• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Faktor-faktor Penyebab Kesalahan

1. Menurut Bruton (1952) faktor-faktor penyebab kesalahan siswa dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu:

a. Faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa, antara lain:

1) Kelemahan secara fisik, seperti: suatu pusat susunan syaraf tidak berkembang secara sempurna luka atau cacat, atau sakit, sehingga sering membawa gangguan emosional; dan penyakit menahun (asma, dan sebagainya) menghambat usaha-usaha belajar optimal.

2) Kelemahan-kelemahan secara mental (baik kelemahan yang dibawa sejak lahir maupun karena pengalaman) yang sukar diatasi oleh individu yang bersangkutan dan juga oleh pendidikan, antara lain: kelemahan mental (taraf kecerdasannya memang kurang); nampaknya seperti kelemahan mental, tetapi sebenarnya: kurang minat, kebimbangan, kurang usaha, aktivitas

yang tidak terarah, kurang semangat (kurang gizi, kelelahan, dan sebagainya), kurang menguasai ketrampilan dan kebiasaan fundamental dalam belajar.

3) Kelemahan-kelemahan emosional, antara lain: terdapatnya rasa tidak aman (insecurity); penyesuaian yang salah (adjusment) terhadap orang-orang, situasi dan tuntutan-tuntutan tugas dan lingkungan; tercekam rasa pobia (takut, benci, dan antipati), mekanisme pertahanan diri; tidak matangan (immaturity). 4) Kelemahan yang disebabkan oleh karena kebiasaan dan

sikap-sikap yang salah, antara lain: banyak melakukan aktivitas yang bertentangan dan tidak menunjang pekerjaan sekolah, menolak atau malas belajar; kurang berani dan gagal untuk berusaha memusatkan perhatian; kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab; sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran; gugup.

5) Tidak memiliki ketrampilan-ketrampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan, seperti: ketidak mampuan membaca, berhitung, kurang menguasai pengetahuan dasar untuk sesuatu bidang studi yang sedang diikutinya secara sekuensial (meningkat dan beruntun), kurang menguasai bahasa asing; memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah.

b. Faktor-faktor yang terletak di luar siswa (situasi sekolah dan masyarakat), antara lain:

1) Kurikulum yang seragam, bahan dan buku-buku (sumber) yang tidak sesuai dengan tingkat-tingkat kematangan dan perbedaan-perbedaan individu.

2) Ketidak sesuaian standar administratif (sistem pengajaran, penilaian, pengelolaan kegiatan dan pengalaman belajar mengajar, dan sebagainya.

3) Terlalu berat beban belajar (siswa) dan atau mengajar (guru), terlampau besar populasi siswa dalam kelas, terlalu banyak menuntut kegiatan di luar, dan sebagainya.

4) Terlalu sering pindah sekolah, atau program, tinggal kelas dan sebagainya.

5) Kelemahan dari sistem belajar mengajar pada tingkat-tingkat pendidikan (dasar asal) sebelumnya.

6) Kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga (pendidikan, status sosial ekonomi, keutuhan keluarga, ketentraman dan keamanan sosial psikologis dan sebagainya). 7) Terlalu banyak kegiatan di luar jam pelajaran sekolah atau

terlalu banyak terlibat dalam kegiatan extra-curricular. 8) Kekurangan makan (gizi) dan sebagainya.

2. Koestoer dalam Mulyadi (2008) mengidentifikasi kemungkinan sebab kesulitan belajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu: a. Kondisi-kondisi fisiologis yang permanen

Kemungkinan-kemungkinan sebab kesulitan belajar karena kondisi-kondisi fisiologis yang permanen meliputi:

1) Inteligensi yang terbatas

Setiap anak mempunyai kemampuan inteligensi yang berbeda-beda, padahal kemampuan inteligensi tersebut sangat berpengaruh terhadap belajar anak. Anak yang mempunyai kemampuan inteligensi terbatas, kurang mampu menguasai konsep-konsep yang abstrak dengan kecepatan sama seperti teman-temannya yang mempunyai kemampuan inteligensi lebih tinggi.

2) Hambatan yang persepsi

Murid yang mengalami hambatan persepsi tidak dapat belajar dengan baik, jika memakai metode yang biasanya diterapkan pada sebagian besar murid yang lain. Dengan menggunakan teknik-teknik dan materi-materi belajar yang khusus, ada harapan murid yang mengalami hambatan persepsi dapat mengatasi kesulitannya dan mencapai tujuan pengajaran yang berbeda.

3) Hambatan penglihatan dan pendengaran

Indera yang terpenting untuk belajar di sekolah adalah penglihatan dan pendengaran. Apabila mekanisme mata atau telinga kurang berfungsi, maka kesan yang diperoleh seorang anak dari guru akan menyimpang atau bahkan tidak memperolehnya. Jadi setelah guru menyajikan pelajaran, terdapat murid yang gagal mempelajari, penyebabnya mungkin mata atau telinga murid tidak berfungsi sebagaimana mestinya. b. Kondisi-kondisi fisiologis yang temporer

Kemungkinan-kemungkinan sebab kesulitan belajar karena kondisi-kondisi fisiologis yang temporer meliputi:

1) Masalah makanan

Anak yang kekurangan vitamin, protein atau kekurangan substansi lain yang diperlukan, maka dampak negatifnya akan merasa cepat capai, tidak dapat memusatkan perhatian terhadap kegiatan belajar.

2) Kecanduan (drugs)

Alkohol, ganja, dan sejenisnya dapat menimbulkan ketagihan. Ketika sudah merasa ketagihannya bertambah besar, maka tidak dapat memusatkan perhatian, tidak dapat menyelesaikan pekerjaan rumah serta sulit memahami konsep-konsep baru.

3) Kecapaian/ kelelahan

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Orang dalam keadaan sehat jasmaninya akan berbeda hasil belajarnya dengan orang yang kondisi jasmani dalam keadaan lelah. Seseorang dalam kondisi kelelahan tidak mudah menerima pelajaran, bahkan mudah mengantuk, sehingga prestasi belajarnya rendah.

c. Pengaruh-pengaruh lingkungan sosial yang permanen

1) Harapan orang tua terlalu tinggi, tidak sesuai dengan kemampuan anak

Setiap orang tua mengharapkan agar anaknya berhasil dalam studi, meskipun kadang-kadang tanpa memperhatikan kemampuan/ taraf inteligensi anak tersebut.

2) Konflik keluarga

Jika sering terjadi pertengkaran antara kedua orang tua akan mengakibatkan kegoncangan rumah tangga sehingga hal ini akan mengganggu pertumbuhan jiwa anak. Mungkin saja pertengkaran itu terjadi karena faktor ekonomi atau dalam cara mendidik, sehingga anak akan memihak kepada salah satu orang tua dan menentang yang lainnya. Konflik keluarga yang demikian menyebabkan anak mengalami kecemasan batin sehingga menimbulkan kesulitan belajar.

d. Pengaruh-pengaruh lingkungan sosial yang temporer

1) Ada bagian-bagian dalam urutan belajar yang belum dipahami Murid akan terdorong mempelajari hal baru, jika telah memiliki bekal yang merupakan prasyarat bagi pelajaran itu. Apabila guru mengabaikan hal ini bisa menimbulkan kesulitan belajar murid dan murid akan frustasi terutama mereka yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran.

2) Kurang adanya motivasi

Adanya motivasi akan dapat mendorong belajar sebaliknya kurang adanya motivasi akan memperlemah semangat belajar. Motivasi belajar ini sangat erat hubungannya dengan adanya suatu kebutuhan.

Melihat faktor-faktor penyebab yang dikemukakan oleh Entang dan Koestoer maka peneliti memilih untuk menggunakan faktor-faktor penyebab menurut Koestoer. Hal ini dikarenakan faktor-faktor penyebab yang dikemukakan oleh Koestoer lebih spesifik.

Dokumen terkait