• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai penerimaan pemerintah dari cukai hasil tembakau, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi penerimaan pemerintah dari cukai hasil tembakau adalah Gross Domestic Product (GDP) dan konsumsi. Faktor GDP berpengaruh positif dan

signifikan terhadap penerimaan pemerintah dari cukai hasil tembakau. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang terdapat pada tinjauan pustaka dan hipotesis dalam penelitian. Peningkatan GDP atau jumlah total output yang diproduksi termasuk produksi rokok akan dapat meningkatkan penerimaan pemerintah dari cukai hasil tembakau.

Begitu juga dengan faktor konsumsi yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pemerintah dari cukai hasil tembakau. Hal ini sesuai dengan teori Marshall pada tinjauan pustaka dan hipotesis dalam penelitian. Peningkatan konsumsi yang dalam penelitian ini yang diproksi dari proporsi pengeluaran untuk konsumsi rokok akan meningkatkan penerimaan pemerintah dari cukai hasil tembakau.

Penerimaan pemerintah dari cukai hasil tembakau ternyata tidak dipengaruhi secara signifikan oleh faktor nilai tukar dan krisis ekonomi. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan pada tinjauan pustaka dan hipotesis yang ada dalam penelitian ini. Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga-harga tidak menyebabkan konsumen

mengurangi jumlah konsumsi rokok. Hal ini karena faktor addiction yang dimiliki produk rokok itu sendiri yang menyebabkan konsumsi rokok tidak dipengaruhi oleh harga. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penerimaan pemerintah dari cukai hasil tembakau tidak dipengaruhi oleh nilai tukar.

Faktor krisis ekonomi yang menyebabkan ketidakstabilan kondisi perekonomian secara makro ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pemerintah dari cukai hasil tembakau. Hal ini terjadi karena efisiensi yang dilakukan perusahaan rokok pada saat krisis untuk lebih berkonsentrasi dalam memproduksi rokok jenis Sigaret Kretek Mesin (SKM) yang padat modal dari pada Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang padat karya.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini berdasarkan hasil yang telah diperoleh, yaitu pemerintah harus dapat merangkul dan membina perusahaan rokok ilegal agar memproduksi rokok secara legal. Penerimaan pemerintah akan semakin meningkat dan nyata jika rokok yang diproduksi oleh pabrik-pabrik rokok menggunakan pita cukai asli dan sesuai dengan tarif yang berdasarkan jenis rokok dan kapasitas produksi rokok.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian, karena harga rokok yang diproksi dari nilai tukar tidak berpengaruh terhadap konsumsi rokok, maka alternatif lain yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaannya dari cukai hasil tembakau adalah melalui peningkatan tarif cukai rokok. Kenaikan tarif cukai rokok yang menyebabkan harga rokok meningkat tidak akan menyebabkan masyarakat untuk mengurangi konsumsi rokoknya dan penerimaan pemerintah

dari cukai hasil tembakau tidak mengalami penurunan bahkan meningkat dan sumber dana untuk kegiatan pembangunan juga dapat bertambah.

Selain itu, rata-rata tarif cukai rokok di Indonesia merupakan tarif cukai rokok yang paling rendah di dunia setelah Kamboja. Hal ini mengindikasikan bahwa masih terbuka peluang bagi pemerintah untuk meningkatkan tarif cukai rokok. Dengan meningkatkan tarif cukai rokok maka harga rokok juga akan meningkat. Pada jangka panjang, peningkatan harga rokok ini diharapkan akan membatasi kemampuan kelompok masyarakat miskin dan remaja untuk mengkonsumsi rokok karena pada dasarnya kelompok masyarakat inilah yang paling banyak mengkonsumsi rokok baik di negara sedang berkembang seperti Indonesia maupun pada negara maju.

Penelitian ini tidak membahas berapa besaran tarif cukai rokok yang harus ditetapkan untuk mendapatkan penerimaan pemerintah yang optimal dari sektor cukai hasil tembakau. Oleh karena itu penulis menyarankan agar pada penelitian selanjutnya membahas tentang besaran tarif cukai yang harus ditetapkan agar penerimaan pemerintah dapat optimal dan industri rokok dapat terus berkembang.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 1992-2005. Statistik Kesejahteraan Rakyat 1992-2005. Biro Pusat Statistik, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 1995. Survei Kesehatan Rumah Tangga. BPS, Jakarta.

Departemen Keuangan Republik Indonesia, Badan Pengkajian Ekonomi, Keuangan dan Kerjasama Internasional. 2004. Perkembangan dan Belanja Negara. Bapekki, Jakarta.

http://www.fiskal.depkeu.go.id/NK%202004/III%20NK04.pdf Gujarati, D. 2003. Basic Econometrics. Mc Graw-Hill. Singapore.

Isdijoso, B. 2004. “Studi Alternatif Penerimaan dan Tarif Cukai Hasil Tembakau” http://www.fiskal.depkeu.go.id/bapekki/kajian5%Cbrahmantio%20.

Lipsey, R. G., P. N. Courant, D. D. Purvis, dan P. O. Steiner. 1995. Pengantar Makro Ekonomi. Binarupa Aksara. Jakarta.

Mangkoesoebroto, G. 1995. Ekonomi Publik. BPFE. Yogyakarta. Mankiw, N. G. 2000. Pengantar Ekonomi. Erlangga. Jakarta. Mankiw, N. G. 2000. Teori Makro Ekonomi. Erlangga. Jakarta.

Muhtadi, D. 21 Januari 2006. “Rokok Ilegal Makin Meracuni Bangsa”. Kompas: 49.

Nusantoro, E. 2004. “Cukai dan Rokok”. [kompas online].

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0403/25/finansial/932467.htm [25 Maret 2004].

Nicholson, W. 2002. “Teori Ekonomi Mikro: Prinsip Dasar dan Pengembangannya”. Rajawali Pers. Jakarta.

Putri, I. 2004. Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Rokok Kretek di Indonesia [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Ekonomi

Rachmawati, R. 2004. “Konsumsi Rokok Indonesia Lima Besar Dunia”. [tempo online].

http://www.tempointeraktif.com.hg/nasional/2004/05/31/brk,20040531-22,id.html [31 Mei 2004].

Roy, M. I. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Rokok di Indonesia [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian. Subangun, E. dan D. Tanuwidjoyo. 1993. Industri Hasil Tembakau: Tantangan

dan Peluang. PT. Sinar Cemerlang. Jakarta.

Sukirno, S. 1985. Ekonomi Pembangunan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Surjono, N. D. 2004. Pengaruh Kebijakan Cukai Terhadap Permintaan Rokok dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Nasional [tesis]. Depok: Universitas Indonesia, Fakultas Ekonomi.

Tjahjaprijadi, C. dan W. D. Indarto. 2003. “Analisis Pola Konsumsi Rokok Sigaret Kretek Mesin, Sigaret Kretek Tangan, dan Sigaret Putih Mesin”. Kajian Ekonomi dan Keuangan, 7:104-115.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 Tentang Cukai.

Wibowo, T. 2003. ”Potret Industri Rokok di Indonesia”. Kajian Ekonomi dan Keuangan, 7:83-84.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Penelitian

Tahun Penerimaan CHT

(miliar Rp) (miliar Rp) GDP Rokok (%) Konsumsi Nilai Tukar (Rp/$) Dummy 1992 6269.166 282395 4.95 2062 0 1993 6659.351 329776 5.64 2110 0 1994 6583.687 382220 6.24 2200 0 1995 7832.365 454514 4.89 2308 0 1996 8536.819 532568 4.44 2383 0 1997 9698.822 627695 7.34 4650 1 1998 9322.716 955753 5.39 8025 1 1999 10496.3 1099730 5.33 7085 1 2000 13770 1389770 6.75 9595 1 2001 15685.54 1684280 8.59 10400 1 2002 18693.54 1863270 6.8 8940 1 2003 19779.64 2036350 8.79 8465 1 2004 20648.99 2261720 8.27 9290 1 2005 20893.15 2729710 8.13 9830 1

Lampiran 2. Data Variabel Penelitian

Tahun LCU LGDP LER KR DK

1992 8.743399 12.55106 7.631432 4.95 0 1993 8.803777 12.70617 7.654443 5.64 0 1994 8.79235 12.85375 7.696213 6.24 0 1995 8.96602 13.02698 7.744137 4.89 0 1996 9.052144 13.18547 7.776115 4.44 0 1997 9.17976 13.34981 8.444622 7.34 1 1998 9.140209 13.77025 8.990317 5.39 1 1999 9.258778 13.91058 8.865735 5.33 1 2000 9.530248 14.14465 9.168997 6.75 1 2001 9.660494 14.33685 9.249561 8.59 1 2002 9.835933 14.43784 9.098291 6.8 1 2003 9.892408 14.52667 9.043695 8.79 1 2004 9.935422 14.63164 9.136694 8.27 1 2005 9.947177 14.81971 9.193194 8.13 1 Keterangan:

LCU = Log Penerimaan Cukai Hasil Tembakau LGDP = Log GDP

KR = Proporsi Pengeluaran untuk Konsumsi Rokok DK = Dummy Krisis

Lampiran 3. Hasil Analisis Regresi Dependent Variable: LCU

Method: Least Squares Date: 07/09/06 Time: 23:30 Sample: 1992 2005

Included observations: 14

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.746090 0.884992 1.973000 0.0800 LGDP 0.717431 0.109390 6.558443 0.0001

KR 0.045497 0.023323 1.950685 0.0829 LER -0.304153 0.201960 -1.506003 0.1663

DK 0.067284 0.180338 0.373098 0.7177 R-squared 0.978489 Mean dependent var 9.338437

Adjusted R-squared 0.968929 S.D. dependent var 0.451619 S.E. of regression 0.079607 Akaike info criterion -1.950972 Sum squared resid 0.057036 Schwarz criterion -1.722737 Log likelihood 18.65681 F-statistic 102.3479 Durbin-Watson stat 1.946060 Prob(F-statistic) 0.000000 Lampiran 4. Uji Multokolinearitas

KR LGDP LER DK

KR 1.000000 0.756556 0.704986 0.678364 LGDP 0.756556 1.000000 0.945265 0.863464 LER 0.704986 0.945265 1.000000 0.958546 DK 0.678364 0.863464 0.958546 1.000000

Lampiran 5. Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.104849 Probability 0.754389 Obs*R-squared 0.181113 Probability 0.670419

Lampiran 6. Uji Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 0.811148 Probability 0.609108 Obs*R-squared 6.807010 Probability 0.449247

Lampiran 7. Uji Normalitas 0 1 2 3 4 5 6 7 -0.1 0.0 0.1 Series: Residuals Sample 1992 2005 Observations 14 Mean -9.81E-16 Median 0.008704 Maximum 0.122292 Minimum -0.118498 Std. Dev. 0.066237 Skewness -0.032947 Kurtosis 2.475025 Jarque-Bera 0.163299 Probability 0.921595

Dokumen terkait