• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.3. Faktor-Faktor Makro yang Mempengaruhi Penerimaan Pemerintah

Besarnya tarif cukai dan harga jual eceran minimum akan semakin kecil seiring dengan semakin kecilnya skala usaha produksi rokok. Industri rokok dengan skala produksi lebih besar diberi beban pengenaan cukai lebih besar dibanding industri rokok yang lebih kecil. Contohnya untuk SKM golongan pada skala perusahaan besar, tarif cukai yang dikenakan sebesar 40 persen, pada skala perusahaan sedang, tarif cukai yang dikenakan sebesar 36 persen, dan tarif yang ditetapkan semakin kecil pada skala perusahaan kecil yaitu sebesar 26 persen. Adalah sangat relevan bahwa kemampuan untuk menghasilkan rokok yang lebih besar harus diikuti dengan pengenaan tarif cukai yang lebih tinggi agar penerimaan cukai bagi negara juga dapat lebih besar.

2.3. Faktor-Faktor Makro Yang Mempengaruhi Penerimaan Pemerintah dari Cukai Hasil Tembakau

Bidang ekonomi secara tradisional dibagi dalam dua sub bidang luas, yaitu ekonomi mikro dan ekonomi makro. Ekonomi mikro mengkaji bagaimana rumah tangga dan perusahaan membuat keputusan dan bagaimana mereka berinteraksi di pasar, sedangkan ekonomi makro mengkaji fenomena perekonomian secara luas, seperti inflasi, pengangguran, GDP, nilai tukar, dan pertumbuhan ekonomi. Penerimaan pemerintah dari cukai hasil tembakau dapat dipengaruhi dari sisi

makro maupun sisi mikro. Faktor mikro yang dapat mempengaruhi penerimaan pemerintah dari cukai hasil tembakau misalnya adalah faktor produksi rokok seperti jumlah bahan baku, pemakaian tenaga kerja, upah buruh rokok dan harga jual eceran rokok, sedangkan asumsi makro yang digunakan dalam memperkirakan penerimaan pemerintah dari cukai hasil tembakau adalah Gross Domestic Product (GDP), nilai tukar, konsumsi, dan dummy krisis.

2.3.1. Gross Domestic Product (GDP)

GDP adalah ukuran keluaran total yang mencerminkan jumlah semua nilai tambah yang ada dalam suatu sistem ekonomi. Besarannya merupakan ukuran semua keluaran akhir yang diproduksi oleh semua aktivitas produktif di dalam sistem ekonomi tersebut (Lipsey, Courant, Purvis, dan Steiner, 1995). GDP dapat dihitung melalui dua pendekatan yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. GDP pada sisi pengeluaran merupakan suatu jenis perhitungan GDP yang dilakukan dengan menjumlahkan pengeluaran total setiap komponen utama keluaran final. Pengeluaran total pada keluaran final merupakan jumlah dari empat kategori pengeluaran yaitu konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor netto. GDP dari sisi pendapatan adalah jumlah berbagai pendapatan faktor yang dihasilkan pada proses memproduksi keluaran akhir ditambah pajak tidak langsung netto subsidi ditambah dengan penyusutan (Lipsey et al, 1995).

Besarnya GDP dapat digambarkan sebagai ukuran total output yang diproduksi oleh semua aktifitas ekonomi, maka perubahan GDP dapat mempengaruhi penerimaan pemerintah. Ketika jumlah produksi secara toal berubah, termasuk produksi rokok, maka penerimaan pemerintah dari cukai hasil

tembakau juga akan berubah. Besarnya produksi rokok tahunan dapat dihitung berdasarkan pemesanan pita cukai. Jika produksi rokok meningkat, maka pemesanan pita cukai juga akan meningkat dan akhirnya akan meningkatkan penerimaan pemerintah dari cukai rokok.

2.3.2. Nilai Tukar

Nilai tukar atau kurs dapat dibedakan menjadi dua yaitu, kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara, sedangkan yang dimaksud dengan kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang kedua negara (Mankiw, 2000). Sistem pokok nilai valuta asing dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sistem nilai tukar tetap dan sistem nilai tukar mengambang. Pembedaan ini berdasarkan besar cadangan devisa dan intervensi bank sentral yang diperlukan untuk mempertahankan kurs pada sistem tersebut.

Sebelum krisis ekonomi yang diawali dengan krisis nilai tukar, Indonesia menganut sistem nilai tukar mengambang terkendali. Ketika sistem ini semakin sulit dipertahankan, otoritas moneter mengubah sistem nilai tukar menjadi sistem nilai tukar mengambang bebas.

Nilai tukar yang terapresiasi atau terdepresiasi dapat mempengaruhi penerimaan pemerintah dari cukai rokok. Perubahan dalam nilai tukar tersebut akan menyebabkan perubahan harga-harga. Karena perubahan harga-harga tersebut maka biaya produksi dan jumlah konsumsi juga berubah. Hal ini akan menyebabkan kapasitas produksi dari perusahaan rokok juga akan berubah dan akhirnya penerimaan pemerintah dari cukai hasil tembakau juga akan berubah.

2.3.3. Konsumsi

Konsumsi terdiri dari barang dan jasa yang dibeli rumah tangga. Konsumsi dibagi menjadi tiga subkelompok yaitu, barang tidak tahan lama, barang tahan lama, dan jasa (Mankiw, 2000). Produk hasil tembakau khususnya rokok termasuk barang tidak tahan lama karena rokok merupakan barang yang habis dipakai dalam waktu pendek.

Menurut WHO, Indonesia merupakan konsumen rokok tertinggi kelima di dunia dengan jumlah rokok yang dikonsumsi pada tahun 2002 sebanyak 182 miliar batang rokok setiap tahun setelah Cina (1.697 miliar batang), Amerika Serikat (480 miliar batang), Jepang (230 miliar batang), dan Rusia (230 miliar batang). Jumlah uang yang dibelanjakan penduduk Indonesia untuk tembakau 2,5 kali lipat dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan dan 3,2 kali lipat dari biaya kesehatan. Diperkirakan 4 persen rata-rata pendapatan per kapita rakyat Indonesia dihabiskan untuk konsumsi rokok.

Rata-rata pengeluaran sebulan untuk konsumsi rokok cenderung meningkat lebih besar terjadi di daerah perkotaan dari pada di pedesaan. Hal ini tentunya tidak lepas dari lebih besarnya tingkat pendapatan yang dapat mendorong kenaikan konsumsi rokok di daerah perkotaan. Meskipun rata-rata pengeluaran untuk konsumsi rokok di daerah pedesaan lebih kecil dibanding daerah perkotaan, namun tetap menunjukkan bahwa desa memiliki rata-rata pengeluaran terhadap konsumsi rokok yang terus meningkat setiap tahunnya. WHO menyatakan masyarakat miskin adalah kelompok masyarakat yang paling dirugikan dari insustri rokok karena menggunakan penghasilannya untuk

membeli rokok yang justru membahayakan kesehatan. Bahkan di negara maju, jumlah perokok terbanyak berasal dari kelompok masyarakat miskin.

Besarnya proporsi pengeluaran untuk konsumsi rokok akan mempengaruhi besarnya penerimaan pemerintah dari cukai hasil tembakau. Ketika terjadi peningkatan proporsi pengeluaran untuk konsumsi rokok yang mengindikasikan terjadinya peningkatan permintaan rokok, maka pabrik rokok akan meningkatkan jumlah produksi yang artinya tingkat penawaran rokok meningkat dan akhirnya penerimaan cukai hasil tembakau juga akan meningkat. Sesuai dengan hukum penawaran dengan menganggap faktor lain konstan, kuantitas barang yang ditawarkan akan meningkat ketika harga barang meningkat karena adanya peningkatan permintaan barang. Hal ini juga didukung oleh teori Marshall mengenai keseimbangan permintan dan penawaran di pasar yang dapat dijelaskan pada Gambar 2 di bawah ini.

Harga (P) Penawaran P* Permintaan Q1 Q2 Kuantitas (Q) Gambar 2. Perpotongan Permintaan dan Penawaran

Sebagai langkah awal, diasumsikan bahwa harga-harga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar. Melalui mekanisme

permintaan-penawaran ini terbentuk keseimbangan harga (P*) pada tingkat dimana permintaan sama dengan penawaran (Nicholson, 2002).

2.3.4. Variabel Dummy

Menurut Gujarati (2003), variabel dummy merupakan variabel penjelas yang bersifat kualitatif dalam analisis regresi. Variabel dummy disebut juga variabel biner atau variabel dikotomi karena hanya terdiri dari dua nilai. Dalam penelitian ini, variabel dummy yang digunakan adalah variabel dummy untuk kondisi perekonomian Indonesia, yaitu sebelum dan sesudah krisis ekonomi.

Krisis ekonomi menyebabkan terjadinya ketidakstabilan kondisi perekonomian secara makro. Hal ini dapat menyebabkan kepercayaan pasar dalam negeri dan juga kondisi industri-industri tidak stabil, termasuk kondisi industri rokok. Ketidakstabilan kondisi industri rokok ini dapat menyebabkan penerimaan pemerintah dari cukai hasil tembakau juga tidak stabil.

Dokumen terkait