• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2. Landasan Teori 1. Laporan Keuangan

2.2.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela 1.Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan menurut Miswanto dan Husnan (1999: 33). Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total aktiva (Total Assets), penjualan atau modal (Equity) besar kecilnya suatu perusahaan dapat mempengaruhi kemampuan mengoperasikan perusahaan dengan berbagi situasi dan kondisi yang dihadapinya.

Menurut Riyanto (2001: 300) bahwa perusahaan besar sahamnya terbesar sangat luas, sehingga akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya. Dengan luasnya saham yang tersebar mengakibatkan

lebih banyak pemegang saham dari perusahaan tersebut. Lebih banyaknya pemegang saham suatu perusahaan memerlukan lebih banyak pengungkapan karena tuntutan para pemegang saham.

Selain itu menurut Miswanto dan Husnan (1999: 33) perusahaan yang lebih besar mempunyai kemudahan akses ke pasar modal. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan besar cenderung lebih sering dibandingkan perusahaan kecil untuk beraktivitas dipasar modal. Pasar modal ini digunakan perusahaan sebagai sarana untuk menarik para calon investor atau calon pemegang saham. Persaingan dalam pasar modal tersebut mendorong perusahaan untuk dapat menyediakan informasi yang lebih guna menarik calon investor. Sebaliknya perusahaan kecil terlibat secara signifikan dalam biaya-biaya yang lebih tinggi daripada perusahaan yang besar dalam melakukan standar akunting rumit atau mengungkapkan suatu kepentingan (Wolk and Tearney, 1997: 273 dalam Sandrawita, 2006). Hal ini menyebabkan terbatasnya pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan kecil karena untuk menghemat biaya yang dikeluarkan akibatnya kurang banyak informasi yang dipublikaskan oleh perusahaan kecil.

2.2.3.2 Pengaruh Besaran Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela

Menurut Miswanto dan Husnan (1999: 33) perusahaan yang lebih besar mempunyai kemudahan akses ke pasar modal. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan besar cenderung lebih sering dibandingkan perusahaan kecil untuk beraktivitas dipasar modal. Pasar modal ini digunakan perusahaan sebagai sarana untuk menarik para calon investor atau calon pemegang saham. Persaingan dalam

pasar modal tersebut mendorong perusahaan untuk dapat menyediakan informasi yang lebih guna menarik calon investor. Sebaliknya perusahaan kecil terlibat secara signifikan dalam biaya-biaya yang lebih tinggi daripada perusahaan yang besar dalam melakukan standar akunting rumit atau mengungkapkan suatu kepentingan (Wolk and Tearney, 1997: 273 dalam Sandrawita, 2006). Hal ini menyebabkan terbatasnya pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan kecil karena untuk menghemat biaya yang dikeluarkan akibatnya kurang banyak informasi yang dipublikaskan oleh perusahaan kecil.

2.2.3.3 Rasio Leverage

Dalam penelitian ini, Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur leverage (struktur modal). Debt to Equity Ratio adalah perbandingan antara hutang dan modal dimana jika semakin tinggi tingkat DER maka semakin besar hutang yang harus ditutupi dengan modal perusahaan.

Makin besar hutang yang diambil makin besar leverage pembayaran dan makin besar pula biaya tetap keuangan yang harus ditambahkan pada biaya tetap operasi. Penambahan biaya tetap akan meningkatkan ketidakpastian hasil pengembalian bersih yang diterima para pemegang saham maka besar perubahan ini berarti makin besar pula variasi hasil pengembalian yang diterima atau makin tinggi risiko yang dihadapi (Weston dan Copeland, 1992: 3).

Dengan semakin tingginya rasio leverage berarti semakin besar proporsi utang yang digunakan untuk pembelanjaan perusahaan, hal ini akan memperbesar resiko rugi tetapi juga memiliki kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi

begitu juga sebaliknya (Weston dan Copeland, 1992 : 266). Oleh karena itu besar kecilnya utang perusahaan kepada kreditur secara otomatis juga mempengaruhi besar kecilnya kewajiban timbal balik perusahaan kepada kreditur termasuk didalamnya kewajiban dalam penyediaan informasi bagi para kreditur. Ditunjukkan dalam rumus:

Debt to Equity Ratio(DER) = Total Debt Total Equity

2.2.3.4 Pengaruh Rasio Leverage Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela

Perusahaan yang mempunyai proporsi utang yang lebih banyak dalam struktur permodalannya akan mempunyai biaya keagenan yang lebih besar. Semakin besar leverage perusahaan semakin besar kemungkinan transfer kemakmuran dari kreditur kepada pemegang saham dan manajer oleh karenanya perusahaan yang mempunyai leverage tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi kebutuhan informasi jangka panjang. Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur. Sehingga ada kemungkinan perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi akan memberikan pengungkapan yang lebih luas dibandingkan perusahaan dengan rasio leverage yang rendah.

2.2.3.5 Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Adapun menurut Simamora (1999: 363)

analisis posisi likuiditas perusahaan memberikan indikator kemampuan membayar utang jangka pendek perusahaan dan efisiensi operasi manajemen sekarang. Semakin likuid sebuah perusahaan, semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut sanggup membayar karyawan-karyawan, pemasok-pemasok, dan para pemegang wesel tagihnya.

Menurut Munawir (1992: 71) rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, dan juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan.

Ada beberapa ukuran rasio likuiditas yang biasanya sering digunakan. Namun, rasio yang sering digunakan adalah current ratio atau rasio lancar. Current ratio adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Rasio ini mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan bisa dipakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Hal ini ditunjukkan dalam rumus:

Current Ratio (CR)= Current Asset Current Liabilities

Rasio likuiditas dapat dipandang dari dua sisi, disatu sisi rasio likuiditas yang tinggi menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan. Karena hal tersebut perusahaan mungkin mengungkapkan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukan perusahaan kredibel. Akan tetapi disisi lain jika likuiditas dipandang sebagai ukuran kinerja perusahaan yang mempunyai

rasio likuiditas rendah perlu memberikan informasi yang lebih rinci untuk menjelaskan lemahnya kinerja perusahaan.

2.2.3.6 Pengaruh Rasio Likuditas Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela

Rasio likuiditas dapat dipandang dari dua sisi. Rasio likuiditas yang tinggi menunjukan kuatnya kondisi keuangan perusahaan diharapkan berhubungan dengan luasnya tingkat pengungkapan. Hal ini berdasarkan dari adanya pengharapan bahwa secara finansial perusahaan yang kuat akan lebih mengungkapkan informasi daripada perusahaan yang lemah. Tetapi sebaliknya, jika likuiditas dipandang sebagai ukuran kinerja perusahaan yang mempunyai rasio likuidasi rendah perlu memberikan informasi yang lebih rinci untuk menjelaskan lemahnya kinerja dibanding perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas yang tinggi (Wallace, 1994 dalam Yuniati 2000).

2.2.3.7 Rasio Profitabilitas

Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Penelitian ini diukur dengan membagi Earning After Tax (EAT) dengan total aktiva. Profitabilitas dilambangkan dengan Return On total Assets (ROA). Skala pengukuran yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan skala rasio. (Binsar dan Lusy, 2004)

Shinghvi dan Desai, 1971 dalam Subiyantoro, 1996 mengutarakan bahwa rentabilitas ekonomi dan profit margin yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih terinci, sebab mereka ingin meyakinkan

investor terhadap profitabilitas perusahaan dan mendorong kompensasi terhadap manajemen.

Return On total Assets (ROA) = Earnings After Tax Total Aktiva

Return on Total Assets mengukur berapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Rasio ini diperoleh dari membagi Earnings After Tax (EAT) dengan total aktiva. Variabel Return On total Assets dinyatakan dalam satuan rasio tipe skala rasio.

2.2.3.8 Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela

Shinghvi dan Desai, 1971 dalam Subiyantoro, 1996 mengutarakan bahwa rentabilitas ekonomi dan profit margin yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih terinci, sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dan mendorong kompensasi terhadap manajemen.

2.2.3.9 Umur Perusahaan

Umur perusahaan diperkirakan memiliki hubungan positif dengan kualitas ungkapan sukarela. Alasan yang mendasari adalah bahwa perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam mempublikasikan laporan keuangan. Perusahaan yang memiliki pengalaman lebih banyak akan lebih mengetahui kebutuhan konstituennya akan informasi tentang perusahaan (Marwata, 2001).

Umur perusahaan menunjukan jangka waktu lamanya sebuah perusahaan melakukan segala aktivitas atau kegiatan operasionalnya sejak perusahaan tersebut mulai berdiri. Menurut Weston dan Brigham (1990: 499) dalam jangka waktu umur perusahaan, perusahaan mengalami suatu daur hidup:

a. Periode Percobaan (Experimentation period)

Penjualan dan laba berkembang lambat mengikuti pengenalan produk baru. b. Periode Exploitasi (Exploitation period)

Perusahaan menikmati perkembangan penjualan yang pesat, profitabilitas yang tinggi dan penerimaan produk di pasar konsumen.

c. Kedewasaan (Maturyti)

Tingkat perkembangan penjualan mulai mengendur dan perkembangan sebagian besar tergantung pada penggantian permintaan.

d. Kemerosotan (Decline)

Perusahaan menghadapi munculnya produk pengganti, ketinggalan zaman dalam bidang teknologi dan manajemen dan kejenuhan permintaan akan barang.

2.2.3.10 Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela

Umur perusahaan diperkirakan memiliki hubungan positif dengan kualitas ungkapan sukarela. Alasan yang mendasari adalah bahwa perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam mempublikasi laporan keuangan. Perusahaan yang memiliki pengalaman lebih banyak akan lebih mengetahui kebutuhan konstituennya akan informasi tentang perusahaan.

2.2.3.11.Porsi Saham Publik

Na’im dan Rakhman, 2000 mengemukakan bahwa adanya perbedaan dalam proporsi saham yang dimiliki oleh investor luar dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan oleh perusahaan. Hal ini karena semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, semakin banyak pula detail-detail butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan demikian pengungkapan perusahaan akan makin luas. Dilain pihak, ada dorongan bagi manajemen untuk selektif dalam melakukan pengungkapan informasi karena pengungkapan informasi mengandung biaya. Manajemen hanya akan mengungkapkan informasi jika manfaat yang diperoleh dari pengungkapan melebihi biaya pengungkapan informasi tersebut. Maka semakin besar porsi pemilik publik, semakin banyak pula butir-butir informasi yang mendetail yang dituntut untuk dibuka dalam laporan tahunan seperti yang diungkapkan oleh Marwata (2001).

2.2.3.12.Pengaruh Porsi Saham Publik Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela

Na’im dan Rakhman, 2000 mengemukakan bahwa adanya perbedaan dalam proporsi saham yang dimiliki oleh publik dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan oleh perusahaan. Hal ini karena semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, semakin banyak detail-detail butir yang diminta dan dengan demikian pengungkapan perusahaan semakin luas.

2.2.3.13.Basis Perusahaan

Menurut Fitriani (2001) bahwa perusahaan dengan status yang berbeda akan memiliki stakeholders yang berbeda sehingga tingkat kelengkapan pengungkapan yang harus dilakukan berbeda.

Afiliasi perusahaan dengan perusahaan asing (multinasional) mungkin akan memiliki kualitas ungkapan yang lebih tinggi daripada yang tidak berafiliasi. Terdapat beberapa alasan mengenai dugaan ini (Susanto, 1994 dalam Marwata, 2001: 161) pertama perusahaan asing mendapatkan pelatihan yang lebih baik misalnya dalam bidang akuntansi dari perusahaan induknya diluar negri. Kedua perusahaan berbasis asing mungkin mempunyai sistem informasi manajemen yang lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan pengendalian internal dan kebutuhan informasi perusahaan induknya. Ketiga kemungkinan juga terdapat permintaan informasi yang lebih besar kepada perusahaan berbasis asing dari pelanggan, pemasok, analis, dan masyarakat pada umumnya.

2.2.3.14.Pengaruh Basis Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela

Afiliasi perusahaan dengan perusahaan asing (multinasional) mungkin akan memiliki kualitas ungkapan yang lebih tinggi daripada yang tidak berafiliasi. Terdapat beberapa alasan mengenai dugaan ini (Susanto, 1994 dalam Marwata, 2001: 161) pertama perusahaan asing mendapatkan pelatihan yang lebih baik misalnya dalam bidang akuntansi dari perusahaan induknya diluar negri. Kedua perusahaan berbasis asing mungkin mempunyai sistem informasi manajemen yang lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan pengendalian internal dan

kebutuhan informasi perusahaan induknya. Ketiga kemungkinan juga terdapat permintaan informasi yang lebih besar kepada perusahaan berbasis asing dari pelanggan, pemasok, analis, dan masyarakat pada umumnya.

2.2.3.15.Penerbitan Sekuritas

Sekuritas adalah secarik kertas yang menunjukan hak pemilik kertas tersebut dan berbagai kondisi untuk melaksanakan hak tersebut. Jika perusahaan memerlukan dan untuk membiayai kegiatannya demi kelangsungan hidupnya. Maka salah satu jalan keluarnya perusahaan akan menerbitkan sekuritas dan menjualnya dipasar modal. Disamping itu perusahaan menerbitkan sekuritas seringkali adalah untuk menghemat biaya emisi dan juga untuk menambah jumlah lembar saham yang diperdagangkan (Husnan, 1996: 428 dalam Sandrawita, 2006). Umumnya diharapkan penambahan jumlah lembar saham dibursa akan meningkatkan ferkuensi perdagangan saham tersebut. Sekuritas diterbitkan oleh perusahaan pada dasarnya dalam rangka untuk memperoleh dana dari investor guna membiayai perusahaan. Dengan adanya aktivitas penerbitan sekuritas yang berarti adanya kenaikan permintaan sekuritas akan dapat menurunkan biaya modal yaitu dengan jalan mempertinggi kualitas pengungkapan. Akibatnya sebelum menawarkan sekuritas kemungkinan manager cenderung untuk lebih memaksimalkan nilai perusahaan antara lain dengan mengungkapkan informasi lebih banyak.

2.2.3.16.Pengaruh Penerbitan Sekuritas Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela

Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perusahaan dapat menekan biaya modalnya dengan meningkatkan pengungkapan informasi yang terpercaya (Frankel dkk. 1995 dalam penelitian Marwata, 1999). Manajemen perusahaan mungkin akan berusaha memberikan informasi yang lebih sebelum menawarkan sekuritas kepada publik untuk memperoleh modal. Kecenderungan manajer untuk memaksimisasi nilai perusahaan pada masa sekarang akan memperbesar kecenderungan untuk mengungkapkan informasi positif sebelum menerbitkan sekuritas selain itu manajer mungkin mengungkapkan informasi lebih banyak sebelum menerbitkan sekuritas untuk mengurangi asimetri informasi.

Dokumen terkait