• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil respesifikasi model maka didapatkan model yang sesuai untuk menggambarkan ekspor minyak sawit Indonesia ke tiga negara tujuan utama yaitu India, Belanda, dan Singapura serta ekspor minyak inti Sawit Indonesia ke tiga negara tujuan utama yaitu Malaysia, Belanda, dan Cina. Adapun hasil dan pembahasannya adalah sebagai berikut.

a. Hasil dan Pembahasan Ekspor Minyak Sawit Indonesia ke India

Berdasarkan hasil respesifikasi model (Lampiran 3) maka didapatkan model yang sesuai untuk menggambarkan ekspor minyak sawit Indonesia ke India. Hasil estimasi pada Tabel 23 menunjukkan bahwa perilaku ekspor minyak sawit Indonesia ke India dijelaskan oleh harga ekspor minyak sawit Indonesia ke India (HEXCPOII), produksi minyak sawit Indonesia (PRCPOI), dan pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke India (PCPOEXII).

Tabel 23. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Ekspor Minyak Sawit Indonesia ke India

No Variabel Estimasi

Parameter

Elastisitas

Prob>|t| VIF

SR LR

1 Intercept -1.390.422 n.a n.a 0,0008 0

2 HEXCPOII 824,3323 0,35188 n.a 0,0704**** 1,402 3 PRCPOI 0,240153 1,77433 n.a 0,0000****** 1,163 4 PCPOEXII -10.021,72 -0,08981 n.a 0,0466***** 1,276 Prob F 0,000000 Prob.Chi-Square 0,0718 R 2 0,940046 Prob. Obs*R-Square 0,2670 DW 1,580687 Jarque-Bera 6,3322

Keterangan: ******)berpengaruh nyata pada taraf α = 1% *****)berpengaruh nyata pada taraf α = 5%

n.a = not applicable

Semua tanda koefisien variabel independen pada persamaan ekspor minyak sawit Indonesia ke India sudah sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan dan logis dari sudut pandang ekonomi. Nilai uji statistik-F kurang dari taraf α 1% artinya variabel harga ekspor minyak sawit Indonesia ke India, produksi minyak sawit Indonesia, dan pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke India secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel ekspor minyak sawit Indonesia ke India dengan baik. Nilai uji statistik-t menunjukkan bahwa variabel harga ekspor

minyak sawit Indonesia ke India berpengaruh pada taraf α 10% terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke India dan variabel produksi minyak sawit Indonesia berpengaruh pada taraf α 1% terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke India, serta variabel pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke India berpengaruh pada taraf α 5% terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke India. Dilihat dari koefisien determinasi (R2) sebesar 0,940046, hal ini berarti 94,0046% keragaman ekspor minyak sawit Indonesia ke India dapat dijelaskan oleh variabel harga ekspor minyak sawit Indonesia ke India, produksi minyak sawit Indonesia, dan pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke India.

Hasil uji normalitas (Lampiran 4) didapatkan nilai Jarque-Bera sebesar 6,3322 lebih besar dari taraf α 5% artinya error term dalam persamaan ekspor minyak sawit Indonesia ke India terdistribusi normal. Hasil pengujian LM-test (Breusch-Godfrey) (Lampiran 5) diketahui bahwa nilai probabilitas Chi-Square sebesar 0,0718 lebih besar dari taraf α 5% artinya dapat disimpulkan tidak terdapat masalah autokorelasi dalam persamaan ekspor minyak sawit Indonesia ke India. Pengujian multikolinearitas (Lampiran 6) dengan melihat nilai VIF menunjukkan bahwa tidak ada nilai VIF dari ketiga variabel independen bernilai lebih dari 10 (VIF<10) artinya persamaan ekspor minyak sawit Indonesia ke India telah terbebas dari masalah multikolinearitas yang serius. Hasil dari uji white

(Lampiran 7) didapatkan bahwa nilai probabilitas Obs*R-Square sebesar 0,2670 lebih besar dari taraf α 5% artinya persamaan sudah terbebas dari gejala heteroskedastisitas.

Berdasarkan nilai uji statistik-t dan tanda estimasi parameter menunjukkan bahwa variabel harga ekspor minyak sawit Indonesia ke India berpengaruh positif terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke India dengan nilai estimasi parameter sebesar 824,3323, artinya jika terjadi peningkatan harga ekspor minyak sawit Indonesia ke India sebesar satu dollar per ton maka ekspor minyak sawit Indonesia ke India akan meningkatkan sebesar 824,3323 ton, ceteris paribus. Kemudian variabel produksi minyak sawit Indonesia berpengaruh positif terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke India dengan nilai estimasi parameter sebesar 0,240153, artinya jika terjadi peningkatan produksi minyak sawit Indonesia sebesar satu ton maka ekspor minyak sawit Indonesia ke India akan meningkat

sebesar 0,240153 ton, ceteris paribus. Respon ekspor minyak sawit Indonesia ke India bersifat elastis terhadap produksi minyak sawit Indonesia dengan nilai elastisitas sebesar 1,77433, artinya jika produksi minyak sawit Indonesia naik sebesar 1% maka akan meningkatkan ekspor minyak sawit Indonesia ke India sebesar 1,77433%, ceteris paribus. Selanjutnya, variabel pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke India berpengaruh negatif terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke India dengan nilai estimasi parameter sebesar -10.021,72, artinya jika terjadi peningkatan pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke India sebesar 1% maka ekspor minyak sawit Indonesia ke India akan menurun sebesar 10.021,72 ton, ceteris paribus. Respon ekspor minyak sawit Indonesia ke India bersifat inelastis terhadap pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke India, yang artinya perubahan pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke India hanya membuat perubahan yang kecil terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke India. Dapat dilihat bahwa selama periode tahun 1990 hingga tahun 2011 rata-rata laju pertumbuhan ekspor minyak sawit Indonesia ke India yang sebesar 2.978,69% sedangkan rata-rata laju pertumbuhan pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke India sebesar 9,11%, hal ini mengindikasikan bahwa selama periode tersebut laju kenaikan pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke India tidak menyebabkan laju ekspor minyak sawit Indonesia ke India menurun.

Respon variabel harga ekspor minyak sawit Indonesia ke India bersifat inelastis terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke India. Hal ini disebabkan pertumbuhan populasi India yang tinggi serta kebutuhan India dalam menggunakan minyak sawit sebagai bahan dasar termurah dibandingkan minyak nabati lainnya dalam pembuatan minyak goreng (European Union Delegation to Malaysia 2012), sehingga perubahan harga ekspor minyak sawit Indonesia ke India hanya mampu membuat perubahan kecil terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke India.

b. Hasil dan Pembahasan Ekspor Minyak Sawit Indonesia ke Belanda Berdasarkan hasil respesifikasi model (Lampiran 8) maka didapatkan model yang sesuai untuk menggambarkan ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda. Hasil estimasi pada Tabel 24 menunjukkan bahwa perilaku ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda dijelaskan oleh delta harga ekspor minyak sawit Indonesia

ke Belanda (DHEXCPOI), produksi minyak sawit Indonesia (PRCPOI), dan pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda (PCPOEXIB).

Tabel 24. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Ekspor Minyak Sawit Indonesia ke Belanda

No Variabel Estimasi

Parameter

Elastisitas

Prob>|t| VIF

SR LR

1 Intercept 302.034 n.a n.a 0,0005 0

2 DHEXCPOIB 19,1669 0,01858 n.a 0,4635 1,046

3 PRCPOI 0,02616 0,49034 n.a 0,0001****** 1,212

4 PCPOEXIB -1.505,13 -0,04244 n.a 0,1902** 1,166

Prob-F 0,000342 Prob. Chi-Square 0,0879

R2 0,654312 Prob.Obs* R-Square 0,0719

DW 1,792462 Jarque-Bera 0,2471

Keterangan: ******)berpengaruh nyata pada taraf α = 1% **)berpengaruh nyata pada taraf α = 20%

n.a = not applicable

Semua tanda koefisien variabel independen pada persamaan ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda sudah sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan dan logis dari sudut pandang ekonomi. Nilai uji statistik-F kurang dari taraf α 1% artinya variabel delta harga ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda, produksi minyak sawit Indonesia, dan pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda dengan baik. Nilai uji statistik-t menunjukkan bahwa variabel produksi minyak sawit Indonesia berpengaruh pada taraf nyata 1% terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda, sedangkan variabel pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda berpengaruh pada taraf α 20% terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda. Dilihat dari koefisien determinasi (R2) sebesar 0,654312, hal ini berarti 65,4312% keragaman ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda dapat dijelaskan oleh variabel delta harga ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda, produksi minyak sawit Indonesia, dan pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda.

Hasil uji normalitas (Lampiran 9) didapatkan nilai Jarque-Bera sebesar 0,2471 lebih besar dari taraf α 5% artinya error term dalam persamaan ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda terdistribusi normal. Hasil pengujian LM-test (Breusch-Godfrey) (Lampiran 10) diketahui bahwa nilai probabilitas Chi-Square

sebesar 0,0879 lebih besar dari taraf α 5% artinya dapat disimpulkan tidak terdapat masalah autokorelasi dalam persamaan ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda. Pengujian multikolinearitas (Lampiran 11) dengan melihat nilai VIF menunjukkan bahwa tidak ada nilai VIF dari ketiga variabel independen bernilai lebih dari 10 (VIF<10) artinya persamaan ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda telah terbebas dari masalah multikolinearitas yang serius. Hasil dari uji

white (Lampiran 12) didapatkan bahwa nilai probabilitas Obs*R-Square sebesar 0,0719 lebih besar dari taraf α 5% artinya persamaan sudah terbebas dari gejala heteroskedastisitas.

Nilai uji statistik-t dan tanda estimasi parameter menunjukkan bahwa variabel produksi minyak sawit Indonesia berpengaruh positif terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda dengan nilai estimasi parameter sebesar 0,02616, artinya jika terjadi peningkatan produksi minyak sawit Indonesia sebesar satu ton maka ekspor minyak sawit Indonesia ke India akan meningkat sebesar 0,02616 ton, ceteris paribus. Respon variabel ekspor minyak sawit Indonesia ke India inelastis terhadap produksi minyak sawit Indonesia, hal ini berarti perubahan produksi minyak sawit Indonesia hanya membuat perubahan yang kecil terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda. Dapat dilihat bahwa selama periode tahun 1990 hingga tahun 2011 rata-rata laju pertumbuhan ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda yang sebesar 8,55% sedangkan rata-rata laju pertumbuhan produksi minyak sawit Indonesia sebesar 11,72%, hal ini mengindikasikan bahwa selama periode tersebut laju kenaikan produksi minyak sawit Indonesia tidak menyebabkan laju ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda mengalami kenaikan.

Kemudian variabel pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda berpengaruh negatif terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda dengan nilai estimasi parameter sebesar -1.505,13, artinya jika terjadi peningkatan pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda sebesar 1% maka ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda akan menurun sebesar 1.505,13 ton, ceteris paribus. Respon pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda bersifat inelastis terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda, hal ini berarti perubahan pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda hanya membuat perubahan yang kecil

terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda. Dapat dilihat bahwa selama periode tahun 1990 hingga tahun 2011 rata-rata laju pertumbuhan ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda yang sebesar 8,55% sedangkan rata-rata laju pertumbuhan pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda sebesar 7,39%, hal ini mengindikasikan bahwa selama periode tersebut laju kenaikan pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda tidak menyebabkan laju ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda menurun.

Delta harga ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda tidak berpengaruh nyata secara statistik pada taraf α 25% terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda. Hal ini diduga karena minyak sawit merupakan bahan baku penting yang digunakan oleh Belanda dalam pembuatan margarin, es krim, roti, minyak salad, dan minyak goreng (Centre for the Promotion of Imports from developing countries market survey 2009), selain itu juga disebabkan adanya jumlah permintaan yang terus meningkat dari beberapa importir di Belanda seperti Unilever dan industri kecantikan yang menggunakan minyak sawit sebagai salah satu bahan baku penting untuk dicampur dengan bahan lainnya dalam pembuatan sabun, lotion dan sebagainya (Kedutaan Besar Republik Indonesia Den Haag 2010), sehingga perubahan harga ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda hanya mampu membuat perubahan kecil terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda. Oleh karena itu Indonesia sebagai eksportir minyak sawit menyadari untuk terus meningkatkan ekspor minyak sawit ke Belanda meskipun dalam kondisi harga ekspor minyak sawit Indonesia ke Belanda menurun.

c. Hasil dan Pembahasan Ekspor Minyak Sawit Indonesia ke Singapura Berdasarkan hasil respesifikasi model (Lampiran 13) maka didapatkan model yang sesuai untuk menggambarkan ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura. Hasil estimasi pada Tabel 25 menunjukkan bahwa perilaku ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura dijelaskan oleh delta harga ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura (DHEXCPOIS), produksi minyak sawit Indonesia (PRCPOI), dan pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura (PCPOEXIS).

Semua tanda koefisien variabel independen pada persamaan ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura sudah sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan dan logis dari sudut pandang ekonomi. Nilai uji statistik-F kurang dari taraf α 1%

artinya variabel delta harga ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura, produksi minyak sawit Indonesia, dan pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura dengan baik. Nilai uji statistik-t menunjukkan bahwa variabel delta harga ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura berpengaruh pada taraf α 20%, dan produksi minyak sawit Indonesia serta pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura berpengaruh pada taraf α 1% terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura. Dilihat dari koefisien determinasi (R2) sebesar 0,971067, hal ini berarti 97,1067% keragaman ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura dapat dijelaskan oleh variabel delta harga ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura, produksi minyak sawit Indonesia, dan pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura.

Tabel 25. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Ekspor Minyak Sawit Indonesia ke Singapura

No Variabel Estimasi

Parameter

Elastisitas

Prob>|t| VIF

SR LR

1 Intercept -35.562,7 n.a n.a 0,0533 0

2 DHEXCPOIS 15,0650 0,03465 n.a 0,1903** 1,185

3 PRCPOI 0,03149 1,26495 n.a 0,0000****** 1,101

4 PCPOEXIS -2.622,00 -0,12720 n.a 0,0001****** 1,277

Prob F 0,000000 Prob. Chi-Square 0,0735

R2 0,971067 Prob.Obs* R-Square 0,9977

DW 2,275476 Jarque-Bera 0,1663

Keterangan: ******)berpengaruh nyata pada taraf α = 1% **)berpengaruh nyata pada taraf α = 20%

n.a = not applicable

Hasil uji normalitas (Lampiran 14) didapatkan nilai Jarque-Bera sebesar 0,1663 lebih besar dari taraf α 5% artinya error term dalam persamaan ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura terdistribusi normal. Hasil pengujian LM- test (Breusch-Godfrey) (Lampiran 15) diketahui bahwa nilai probabilitas Chi- Square sebesar 0,0735 lebih besar dari taraf α 5% artinya dapat disimpulkan tidak terdapat masalah autokorelasi dalam persamaan ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura. Pengujian multikolinearitas (Lampiran 16) dengan melihat nilai VIF menunjukkan bahwa tidak ada nilai VIF dari ketiga variabel independen bernilai lebih dari 10 (VIF<10) artinya persamaan ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura telah terbebas dari masalah multikolinearitas yang serius. Hasil dari uji

white (Lampiran 17) didapatkan bahwa nilai probabilitas Obs*R-Square sebesar 0,9977 lebih besar dari taraf α 5% artinya persamaan sudah terbebas dari gejala heteroskedastisitas.

Nilai uji statistik-t dan tanda estimasi parameter menunjukkan bahwa variabel delta harga ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura berpengaruh positif terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura dengan nilai estimasi parameter sebesar 15,0650, artinya jika terjadi kenaikan harga ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura sebesar 1 dollar per ton maka ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura akan meningkat sebesar 15,0650 ton, ceteris paribus. Kemudian, variabel produksi minyak sawit Indonesia berpengaruh positif terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura dengan nilai estimasi parameter sebesar 0,03149, artinya jika terjadi peningkatan produksi minyak sawit Indonesia sebesar 1 ton maka ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura akan meningkat sebesar 0,03149 ton, ceteris paribus. Respon ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura bersifat elastis terhadap produksi minyak sawit Indonesia yaitu dengan nilai elastisitas sebesar 1,26495, artinya jika produksi minyak sawit Indonesia naik sebesar 1% maka akan meningkatkan ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura sebesar 1,26495%, ceteris paribus.

Kemudian variabel pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura berpengaruh negatif terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura dengan nilai estimasi parameter sebesar -2.622,00, artinya jika terjadi peningkatan pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura sebesar 1% maka ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura akan menurun sebesar 2.622,00 ton, ceteris paribus. Respon ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura bersifat inelastis terhadap pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura, hal ini berarti perubahan pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura hanya membuat perubahan yang kecil terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura. Dapat dilihat bahwa selama periode tahun 1990 hingga tahun 2011 rata-rata laju pertumbuhan ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura yang sebesar 292,06% sedangkan rata-rata laju pertumbuhan pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura sebesar 8,85%, hal ini mengindikasikan bahwa selama periode tersebut laju kenaikan

pajak ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura tidak menyebabkan laju ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura menurun.

Respon ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura bersifat inelastis terhadap variabel delta harga ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura. Hal ini diduga karena kebutuhan minyak sawit Singapura yang digunakan sebagai bahan baku utama untuk memproduksi minyak goreng, biodiesel, serta sabun, sampo, deterjen, dan kosmetik. Selain itu minyak sawit yang diimpor Singapura juga diperuntukkan untuk diekspor kembali (Kedutaan Besar Republik Indonesia Singapura 2013), sehingga perubahan harga ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura hanya mampu membuat perubahan kecil terhadap ekspor minyak sawit Indonesia ke Singapura.

d. Hasil dan Pembahasan Ekspor Minyak Inti Sawit Indonesia ke Malaysia

Berdasarkan hasil respesifikasi model (Lampiran 18) maka didapatkan model yang sesuai untuk menggambarkan ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia. Hasil estimasi pada Tabel 26 menunjukkan bahwa perilaku ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia dijelaskan oleh harga ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia (HEXPKOIMR), produksi minyak inti sawit Indonesia (PRPKOI), pajak ekspor minyak inti sawit Indonesia tahun sebelumnya (LPPKOEXI), dan ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia tahun sebelumnya (LEXPKOIM).

Tabel 26. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Ekspor Minyak Inti Sawit Indonesia ke Malaysia

No Variabel Estimasi Parameter

Elastisitas

Prob>|t| VIF

SR LR

1 Intercept -40774,4 n.a n.a 0,0525 0

2 HEXPKOIMR 0,005821 0,18499 0,57495 0,1822** 2,820

3 PRPKOI 0,033294 0,56182 1,74613 0,0664**** 8,406

4 LPPKOEXI -717,154 -0,02588 -0,08044 0,2156* 1,046

5 LEXPKOIM 0,678245 n.a n.a 0,0005****** 5,444

Prob F 0,000000 DW 1,6612

R2 0,932546 Prob.Obs* R-Square 0,0802

DH 1,202098 Jarque-Bera 4,3282

Keterangan: ******)berpengaruh nyata pada taraf α = 1%

****)berpengaruh nyata pada taraf α = 1

0%

**) berpengaruh nyata pada taraf α = 20% *)berpengaruh nyata pada taraf α = 25%

Semua tanda koefisien variabel independen pada persamaan ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia sudah sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan dan logis dari sudut pandang ekonomi. Nilai uji statistik-F kurang dari taraf α 1% artinya variabel harga ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia, produksi minyak inti sawit Indonesia, pajak ekspor minyak inti sawit Indonesia tahun sebelumnya, dan ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia tahun sebelumnya secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia dengan baik. Nilai uji statistik-t menunjukkan bahwa variabel harga ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia berpengaruh pada taraf α 20%, kemudian variabel produksi minyak inti sawit Indonesia berpengaruh pada taraf α 10%, variabel ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia tahun sebelumnya berpengaruh pada taraf α 1% terhadap ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia, serta variabel pajak ekspor minyak inti sawit Indonesia tahun sebelumnya berpengaruh pada taraf α 25% terhadap ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia. Dilihat dari koefisien determinasi (R2) sebesar 0,932546, hal ini berarti 93,2546% keragaman ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia dapat dijelaskan oleh harga ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia, produksi minyak inti sawit Indonesia, pajak ekspor minyak inti sawit Indonesia tahun sebelumnya, dan ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia tahun sebelumnya.

Hasil uji normalitas (Lampiran 19) didapatkan nilai Jarque-Bera sebesar 4,3282 lebih besar dari taraf α 5% artinya error term dalam persamaan ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia terdistribusi normal. Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi dengan menghitung durbin-H didapatkan nilai h-hitung sebesar -1,202098, maka disimpulkan tidak terdapat masalah autokorelasi dalam persamaan ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia. Pengujian multikolinearitas (Lampiran 20) dengan melihat nilai VIF menunjukkan bahwa tidak ada nilai VIF dari keempat variabel independen yang bernilai lebih dari 10 (VIF<10) artinya persamaan ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia telah terbebas dari masalah multikolinearitas yang serius. Hasil dari uji white (Lampiran 21) didapatkan bahwa nilai probabilitas Obs*R-Square sebesar 0,0802 lebih besar dari taraf α 5% artinya persamaan sudah terbebas dari gejala heteroskedastisitas.

Nilai uji statistik-t dan tanda estimasi parameter menunjukkan bahwa variabel harga ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia berpengaruh positif terhadap ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia dengan nilai estimasi parameter sebesar 0,005821, artinya jika terjadi kenaikan harga ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia sebesar 1 rupiah per ton maka ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia akan meningkat sebesar 0,005821 ton,

ceteris paribus. Kemudian, variabel produksi minyak inti sawit Indonesia berpengaruh positif terhadap ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia dengan nilai estimasi parameter sebesar 0,033294, artinya jika terjadi peningkatan produksi minyak inti sawit Indonesia sebesar 1 ton maka ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia akan meningkat sebesar 0,033294 ton, ceteris paribus. Respon ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia terhadap produksi minyak inti sawit Indonesia bersifat inelastis dalam jangka pendek, namun bersifat elastis dalam jangka panjang dengan nilai elastisitas sebesar 1,74613 artinya jika produksi minyak inti sawit Indonesia naik sebesar 1% maka akan meningkatkan ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia sebesar 1,91378% dalam jangka panjang, ceteris paribus. Variabel pajak ekspor minyak inti sawit Indonesia tahun sebelumnya berpengaruh negatif terhadap ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia dengan nilai estimasi sebesar -717,154, artinya jika terjadi peningkatan pajak ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia sebesar 1% maka ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia akan menurun sebesar 717,154 ton,

ceteris paribus.

Ekspor minyak inti sawit Indonesia memiliki respon inelastis terhadap variabel harga ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia dan pajak ekspor minyak inti sawit Indonesia tahun sebelumnya baik dalam jangka pendek maupun

Dokumen terkait