Ke Lebak Bulus
4.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Situ Gintung Berdasarkan Analisis SWOT Berdasarkan Analisis SWOT
Dalam analisis SWOT ( kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman ) faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan Situ Gintung dapat dibagi menjadi dua yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam kawasan yakni kondisi fisik situ dan sempadannya serta pengelolaan situ. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar kawasan misalnya kondisi lanskap disekitar bendungan, kebijakan pemerintah dan masyarakat. Faktor internal dapat ditinjau berdasarkan aspek kekuatan
(strength) dan kelemahan (weakness) sedangkan faktor eksternal dapat ditinjau berdasarkan aspek peluang (opportunity) dan ancaman (treath). Analisis faktor-faktor tersebut dirangkumkan dalam bentuk matriks (Gambar 31).
Gambar 31. Matriks analisis SWOT
KONDISI INTERNAL KEKUATAN (S)
• Badan air masih ada.
• Bendungan baru telah dibangun kembali sehingga fungsi situ sebagai resapan air dapat terjaga.
• Situ masih memiliki sempadan yang alami.
• Kawasan teresebut potensial untuk dijadikan area rekreasi atau wisata.
KELEMAHAN (W)
• Di daerah sempadan terdapat area terbangun
• Tidak adanya pendanaan yang khusus dan rutin dalam pengelolaan situ.
• Tidak adanya pengawasan dan
pemantauan langsung terhadap kondisi situ yang dilakukan secara berkala. KONDISI EKSTERNAL
PELUANG (O)
• Pemerintah mengeluarkan peraturan untuk melindungi kawasan
• Adanya tindakan revitalisasi yang dilakukan oleh
pemerintah.
• Adanya kebutuhaan ruang terbuka hijau dari masyarakat.
• Adanya kepedulian masyarakat terhadap keberlanjutan situ.
Strategi SO
• Menetapkan kawasan sebagai ruang terbuka yang harus dilindungi namun juga tetap dapat dimanfaatkan untuk rekreasi.
• Melakukan penataan ruang kawasan situ untuk mengakomodasi fungsi situ sebagai daerah resapan dan area rekreasi.
Strategi WO
• Adanya peraturan dari pemerintah yang tegas untuk menindak lanjuti
berkembangnya kawasan yang semakin padat.
• Meningkatkan koordinasi dan
kerjasama antar masyarakat, organisasi dan pemerintah dalam pemanfaatan, pemeliharaan dan pengawasan.
ANCAMAN (T)
• Terjadinya perubahan fungsi lahan disekitar situ yang dapat menimbulkan pendangkalan situ dan pencemaran air
• Lanskap sekitar situ berupa pemukiman yang membuang air limbah dan sampah rumah tangga ke dalam situ.
• Ketidakpatuhan masyarakat terhadap peraturan pemerintah.
• Belum adanya zonasi pelestarian kawasan lindung dalam RTRW Kota Tangerang Selatan.
Strategi ST
• Melakukan pembatasan terhadap kegiatan yang dikhawatirkan akan menyebabkan lebih rusaknya fungsi situ.
• Mengajak masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan.
• Melakukan pemantauan secara periodik terhadap pemanfaatan situ agar tidak melebihi kapasitas daya dukung situ
Strategi WT
• Adanya ketegasan dari pemerintah dalam memberikan izin mendirikan bangunan.
• Penetapan zona pelestarian yang membatasi antara area yang dilindungi dengan area untuk pemanfaatan lainnnya.
• Melakukan penataan chatchmen area
4.7.1 Faktor Internal
Faktor internal ditinjau dari aspek kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness). Kekuatan (strength) yang dimiliki kawasan tersebut adalah (1) badan air masih ada, (2) bendungan baru telah dibangun kembali sehingga fungsi situ sebagai resapan air tetap terjaga, (3) situ masih memiliki sempadan yang bersifat alami, (4) kawasan tersebut potensial untuk dijadikan area rekseasi atau wisata. Sementara itu kelemahannya (weakness) adalah (1) di daerah sempadan terdapat area terbangun, (2) tidak adanya pendanaan yang khusus dan rutin dalam pengelolaan situ, dan (3) tidak adanya pengawasan dan pemantauan langsung terhadap kondisi situ yang dilakukan secara berkala
Pada saat ini badan air masih ada dan bendungan telah berdiri kembali sehingga fungsi situ sebagai daerah resapan air dapat bertahan. Situ masih memiliki sempadan alami tetapi pada sempadan ini juga telah terjadi perubahan alih fungsi lahan menjadi area terbangun. Setelah kejadian bencana dan telah direkonstruksi kawasan ini masih memiliki elemen-elemen yang penting yakni badan air, bendungan dan Mesjid Jabalur Rahman. Berdasarkan penilaian dengan criteria Mackinnon dalam Hendry 2008 terhadap elemen-elemen ini, kawasan tersebut potensial untuk dijadikan area rekreasi atau wisata. Laksono (2010) mengungkapkan kelemahan dalam pengelolaan lankap Situ Gintung yakni tidak adanya pendanaan yang khusus dan rutin, dan tidak adanya pengawasan dan pemantauan langsung terhadap kondisi situ yang dilakukan secara berkala.
4.7.2.Faktor Eksternal
Faktor ekternal ditinjau dari aspek peluang (opportunity) dan ancaman (treaths). Peluang (opportunity) kawasan ini adalah (1) pemerintah mengeluarkan peraturan untuk melindungi kawasan, (2) adanya tindakan revitalisasi yang dilakukan oleh pemerintah, (3) adanya kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) dari masyarakat, dan (4) adanya kepedulian masyarakat terhadap keberlanjutan situ. Sementara itu ancaman (threats) terhadap keberlanjutan kawasan ini yakni (1) perubahan fungsi lahan disekitar situ, (2) Lanskap sekeliling situ berupa pemukiman yang membuang air limbah dan sampah rumah tangga ke dalam situ, (3)ketidakpatuhan masyarakat terhadap peraturan pemerintah, dan (4) belum
adanya zonasi kawasan lindung dalam RTRW Kota Tangerang Selatan.
Pemerintah telah melakukan upaya pelestarian dengan mengeluarkan peraturan-peraturan seperti Keputusan Presiden No 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung menyebutkan bahwa sempadan situ adalah kawasan yang harus dilindungi dari interversi manusia berkisar 50-100 m dari bibir situ. Selain itu, pemerintah juga melakukan tindakan pelestarian secara nyata yakni dengan merevitalisasi situ.
Adanya kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) dari masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara masyarakat dapat diajak untuk ikut dalam melestarikan situ seperti kegiatan reboisasi dan membentuk kelompok peduli Situ Gintung. Wirausahawan yang berada disekitar situ berharap agar kawasan tersebut dibuka sebagai tempat wisata atau tempat rekreasi sehingga banyak orang yang datang dan penghasilan mereka bertambah
Ancaman terbesar bagi kelestarian situ adalah terjadinya perubahan fungsi lahan disekitar situ. Konversi lahan yang tinggi akan mempercepat pendangkalan dan penyusutan lahan situ sehingga situ tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Konversi lahan terbesar adalah perubahan lahan menjadi pemukiman, pembuangan limbah dan sampah rumah tangga ke dalam situ dapat mengancam keberadaan situ karena menurunkan kualitas air situ dan mengganggu ekosistem Situ Gintung .
Pembangunan pemukiman hingga garis sempadan situ menunjukan bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap peraturan pemerintah. Hal ini dapat disebabkan karena masyarakat tidak tahu batas area yang boleh dipergunakan sebab tidak ada batas nyata di kawasan. Dalam kompilasi data untuk penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan belum terdapat zonasi pelestarian untuk kawasan lindung.