• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kuantitas dan kualitas sampah sangat dipengaruhi oleh berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a. Jumlah penduduk. Dapat difahami dengan mudah bahwa semakin banyak

penduduk maka semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah inipun terpacu dengan laju perlambatan penduduk.

b. Keadaan ekonomi sosial. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Kenaikan kesejahteraan inipun akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan bangunan-bangunan, transportasipun bertambah, dan produk pertanian, industri, dan lain-lain akan bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah.

c. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualilas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula.

Secara umum pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat

dikelompokkan menjadi dampak yang langsung dan tidak langsung. Yang

dimaksud dengan dampak langsung adalah dampak yang disebabkan karena

hubungan langsung dengan sampah. Adapun yang dimaksud dampak tidak

langsung adalah pengaruh yang dapat dirasakan masyarakat akibat proses

pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah.

C. Jenjang Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pengertian pendidikan adalah sebagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Anonim, 2003: 4).

Dari kutipan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa kebutuhan

pendidikan bagi suatu bangsa tumbuh dari dalam diri bangsa itu sendiri yang

menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi individu, masyarakat, bangsa dan

Negara. Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tersebut maka perlu dilakukan

usaha dan rencana untuk menyelenggarakan proses pembelajaran yang aktif dan

kreatif serta inovatif guna mengembangkan potensi diri agar memiliki kekuatan

spiritual keagamaan,pengedalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia,

serta ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya sendiri, masyarakat, maupun

bangsa dan Negara.

Ki Hajar Dewantara dalam Soejono (1993:46) mengemukakan tentang

pengertian pendidikan yaitu pendidikan adalah usaha kebudayaan, yang

bertujuan memberi tuntutan dalam perkembangan hidup jiwa raga anak.

Diharapkan agar anak kelak dalam garis kodrat pribadinya dan dengan pengaruh

segala keadaan yang mengelilingi dirinya, dapat berkembang dalam hidupnya

lahir dan batin menuju ke arah adab kemanusiaan.

Dari kutipan di atas dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa pendidikan

merupakan budi daya manusia untuk member tuntunan dalam perkembangan

jasmani dan rohani peserta didik. Tujuan akhir dari pendidikan adalah agar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dari lingkungannya dapat berkembang secara optimal kehidupan jasmani dan

rohaninya menuju kehidupan manusia yang beradab.

2. Tujuan Pendidikan Nasional

Rumusan tujuan pendidikan juga tercantum dalam Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :

”Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokrartis serta bertanggungjawab” (Anonim, 2003:7)

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa tujuan

pendidikan antara lain menjadikan seseorang agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa keapada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pengetahuan

dan keterampilan, memiliki akhlak yang mulia, memiliki kepribadian yang

mantap dan mandiri serta bertanggung jawab pada kehidupan bermasyarakat

dan berbangsa. Jika seseorang tidak memiliki bekal yang telah di sebutkan di

atas maka ia akan tertinggal dalam persaingan dalam menukupi kebutuhan

hidupnya.

3. Jenjang Pendidikan Di Indonesia

”Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan

kemampuan yang dikembangkan” (Anonim, 2003: 5).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id peserta didik didasarkan pada tingkat perkembangan, kemampuan, keluasan dan

kedalaman bahan pengajaran. Jika seseorang belum mencukupi tingkat

perkembangan, kemampuan, keluasan dan kedalamannya dalam mencerna

bahan pengajaran tentu ia tidak dapat melanjutkan atau melangkah pada tingkat

/ jenjang yang lebih tinggi.

Jenjang pendidikan seseorang adalah jenjang pendidikan formal pernah

ditempuh seseorang tersebut atau ijazah terakhir yang dimiliki seseorang.

Jenjang pendidikan formal tersebut adalah jenjang pendidikan sekolah

sebagaimana yang telah diatur oleh pemerintah Pasal 14 Undang - Undang RI

Nomor 20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa ”jenjang pendidikan formal

terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi”

(Anonim, 2003: 11).

Sebetulnya pendidikan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja,

baik lingkungan keluarga, sekolah dan dalam lingkungan masyarakat. Dalam

pendidikan sehari-hari dapat dibedakan tiga jalur pendidikan, yaitu:

a. Pendidikan Formal

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa yang dimaksud pendidikan

formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri

atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi

(Anonim, 2003: 5).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sistematis. Yang termasuk jalur pendidikan sekolah antara lain:

1) Pendidikan umum

Pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan

peningkatan ketrampilan peserta dengan mengharuskan yang diwujudkan

pada tingkah laku akhir pada akhir masa pendidikan, misalnya pendidikan

SD, pendidikan SMP, pendidikan SMA.

2) Pendidikan kejuruanan

Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk program

bekerja dalam bidang tertentu. Program Pendidikan Kejuruan dilaksankan

oleh Sekolah Menengah Kejuruan atau sering disingkat SMK. Sekolah

Menengah Kejuruan biasanya membuka beberapa pilihan jurusan atau

spesialisasi, misalnya elektronika, otomotif, Teknik Informatika dan

Komputer, akutansi, listrik.

3) Pendidikan luar sekolah

Pendidikan yang khusus diselenggarakan untuk peserta didik yang

menyandang kelainan fisik dan atau mental, misalnya pendidikan SLB.

4) Pendidikan Kedinasan

Pendidikan kedinasan yang berusaha menghasilkan kemampuan

atau lembaga pendidikan non departemen, misalnya prajabatan, sepala,

sepadya.

5) Pendidikan Keagamaan

Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id khusus tentang ajaran agama, misalnya Madarasah Ibtidaiyah(MI),

Madarasah Tsanawiyah (MTs), Madarasah Alliyah (MA). Pendidikan

tersebut dilaksanakan di bawah naungan Kementerian Agama Republik

Indonesia.

b. Pendidikan Nonformal

Yang dimaksud pendidikan Nonformal menurut Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal

yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (Anonim, 2003:5).

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang

memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,

penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung

pendidikan sepanjang hayat (Long life education).

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup (life

skills), pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan kepemudaan,

pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan

keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan

lain yang ditujukan mengembangkan kemampuan peserta didik.

Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga

pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis

taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Kursus dan pelatihan

diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Pendidikan nonformal ini tercipta karena adanya desakan kepentingan

masyarakat yang secara terus-menerus membelajarkan dirinya guna

membekali diri dalam persaingan yang semakin ketat. Pendidikan nonformal

ini secara nyata dapat berwujud kursus, pelatihan, penataran, program

magang dan sebagainya. Pendidikan nonformal dapat dikatakan sebagai

pelengkap pendidikan formal yang berupa pengalaman praktis yang langsung

dapat digunakan.

c. Jalur Pendidikan Informal

Pendidikan informal sering disebut pendidikan keluarga karena

berlangsung di dalam keluarga. Sanapiah Faisal dan Abdillah (1981:46)

menyatakan bahwa pendidikan informal, adalah apa yang dipelajari

seseorang dalam seluruh kehidupannya yang diterima melalui pengalaman

dan interaksi keseharian dengan orang-orang tertentu di lingkungan sosial

maupun pekerjaannya.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa yang

dimaksud dengan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan

lingkungan (Anonim,2003: 6).

Dari kutipan tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan informal

dilakukan oleh keluarga dan lingkungannya secara mandiri. Pendidikan

informal dilakukan oleh orang tua kepada anaknya dan orang yang lebih

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D.Pendapatan

1. Pengertian Pendapatan

Dalam mengukur tingkat ekonomi keluarga secara lebih spesifik dapat diketahui dari pendapatan keluarga. Pengertian pendapatan keluarga menurut Wolf-Birkenbihil dalam Bambang Riyanto (2001:9) menyatakan bahwa :

”pendapatan adalah hasil yang didapat berbentuk uang riil dari usaha- usaha untuk menyediakannya. Pendapatan dari setiap keluarga berasal dari sumber yang berbeda dan selalu berubah sesuai dengan kesempatannya terhadap musim, waktu, pasar tenaga di setiap waktu”.

Pengertian pendapatan menurut Mulyanto Soemardi (1982: 35) bahwa:

”pendapatan adalah uang yang diterima dan diberikan kepada subyek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan yaitu berupa pendapatan dari pekerjaan,pendapatan dari profesi yang dilakukan sendiri atau usaha perseorangan dan pendapatan dari kekayaan serta dari sektor sub sistem. Pendapatan sub sistem adalah pendapatan yang diterima dari usaha-usaha tambahan yang tidak dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sekeluarga”.

Lieffman dalam Bambang Riyanto (2001:9) memberikan definisi yang

lebih maju dengan menyatakan bahwa pendapatan itu meliputi uang dan barang

(yang dapat dinilai dengan uang) yang mana hasil dari usaha untuk menyediakan

uang sehingga dapat mencukupi kebutuhannya sehari-hari.

Uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah

nilai uang riil yang didapat dari usaha-usaha penyediaan dana oleh seseorang.

Pendapatan yang diterima keluarga, baik itu rendah, cukup, atau tinggi adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mengkonsumsi pendapatannya.

2. Pengertian Keluarga dan Kepala Keluarga

Keluarga diartikan sebagai sesuatu satuan sosial terkecil yang memiliki

manusia sebagai makhluk sosial yang ditandai adanya kerjasama ekonomi

(Munandar Soeleman, 2001: 115).

Dengan kata lain dapat dikatakan keluarga adalah sekumpulan orang

yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang hidup dalam ikatan hubungan

pernikahan yang sah menurut peraturan agama maupun peraturan negara.

Bentuk keluarga pada umumnya terdiri dari seorang suami, seorang istri

dan anak-anak yang biasanya tinggal dalam satu rumah yang sama atau biasanya

disebut keluarga inti.

Besar kecilnya keluarga ditentukan oleh banyak sedikitnya anggota

keluarga. Besar kecilnya keluarga ikut menentukan besar kecilnya kegiatan dalam

sub sistem dan pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan konsumsi.

Menurut Rozy Munir (1987: 18-20) mengemukakan bahwa :

”Kepala Keluarga adalah seorang pemimpin dari keluarga yang dibangun dengan kehendak bersama bukan karena paksaan antara sepasang suami istri dan anak-anaknya. Kepala keluarga biasanya adalah suami, dan dapat digantikan oleh istri jika suami sudah meninggal atau keluarga tersebut melakukan perceraian”.

Dari uraian di atas maka yang dimaksud kepala keluarga dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id suami. Jika suami meninggal atau terjadi proses perceraian maka kepala keluarga

dapat digantikan oleh seorang istri.

3. Pengertian Pendapatan Keluarga

Pada umumnya tingkat pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor

penting dalam menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Menurut Soemitro

(1985: 21) bahwa tinggi rendahnya taraf hidup seseorang tergantung pada tinggi

rendahnya penghasilan seseorang, makin banyak penghasilan seseorang makin

tinggi taraf hidupnya. Selanjutnya dikemukakan bahwa tingkat pendapatan adalah

pendapatan yang diperoleh kepala keluaraga beserta anggota keluarganya yang

bersumber dari sektor formal, sektor informal, dan sektor sub sistem dalam waktu

satu bulan yang diukur berdasarkan rupiah (Mulyanto Soemardi dan Hans Dieter

Evers, 1982: 8). Salah satu cara menghitung besarnya pendapatan atau

penghasilan menurut Mulyanto Soemardi dan Hans Dieter Evers (1982: 292)

dapat dihitung berdasarkan tiga sumber utama yaitu : a. Pendapatan tetap

(formal): yaitu pendapatan yang diperoleh dari hasil pekerjaan pokok;

b. Pendapatan tidak tetap (informal): yaitu pendapatan yang diperoleh dari hasil

pekerjaan sampingan; c. Pendapatan sub sistem: yaitu pendapatan yang tidak

dengan uang atau tanpa menukar barang.

Menurut Mulyanto Soemardi dan Hans Dieter Evers (1982: 227) besar

pendapatan keluarga dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Golongan berpenghasilan sangat rendah (lowest income group).

b. Golongan berpenghasilan rendah (low income group)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id d. Golongan berpenghasilan rata-rata atau golongan menengah (middle income

group)

e. Golongan berpenghasilan tinggi atau berpenghasilan di atas rata-rata (high income group).

Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan lebih singkat dan jelas bahwa

pendapatan keluarga adalah penghasilan yang diperoleh kepala keluarga beserta

anggota keluarganya selama satu bulan yang dinilai dengan satuan ukuran uang

(rupiah) setelah dikurangi biaya hidup keluarga.

4. Faktor-faktor Pendapatan

Faktor penting dalam pendapatan menurut Van Home dalam Bambang

Riyanto (2001:10) adalah: a. untuk mencukupi kebutuhan dan investasi; b. cara

melakukan usaha untuk mendapatkan pendapatan; c. kepuasan mendapatkan

imbalan yang sesuai dengan usaha.

Menurut Heidrachman dan Suad Husnan (1990:139) faktor penting yang

mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan seseorang adalah: a. Kebutuhan dan

permintaan tenaga kerja suatu organisasi pemerintah ataupun swasta;

b. Kemampuan orang yang bekerja dan yang membayar upah; c. Produktivitas;

d. Biaya hidup orang yang bekerja; e. Kebijaksanaan pemerintah.

Selain beberapa faktor yang diuraikan tersebut di atas maka penulis

dapat tambahkan bebrapa faktor lain yang mempengaruhi pendapatan keluarga

sebagai berikut:

a. Jumlah orang yang bekerja dalam suatu keluarga.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id investasi yang diperoleh dalam keluarga akan semakin besar.

b. Jumlah orang yang tidak bekerja dalam suatu keluarga

Semakin banyak orang yang tidak bekerja dalam suatu keluarga maka

beban hidup yang ditanggung oleh keluarga tersebut akan semakin tinggi atau

besar. Sehingga sisa investasi yang diperoleh dari hasil bekerja tinggal sedikit.

Dengan demikian maka pendapatan bersih keluarga menjadi kecil.

c. Sikap dan jiwa kewirausahaan.

Seseorang yang memiliki sikap dan jiwa kewirausahaan yang tinggi

akan mampu menumbuhkembangkan dan menciptakan sikap mental yang

kreatif, inovatif, professional, bertanggungjawab, serta berani menggung

resiko dalam mengelola potensi diri dan lingkungannya sebagai bekal untuk

meningkata berani menggung resiko dalam mengelola potensi diri dan

lingkungannya sebagai bekal untuk meningkatkan pendapatan dan kualitas

hidupnya.

d. Jenis ketrampilan dan pekerjaan

Orang yang memiliki ketrampilan rendah maka penghasilan yang

diperoleh dari pekerjaannya akan rendah pula. Sebaliknya semakin tinggi

ketrampilan seseorang maka penghasilan yang diperoleh dari pekerjaannya

akan semakin tinggi. Sebagai contoh orang yang bekerja sebagai sekretaris

perusahaan yang mampu mengoperasikan komputer atau laptop akan

mendapatkan gaji yang lebih tinggi daripada orang yang bekerja sebagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Tingkat Kesejahteraan Keluarga

Keluarga yang sejahtera dan bahagia merupakan dambaan setiap orang.

Penilaian kesejahteraan penduduk dapat dilihat atau diukur dari aspek dan sangat

bervariasi. Ada yang menggunakan pendekatan ekonomi, ada pula yang

menggunakan pendekatan sosial.

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Propinsi Jawa

Tengah (1994: 4) disebutkan bahwa keluarga sejahtera dikelompokkan atas 5

(lima) tahap atau kategori dilihat dari segi tahapan pencapaian kesejahteraannya,

yaitu:

a. Keluarga Pra Sejahtera

1) Tidak dapat melaksanakan ibadah menurut agamanya;

2) Seluruh anggota keluarga tidak mampu makan dua kali sehari;

3) Seluruh anggota keluarga tidak memiliki pakaian berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah dan bepergian;

4) Bagian terluas dari rumah berlantai tanah;

5) Tidak mampu membawa anggota keluarga ke sarana kesehatan. b. Keluarga Sejahtera Tahap I

1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan agama; 2) Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih;

3) Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/ sekolah dan bepergian;

4) Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah

5) Anak sakit atau Pasangan Usia Subur (PUS) ingin ber KB dibawa ke sarana kesehatan.

c. Keluarga Sejahtera Tahap II

1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan agama secara teratur;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3) Setahun terakhir anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel

pakaian baru;

4) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni;

5) Tiga bulan terakhir anggota keluarga dalam keadaan sehat dan dapat melaksanakan tugas/ fungsi masing-masing;

6) Ada anggota keluarga umur15 tahun ke atas berpenghasilan tetap; 7) Anggota keluarga umur 10 – 60 tahun bisa baca tulis

8) PUS dengan anak hidup 2 atau lebih saat ini memakai kontrasepsi. d. Keluarga Sejahtera Tahap III

1) Berupaya meningkatkan pengetahuan agama; 2) Sebagian penghasilan keluarga ditabung;

3) Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang sekali sehari dan dimanfaatkan untuk berkomunikasi;

4) Keluarga sering ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal;

5) Keluarga berekreasi di luar rumah paling kurang sekali dalam enam bulan; 6) Keluarga memperoleh berita dari surat kabar/radio/TV/majalah;

7) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi setempat. e. Keluarga Sejahtera tahap III Plus

1) Keluarga secara teratur dengan sukarela memberikan sumbangan materiil untuk kegiatan sosial;

2) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan / yayasan / institusi masyarakat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin sejahtera maka

keluarga tersebut semakin banyak dapat melakukan aktivitas untuk mencukupi

kebutuhan hidupnya.

E.Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah

Dokumen terkait