• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Situ Gintung Berdasarkan Analisis SWOT

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

4.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Situ Gintung Berdasarkan Analisis SWOT

Dalam analisis SWOT ( kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman ) faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan Situ Gintung dapat dibagi menjadi dua yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam kawasan yakni kondisi fisik situ dan sempadannya serta pengelolaan situ. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar kawasan misalnya kondisi lanskap disekitar bendungan, kebijakan pemerintah dan masyarakat. Faktor internal dapat ditinjau berdasarkan aspek kekuatan

(strength) dan kelemahan (weakness) sedangkan faktor eksternal dapat ditinjau berdasarkan aspek peluang (opportunity) dan ancaman (treath). Analisis faktor-faktor tersebut dirangkumkan dalam bentuk matriks (Gambar 31).

Gambar 31. Matriks analisis SWOT

KONDISI INTERNAL KEKUATAN (S)

Badan air masih ada.

Bendungan baru telah dibangun kembali sehingga fungsi situ sebagai resapan air dapat terjaga.

Situ masih memiliki sempadan yang alami.

Kawasan teresebut potensial untuk dijadikan area rekreasi atau wisata.

KELEMAHAN (W)

Di daerah sempadan terdapat area terbangun

Tidak adanya pendanaan yang khusus dan rutin dalam pengelolaan situ.

Tidak adanya pengawasan dan

pemantauan langsung terhadap kondisi situ yang dilakukan secara berkala. KONDISI EKSTERNAL

PELUANG (O)

Pemerintah mengeluarkan peraturan untuk melindungi kawasan

Adanya tindakan revitalisasi yang dilakukan oleh

pemerintah.

Adanya kebutuhaan ruang terbuka hijau dari masyarakat.

Adanya kepedulian masyarakat terhadap keberlanjutan situ.

Strategi SO

Menetapkan kawasan sebagai ruang terbuka yang harus dilindungi namun juga tetap dapat dimanfaatkan untuk rekreasi.

Melakukan penataan ruang kawasan situ untuk mengakomodasi fungsi situ sebagai daerah resapan dan area rekreasi.

Strategi WO

Adanya peraturan dari pemerintah yang tegas untuk menindak lanjuti

berkembangnya kawasan yang semakin padat.

Meningkatkan koordinasi dan

kerjasama antar masyarakat, organisasi dan pemerintah dalam pemanfaatan, pemeliharaan dan pengawasan.

ANCAMAN (T)

Terjadinya perubahan fungsi lahan disekitar situ yang dapat menimbulkan pendangkalan situ dan pencemaran air

Lanskap sekitar situ berupa pemukiman yang membuang air limbah dan sampah rumah tangga ke dalam situ.

Ketidakpatuhan masyarakat terhadap peraturan pemerintah.

Belum adanya zonasi pelestarian kawasan lindung dalam RTRW Kota Tangerang Selatan.

Strategi ST

Melakukan pembatasan terhadap kegiatan yang dikhawatirkan akan menyebabkan lebih rusaknya fungsi situ.

Mengajak masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan.

Melakukan pemantauan secara periodik terhadap pemanfaatan situ agar tidak melebihi kapasitas daya dukung situ

Strategi WT

Adanya ketegasan dari pemerintah dalam memberikan izin mendirikan bangunan.

Penetapan zona pelestarian yang membatasi antara area yang dilindungi dengan area untuk pemanfaatan lainnnya.

Melakukan penataan chatchmen area

4.7.1 Faktor Internal

Faktor internal ditinjau dari aspek kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness). Kekuatan (strength) yang dimiliki kawasan tersebut adalah (1) badan air masih ada, (2) bendungan baru telah dibangun kembali sehingga fungsi situ sebagai resapan air tetap terjaga, (3) situ masih memiliki sempadan yang bersifat alami, (4) kawasan tersebut potensial untuk dijadikan area rekseasi atau wisata. Sementara itu kelemahannya (weakness) adalah (1) di daerah sempadan terdapat area terbangun, (2) tidak adanya pendanaan yang khusus dan rutin dalam pengelolaan situ, dan (3) tidak adanya pengawasan dan pemantauan langsung terhadap kondisi situ yang dilakukan secara berkala

Pada saat ini badan air masih ada dan bendungan telah berdiri kembali sehingga fungsi situ sebagai daerah resapan air dapat bertahan. Situ masih memiliki sempadan alami tetapi pada sempadan ini juga telah terjadi perubahan alih fungsi lahan menjadi area terbangun. Setelah kejadian bencana dan telah direkonstruksi kawasan ini masih memiliki elemen-elemen yang penting yakni badan air, bendungan dan Mesjid Jabalur Rahman. Berdasarkan penilaian dengan criteria Mackinnon dalam Hendry 2008 terhadap elemen-elemen ini, kawasan tersebut potensial untuk dijadikan area rekreasi atau wisata. Laksono (2010) mengungkapkan kelemahan dalam pengelolaan lankap Situ Gintung yakni tidak adanya pendanaan yang khusus dan rutin, dan tidak adanya pengawasan dan pemantauan langsung terhadap kondisi situ yang dilakukan secara berkala.

4.7.2.Faktor Eksternal

Faktor ekternal ditinjau dari aspek peluang (opportunity) dan ancaman (treaths). Peluang (opportunity) kawasan ini adalah (1) pemerintah mengeluarkan peraturan untuk melindungi kawasan, (2) adanya tindakan revitalisasi yang dilakukan oleh pemerintah, (3) adanya kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) dari masyarakat, dan (4) adanya kepedulian masyarakat terhadap keberlanjutan situ. Sementara itu ancaman (threats) terhadap keberlanjutan kawasan ini yakni (1) perubahan fungsi lahan disekitar situ, (2) Lanskap sekeliling situ berupa pemukiman yang membuang air limbah dan sampah rumah tangga ke dalam situ, (3)ketidakpatuhan masyarakat terhadap peraturan pemerintah, dan (4) belum

adanya zonasi kawasan lindung dalam RTRW Kota Tangerang Selatan.

Pemerintah telah melakukan upaya pelestarian dengan mengeluarkan peraturan-peraturan seperti Keputusan Presiden No 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung menyebutkan bahwa sempadan situ adalah kawasan yang harus dilindungi dari interversi manusia berkisar 50-100 m dari bibir situ. Selain itu, pemerintah juga melakukan tindakan pelestarian secara nyata yakni dengan merevitalisasi situ.

Adanya kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) dari masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara masyarakat dapat diajak untuk ikut dalam melestarikan situ seperti kegiatan reboisasi dan membentuk kelompok peduli Situ Gintung. Wirausahawan yang berada disekitar situ berharap agar kawasan tersebut dibuka sebagai tempat wisata atau tempat rekreasi sehingga banyak orang yang datang dan penghasilan mereka bertambah

Ancaman terbesar bagi kelestarian situ adalah terjadinya perubahan fungsi lahan disekitar situ. Konversi lahan yang tinggi akan mempercepat pendangkalan dan penyusutan lahan situ sehingga situ tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Konversi lahan terbesar adalah perubahan lahan menjadi pemukiman, pembuangan limbah dan sampah rumah tangga ke dalam situ dapat mengancam keberadaan situ karena menurunkan kualitas air situ dan mengganggu ekosistem Situ Gintung .

Pembangunan pemukiman hingga garis sempadan situ menunjukan bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap peraturan pemerintah. Hal ini dapat disebabkan karena masyarakat tidak tahu batas area yang boleh dipergunakan sebab tidak ada batas nyata di kawasan. Dalam kompilasi data untuk penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan belum terdapat zonasi pelestarian untuk kawasan lindung.

4.8. Usulan Pelestarian

Berdasarkan hasil analisis kondisi lanskap dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan situ, bendungan dan lanskap, Situ Gintung merupakan kawasan situ yang memilki banyak fungsi seperti resapan air, area rekreasi dan sebagainya. Fungsi-fungsi ini masih diperlukan oleh masyarakat oleh karena itu bendungan dan lanskap Situ Gintung perlu dilestarikan dan dilindungi.

4.8.1. Konsep dan Strategi Pelestarian Berdasarkan Matriks SWOT

Konsep pelestarian bendungan dan lanskap Situ Gintung adalah melestarikan dan melindungi lanskap Situ Gintung agar terjaga kualitas, fungsi dan keberlanjutannya. Untuk mewujudkan konsep ini diusulkan strategi pelestarian yang disusun berdasarkan hasil analisis SWOT. Dari matriks analisis SWOT (Gambar 30), dapat dibuat strategi berdasarkan kekuatan dan peluang (SO), kekuatan dan ancaman (ST), kelemahan dan peluang (WO), dan kelemahan dan ancaman (WT).

Strategi SO yakni:

• Menetapkan kawasan sebagai ruang terbuka yang harus dilindungi namun juga tetap dapat dimanfaatkan untuk rekreasi.

• Melakukan penataan ruang kawasan situ untuk mengakomodasi fungsi situ sebagai daerah resapan dan area rekreasi

Strategi ST yakni:

• Melakukan pembatasan terhadap kegiatan yang dikhawatirkan akan menyebabkan lebih rusaknya fungsi situ.

• Mengajak masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan

• Melakukan pemantauan secara periodik terhadap pemanfaatan situ agar tidak melebihi kapasitas daya dukung situ

Strategi WO yakni:

• Adanya peraturan dari pemerintah yang tegas untuk menindak lanjuti berkembangnya kawasan yang semakin padat

• Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar masyarakat, organisasi dan pemerintah dalam pemanfaatan, pemeliharaan dan pengawasan

Strategi WT yakni:

• Adanya ketegasan dari pemerintah dalam memberikan izin mendirikan bangunan

• Penetapan zona pelestarian yang membatasi antara area yang dilindungi dengan area untuk pemanfaatan lainnnya

• Melakukan penataan catchmen area 4.8.3. Zonasi Pelestarian

Sebagai kawasan yang dilindungi Situ Gintung belum memiliki zonasi untuk perlindungan dan pengelolaan. Oleh karena itu perlu dibuat zonasi untuk mempermudah pengeloalaan, pemeliharaan dan pengawasan situ.

Zona pelestarian yang diusulkan terdiri dari zona inti dan zona penyangga. (Gambar 32). Zona inti adalah zona yang sangat penting dalam mempertahankan keberadaan situ dan fungsinya sebagai daerah resapan air serta memiliki elemen-elemen kesejarahan yang penting untuk dilindungi. Zona inti ini terdiri dari badan air situ, bendungan, mesjid dan sempadan situ yakni 50 meter dari badan air. Upaya pelestariannya meliputi tindakan rekonstruksi dan rehabilitas yang telah dilakukan pemerintah.

Gambar 32. Skema zonasi pelestarian

Selanjutnya adalah zona penyangga atau buffer. Zona penyangga ini berada di sekeliling zona inti dan berfungsi untuk mendukung keberlanjutan zona inti. Zona ini memerlukan pemantauan atau pengawasan yang tinggi agar tidak terjadi penambahan bangunan. Upaya pelestariannya meliputi tindakan revitalisasi lingkungan. Penentuan zona penyangga dengan mempertimbangkan kondisi fisik disekitar lanskap situ, terutama terkait area yang masih banyak ruang terbuka

Zona Inti

hijau dan batas-batas fisik berupa jalan yang dapat mempermudah dalam pengeolaan. Lebar zona penyangga sekitar 100 m. Gambar 33 menunjukan zonasi pelestarian.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Karakter kawasan Situ Gintung berupa lanskap waduk yang awalnya merupakan situ yang masih mempunyai fungsi utama sebagai resapan air, dengan bendungan yang telah direkonstruksi pada tahun 2010, kawasan sempadan yang sempit dengan penggunaan lahan sebagai kebun, area rekreasi, pemukiman dan area pendidikan. Kawasan sekelilingnya telah padat dengan pemukiman penduduk.

Setelah kejadian bencana pada tahun 2009 dan telah direkonstruksi, kawasan ini masih memiliki elemen-elemen penting yang berasal sejak awal pembangunan situ dan sebelum bencana yakni badan air, bendungan dan Mesjid Jabalur Rahman. Berdasarkan hasil penilaian terhadap elemen-elemen ini, aspek keunikan, keutuhan dan kondisi fisik memiliki nilai yang tinggi sehingga masuk ke dalam katagori potensial dan baik untuk dikembangkan sebagai tempat rekreasi.

Faktor yang mempengaruhi keberlanjutan Situ Gintung adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam kawasan yakni kondisi fisik situ dan sempadannya serta pengelolaannya, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar kawasan misalnya kondisi lanskap di sekitar bendungan, kebijakan pemerintah dan masyarakat.

Faktor internal ditinjau berdasarkan aspek kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness). Kekuatannya adalah adalah (1) badan air masih ada, (2) bendungan baru telah dibangun kembali sehingga fungsi situ sebagai resapan air tetap terjaga, (3) situ masih memiliki sempadan yang bersifat alami, (4) kawasan tersebut potensial untuk dijadikan area rekseasi atau wisata. Sedangkan kelemahannya (weakness) adalah (1) di daerah sempadan terdapat area terbangun, (2) tidak adanya pendanaan yang khusus dan rutin dalam pengelolaan situ, dan (3) tidak adanya pengawasan dan pemantauan langsung terhadap kondisi situ yang dilakukan secara berkala.

Sementara itu faktor ekternal ditinjau dari aspek peluang (Opportunity) dan ancaman (Treaths). Peluang (opportunity) kawasan ini adalah (1) pemerintah mengeluarkan peraturan untuk melindungi kawasan, (2) adanya tindakan revitalisasi yang dilakukan oleh pemerintah, (3) adanya kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) dari masyarakat, dan (4) adanya kepedulian masyarakat terhadap keberlanjutan situ. Sementara itu ancaman (threats) terhadap keberlanjutan kawasan ini yakni (1) perubahan fungsi lahan disekitar situ, (2) Lankap sekeliling situ berupa pemukiman yang membuang air limbah dan sampah rumah tangga ke dalam situ, (3) ketidakpatuhan masyarakat terhadap peraturan pemerintah, dan (4) belum adanya zonasi kawasan lindung dalam RTRW Kota Tangerang Selatan.

Konsep pelestarian bendungan dan lanskap Situ Gintung adalah melestarikan dan melindungi lanskap Situ Gintung agar terjaga kualitas, fungsi dan keberlanjutannya. Untuk mewujudkan konsep ini diusulkan strategi pelestarian yang disusun berdasarkan hasil analisis SWOT. Strategi berdasarkan kekuatan dan peluang atau strategi SO adalah menetapkan kawasan sebagai ruang terbuka yang harus dilindungi namun juga tetap dapat dimanfaatkan untuk rekreasi, dan melakukan penataan ruang kawasan situ untuk mengakomodasi fungsi situ sebagai daerah resapan dan area rekreasi. Strategi berdasarkan kekuatan dan ancaman atau strategi ST yakni melakukan pembatasan terhadap kegiatan yang dikhawatirkan akan menyebabkan lebih rusaknya fungsi situ, mengajak masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan pemantauan secara periodik terhadap pemanfaatan situ agar tidak melebihi kapasitas daya dukung situ. Strategi berdasarkan kelemahan dan peluang atau strategi WO yakni adanya peraturan dari pemerintah yang tegas untuk menindak lanjuti berkembangnya kawasan yang semakin padat dan meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar masyarakat, organisasi dan pemerintah dalam pemanfaatan, pemeliharaan dan pengawasan. Strategi berdasarkan kelemahan dan ancaman atau strategi WT yakni adanya ketegasan dari pemerintah dalam memberikan izin mendirikan bangunan, penataan chatchmen area dan penetapan  zona pelestarian atau pengelolaan untuk melakukan pengelolaan dan melindungi area.

Zonasi pelestarian dan perlindungan yang diusulkan dalam studi ini terdiri dari dua zona yakni zona inti dan zona penyangga. Zona inti adalah zona yang sangat penting dalam mempertahankan keberadaan situ dan fungsinya sebagai daerah resapan air serta memiliki elemen-elemen kesejarahan yang penting untuk dilindungi. Zona inti terdiri dari badan air, bendungan dan menjid serta sempadan situ ( 50 m dari tepi situ) sedangkan zona penyangga adalah zona yang berada di sekeliling zona inti. Zona penyangga berfungsi sebagai pendukung keberlanjutan zona inti. Upaya pelestarian di zona penyangga meliputi tindakan revitalisasi lingkungan. Penentuan zona penyangga dengan mempertimbangkan kondisi fisik disekitar lanskap situ, terutama terkait area yang masih banyak ruang terbuka hijau dan batas-batas fisik berupa jalan yang dapat mempermudah dalam pengelolaan. Lebar zona penyangga sekitar 100 m

5.2 Saran

1. Pelaksanaan rekomendasi pelestarian ini membutukan dukungan dan kordinasi dari semua pihak dari pemerintah, masyarakat dan institusi yang terkait.

DAFTAR PUSTAKA

[BBWSCC] Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane. Desain Rehabilitas dan Rekontsruksi Situ Gintung. Laporan penunjang volume 6 Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (DPPL) Juli 2009.Jakarta: BBWS;2009.

[Bappeda] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Tangerang Selatan.2009.Laporan Situ Gintung. Tangerang Selatan : Bappeda;2009. [Bappeda] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Tangerang

Selatan.2010.Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan. Tangerang Selatan : Bappeda;2010.

Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jendral Sumber Daya Air. Rekontruksi dan Rehabilitasi Situ Gintung. [Slide presentasi]

Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Balai Bendungan. Laporan Inspeksi Situ Gintung 27 Maret 2009.Jakarta.

Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang Selatan. Penataan Kembali Kawasan Situ Gintung.[Slide presentasi]

Firandari, T.2009. Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung 3 dengan Metode Biaya Perjalanan. [skipsi]. Bogor: Departemen Ekonomi dan Sumberdaya Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Hamid.1999. Pengelolaan Lingkungan Situ Di Botabek. Dalam Tiga Pilar Pengembangan Wilayah Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia dan teknologi. Jakarta : Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah.

Hamin.2003. Implementasi Regulasi Pengelolaan Air. Di dalam: R. Ubaidillah dan I. Maryanto, editor. Manajemen Bioregional JABOTABEK : Profil dan Strategi Pengelolaan Situ, Rawa dan Danau. Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia.

Hendry.2008.Studi Potensi Lanskap Sejarah Kawasan Pecinan Glodok Jakarta Sebagai Kawasan Wisata Sejarah. [skripsi].Bogor: Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas pertaniaan, Institut Pertanian Bogor.

[KLH] Kementrian Negara Lingkungan Hidup. 2007. Strategi dan rencana aksi pelestarian Situ di wilayah Jabodetabek. Jakarta.

Kodoatie, R. J. dan R. Sjarief. 2010.Tata Ruang Air.Yogyakarta :Penerbit ANDI Laksono, A. P.2010. Estimasi Nilai Kerusakan dan Kerugian Bencana Situ

gintung.[skripsi]. Bogor: Departemen Ekonomi dan Sumberdaya Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,Institut Pertanian Bogor. Nurisjah, S. dan Q. Pramukanto. 2001. Perencanaan Lanskap (penuntun

Praktikum). Program Studi Arsitektur Lanskap. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor (tidak dipublikasikan).

Nuryanto, H. S. et al. 2009. Indonesia diantara berkah dan musibah. Kementrian Negara Riset dan Teknologi (KNRT).

Pemerintah Kota Tangerang Selatan. 2009. Data Korban Bencana Situ Gintung pada hari jumat, tanggal 27 bulan Maret tahun 2009 di Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan-Propinsi

Banten Buku 1 Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Situ Gintung. Media center 2009.

Pemerintah Republik Indonesia. 1995. Undang-undang RI No 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Direktorat Jendral Kebudayaan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rosnila. 2004. Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Keberadaan Situ (Studi Kasus Kota Depok ).[Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Soehoed.2006.Tinjauan Ulang Gagasan Pengelolaan Air Van Blommestein untuk Pulau Jawa.Jakarta:Djembatan.

Sulastri. 2003. Karakter Ekosistem Perairan Danau Dangkal. Di dalam: R. Ubaidillah dan I. Maryanto, editor. Manajemen Bioregional JABOTABEK : Profil dan Strategi Pengelolaan Situ, Rawa dan Danau. Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia.

Suwignyo, P. 2003. Ekosistem Perairan Pedalaman, Tipologi dan Permasalannya.

Di dalam: R. Ubaidillah dan I. Maryanto, editor. Manajemen Bioregional JABOTABEK : Profil dan Strategi Pengelolaan Situ, Rawa dan Danau.

Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia.

Wardiatno, Y., I. Angraeni, R.Ubaidillah, I. Maryanto. 20013. Profil dan Permasalahan Perairan Tergenang (Siu, Rawa dan Danau. Di dalam: Resichon Ubaidillah dan Ibnu Maryanto, editor. Manajemen Bioregional JABOTABEK : Profil dan Strategi Pengelolaan Situ, Rawa dan Danau.

Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia.

Lampiran 1. Lembar kuesioner

LEMBAR KUESIONER

Selamat pagi/ siang/ sore/ malam. Perkenalkan nama saya Sistri Puasty Hesa. Saya mahasiswa semester 8, program studi Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor. Saya sedang melakukan penelitian untuk menyusun skripsi menenai lanskap sejarah kawasan Situ Gintung, Tangerang Selatan. Oleh karena itu, saya mohon bantuan untuk menjawab pertanyaan dibawah ini dengan sebenar-benarnya. Terima kasih.

Data Pribadi Responden

1. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 2. Umur :

a.18-22 thn c.31-40 thn e.51-60 thn b.23-30 thn d.41-50 thn f.>60 thn 3. Pekerjaan :

a.Pelajar c. PNS e. Wiraswasta Mahasiswa d. Karyawan swasta f. Lainnya

4. Kependudukan :

a.Asli b. Pendatang. 5. Pendidikan terakhir :

a.Tidak sekolah c. SMP e. Akademik

b.SD d. SMA f. Sarjana

6. Berapa lama Anda tinggal di kawasan ini  :

a. <5 thn d. 15-20 thn g. >40 thn b. 5-10 thn e. 21-30 thn

c. 11-15 thn f. 31-40 thn

7. Apakah Anda betah tinggal di kawasan ini : (ya/tidak)

Alasan:……… ………

8. Mengapa Anda tinggal di kawasan ini? a.Keluarga di Tangerang d. Murah

b.Pekerjaan e. lainnya c.Suasananya nyam

Data Perubahan di Situ Gintung

9. Apakah kawasan ini telah berubah dibanding waktu pertama tinggal? a.Tidak berubah b. Banyak berubah c. Sedikit berubah 10.Apakah perubahan ini?

a.Menjadi lebih nyaman

b.Menjadi tidak nyaman c.Biasa saja.

11.Apakah yang paling menonjol berubah? a.Lingkungan/lanskap kawasan

b.Aktivitas masyarakat c.Sarana dan prasarana d.Lainnya,………

12.Apakah bentuk perubahan lanskap yang terjadi? a.Sawah menjadi pemukiman.

b.Empang menjadi pemukiman c.Lading menjadi pemukiman d.Kebun menjadi pemukiman

Data kesejarahan Situ Gintung

13.Apakah Anda mengetahui sejarah kawasan ini : a.Tahu c. Tidak tahu

14.Jika jawaban Anda tahu :

Dari mana Anda mengetahui tentang sejarah kawasan ini : a.Teman b. Media massa c. lainnya Kapan anda menghetahui sejarah kawasan ini:

a. Sebelum bencana b. Setelah bencana Seperti apakah sejarah yang anda ketahui?

15.Apakah Anda mengetahui karakteristik kawasan ini di maaa lalu? a. Ya b. Tidak

16.Jika ya, apakah karakteristiknya?

a.Permukiman b.Pertanian c.kebun campuran d.Lainnya,…………. 17.Sejauh yang anda ketahui, apakah fungsi kawasan Situ Gintung bagi

masyarakat sekitar?

a.Budidaya ikan c. Rekreasi e. Konservasi

b.Irigasi d. Pendidikan f. Lainya…..………. 18.Fungsi apakah yang anda harapkan tetap ada di Situ

Gintung?... 19.Apakah kawasan ini perlu dilestarikan?

a.Ya b. Tidak

20.Mengapa harus dilestarikan?... ... ... 21.Apakah anda pernah terlibat dalam pelestarian Situ gintung ini? (ya/ tidak) 22.Apakah bentuk partisipasi anda dalam pelestarian Situ Gintung/

a.Pemeliharaan b. Pembersihan c.lainnya 23.Apakah yang anda harapkan terhadap keberlanjutan lokasi?

a.Dibangun kembali dengan karakteristik yang sama b.Dibangun kembali dengan perubahan karakter. c.Tidak perlu dibangun kembali

d.Terserah pemerintah

24.Saran yang anda berikan untuk pelestarian dan pengembangan lokasi ……… ……… ………