• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.5 Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara

Keefektifan berbicara ditentukan oleh beberapa faktor. Menurut Arsjad (1988: 17-22), ada dua faktor yang menentukan keefektifan berbicara yaitu faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan. Kedua faktor tersebut dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.

2.2.5.1Faktor kebahasaan

Ada empat faktor kebahasaan yang mempengaruhi keefektifan berbicara. Keempat faktor itu meliputi: 1) ketepatan ucapan, 2) penempatan tekanan, penempatan persendian, penggunaan nada/irama, dan durasi yang sesuai, 3) pilihan kata (diksi), dan 4) ketepatan sasaran pembicaraan. Faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

2.2.6.1.1 Ketepatan ucapan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar. Setiap orang pasti memiliki pola ucapan dan artikulasi yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh asal daerah dan lingkungan pembicara. Selain itu, setiap orang juga mempunyai gaya tersendiri dan berubah-ubah dalam berbicara. Hal ini disesuaikan dengan pokok pembicaraan, perasaan,

dan sasaran pembicaraan. Namun, apabila perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok sampai menjadi penyimpangan, keefektifan komunikasi akan terganggu.

2.2.6.1.2 Penempatan tekanan, penempatan persendian, penggunaan nada/irama, dan durasi yang sesuai

Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Penyampaian masalah akan bisa menjadi lebih menarik bila disampaikan dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, meskipun masalahnya kurang menarik. Namun, jika penyampaian pembicaraan selalu datar, bisa menimbulkan kejemuan dan pembicaraan menjadi kurang efektif.

2.2.6.1.3 Pilihan kata (diksi)

Dalam berbicara, pembicara hendaknya menggunakan pilihan kata yang tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas berarti mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran pembicara. Pembicara sebaiknya menyesuaikan dengan pokok pembicaraan dan latar belakang pendengar. Selain itu, pembicara sebaiknya menguasai kata-kata yang diucapkan. Pendengar akan lebih tertarik dan senang mendengarkan kalau pembicara dapat berbicara dengan jelas dalam bahasa yang dikuasainya.

Ketepatan sasaran pembicaraan menyangkut pemakaian kalimat efektif. Kalimat efektif dapat memudahkan pendengar untuk memahami maksud pembicaraan. Ciri-ciri kalimat efektif yaitu keutuhan, perpautan, pemusatan perhatian, dan kehematan. Ciri keutuhan akan terlihat jika setiap kata betul-betul merupakan bagian yang padu dari sebuah kalimat. Ciri perpautan berkaitan dengan hubungan antara unsur-unsur kalimat, misalnya antara kata dengan kata, frase dengan frase dalam sebuah kalimat. Hubungan itu harus jelas dan logis. Pemusatan perhatian pada bagian yang terpenting dalam kalimat dapat dicapai dengan menempatkan bagian itu pada awal atau akhir kalimat sehingga bagian itu mendapat tekanan pada waktu berbicara. Ciri kehematan artinya pembicara harus pandai memilih kata dengan kalimat yang singkat dan dapat dipahami pendengar. Dengan demikian, banyaknya kata yang tidak berfungsi dapat dihindari.

2.2.5.2Faktor nonkebahasaan

Bila dibandingkan dengan faktor kebahasaan, keefektifan berbicara lebih banyak dipengaruhi oleh faktor nonkebahasaan. Ada delapan faktor nonkebahasaan yang mempengaruhi kefektifan berbicara. Kedelapan faktor itu meliputi: 1) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku, 2) pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara, 3) kesediaan menghargai pendapat orang lain, 4) gerak-gerik dan mimik yang tepat, 5) kenyaringan suara, 6) kelancaran, 7) relevansi atau penalaran, dan 8) penguasaan topik. Penjelasan dari faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada bagian di bawah ini.

Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku harus ditunjukkan oleh seorang pembicara, terlebih pada awal pembicaraan. Apabila pendengar sudah tertarik pada kesan pertama pembicaraan, pendengar tentu saja akan mendengarkan pembicaraan selanjutnya dengan seksama. Sikap yang wajar dapat menunjukkan otoritas dan integritas dirinya. Sikap ini sangat banyak ditentukan oleh situasi, tempat, dan penguasaan materi.

2.2.5.2.2 Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara

Pandangan pembicara saat berbicara harus diarahkan kepada lawan bicara. Hal ini penting karena lawan bicara menjadi merasa terlibat dan diperhatikan dalam pembicaraan. Dengan demikian, lawan bicara akan memperhatikan pembicaraan.

2.2.5.2.3 Kesediaan menghargai pendapat orang lain

Dalam menyampaikan isi pembicaraan, seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka. Sikap terbuka dalam kalimat tersebut berarti dapat menerima pendapat pihak lain, bersedia menerima kritik, dan bersedia mengubah pendapatnya kalau ternyata memang keliru. Namun, pembicara juga harus tetap mampu mempertahankan pendapatnya dan meyakinkan orang lain dengan syarat pendapatnya mengandung argumentasi yang betul-betul diyakini kebenarannya.

Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat menunjang keefektifan berbicara. Hal-hal yang penting selain mendapat tekanan, bisa disampaikan dengan gerak tangan dan mimik. Hal ini dapat menghidupkan komunikasi, artinya tidak kaku. Namun, gerak-gerik dan mimik pembicara harus wajar karena bila berlebihan akan mengganggu keefektifan berbicara.

2.2.5.2.5 Kenyaringan suara

Tingkat kenyaringan suara disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar, dan akustik. Dalam hal ini, pembicara tidak perlu berteriak. Pembicara perlu mengatur kenyaringan suara dan mengingat kemungkinan gangguan dari luar supaya suara pembicara dapat didengar oleh semua pendengar dengan jelas.

2.2.5.2.6 Kelancaran

Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya. Pembicara yang berbicara terputus-putus dan antara bagian yang terputus diselipkan bunyi-bunyi seperti bunyi /ee/, /oo/, /aa/, dan sebagainya sangat mengganggu pendengar untuk menangkap isi pembicaraan. Selain itu, pembicara yang terlalu cepat dalam berbicara juga dapat menyulitkan pendengar untuk menangkap isi pembicaraan.

Gagasan demi gagasan yang disampaikan pembicara harus berhubungan dengan logis. Selain itu, proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan juga harus logis. Hal ini berarti hubungan kalimat dengan kalimat harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan.

2.2.5.2.8 Penguasaan topik

Pembicara harus menguasai topik yang akan dibicarakan. Oleh karena itu, pembicara perlu mengadakan persiapan. Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran dalam berbicara. Jadi, penguasaan topik sangat penting, bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara.