• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor Penyebab Maraknya Kasus Curanmor

Dalam dokumen Pertanyaan Tingkat Tinggi dan Lembar Kerja (Halaman 94-99)

Peristiwa-peristiwa kejahatan yang terjadi disebabkan oleh banyak faktor. Apabila dilihat dari pelaku kejahatan maka bisa saya kategorikan menjadi dua golongan besar, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Banyak studi, penelitian maupun kajian tentang kejahatan ini, namun saya membahas berdasarkan fakta dan pengalaman saya sendiri. Faktor internal dapat saya bagi lagi menjadi dua yaitu motivasi dan kondisi psikologis dari pelaku. Motivasi pelaku akan terkait erat dengan faktor-faktor eksternal yang akan kita bahas nanti, sedangkan kondisi psikologis erat kaitannya dengan asumsi bahwa kecenderungan setiap manusia berperilaku menyimpang.

Sedangkan faktor eksternal dapat kita bagi menjadi beberapa bagian, yaitu faktor ekonomi, faktor calon korban kejahatan, masyarakat, hukum dan penegak hukum. Selanjutnya, akan kita bahas mengenai faktor internal pelaku. Banyak teori motivasi yang dapat kita gunakan untuk membahas permasalahan terjadinya kejahatan pencurian kendaraan bermotor. Saya ambil simplenya saja bahwa kebutuhan dasar manusia (basic need) adalah makan, pakaian dan perumahan. Fakta di lapangan, pelaku curanmor termotivasi menjadi pelaku kejahatan lebih banyak didasari oleh motivasi untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut.

Faktor internal kedua yaitu kondisi psikologis atau kejiwaan dari pelaku. Asumsi bahwa setiap individu mempunyai potensi untuk berperilaku menyimpang, pencurian dapat saya masukan ke dalam perilaku menyimpang karena ada beberapa norma yang dilanggar yaitu norma hukum dan norma agama. Kondisi kejiwaan ini sangat dipengaruhi juga oleh seberapa besar motivasi yang timbul untuk mendukung terciptanya suatu perilaku menyimpang. Potensi individu untuk berperilaku menyimpang juga tidak terlepas dari kontrol sosial. Kontrol sosial ini dapat timbul dari diri pribadi maupun dari masyarakat sekitar. Apabila kontrol sosial berjalan dan lebih besar dari motivasi pribadi untuk berbuat kejahatan maka tidak akan terjadi perilaku menyimpang tersebut.

Sekarang kita bahas satu persatu faktor eksternal yang memengaruhi terjadinya curanmor. Pertama, faktor ekonomi. Kondisi perekonomian secara mikro mengalami perkembangan signifikan, namun kondisi ekonomi makro tidak demikian adanya. Kebijakan pemerintah menaikkan BBM berimbas kepada seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat. Masyarakat kelas menengah ke atas mungkin tidak akan terlalu merasakan dampaknya, namun masyarakat yang berada pada strata di bawahnya akan sangat merasakan dampaknya. Banyaknya pengangguran turut serta ambil bagian dalam terjadinya berbagai macam kejahatan termasuk curanmor.

Kedua, calon korban. Dibeberapa jenis kejahatan, korban memberikan peran terhadap terjadinya suatu kejahatan. Misalnya, seorang ibu yang pergi ke pasar dengan memakai perhiasan berlebihan akan mengundang timbulnya niat dari pelaku kejahatan untuk

187 Literasi Lintas Kurikulum: Bahasa Indonesia

Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II

UNIT 8a

melakukan perampasan atau pencurian terhadap perhiasan tersebut, demikian halnya dengan curanmor. Korban rata-rata memarkir kendaraan hanya dengan mengunci stir saja tanpa dilengkapi kunci pengaman lainnya. Ini lebih disebabkan karena calon korban yang kurang hati-hati dan terlalu menyepelekan suatu keadaan. Korban yang kurang hati-hati juga disebabkan banyak faktor, antara lain memang lupa atau alpa sehingga tidak mengunci stir atau memberikan kunci tambahan, memarkir kendaraan jauh dari pengawasan, merasa aman karena sudah mengasuransikan kendaraannya dan lain-lain.

Kondisi korban seperti inilah yang dapat kita sebut sebagai suitable target atau target yang sangat dinantikan oleh pelaku kejahatan. Dalam berbagai macam kasus curanmor pelaku hanya membutuhkan waktu puluhan detik saja.

Faktor ketiga adalah Kondisi masyarakat. Kita semua tahu bagaimana kondisi masyarakat kita saat ini. Masyarakat yang menurut saya sudah dalam taraf apatis (tidak peduli) terutama di kota-kota besar yang merupakan salah satu ciri masyarakat perkotaan.

Masyarakat yang apatis ini membuat tidak adanya atau berkurangnya kontrol sosial yang ada di masyarakat. Semakin lemah kontrol sosial maka kejahatan akan semakin besar terjadi demikian sebaliknya. Contohnya, pelaku kriminal adalah bagian dari masyarakat, mustahil apabila tetangga atau teman dekat atau keluarga tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh pelaku kejahatan ini. Apabila seseorang tidak bekerja namun memiliki uang dan bisa membeli sesuatu maka sebagai keluarga, teman, atau tetangga seharusnya mulai bertanya, dari mana dia mendapat uang?

Bukan mencurigai, namun itulah wujud dari kepedulian yang merupakan bagian dari kontrol sosial. Satu contoh lagi ada beberapa kasus curanmor terjadi ketika korban sedang bertamu atau berkunjung ke rumah seseorang. Apabila ada kontrol sosial, maka sewajarnya ada yang mengingatkan awas hati-hati kendaraannya, parkir kendaraan yang bisa diawasi atau parkir kendaraan di halaman rumah atau peringatan yang lainnya. Kondisi masyarakat lain yang berperan sangat besar terhadap maraknya kasus curanmor adalah masih banyak masyarakat kita yang mau membeli kendaraan atau onderdil kendaraan yang patut diduga hasil kejahatan. Bayangkan apabila masyarakat mengerti dan sepakat untuk tidak mau membeli barang-barang tersebut maka saya yakin dan percaya tidak akan ada lagi pencurian kendaraan bermotor.

Faktor keempat adalah hukum. Hukum yang saya maksud di sini adalah hukum formal dan hukum material yang menyangkut tindak pidana yaitu KUHAP dan KUHP. Semua praktisi maupun akademisi sepakat bahwa KUHP dan KUHAP kita sudah ketinggalan jaman dan perlu segera direfisi, namun kenyataannya sampai sekarang belum juga ada realisasinya. Tujuan hukum adalah membuat masyarakat teratur, sedangkan tujuan dari pemidanaan adalah terciptanya dan terjaminnya suatu keadilan di masyarakat. Disamping membuat jera pelaku kejahatan maka pemidanaan diharapkan dapat mengembalikan pelaku kejahatan ke jalan yang benar.

188 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II

Literasi Lintas Kurikulum: Bahasa Indonesia

UNIT 8a

Di dalam KUHP ancaman hukuman untuk semua jenis pencurian harus ditinjau ulang. Seharusnya ada batasan yang jelas tentang hukuman minimal sehingga hakim mempunyai rambu-rambu yang jelas dalam memutuskan suatu vonis kepada para pelaku kejahatan. Dalam kondisi sekarang hakim dalam memberikan vonis terhadap pelaku pencurian di negara kita ini pasti beragam. Untuk kasus yang sama vonisnya pasti tidak akan sama meskipun banyak faktor yang menentukan seorang hakim untuk menentukan berat ringannya hukuman. Namun setidaknya apabila ada batasan minimal hukuman maka keberagaman tersebut tidak terlalu variatif.

Faktor yang kelima adalah penegak hukum. Berbicara penegak hukum menyangkut Polisi, Jaksa, Hakim dan Pengacara. Namun yang akan kita bahas di sini adalah khusus untuk Polisi sebagai penegak hukum di lapangan. Sebagaimana kita ketahui Polisi sepertinya kesulitan apabila dihadapkan pada kasus curanmor. Harus diakui bahwa mencegah saja sulit apalagi untuk mengungkap jaringan. Apabila kita ambil persentase antara kejadian curanmor dengan pengungkapan maka tidak lebih dari 20 %. Inilah yang kita namakan ketidakmampuan Polisi untuk memberikan rasa aman terhadap masyarakat. Lebih tepatnya adalah Polisi masih belum bisa sepenuhnya memberikan rasa aman terhadap masyarakat.

Pelaku kejahatan pastinya mempelajari kegiatan yang dilakukan oleh Polisi, baik Polisi yang berseragam maupun yang tidak berseragam. Dari pengungkapan kasus yang telah berhasil dilakukan pelaku kejahatan ini terlebih dulu mempelajari situasi lingkungan sekitar TKP sebelum melakukan aksinya. Mereka juga menggunakan sistem hunting (tidak mematok tempat untuk melakukan kejahatan) dimana ada kesempatan yang memungkinkan mereka mengambil kendaraan maka mereka akan melakukan aksinya. Biasanya mereka melakukan aksinya minimal 2 (dua) orang. Satu orang sebagai pemetik dan satu orang lagi sebagai pengawas situasi.

Ulasan di atas menggambarkan bagaimana terjadinya pencurian kendaraan bermotor dan kondisi yang menyebabkan semakin maraknya pencurian kendaraan bermotor. Ulasan ini jauh dari sempurna namun sedikit banyak dapat menguraikan tentang kejahatan pencurian kendaraan bermotor di negara ini.

189 Literasi Lintas Kurikulum: Bahasa Indonesia

Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II

UNIT 8a

L

LeemmbbaarrKKeerrjjaa PPeesseerrttaa88aa..44

R

Ruubbrriikk LLaappoorraann

A ASSPPEEKK SSKKOORR KKRRIITTEERRIIAA Isi 2

277--3300 Sangat Baik-Sempurna: menguasai topik tulisan; substantif; pengembangan teks observasi lengkap; relevan dengan topik yang dibahas

2

222--2266 Cukup-Baik: cukup menguasai permasalahan; cukup memadai; pengembangan observasi terbatas; relevan dengan topik tetapi kurang terperinci

1

177--2211 Sedang-Cukup: penguasaan permasalahan terbatas; substansi kurang; pengembangan topik tidak memadai

1

133--1166 Sangat-Kurang: tidak menguasai permasalahan; tidak ada substansi; tidak relevan; atau tidak layak dinilai Definisi umum; deskripsi bagian; dan deskripsi manfaat

Organisasi

1

188--2200 Sangat Baik-Sempurna: ekspresi lancar; gagasan diungkapkan dengan jelas; padat; tertata dengan baik; urutan logis; kohesif

1

144--1177 Cukup-Baik: kurang lancar; kurang terorganisasi tetapi ide utama ternyatakan; pendukung terbatas; logis tetapi tidak lengkap

1

100--1133 Sedang-Cukup: tidak lancar; gagasan kacau atau tidak terkait; urutan dan pengembangan kurang logis

7

7--99 Sangat-Kurang: tidak komunikatif; tidak terorganisasi; atau tidak layak dinilai

Kosakata

1

188--2200 Sangat Baik-Sempurna: penguasaan kata canggih; pilihan kata dan ungkapan efektif; menguasai pembentukan kata; penggunaan register tepat

1

144--1177 Cukup-Baik: penguasaan kata memadai; pilihan, bentuk, dan penggunaan kata/ungkapan kadang- kadang salah, tetapi tidak mengganggu

1

100--1133 Sedang-Cukup: penguasaan kata terbatas; sering terjadi kesalahan bentuk, pilihan, dan penggunaan kosakata/ungkapan; makna membingungkan atau tidak jelas

7

7--99 Sangat-Kurang: pengetahuan tentang kosakata, ungkapan, dan pembentukan kata rendah; tidak layak nilai

Penggunaan Bahasa

1

188--2200 Sangat Baik-Sempurna: konstruksi kompleks dan efektif; terdapat hanya sedikit kesalahan penggunaan bahasa (urutan/fungsi kata, artikel, pronomina, preposisi)

1

144--1177 Cukup-Baik: konstruksi sederhana tetapi efektif; terdapat kesalahan kecil pada konstruksi kompleks; terjadi sejumlah kesalahan penggunaan bahasa

(fungsi/urutan kata, artikel, pronomina, preposisi), tetapi makna cukup jelas

1

100--1133 Sedang-Cukup: terjadi banyak kesalahan dalam konstruksi kalimat

tunggal/kompleks (sering terjadi kesalahan pada kalimat negasi, urutan/ fungsi kata, artikel, pronomina, kalimat fragmen, pelesapan; makna membingungkan atau kabur

7

7--99 Sangat-Kurang: tidak menguasai tata kalimat; terdapat banyak kesalahan; tidak komunikatif; tidak layak dinilai

Penulisan

1

100 Sangat Baik-Sempurna: menguasai aturan penulisan; terdapat sedikit kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraph

6

6 Cukup-Baik: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf, tetapi tidak mengaburkan makna

4

4 Sedang-Cukup: sering terjadi kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf; tulisan tangan tidak jelas; makna membingungkan atau kabur

2

2 Sangat-Kurang: tidak menguasai aturan penulisan; terdapat banyak kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf; tulisan tidak terbaca; tidak layak dinilai

190 Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II

Literasi Lintas Kurikulum: Bahasa Indonesia

UNIT 8a

L

LeemmbbaarrKKeerrjjaa PPeesseerrttaa88aa..55

T

Teekkss LLaappoorraannHHaassiill OObbsseerrvvaassii

LAPORAN HASIL OBSERVASI HIU PAUS

(Whale Shark)

Hiu Paus atau Whale shark (Rhincodon typus) merupakan ikan hiu terbesar dan ikan terbesar di dunia. Hiu ini disebut hiu paus karena ukuran tubuhnya yang sangat besar dan bentuk kepalanya tumpul mirip paus. Namun ikan ini tidak dikelompokkan dalam jenis paus. Panjangnya bisa mencapai 14 meter dengan berat 15 ton. Ukuran rata-ratanya sekitar 7.6 m.

Hiu paus memiliki mulut besar yang lebarnya bisa sampai 1,4 meter. Mulutnya berada di ujung moncongnya, bukan pada bagian bawah kepala seperti ikan hiu pada umumnya. Ia memiliki kepala, lebar datar, moncong bulat, mata kecil, 5 celah insang yang sangat besar, 2 sirip punggung, dan 2 sirip dada (di sisi-sisinya). Hiu paus memiliki 3.000 gigi yang sangat kecil tetapi jarang digunakan. Hiu paus merupakan penyaring makanan (filter feeder) menggunakan insangnya yang besar.

Ikan ini memiliki warna tubuh dengan corak khas yaitu berbintik dan bergaris kuning muda dengan pola acak pada kulitnya yang berwarna abu-abu tua. Kulitnya sangat tebal mencapai 10 cm. Ekornya memiliki sirip bagian atas jauh lebih besar daripada sirip bagian bawah.

Meskipun ikan ini namanya hiu paus, namun ikan ini tidak menakutkan karena makanan utamanya adalah plankton. Hiu paus makan dengan menyaring air laut menyerupai kebanyakan jenis paus. Disebut pula dengan nama hiu tutul merujuk pada pola warna di punggungnya yang bertotol-totol, serupa bintang di langit.

Ikan ini dapat hidup di dekat pantai maupun di lepas pantai. Namun, menghabiskan lebih banyak hidupnya di dekat permukaan air. Hal tersebut berkaitan erat dengan makanannya yaitu plankton dan biota kecil lainnya yang berada di permukaan. Hiu Paus merupakan hewan yang soliter, sehingga sangat jarang ditemukan dalam kumpulan yang besar. Hiu paus mempunyai persebaran yang luas dan hidup di perairan panas di lintang ±30-40 derajat di daerah Equator. Taman Nasional Laut Teluk Cendrawasih menjadi salah satu habitat hiu paus di dunia. Lebih 50 ekor hiu paus dapat dijumpai di lautan Kwantisore.

191 Literasi Lintas Kurikulum: Bahasa Indonesia

Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II

UNIT 8a

I

Innffoorrmmaassii TTaammbbaahhaann88aa..11

S

Sttrraatteeggii MMeennccaarrii IInnffoorrmmaassii

Dalam dokumen Pertanyaan Tingkat Tinggi dan Lembar Kerja (Halaman 94-99)