jenis-jenis perceraian dan sebab serta dampak perceraian.

4. BAB 4 : Berisi tentang dampak hukum cerai gugat terhadap suami berdasarkan studi putusan PA Nomor: 143/Pdt.G/2017/Pa.Pdn.

5. BAB 5 : Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran dari garis-garis besar

pokok pembahasan.

(21)

BAB II

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ISTRI MELAKUKAN CERAI GUGAT TERHADAP SUAMI DI PENGADILAN AGAMA PANDAN

A. Faktor-faktor Internal Cerai Gugat Kepada Suami

Cerai gugat adalah perkawinan yang putus akibat permohonan yang diajukan oleh istri kepada Pengadilan Agama, yang kemudian termohon (suami) menyetujuinya, sehingga Pengadilan Agama mengabulkan permohonan dimaksud

11

1. Gugatan perceraian yang diajukan oleh istri atau kuasanya pada Pengadilan Agama yang daerah hukumnya mewilayahi tempat tinggal tergugat kecuali istri meninggalkan tempat kediamam bersama tanpa izin suami.

.

Cerai gugat diatur dalam KHI Pasal 132 ayat (1) dan Pasal 73 UUPA menyebutkan bahwa:

Pasal 132 KHI

Pasal 73 UUPA

1. Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya kepada pengadilan yang daerah hukum yang meliputi tempat kediaman penggugat, kecuali apabila penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin tergugat.

2. Dalam hal penggugat tinggal diluar negeri, gugatan perceraian diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman tergugat.

11

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, hlm 81.

(22)

3. Dalam hal penggugat dan tergugat bertempat kediaman diluar negeri, maka gugatan diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi perkawinan mereka dilangsungkan atau ke Pengadilan Agama Jakarta Pusat

12

Adapun yang dimaksud talak menurut Pasal 117 Kompilasi Hukum Islam, adalah ikrar suami dihadapan pengadilan agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan. Sedangkan yang dimaksud dengan perceraian adalah:

.

- Gugatan perceraian diajukan oleh isteri atau kuasanya pada pengadilan Agama, yang daerah hukumnya mewilayahi tempat tinggal penggugat, kecuali meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin suami.

- Dalam hal gugat bertempat kediaman diluar negeri, ketua pengadilan agama memberitahukan gugatan tersebut kepada tergugat melalui perwakilan republik Indonesia setempat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perceraian dengan jalan talak adalah permohonan cerai yang diajukan oleh suami, sedangkan gugatan perceraian diajukan oleh pihak isteri atau kuasanya kepada pengadilan agama. Di dalam fiqh memang tidak mengatur secara khusus tentang alasan untuk boleh terjadinya perceraian, Setidaknya ada empat kemungkinan yang dapat memicu terjadi perceraian dalam kehidupan rumah tangga yaitu:

1) Terjadinya nusyuz dari pihak istri.

Nusyuz berasal dari bahasa Arab yang secara berarti meninggi atau terangkat.

Kalau dikatakan istri nusyuz itu terhadap suami berarti istri merasa lebih tinggi dari suaminya, sehingga ia tidak lagi merasa berkewajiban mematuhi suami.

12

Tim Redaksi Sinar Grafika (ed), Amandemen Undang Undang Peradilan Agama (UU RI No. 3

Tahun 2006), Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm. 56.

(23)

Nusyuz istri diartikan kedurhakan istri terhadap suami dalam hal menjalankan apa-apa yang diwajibkan kepadanya.

2) Nusyuz suami kepada istri.

Nusyuz suami mengandung arti pendurhakaan suami kepada Allah karena meninggalkan kewajibannya terhadap istrinya. Kemungkinan nusyuz-nya suami bisa terjadi dalam bentuk kelalaian dari pihak suami untuk memenuhi kewajiban pada pihak istri baik nafkah lahir maupun batin. Penyebab nusyuz suami yaitu menjauhi istri, bersikap kasar, meninggalkan untuk menemaninya, mengurangi nafkahnya, atau berbagai beban berat lainnya bagi istri

13

3) Terjadinya syiqaq

.

Kata syiqaq berasal dari kata bahasa Arab, Syiqaq yang berarti: sisi, perselisihan, al-khilaf artinya: perpecahan, permusuhan. al-adawah:

pertengkaran atau persengketaan. Dalam bahasa Melayu diterjemahkan dengan perkelahian. Syiqaq mengandung arti pertengkaran, kata ini biasanya dihubungkan kepada suami istri sehingga dapat diartikan pertengkaran yang terjadi antara suami istri yang tidak dapat terselesaikan sendiri oleh keduanya.

Syiqaq biasanya terjadi apabila suami istri atau keduanya tidak melaksanakan kewajiban yang dipikul masing-masing

14

13

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Kencana, 2009, hlm. 190-193.

14

Ibid, hlm. 194.

.

(24)

4) Salah satu pihak melakukan perbuatan zina, yang menimbulkan saling tuduh menuduh antara keduanya. Cara menyelasaikannya adalah dengan cara membuktikan tuduhan yang didakwakan, dengan cara li’an

15

Hukum Islam tidak memperinci secara limitatif faktor-faktor untuk melakukan perceraian. Jika masing-masing pihak sudah tidak saling mencintai lagi, maka suami dapat menjatuhkan talak pada istrinya dan sebaliknya pihak istri dapat meminta diceraikan. Bahkan pihak suami dapat menalak istrinya tanpa disertai alasan apapun. Hanya dalam hal ta’liq thalaq dikenal adanya beberapa alasan yang dengan sendirinya talak suami jatuh, yakni:

.

a. Kalau suami meninggalkan istri selama tiga bulan atau lebih jalan darat dan tidak memberikan nafkah;

b. Kalau suami meninggalkan istri selama enam bulan atau lebih jalan laut dan tidak memberikan nafkah

c. Kalau suami menggantungkan istri dengan tidak bertali: suatu kata kiasan yang berarti suami tidak memperlakukan istri sebagai seorang istri, tetapi juga tidak mencerainya;

d. Kalau suami memukul istri sampai berbekas.

Sementara menurut Dodi Ahmad Fauzi (Fauzi, 2006:4), ada beberapa faktor atau alasan penyebab terjadinya perceraian antara lain adalah sebagai berikut:

1. Ketidakharmonisan dalam rumah tangga

15

Amiur Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi Kritis

Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No. 1/1974 Sampai KHI, Jakarta: Kencana, 2006,

hlm. 2014.

(25)

Alasan tersebut di atas adalah alasan yang paling kerap dikemukakan oleh pasangan suami-istri yang akan bercerai. Ketidakharmonisan bisa disebabkan oleh berbagai hal antar lain, krisis keuangan, krisis akhlak dan adanya orang ketiga.

2. Krisis moral dan akhlak

Selain ketidakharmonisan dalam rumah tangga, perceraian juga sering memperoleh landasan berupa krisis moral dan akhlak, yang dapadilalaikannya tanggungjawab oleh suami ataupun istri, poligami yang tidak sehat, penganiayaan, pelecehan dan keburukan perilaku lainnya yang dilakukan baik oleh suami ataupun istri, misalnya mabuk, berzinah, terlibat tindak criminal bahkan utang piutang.

3. Perzinahan

Di samping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan terjadinya perceraian adalah perzinahan, yaitu hubungan seksual di luar nikah yang dilakukan baik oleh suami maupun istri.

4. Pernikahan tanpa cinta

Alasan lainnya yang kerap dikemukakan oleh suami dan istri, untuk mengakhiri sebuah perkawinan adalah bahwa perkawinan mereka telah berlangsung tanpa dilandasi adanya cinta. Untuk mengatasi kesulitan akibat sebuah pernikahan tanpa cinta, pasangan harus merefleksi diri untuk memahami masalah sebenarnya, juga

5. Adanya masalah-masalah dalam perkawinan

Dalam sebuah perkawinan pasti tidak akan lepas dari yang namanya masalah.

Masalah dalam perkawinan itu merupakan hal yang biasa, tapi percekcokan

(26)

yang berlarut-larut dan tidak dapat didamaikan lagi secara otomatis akan disusul dengan pisah ranjang.

Dalam KHI disebutkan bahwa perceraian dapat terjadi karena alasan :

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri

f. Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga

g. Suami melanggar ta ‟lik talak

h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga

16

Berdasarkan aspek psikologi Nella Safitri, seperti dikutip oleh

okezone.com menyatakan ada empat penyebab utama dari perkembangan budaya cerai gugat ini:

.

16

Tarmizi M. Jakfar, Poligami dan Talak liar dalam Perspektif Hakim Agama di Indonesia, Cet I,

(Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2007), hlm 64.

(27)

1. bertambah baiknya pemahaman perempuan terhadap hak mereka dalam rumah tangga (hak sebagai isteri), sehingga mereka tidak rela kalau mereka diperlakukan tidak adil dan hak-hak mereka diabaikan.

2. kemandirian ekonomi, dimana banyak perempuan yang bekerja merasa memiliki power untuk menghidupi diri, dan bahkan anak-anaknya, meskipun nantinya berstatus janda.

3. pemahaman yang lebih baik terhadap agama (termasuk tentang ketentuan talak tiga, yang kadang dengan mudah diucapkan oleh suami). Ketika perempuan merasa telah ditalak tiga oleh suaminya, maka ia merasa bahwa agama tidak lagi membolehkan mereka bersama. Dalam kondisi ini, kalau suami tidak merasa telah melakukan itu, sedangkan isteri merasa bahwa hal itu telah terjadi, maka biasanya isteri maju untuk menggugat cerai, karena tidak mau melanggar aturan agama.

4. keengganan isteri untuk menerima kenyataan kalau keadaan rumah tangganya digantung oleh suaminya

17

B. Faktor-faktor Eksternal Cerai Gugat Kepada Suami .

Undang-undang membedakan antara perceraian atas kehendak istri dan atau kehendak suami, dalam hal ini dikarenakan karaktristik hukum Islam tentang perceraian memang menghendaki demikian, sehingga perceraian atas kehandak suami berbeda dengan perceraian atas kehendak istri. Dalam Undang-Undang perkawinan juga ditentukan baik suami maupun istri dapat mengajukan permohonan atau gugatan perceraian berdasarkan alasan-alasan yang telah ditetapkan Undang-Undang tersebut dan sekaligus membedakan perceraian, jika

17

Http:/lifestyle.okezone.com/read/semakin-banyak-istri-gugat cerai-kenapa.

(28)

pemutus perkawinan adalah inisiatif suami maka disebut cerai talak jika pemutus perceraiain inisiatif istri maka disebut cerai gugat

18

Penelitian yang dilakukan di Meulaboh oleh Cut Lan Nurlaili (2017) menemukan bahwa faktor-faktor yang paling dominan adalah masalah moral, cemburu, sampai perselingkuhan yang dimulai dari segi alat komunikasi/hp, yang sebenarnya tidak termasuk dalam alasan yang membolehkan perceraian, meninggalkan kewajiban seperti nafkah lahir dan batin, Salah satu factor pemicu kecekcokan (Syiqaq), dalam Pejelasan UU No. 7 tahun 1989 dinyatakan bahwa syiqaq adalah perselisihan yang tajam dan terus-menerus antara suami dan isteri.

Termasuk disini persoalan nusyuz (kedurhakaan) yang dilakukan oleh istri maupun suaminya. Penerapan ta’lik talak juga tidak sepenuhnya berjalan adakalanya suami istri tidak membuat perjanjian ta’lik talak, padahal menurut Mahmud Syaltut, ta’lik talak adalah jalan terbaik untuk melindungi kaum wanita dari perbuatan tidak baik suami

.

19

a. Suami berbuat zina, pemabuk, pemadat, penjudi dan sebagainya .

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2015), alasan yang dapat dijadikan dasar gugatan perceraian anda di Pengadilan Agama antara lain:

b. Suami meninggalkan anda selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa ada ijin atau alasan yang jelas dan benar, artinya: suami dengan sadar dan sengaja meninggalkan anda;

c. Suami dihukum penjara selama (lima) 5 tahun atau lebih setelah perkawinan dilangsungkan;

18

Mukti Arto, 1996, Praktek Perkara Perdata, Yogyakarta: Pustaka Palajar, hlm. 202.

19

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, (Jakarta:

Yayasan Al-Hikmah, 2001), hlm 278.

(29)

d. Suami bertindak kejam dan suka menganiaya anda;

e. Suami tak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami karena cacat badan atau penyakit yang dideritanya

f. Terjadi perselisihan dan pertengkaran terus menerus tanpa kemungkinan untuk rukun kembali;

g. Suami melanggar taklik-talak yang dia ucapkan saat ijab-kabul;

h. Suami beralih agama atau murtad yang mengakibatkan ketidak harmonisan dalam keluarga

20

Perceraian memiliki berbagai aturan tergantung pada negara di mana dia tinggal dan agama apa yang dianut pasangan. Meskipun disayangkan oleh semua agama, perceraian dibolehkan di beberapa agama dengan aturan yang ketat, adapula yang dengan sedikit aturan. Dalam agama Hindu misalnya, perceraian tak bisa dilepaskan dari pandangan agama Hindu tehadap wanita. Dalam hindu, wanita tidak disamakan kedudukannya dengan pria dan pria memang memiliki hak yang lebih banyak dari wanita. Bahkan di masa lalu, wanita diperlakukan seperti budak, diperjualbelikan, dinikah paksa, bahkan untuk perbudakan.

.

Perceraian merupakan kata yang asing dalam agama Hindu, apalagi bagi seorang wanita. Apa pun yang dilakukan sang suami terhadapnya, sang wanita tidak bisa mengajukan perceraian. Hal ini terjadi sebab agama Hindu memandang pernikahan sebagai hal yang sakral dan tujuan pernikahan adalah melangsungkan generasi Hindu yang taat. Beberapa pemikiran modern mulai masuk ke ajaran Hindu. Di India terdapat Hindu Marriage Act 1955 yang mencoba mengubah aturan dalam pernikahan dan sedikit mengatur gender equality. Dengan adanya

20

Widodo. 2015. Faktor-faktor Alasan yang Menyebabkan Tingginya Cerai Gugat. Jurnal Fakultas

Hukum Universitas Surakarta.

(30)

aturan itu, wanita Hindu diperbolehkan mengajukan cerai jika sang suami menelantarkannya

21

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, perjudian dan lain-lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

.

Dalam hukum positif, memperketat dan tegas terjadinya perceraian, hanya dilakukan di depan persidangan Pengadilan dan disertai alasan-alasan yang sesuai undang-undang, perceraian bisa dilakukan. Pada Pasal 39 ayat 2 Undang Undang No. 1 Tahun 1974 menentukan bahwa untuk mengajukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara suami istri itu tidak dapat hidup rukun sebagai suami istri. Jadi walaupun pada dasar perceraian itu tidak dilarang, namun undang menentukan seseorang tidak dengan mudah memutuskan ikatan tanpa adanya alasan yang terdapat dalam penjelasan atas Pasal 39 ayat 2 Undang Undang Perkawinan dan juga disebutkan bahwa alasan-alasan yang dapat dijadikan dasar untuk perceraian:

b. Salah satu meninggalkan yang lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemauan.

c. Salah satu mendapat hukuman penjara 5 lima tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan terhadap pihak lain.

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suami atau isteri.

21

hinduwebsite.com diakses pada tanggal 10 April 2018 Pukul 20.35 WIB.

(31)

f. Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisian dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga

22

Pasal 19 Peraturan Pemerintah ini diulangi dalam KHI pada pasal 116 dengan rumusan yang sama, dengan menambah dua ayat untuk orang Islam, yaitu:

.

g. Suami melanggar taklik thalak.

h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga.

Hal ini terkait erat dengan misi Undang Undang No.1 Tahun 1974 untuk mempersulit terjadinya perceraian, sesuai dengan tujuan perkawinan yang menentukan bahwa perkawinan pada dasarnya untuk selama-lamanya. Taklik talak adalah perjanjian yang diucapkan calon mempelai pria setelah akad nikah yang dicantumkan dalam akta nikah berupa janji taklik talak yang digantungkan kepada suatu keadaan tertentu yang mungkin terjadi di masa yang akan datang (KHI pasal 1 huruf e). Sighat taklik talak ini terdapat pada buku nikah bagian belakang. Pada umumnya, setelah ijab kabul selesai, mempelai laki-laki diminta untuk membacanya. Isi taklik talak tersebut adalah:

1) Meninggalkan istri selama 2 (dua) tahun berturut-turut;

2) Tidak memberi nafkah wajib kepadanya 3 (bulan) lamanya;

3) Menyakiti badan atau jasmani istri; dan

4) Membiarkan (tidak memperdulikan) istri selama 6 (enam) bulan atau lebih.

Apabila suami melanggar “janji” yang telah diucapkannya tersebut dan istrinya tidak rela serta mengadukan perkaranya kepada Pengadilan Agama, maka pengadilan atas nama suami akan menjatuhkan talak satu khulu’ kepada istri.

22

Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1

Tahun 1974.

(32)

Penelitian yang dilakukan oleh Ouoh Bariah (2018) tentang Analisis Putusan Pengadilan Agama Karawang Tentang Cerai Gugat Karena Pelanggaran Taklik Talak (Studi Perkara No. 0554/Pdt.G.2015/PA.Krw). Penelitian tersebut menemukan bahwa Dasar pertimbangan hakim dalam putusan no 0554/Pdt.G.2015/PA.Krw dengan menjatuhkan talak satu khul’i bagi penggugat bahwa tergugat telah terbukti secara nyata dan meyakinkan dengan bukti dokumen dan saksi-saksi telah melanggar taklik talak yakni tidak memberi nafkah wajib kepada tergugat 3 (bulan) lamanya; dan membiarkan (tidak memperdulikan) istri selama 6 (enam) bulan atau lebih

23

1. Meninggalkan kewajiban

.

Sedangkan penelitian yang sejenis juga dilakukan oleh Muh Saidin (2015) tentang Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian Di Pemkot Surakarta Tahun 2011-2012. Berdasarkan data penelitian yang ditemukan, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa fakor-faktor penyebab pengajuan gugat cerai yang sering terjadi di Pengadilan Agama Surakarta adalah sebagai berikut:

Hak dan kuwajiban sebagai seorang suami istri sudah diatur dengan jelas dalam UU Perkawinan dan juga dalam agama. Meninggalkan kewajiban merupakan faktor paling tinggi dalam pengajuan gugat cerai di Pengadilan Agama Surakarta.

Salah satu kasus yang terjadi pada Informan 1 yang ditemui penulis pada tanggal 15 november 2013 di Pengadilan Agama Surakarta, melayangkan gugatan cerai pada suaminya bahwa suaminya tidak memenuhi tanggung jawab kepada

23

Bariah, Oyoh, 2018, Analisis Putusan Pengadilan Agama Karawang Tentang Cerai Gugat

Karena Pelanggaran Taklik Talak (Studi Perkara No. 0554/Pdt.G.2015/PA.Krw), Jurnal Fakultas

Agama Islam Universitas Singaperbangsa Karawang.

(33)

istri berupa nafkah lahir maupun batin, selama 2 tahun usia perkawinan dan dikarunia seorang anak, sang istri merasa di tahun kedua pernikahannya suaminya sudah mulai berubah dengan lagi tidak mengurusi anak dan istrinya dengan selayaknya.

Hal ini disebabkan sang suami belum mempunyai pekerjaan tetap karena suami masih menjadi seorang mahasiswa di suatu PTN di Surakarta, pasangan ini sama-sama masih berstatus sebagai mahasiswa. Sang istri merasa bahwa suaminya sudah melalaikan tanggung jawabnya sebagai seorang suami, oleh sebab itulah informan 1 melayangkan gugatan cerai pada suaminya. Lain lagi yang terjadi pada informan ke 3 yang ditemui penulis pada tanggal 5 Desember 2013, informan ke 3 melayangkan gugatan perceraian kepada suaminya dikarenakan faktor ekonomi, sang istri merasa pendapatan yang diperoleh oleh suaminya tidak bisa mencukupi kebutuhan untuk sehari-hari, untuk menghidupi istri dengan seorang putranya. Bila dilihat sang suami sudah bekerja sebagai seorang pegawai di salah satu kios photo copy di daerah Pabelan.

Di Pengadilan Agama Surakarta pengajuan perkara dengan faktor penyebab meninggalkan kewajiban karena tidak adanya tanggung jawab dengan prosentase 47,5%, selain itu meninggalkan kewajiban karena ekonomi dengan prosentase 8,7% dan meninggalkan keajiban karena kawin paksa sebanyak 0,2%.

2. Terus menerus berselisih

Dalam kehidupan berumah tangga sangatlah wajar bila terjadi perselisihan,

tetapi bila perselihan ini terjadi tidak pada koridor atau kewajaran secara terus

menerus dan tidak ada titik temu antara kedua pasangan suami istri, dan dalam

kurun waktu yang lama akan berakibat pada perceraian. Terus menerus berselisih

(34)

merupakan faktor terbanyak kedua setelah meninggalkan kewajiban yang menjadi penyebab perceraian di Pengadilan Agama Surakarta.

Terus menerus berselisih dikarenakan tidak adanya keharmonisan sebanyak 21,2%. Selain tidak adanya keharmonisan. Seperti hal kasus perceraian pada informan 2 yang ditemui penulis pada 21 November 2013 di Pengadilan Agama Surakarta, informan ke-2 melayangkan gugatan perceraian kepada istrinya dengan alasan sudah tidak adanya keharmonisan dalam rumah tangganya, hal ini dimulai saat mereka mulai menempati rumah kontrakan sendiri di Perumahan Mojosongo Surakarta, sikap istri informan 1 tidak begitu suka menempati tempat tinggal baru yang mereka kontrak, sang istri lebih senang bila tinggal bersama orang tua sang istri. Hal ini yang menyebabkan kenapa informan 2 tidak merasa nyaman karena sang istri tidak senang tinggal di rumah kontrakan.

Ketidakharmonisan ditunjukkan dengan sikap istri yang mulai tidak menghargai sang suami. Usia pernikahan keduanya 2 tahun dan belum dikarunia anak.

Berbeda dengan kasus informan ke 5 yang ditemui penulis pada tanggal 10 Desember 2013. Sang istri melayangkan gugatan perceraian kepada suaminya dikarenakan sang suami ketahuan selingkuh, hal ini bermula dari kecurigaan istri kepada suami dengan membuka usaha di daerah Jogja, alih-alih buka usaha di Jogja malah sang suami ketahuan selingkuh dengan perempuan lain di tempat sekitar sang suami membuka tempat usaha.

Selain itu perselisihan juga bisa terjadi disebabkan oleh gangguan pihak

ketiga, di Pengadilan Agama Surakarta perceraian yang disebabkan gangguan

pihak ketiga sebanyak 12,8%. Ada juga perselisihan dalam rumah tangga yang

disebabkan oleh masalah politis, di Pengadilan Agama Surakarta kasus perceraian

(35)

yang disebabakan oleh masalah politis dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sebanyak 0,1%.

3. Moral

Masalah moral menjadi faktor terbanyak ketiga yang menjadi faktor penyebab terjadinya perceraian di Pengadilan Agama Surakarta. Hal ini tidak bisa dipungkiri bila sering waktu dan perkembangan lingkungan ditambahi dengan gaya hidup yang tidak sesuai dengan ajaran agama dapat menyebabkan terjadiny perceraian. Krisis ahlak seperti minum miras, berjudi, memakai narkoba dan lain- nya. Seperti halnya pada kasus yang terjadi pada informan ke 4 yang ditemui penulis pada tanggal 24 November 2013 di Pengadilan Agama Surakarta, sang istri mengajukan gugatan perceraian karena sang suami sering mabuk-mabukan dirumah temannya. Tabiat buruk suaminya ini sudah berulang kali terjadi, sang istri sudah menasehati suaminya agar menjauhi hal tersebut dan sang suami masih saja mengindahkan nasehat istrinya. Sang istri merasa sudah tidak tahan dengan kelakuan buruk suaminya itu sehingga sang istri memberanikan diri datang ke Pengadilan Agama Surakarta untuk melayangkan gugatan cerai kepada suaminya.

Di pengadilan agama surakarta kasus perceraian yang disebabkan oleh krisis ahlak sebanyak 5,2%. Selain itu juga perceraian yang disebabkan kerena suami maupun istri mengalami cemburu yang berlebihan terdap pasangannya, kasus perceraian yang disebabkan oleh faktor cemburu sebanyak 1,3%. Selain krisis ahlak dan juga cemburu, ada juga perceraian yang disebabkan oleh faktor poligami yang tidak sehat yaitu sebanyak 0,1%.

4. Menyakiti Jasmani

(36)

Perselisihan yang terjadi dalam rumah tangga bila sudah tidak pada kewajarannya akan berujung pada kekerasan fisik maupun mental, kekerasan fisik dapat berupa pukulan ataupun juga penganiayaan dan kekerasan mental dapat berupa ancaman maupun kata-kata kotor dan umpatan yang menyudutkan salah satu pasangan sehingga hidup mereka serasa ditekan. Hal ini disebabkan pasangan suami istri sudah tidak bisa lagi mengontrol emosi dalam diri mereka, maka terjadilah yang namanya kekerasan dalam rumah tangga atau yang lazim disingkat KDRT. Bila salah satu pasangan suami istri sudah tidak biasa lagi memerima perlakuan dari salah satu pasangan tersebut tidak salah bila mereka mengajukan gugatan cerai. Di Pengadilan Agama Surakarta perceraian yang disebabkan oleh faktor menyakiti jasmani sebanyak 1,2% dan perceraian yang disebabkan menyakiti mental sebanyak 0,1%.

5. Faktor lain-lain

Banyak faktor yang menyebab orang untuk bercerai, faktor lain-lain ini dapat berupa salah satu pasangan ada yang mempunyai cara pandang yang berbeda tentang agama, atau dengan kata lain salah satu pasangan suami istri berubah keyakinan agamanya, sehingga menyebabkan tidak adanya keharmonisan dalam keluarga karena perbedaan keyakinan. Di Pengadilan Agama Surakarta perceraian yang disebabkan faktor ini sebanyak 1,1%

6. Dihukum

Setiap orang bisa saja tersandung masalah hukum yang berlaku. Jika salah

satu pasangan suami istri mengalami permasalahan dengan hukum dan salah satu

pasangan suami istri tersebut terbukti bersalah dan harus menjalani proses

hukuman untuk waktu yang lama, bila salah satu pasangan suami istri tidak bisa

(37)

menerima keadaan dari salah satu pasanga mereka dapat menyebabkan salah satu pasangan mengajukan gugatan cerai, hal ini disebabkan salah satu pasangan merasa malu dan juga merasa pasangan yang terhukum sudah tidak bisa lagi memenuhi kewajibannya sebagai pasangan suami istri sehingga mereka melayangkan gugatan cerai ke Pengadilan Agama. Kasus perceraian di Pengadilan Agama Surakarta yang disebabkan oleh faktor dihukum sebanyak 0,4%.

7. Cacat biologis

Banyak kelainan maupun cacat yang disandang manusia, baik dapat dilihat langsung yang berupa fisik maupun tidak langsung yang diketahui setelah kita periksa ke dokter. Dalam menikahi sesorang kita pastinya sadar betul dan juga mengenal betul siapa pasangan kita tentang kelebihan dan kekurangan pasangan kita. Banyak kasus perceraian terjadi karena pasangan terlambat mengetahui kebenaran dari pasangannya, salah satunya adalah suami atau pun istri ada yang tidak subur atau mandul. Mereka mengetahui kekurangan tersebut setelah mereka menikah, tak jadi masalah jika pasangan tersebut dapat menerima kekurangan dari pasangannya bila tidak hal tersebut dapat menjadi faktor mereka untuk mengajukan gugat cerai. Di Pengadilan Agama Surakarta kasus perceraian yang terjadi karena faktor ini sebanyak 0,2%.

8. Kawin di bawah umur

Kasus perceraian di Kota Surakarta yang disebabkan karena pernikahan di

bawah umur, untuk kurun waktu lima tahun tidak ada kasus perceraian yang

disebabkan oleh faktor pernikahan di bawah umur. Dari banyaknya faktor-faktor

penyebab perceraian yang terjadi di Kota Surakarta yang didaftarkan pada

(38)

Pengadilan Agama Surakarta, kasus yang paling banyak mendasari pasangan mengajukan gugat cerai adalah tidak adanya tanggung jawab dari pasangan sebesar 47,5%, terbanyak kedua adalah tidak adanya keharmonisan dalam rumah tangga sebesar 21,2%, selanjutnya gangguan dari pihak ketiga sebesar 12,8%, faktor ekonomi dengan banyaknya kasus sebesar 8,7%, dan terakhir krisis akhlak sebesar 5,2%. Bila dilihat dari banyaknya jumlah kasus dari tahun per tahun kasus perceraian di Kota Surakarta mengalami peningkatan 3,5% tiap tahunnya bila dirata-rata mulai tahun 2009 sampai 2013

24

24

Saidin, Muh, 2015. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian Di Pemkot Surakarta Tahun 2011-2012. Jurnal Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

.

(39)

BAB III

TINJAUAN TENTANG PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA CERAI GUGAT DI PENGADILAN AGAMA PANDAN

A. Tinjauan Umum Perceraian A.1. Pengertian Perceraian

Kata cerai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan pisah atau putus

25

. Perceraian merupakan bagian dari pernikahan, sebab tidak ada perceraian tanpa diawali pernikahan terlebih dahulu. Pernikahan merupakan awal dari hidup bersama antara seorang pria dan seorang wanita yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perceraian hanya dapat terjadi apabila dilakukan di depan Pengadilan Agama baik itu karena suami yang menjatuhkan cerai (talak) ataupun karena isteri yang menggugat cerai atau memohon hak talak sebab sighat taklik talak. Meskipun dalam agama Islam, perkawinan yang putus karena perceraian dianggap sah apabila diucapkan seketika oleh suami, namun harus tetap dilakukan di depan pengadilan. Tujuannya adalah untuk melindungi segala hak dan kewajiban yang timbul sebagai akibat hukum perceraian itu. Dalam hukum Islam perceraian adalah sesuatu yang halal tetapi merupakan perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT

26

Perceraian (divorce) merupakan suatu peristiwa perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan mereka berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Mereka tidak lagi hidup dan tinggal

.

25

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indnesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1998, hlm., 163.

26

HR.Abu Daud, Ibn Majah dan Al-Hakim, Hadist Nabi Muhammad yang artinya : “Sesuatu

perbuatan halal yang paling dibenci oleh Allah adalah talak/perceraian.

(40)

serumah bersama, karena tidak ada ikatan yang resmi. Mereka yang telah bercerai tetapi belum memiliki anak, maka perpisahan tidak menimbulkan dampak traumatis psikologis bagi anak-anak. Namun mereka yang telah memiliki keturunan, tentu saja perceraian menimbulkan masalah psiko-emosional bagi anak-anak. Di sisi lain, mungkin saja anak-anak yang dilahirkan selama mereka hidup sebagai suami-istri, akan diikutsertakan kepada salah satu orang tuanya apakah mengikuti ayah atau ibunya.

Beberapa sarjana atau para ahli memberikan pendapat mengenai perceraian, antara lain:

 Menurut P.N.H. Simanjuntak sebagai berikut, Perceraian adalah pengakhiran suatu perkawinan karena sesuatu sebab dengan keputusan hakim atas tuntutan dari salah satu pihak atau kedua belah pihak dalam perkawinan

27

 Menurut Subekti sebagai berikut, perceraian ialah penghapusan perkawinan dengan putusan hakim, atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu

.

28

 Menurut Soemiyati sebagai berikut, menurut hukum Islam talaq mempunyai dua arti yaitu talaq dalam arti umum adalah segala macam bentuk perceraian baik yang dijatuhkan oleh suami, yang ditetapkan oleh hakim, maupun perceraian yang jatuh dengan sendirinya atau perceraian karena meninggal salah seorang suami atau osteri, sementara dalam arti khusus adalah perceraian yang dijatuhkan oleh pihak suami

.

29

Memperhatikan arti dari istilah perceraian sebagaimana diuraikan di atas, maka dapat dipahami bahwa perceraian adalah suatu istilah yang digunakan untuk

.

27

P.N.H.Simanjuntak, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, djambatan, Jakarta, 2007, hlm 53.

28

Soebekti, hlm 42.

29

Soemiyati, Hukum Perkawinan Dan Undang-Undang Perkawinan, Liberty, Yogyakarta.

(41)

menegaskan terjadinya suatu peristiwa hukum berupa putusnya perkawinan antara suami dan istri, dengan alasan-alasan hukum, proses hukum tertentu dan akibat- akibat hukum tertentu, yang harus dinyatakan secara tegas di depan sidang pengadilan. Putusnya perkawinan antara suami dan istri berarti putusnya hubungan hukum perkawinan antara suami dan istri, sehingga keduanya tidak lagi berkedudukan sebagai suami istri dan tidak lagi menjalani kehidupan suami dan istri dalam suatu rumah tangga. Namun, putusnya perkawinan tersebut tidak memutus hubungan silaturrahim (hubungan sosial-keagamaan, baik sebagai manusia, warga masyarakat, dan umat beragama) antara bekas suami dan bekas istri, apalagi mereka telah mempunyai anak-anak selama berumah tangga berdasarkan perkawinan yang telah mereka putuskan tersebut

30

Perceraian merupakan suatu proses yang di dalamnya menyangkut banyak aspek seperti: emosi, ekonomi, sosial, dan pengakuan secara resmi oleh masyarakat melalui hukum yang berlaku layaknya sebuah perkawinan. Menurut Spanier dan Thompson (1984) perceraian merupakan suatu reaksi terhadap hubungan pernikahan yang tidak berjalan dengan baik dan bukan merupakan suatu ketidaksetujuan terhadap lembaga perkawinan. Penelitian yang dilakukan Murdock (1950) mengenai perbandingan perceraian di negara-negara berkembang menyimpulkan bahwa di setiap masyarakat terdapat institusi/lembaga yang menyelesaikan proses berakhirnya suatu perkawinan (perceraian) sama halnya dengan mempersiapkan suatu perkawinan. Berbeda dengan Mudorck, Goode mengatakan bahwa setiap masyarakat mempunyai definisi yang berbeda tentang konflik antara pasangan suami-istri serta cara penyelesaiannya. Goode sendiri

.

30

Muhamma Syaifuddin dkk, Hukum Percerian, Sinar Grafika. Jakarta, 2013, hlm 17-18.

(42)

berpendapat bahwa pandangan yang menganggap perceraian merupakan suatu

“kegagalan” adalah bias, karena semata-mata mendasarkan perkawinan pada cinta yang romantic.

Pengertian perceraian yang dijelaskan secara tegas dalam Pasal 117 KHI yang menyebutkan bahwa perceraian adalah ikrar suami dihadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diperoleh pemahaman bahwa perceraian adalah putusnya ikatan perkawinan antara suami dan istri yang sah dengan menggunakan lafadz talak atau semisalnya, selanjutnya dipertegas oleh ketentuan Pasal 38 UU No.I Tahun 1974 tentang Perkawinan, bahwa perkawinan dapat putus disebabkan karena kematian, perceraian dan putusan pengadilan, yang mana akibat hukum yang ditimbulkan dari ketiga sebab tersebut berbeda-beda. Sedangkan menurut hukum Islam talak berarti:

a) Menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi keterikatan dengan ucapan tertentu.

b) Melepaskan ikatan perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri.

c) Melepaskan ikatan akad perkawinan dengan ucapan talak atau yang sepadan dengannya

31

A.2. Faktor-faktor Penyebab Perceraian .

Dalam suatu perkawinan, apabila antara suami dan istri sudah tidak ada kecocokan lagi untuk membentuk rumah tangga atau keluarga yang bahagia baik lahir maupun batin dapat dijadikan sebagai alasan yang sah untuk mengajukan

31

Zahri Hamid, Pokok-pokok Hukum Perkawinan Islam dan UU Perkawinan Indonesia,

(Yogyakarta : Bina Cipta , 1976), hlm. 73.

(43)

gugatan perceraian ke persidangan pengadilan. Gugatan perceraian itu berawal dari ketidak harmonisan yang dapat berujung perceraian yang dapat di ajukan ke persidangan pengadilan

32

1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lainnya yang sukar disembuhkan;

. Berikut dasar-dasar yang menyebabkan pasangan suami istri memutuskan untuk bercerai yang dimuat didalam Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975, berikut diantaranya:

2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa seizin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya;

3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;

4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain;

5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/isteri;

6. Antar suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran serta tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga;

7. Peralihan agama atau murtad

33

Menurut KUH Perdata Pasal 208 disebutkan bahwa perceraian tidak dapat terjadi hanya dengan persetujuan bersama. Dasar-dasar yang berakibat perceraian perkawinan adalah sebagai berikut :

.

32

Sarwono, Hukum Acara Perdata Teori dan Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika 2012), hlm 94.

33

NM. Wahyu Kuncoro, S.H, Solusi Cerdas Menghadapi Kasus Keluarga. 2010, Jakarta, Raih

Asa Sukses, Hlm.54.

(44)

1. Zinah

2. Meninggalkan tempat tinggal bersama dengan itikad buruk.

3. Dikenakan penjara lima tahun atau hukuman yang berat lagi setelah dilangsungkan perkawinan

4. Pencederaan berat atau penganiayaan yang dilakukan oleh salah seorang suami atau isteri terhadap orang lainnya sedemikian rupa, sehingga membahayakan keselamatan jiwa atau mendatangkan luka-luka yang membahayakan

34

Perceraian adalah suatu keadaan dimana antara seorang suami dan seorang isteri telah terjadi ketidakcocokan batin yang berakibat pada putusnya suatu tali perkawinan melalui putusan pengadilan. Mengenai persoalan putusnya perkawinan, atau perceraian diatur dalam Pasal 38 sampai Pasal 41 Undang- Undang Perkawinan. Disebutkan dalam Pasal 38 Undang-Undang Perkawinan, bahwa perkawinan dapat putus karena :

.

b. Kematian c. Perceraian

d. Atas keputusan pengadilan.

A.3. Perceraian Dalam Undang-undang Perkawinan

Dilihat dari aspek hukum, perkawinan merupakan suatu perjanjian yang mengandung tiga karakter khusus, yaitu:

1. Perkawinan tidak dapat dilakukan tanpa unsur sukarela dari kedua belah pihak;

34

KUH Perdata Pasal 208.

(45)

2. Kedua belah pihak (laki-laki dan perempuan) yang mengikat persetujuan itu saling mempunyai hak untuk memutuskan tersebut berdasarkan ketentuan yang ada dalam hukum-hukumnya;

3. Persetujuan perkawinan itu mengatur batas-batas hukum mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak. Persetujuan perkawinan itu secara prinsipil berbeda dengan persetujuan-persetujuan lainnya, seperti persetujuan jual beli, sewa menyewa, tukar-menukar dan lain-lain

35

Syarat perkawinan yang bersifat materiil dapat disimpulkan dari Pasal 6 sampai dengan 11 UU No. 1 tahun 1974, yaitu:

.

2. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai

3. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat ijin kedua orangtuanya/salah satu orang tuanya, apabila salah satunya telah meninggal dunia/walinya apabila kedua orang tuanya telah meninggal dunia.

4. Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Kalau ada penyimpangan harus ada ijin dari pengadilan atau pejabat yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun wanita.

5. Seorang yang masih terikat tali perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin lagi kecuali memenuhi Pasal 3 ayat 2 dan pasal 4.

6. Apabila suami dan istri yang telah cerai kawin lagi satu dengan yang lain dan bercerai lagi untuk kedua kalinya.

7. Bagi seorang wanita yang putus perkawinannya berlaku jangka waktu tunggu.

35

Soemiyati, Hukum Perkawinan Dan Undang-Undang Perkawinan, Liberty. Yogyakarta. hlm 10

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan adalah Metode Clinic-Based Dan Community Empowerment Pada Pemberdayaan Pendidik Dan Konselor Sebaya Dalam Program Kesehatan Reproduksi

Pengaruh Free Cash Flow dan Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Kebijakan Hutang dengan Investment Opportunity Set sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa adanya meningkatkan kompetensi tutor/pendidik paud dalam merancang model pembelajaran yang inovatif berbasis kearifan

Selain itu, tujuan pendidikan rohani yang diharapkan adalah untuk mencari, membina dan mengembangkan hubungan individual-vertikal yang harmonis; sampai (wushūl) kepada

3 Meningkatnya upaya pengendalian masalah kesehatan yg disebabkan oleh penyakit menular, tidak menular dan akibat bencana.  Persentase penanganan KLB < 24 jam 100

Banyak tidaknya kandungan pigmen lain selain klorofil tidak berpengaruh pada tanaman yang misalnya terdapat pada daun puring, karena klorofil tetap menjadi pigmen

Apabila seluruh sumber daya intelektual yang dimiliki perusahaan dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik maka akan menciptakan value added bagi perusahaan sehingga

Salah satu kegiatan penting dari seluruh proses PNPM Mandiri Perkotaan, khususnya pada pendekatan pelaksanaan kegiatan lingkungan ini adalah kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan