• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. Hasil dan Pembahasan

5.2. Pembahasan

5.2.1. Faktor Faktor Internal

Variabel yang akan dibahas dalam faktor internal meliputi pengetahuan, kondisi kesehatan, persepsi, dan usia ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 38,8 % responden memiliki pengetahuan baik terkait pemberian ASI Eksklusif. Dari hasil penelitian ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan responden terkait pemberian ASI Eksklusif dimana hampir seluruh responden mendapat dukungan dari petugas kesehatan dan juga seringnya responden mengikuti kegiatan posyandu sesuai hasil wawancara peneliti pada saat pengambilan kuesioner.

Meskipun penelitian menunjukkan sebagian responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik, namun cakupan ASI Eksklusif di Kecamatan Sarudik masih rendah. Hal ini bisa dipengaruhi oleh persepsi ibu terkait ASI mereka dan juga kebiasaan dalam keluarga mereka yang telah memberikan minuman/makanan tambahan pada usia bayi kurang dari enam bulan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti tampak bahwa persepsi ibu masih negatif dimana 46,9 % responden setuju memberikan minuman/makanan tambahan karena merasa ASInya kurang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa meskipun pengetahuan responden baik belum tentu cakupan ASI Eksklusif tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Asmijati (2001 dalam Pertiwi, 2012) yang menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif. Ini tidak relevan dengan teori Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku seseorang karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pertiwi (2012) juga mengatakan bahwa informasi maupun pengalaman yang didapat seseorang terkait pemberian ASI Eksklusif dapat mempengaruhi perilaku orang tersebut dalam memberikan ASI Eksklusif. Penelitian terkait yang sesuai dengan hasil penelitian Asmijati (2001) yaitu penelitian Josefa (2011) yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif dimana didapat hasilnya (p=0,091).

Gambaran kondisi kesehatan ibu dan bayi diukur dengan melihat pengaruh kondisi fisik dan emosional ibu dalam memberikan ASI dan juga kesehatan bayi. Hasil penelitian pada variabel kondisi kesehatan dikategorikan menjadi baik/tidak menghambat dan tidak baik/menghambat. Hasil penelitian menunjukkan sebagian 52 % untuk kategori tidak menghambat. Hai ini terlihat dari hasil jawaban dari responden terkait kondisi kesehatan dimana 52 % tidak setuju jika bayi menderita kelainan mulut sehingga tidak memberikan ASI secara Eksklusif. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Harahap (2010) yang mengatakan bahwa kondisi kesehatan baik itu kondisi kesehatan ibu 36,7 % dan bayi 50 % mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan perbandingan ibu yang memiliki persepsi positif dan negatif secara berturut-turut sebesar 48 orang responden (49 %) memiliki persepsi positif dan 50 orang (51 %) memiliki persepsi negatif. Persepsi negatif yang paling banyak dirasakan ibu terkait dengan kebiasaan bayi sering menangis. Sebesar 52,5 % ibu setuju untuk memberikan minuman/makanan selain ASI karena bayi sering menangis. Hasil penelitian ini sesuai dengan Pernyataan Notoadmojo (2010) yang menyatakan bahwa persepsi seseorang terhadap suatu objek akan mempengaruhi perilakunya. Persepsi yang baik terhadap suatu objek akan mendorong seseorang untuk bertindak sesuai dengan persepsinya dan sebaliknya. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Pertiwi (2012) mengatakan bahwa persepsi merupakan faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Hasil ini juga sejalan dengan pendapat Prasetyono (2009) dalam bukunya yang mengatakan bahwa 98

ribu dari 100 ribu ibu yang menyatakan bahwa produksi ASI-nya kurang, sebenarnya mempunyai cukup ASI tetapi kurang mendapatkan informasi tentang manajemen laktasi yang benar dan posisi menyusui yang tepat.

Usia ibu dikelompokkan menjadi tiga yakni usia < 20 tahun, 20-35 tahun, dan >35 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkanhampir seluruh responden berada pada usia reproduksi sehat yakni usia 20-35 tahun. Hasil ini didukung dengan data dari BPS Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu jumlah wanita usia 20 sampai 29 tahun lebih banyak dari jumlah wanita usia 35 sampai 49 tahun (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2011). Ibu yang berusia 19-23 tahun umumnya memiliki produksi ASI yang lebih dibanding ibu yang berusia lebih tua. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan Novita (2008 dalam Pertiwi, 2012) bahwa terjadi pembesaran payudara setiap siklus ovulasi mulai awal terjadinya menstruasi sampai usia 30 tahun, namun terjadi degenarasi payudara dan kelenjar penghasil ASI (alveoli) secara keseluruhan setelah usia 30 tahun. Namun demikian, meskipun hampir seluruh responden berada pada usia reproduksi sehat dan merupakan usia efektif dalam memproduksi ASI yakni usia ≤ 30 tahun ( Suraatmadja, 1997 dalam Pertiwi, 2012) tetapi cakupan ASI Eksklusif masih rendah di Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu persepsi ibu yang masih rendah/negatif terkait ASI yaitu sebesar 51 % dan kebiasaan dalam keluarga memberikan minuman/makanan tambahan saat usia bayi kurang dari enam bulan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa meskipun usia ibu mayoritas 20-35 tahun dan merupakan usia yang umumnya memiliki produksi ASI yang lebih,

mendapat dukungan dari petugas kesehatan 94,9 % tetapi jika tidak memiliki persepsi yang baik belum tentu cakupan pemberian ASI Eksklusif tinggi. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Arini (2012 dalam Yanti, 2012) mengatakan bahwa semakin meningkatnya umur dan tingkat kematangan maka kekuatan seseorang dalam berpikir dan bekerja juga akan lebih matang.

5.2.2. Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Rendahnya Cakupan ASI Eksklusif

Pendidikan terakhir ibu dikelompokkan menjadi Tidak sekolah, SD, SMP, SMA, dan Akademi/PT. Kebanyakan responden yaitu 44,9 % memiliki tingkat pendidikan SMA. Tingkat pendidikan ibu kebanyakan SMA dan cakupan ASI Eksklusif dalam penelitian ini masih rendah. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu pengalaman ibu, persepsi dan juga kebiasaan dalam keluarga, dimana dari hasil penelitian didapat persepsi ibu masih rendah yaitu 51 %. Dari hasil penelitian yang didapat oleh peneliti dimana 54,1 % setuju memberikan minuman/makanan tambahan karena bayi sering menangis, sehingga disimpulkan bahwa meskipun pendidikan responden mayoritas SMA, pengetahuan baik tetapi jika tidak didukung dengan persepsi yang positif terkait ASI belum tentu cakupan ASI Eksklusif tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Saleh (2011) yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif.

Pekerjaan ibu dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi bekerja dan tidak bekerja. Sebagian besar responden yaitu 74,5 % tidak bekerja/IRT. Hal ini

berkaitan dengan tingkat pendidikan ibu, yaitu sebagian besar ibu memiliki tingkat pendidikan SMA sehingga banyak ibu yang tidak bekerja/ibu rumah tangga. Ibu yang tidak bekerja/ibu rumah tangga memiliki kemungkinan besar untuk memberikan ASI secara Eksklusif, namun pada penelitian ini angka pemberian ASI secara Eksklusif masih rendah. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi rendahnya cakupan ASI Eksklusif. Dari hasil penelitian didapat faktor persepsi 51 % persepsi negatif, gencarnya promosi susu formula 62,2 %, dan budaya 82,7 % mempengaruhi pemberian ASI secara Eksklusif pada ibu-ibu yang tidak bekerja. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Subrata (2004 dalam Pertiwi, 2012) yang menemukan proporsi ibu bekerja memiliki peluang 7,9 kali lebih besar untuk tidak menyusui bayinya. Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Prasetyono (2012) dalam bukunya mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif adalah karena ibu bekerja di luar rumah sehingga tidak dapat memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada bayinya.

Gambaran dukungan petugas kesehatan terhadap pemberian ASI Eksklusif diukur dengan adanya dukungan/bantuan dan informasi yang diberikan petugas kesehatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden 94,9 % mendapat dukungan dari petugas kesehatan, namun pada kenyataannya cakupan pemberian ASI Eksklusif pada penelitian ini masih rendah. Dari hasil penelitian yang diperoleh peneliti meskipun dukungan petugas kesehatan sangat besar tetapi ada beberapa faktor yang membuat cakupan ASI Eksklusif di Kecamatan Sarudik rendah, salah satunya yakni sebagian besar responden 62,2

% terpajan dengan promosi susu formula. Hal ini terlihat dari jawaban yang didapat peneliti, dimana 53,1 % responden setuju bahwa ibu merasa susu formula memiliki nutrisi yang penting bagi bayi. Sehingga dapat diambil kesimpulan meskipun dukungan petugas kesehatan sudah tinggi tetapi penyuluhan dan pemberian pendidikan kesehatan kepada ibu harus lebih ditingkatkan lagi terkait pemberian ASI Eksklusif. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Nuchsan (2009 dalam Harahap, 2010), bahwa berhasil atau tidaknya penyusuan dini di tempat pelayanan ibu bersalin, rumah sakit sangat tergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan atau dokter. Mereka yang pertama-tama akan membantu ibu bersalin melakukan penyusuan dini.  Hal ini juga tidak sesuai dengan hasil penelitian Pinem (2010) menyebutkan faktor petugas kesehatan sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif. sebanyak 60 % responden mengatakan tidak pernah mendapat informasi tentang ASI Eksklusif dari petugas kesehatan.

Hampir seluruh ibu mendapatkan dukungan dari orang terdekat yaitu sebesar 87,7 %. Hasil penelitian ini menemukan dari semua orang terdekat yang mendukung seperti suami, orang tua, mertua, saudara kandung, teman, tetangga, dan lain-lain, yang paling banyak ibu mendapat dukungan dari suami yaitu sebanyak 86 orang (87,7 %). Bentuk dukungan yang diberikan orang terdekat dalam penelitian ini paling banyak dukungan motivasi sebesar 51 % dan informasi 46,9 %. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Saleh (2011) yang mengatakan bahwa dukungan suami yang rendah mendorong ibu untuk memberikan makanan tambahan dan susu formula pada bayinya. Roesli (2000

dalam Pertiwi, 2012) mengemukakan suami dan keluarga berperan dalam mendorong ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya. Dukungan tersebut dapat memperlancar reflek pengeluaran ASI karena ibu mendapat dukungan secara psikologis dan emosi.

Variabel susu formula diukur dengan menggunakan empat item pernyataan, salah satunya yaitu sebagian ibu 46,5 % setuju bahwa iklan susu formula membantu ibu dalam memilih nutrisi tambahan untuk bayi. Setelah dikategorikan, hasilnya terdapat 62,2 % terpajan dengan susu formula dan 37,8 % tidak terpajan susu formula. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pinem (2010) menunjukkan bahwa faktor iklan susu formula merupakan faktor yang paling dominan terkait pemberian ASI Eksklusif dengan nilai koefisien (B) 3,090 dan penelitian Josefa (2011) yang mengatakan promosi susu formula merupakan faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI secara Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Manyaran Kecamatan Semarang Barat. Prasetyono (2012) dalam bukunya menyebutkan bahwa promosi susu formula merupakan salah satu faktor yang membuat sebagian ibu tidak menyusui anaknya.

Budaya turut mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif karena pada masyarakat di Indonesia sangat menghargai tradisi yang telah ada sebelumnya. Variabel budaya diukur dengan melihat tradisi di keluarga ibu dalam memberikan ASI dan minuman/makanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan, hampir seluruh responden 82,7 % setuju memberikan minuman/makanan tambahan sesuai tradisi dan 17,3 % responden tidak setuju. Hasil penelitian ini sesuai dengan Harahap (2011) yang menyebutkan bahwa 56,7

% ibu memberikan minuman/makanan tambahan karena tradisi dalam keluarga dimana mereka beranggapan jika hanya memberikan ASI saja akan berdampak pada pertumbuhan bayi sehingga mereka memberikan makanan tambahan. Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian Sulistinah (2010) yang menyebutkan bahwa ibu yang memiliki kebiasaan yang buruk atau lingkungan sosial budaya yang buruk mempunyai kemungkinan untuk tidak memberikan ASI secara Eksklusif terhadap bayinya sebesar 3,01 kali lipat dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki kebiasaan buruk atau tidak terpengaruh oleh lingkungan sosial budaya yang buruk.

BAB 6 PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan pada 98 ibu yang memiliki bayi berusia 6-24 bulan di Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan ASI Eksklusif di Kecamatan Sarudik meliputi 51 % memiliki persepsi negatif berdasarkan faktor internal dimana 52,5 % ibu setuju memberikan minuman/makanan selain ASI karena bayi sering menangis sedangkan berdasarkan faktor eksternal, 62,2 % terpajan promosi susu formula, dan 82,7 % memberikan minuman/makanan tambahan karena kebiasaan keluarga. Faktor yang paling mempengaruhi rendahnya cakupan ASI Eksklusif di Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah berdasarkan hasil penelitian adalah faktor budaya memiliki proporsi yang lebih besar yaitu 82,7 %.

6.2. Saran

6.2.1. Pelayanan Kesehatan

Bagi Pelayanan keperawatan memberikan edukasi yang dapat dilakukan dengan melihat manfaat dari pemberian ASI Eksklusif daripada susu formula, sehingga ibu lebih termotivasi untuk memberikan ASI secara Eksklusif. Posyandu sebagai sarana kesehatan yang paling dekat dengan ibu hendaknya menyediakan ruangan buat konsultasi ASI terutama ibu yang sedang hamil agara rencana untuk memberikan ASI secara Eksklusif dapat diputuskan oleh ibu dengan segera.

6.2.2. Penelitian Keperawatan

Buat penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan desain penelitian yang berbeda dengan jumlah sampel yang lebih besar, sehingga hasilnya dapat digenaralisasi dan diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini dengan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan ASI Eksklusif yang diteliti.

6.2.3. Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini menunjukkan masih terdapat ibu yang memberikan ASI dan minuman/makanan tambahan karena tradisi dalam keluarga dan masyarakat. Hal ini memberikan masukan pada pendidikan keperawatan khususnya mahasiswa keperawatan agar memperhatikan aspek budaya dalam memberikan penyuluhan terkait pemberian ASI Eksklusif. Pendekatan budaya sangat penting untuk memberikan penyuluhan kepada ibu atau masyarakat terkait pemberian ASI Eksklusif.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, D. N. (2007). Faktor yang berperan dalam kegagalan praktik pemberian ASI Eksklusif (studi kualitatif di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.

Diambil tanggal 11 April 2013 dari http://eprints.undip.ac.id/1034/1/ARTIKEL_ASI.pdf.

Aprillia, Y. (2009). Analisis sosialisasi program inisiasi menyusu dini dan ASI Eksklusif kepada bidan di Kabupaten Klaten. Diambil tanggal 11 Mei 2013 dari http://eprints.undip.ac.id/23747/1/Yesie_Aprillia.pdf.

Arasta, L. D. (2010). Hubungan pelaksanaan rawat gabung dengan perilaku ibu dalam memberikan ASI Eksklusif di polindes Harapan Bunda desa Kaligading Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Diambil tanggal 11 April 2013 dari http://e-journal.akbid- purworejo.ac.id/index.php/jkk4/article/view/64/62.

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Fikawati, S & Syafiq, A. (2010). Kajian implementasi dan kebijakan ASI Eksklusif dan IMD di Indonesia. Diambil tanggal 11 April 2013 dari http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/viewFile/642/627.

Gupte, M.D, Suraj. (2004). Panduan perawatan anak, Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Harahap, N. (2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada suku Mandailing di wilayah kerja Puskesmas Bantan Kelurahan Medan Tembung. Diambil tanggal 11 Juli

2013 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26924/4/Chapter%20II.pd

f.

Hegar, B., Suradi, R., Hendarto, A., Partiwi, I Gst Ayu. (2008). Bedah ASI. IDAI Cabang DKI Jakarta: Jakarta.

Hidayat, A. (2008). Metode penelitian keperawatan dan tehnik analisis data, Jakarta: Salemba Medika.

Jafar, N. (2011). ASI Eksklusif. Diambil tanggal 15 April 2013 dari http://repository.unhas.ac.id/.../ASI%20EKSKLUSIF.docx?. 

   

Josefa, KG. (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI Eksklusif pada ibu (Studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Manyaran, Kecamatan Semarang Barat. Diambil tanggal 19 November 2013 dari http://eprints.undip.ac.id/33391/.

Kartika Sari, DN. (2012). Motivasi bidan desa dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. Diambil tanggal 11 April 2013 dari http://ejournal- s1.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/975/990.

Kosin, M. S., Yunanto, A., Dewi, R., Sarosa, Gatot I., & Usman, A. (2010). Buku ajar neonatologi, Jakarta: Badan penerbit IDAI.

Kristiyansari, W. (2009). ASI, menyusui & sadari. Nuha Medika: Yogjakarta.

Maryunani, A. (2012). Inisiasi menyusu dini, ASI Eksklusif & manajemen laktasi, Jakarta: Penerbit Trans Info Media.

Menteri Kesehatan. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1059/MENKES/SK/IX/2004 tentang Pedoman penyelenggaraan Imunisasi. Diperoleh pada tanggal 29 Januari 2014 dari http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=kepmenkes%20no.1059%2Fm enkes%2Fsk%2Fix%2F2004&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC8Q FjAB&url=http%3A%2F%2Fdinkes- sulsel.go.id%2Fnew%2Fimages%2Fpdf%2FPeraturan%2Fkmk%2520ped oman%2520penyelenggaraan%2520imunisasi%25201059- 2004.pdf&ei=7RGvULylNYmPrgfvzIHADA&usg=AFQjCNGmJ2om6b0 hhg8kFefM0dw688L6mA

Mubarak, W.I., Chayatin, N., Rozikin, K., Supriadi. (2007). Promosi kesehatan sebuah pengantar proses belajar mengajar dalam pendidikan. Yogjakarta: penerbit Graha Ilmu.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

(2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

(2007). Kesehatan masyarakat, ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurlely, I. A. (2012). Perbedaan faktor-faktor pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Poncol dan Puskesmas Candilama Kota Semarang. Diambil tanggal 11 April 2013 dari http://ejournal- s1.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/1114/1137.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33. (2012). Pemberian ASI

Eksklusif. Diambil tanggal 16 mei 2013 dari

http://www.depkes.go.id/downloads/PP%20ASI.pdf#page=1&zoom=auto, 0,842.

Pertiwi, P. (2012). Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. Diambil tanggal 13

April 2013 dari http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1& ved=0CC0QFjAA&url=http%3A%2F%2Flontar.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile% 3Ddigital%2F20312381-S%252043138-Gambaran%2520faktor- full%2520text.pdf&ei=V6qTUdmdHsH4rQfP3IGADw&usg=AFQjCNGe GD2xhUiNnMfv1fisqulboxtTLw&bvm=bv.46471029,d.bmk.

Pinem, S. ES. (2010). Faktor-Faktor Penghambat Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan.

Diambil tanggal 15 mei 2013 dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20264.

Potter, Patricia A., Perry, Anne G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik, Jakarta:EGC.

Prasetyono, S. D. (2012). Buku pintar ASI Eksklusif, Yogjakarta: Diva Pres.

Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu kebidanan, Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono PrawiroHardjo.

Purwanti, H. S. (2004). Konsep penerapan ASI Eksklusif buku saku untuk bidan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Riduwan. (2005). Metode & teknik menyusun tesis, Bandung: Penerbit Alfabeta.

Roesli, U. (2012). Panduan inisiasi menyusu dini plus ASI Eksklusif, Jakarta: Pustaka Bunda.

Rukiyah, A., Yulianti, L., Liana, M. (2011). Asuhan kebidanan III nifas, Jakarta: Penerbit Trans Info Media.

Saleh, A. LO. (2011). Faktor-faktor yang menghambat praktik ASI Eksklusif pada

bayi 0-6 bulan. Diambil tanggal 11 mei 2013 dari

http://eprints.undip.ac.id/35946/1/424_La_Ode_Amal_Saleh_G2C309009. pdf.

Sari, Y.S. (2013). Analisis implementasi program pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Brangsong 02 Kabupaten Kendal. Diambil tanggal 14 April 2013 dari http://ejournal- s1.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/1542/1541.

Siregar, A. (2004). Pemberian ASI Eksklusif dan faktor yang mempengaruhinya.

Diambil tanggal 15 April 2013 dari http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-arifin.pdf.

Sulistyawati, A. (2009). Buku ajar asuhan kebidanan pada ibu nifas, Yogjakarta: Penerbit Andi.

Sulistinah. (2010). Pengaruh faktor sosial dan ekonomi terhadap rendahnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Kecamatan Peterongan Kabupaten

http://geo.fis.unesa.ac.id/web/index.php/en/kosmografi/12-artikel/224- sulistinah.

Susanti, N. (2011). Peran ibu menyusui yang bekerja dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayinya. Diambil tanggal 11 Mei 2013 dari http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/egalita/article/view/2122.

Suyanto. (2011). Metodelogi Dan Aplikasi Penelitian Keperawatan, Yogyakarta: Nuha Medika.

Yanti, W. (2012). Hubungan umur dan tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa Gunung Selan Wilayah Kerja Puskesmas Arga Makmur Kecamatan Kota Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara

Tahun 2012. Diambil tanggal 28 Januari 2014 dari

http://aperlindraha.wordpress.com/2012/06/01/hubungan-umur-dan- tingkat-pendidikan-terhadap-pemberian-asi-eksklusif/.

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN PENELITIAN

Saya Rheny Puspita Marpaung adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan USU Medan, yang sedang melakukan penelitian dengan judul “faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan ASI Eksklusif di Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah”. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan ASI Eksklusif di Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah. Adapun manfaat dari penelitian ini nantinya adalah bagi pelayanan keperawatan sebagai informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan dan juga petugas kesehatan agar melakukan sosialisasi dan promosi tentangnya pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi selama enam bulan, bagi pendidikan keperawatan untuk memberikan informasi dan wawasan sehingga nantinya bisa mengaplikasikan teori dan praktek di lapangan dan bagi peneliti keperawatan untuk menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya. Penelitian ini dapat memberikan keuntungan kepada ibu- ibu di Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi selama enam bulan sehingga bayi akan sehat dan terhindar dari penyakit.

Pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama saya akan menjelaskan kepada saudara tentang hak- hak sebagai responden sebelum pengisian kuesioner dilaksanakan, jika saudara menyetujui permohonan kuesioner selanjutnya saya akan memberikan informed consent

menjelaskan cara pengisian kuesioner dan akan memberikan waktu dan mendampingi saudara dalam mengisi kuesioner.

Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi saudara bersifat sukarela. Saudara berhak untuk menolak menjadi responden tanpa sanksi apapun. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas maupun pendapat yang saudara berikan, dan informasi yang didapat hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini.

Demikian lembar penjelasan ini saya buat, atas partisipasinya saya

Dokumen terkait