• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Anak Jalanan

D. Anak Jalanan

2. Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Anak Jalanan

Anak-anak jalanan merupakan menjadi masalah sosial di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Banyak kita saksikan keberadaan anak jalanan di sekitar perempatan lampu merah, di bus-bus kota, di depan

46

ArmaiArief, “Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan.” artikel diakses pada 7 Desember 2010 dari http://anjal.blogdrive.com/archive/11.html.

47

Hardius Usman,Determinan Dan Eksploitasi Pekerja Anak-Anak Di Indonesia: Analisis Data Susenas 2000 KOR,“(Tesis Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002), h. 24.

48

Hardius Usman,Determinan Dan Eksploitasi Pekerja Anak-Anak Di Indonesia: Analisis Data Susenas 2000 KOR., h. 24.

pertokoan, di kolong jembatan. Hal ini merupakan menjadi masalah sosial bangsa yang harus diselesaikan. Paling tidak ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya anak jalanan, yaitu:

a. Faktor Kemiskinan

Secara singkat, kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin.49

Masalah kemiskinan ini merupakan salah satu hal pemicu (to come) munculnya anak-anak jalanan. Anak yang seharusnya mendapatkan penghidupan maupun pendidikan yang layak dimasa kanak-kanak, ternyata harus memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Tidak sedikit orang tua yang mempekerjakan anak-anaknya yang dibawah umur untuk mencari uang bagi kehidupan keluarganya.

Faktor kemiskinan ini, merupakan faktor yang sangat kuat sebagai salah satu penyebab munculnya anak jalanan. Tingkat ekonomi keluarga yang sangat rendah sehingga mereka tidak dapat mencukupi kehidupannya

49

Parsudi Suparlan (penyunting),Kemiskinan di Perkotaan(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995), h. xi.

47

terpaksa anak-anak mereka menjadi korban, untuk menjadi anak jalanan untuk mencari kebutuhan ekonomi keluarganya.

Irwanto, menyebutkan bahwa kemiskinan merupakan faktor mendasar (underlying factor) munculnya pekerja anak. Sedang Bellamy mengatakan bahwa kekuatan yang paling kuat sekali mendorong anak-anak kedalam lingkungan pekerjaan yang membahayakan dan melemahkan adalah eksploitasi dari kemiskinan. Pada bagian lain, ILO dan UNICEF (1994) menyebutkan bahwa kemiskinan merupakan akar permasalahan terdalam, dan faktor utama anak-anak terjun ke dunia kerja. Bencana alam, buta huruf, ketidakberdayaan, kurangnya pilihan untuk bertahan hidup, yang lebih lanjut membuat buruk keadaan yang dihadapi keluarga, dan orang tua miskin merasa terpaksa meletakkan anaknya di dunia kerja.50

Di Indonesia kemiskinan pun menjadi penyebab utama anak-anak bekerja. Orang tua sangat membutuhkan tenaga anak-anaknya untuk membantu meningkatkan pendapatan rumah tangga. Asra, mengemukakan bahwa 35% orang tua akan mengalami penurunanpendapatan rumah tangganya jika anak mereka berhenti bekerja. Sedang Imawan dkk menemukan bahwa 23,5% pendapatan anak-anak yang bekerja diberikan untuk orang tuanya. Hal ini disebabkan karena anak-anak justru

50

Hardius Usman,Determinan Dan Eksploitasi Pekerja Anak-Anak Di Indonesia: Analisis Data Susenas 2000 KOR.. h. 33.

membutuhkan pekerjaan, karena keadaan ekonomi keluarganya yang miskin.51

Angka kemiskinan yang begitu tinggi menjadi pemicu munculnya anak-anak jalanan. Kemiskinan yang dialami oleh masyarakat menjadi mata rantai munculnya anak jalanan yang harus bekerja mencari kebutuhan ekonomi keluarganya di jalan. Dalam hal ini membiarkan anak untuk dipekerjakan berarti menjerumuskannya ke dalam lubang kemiskinan. b. Disfungsi Keluarga

Selain faktor kemiskinan sebagai penyebab munculnya anak jalanan. Ketidakberfungsian keluarga merupakan salah satu hal pemicu anak jalanan. Keluarga yang dianggap menjadi tempat yang nyaman menjadi suatu hal yang tidak nyaman bagi anak. Sering terjadi kekerasan dalam suatu keluarga ini yang menyebabkan anak terjun ke jalan. Keluarga broken home situasi keluarga yang dipenuhi dengan kekerasan-kekerasan, konflik antar orang tua, anak dengan orang tua, kakak dengan adik yang menyebabkan ketidaknyamanan dalam keluarga, perceraian orang tua, sehingga anak harus dititipkan oleh keluarga maupun orang lain, hal ini menjadi pemicu munculnya anak jalanan. Tidak berjalannya fungsi keluarga menyebabkan tidak adanya rasa aman dan nyaman sehingga anak banyak yang turun kejalan untuk menjadi anak jalanan

51

Hardius Usman,Determinan Dan Eksploitasi Pekerja Anak-Anak Di Indonesia: Analisis Data Susenas 2000 KOR.. h. 33-34.

49

BAB III

GAMBARAN UMUM LSM HUMUS

A. Sejarah Berdirinya LSM HUMUS

Berawal dari sekelompok mahasiswa jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang melakukan kegiatan sosial di wilayah Pinggir Kali Bekasi daerah Pasar Proyek Bekasi Timur sebagai program kerja dari KKN (Kuliah Kerja Nyata) pada tahun 2002. Kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) itu sendiri berlangsung selama satu bulan. Setelah program KKN (Kuliah Kerja Nyata) selesai dilakukan beberapa orang mahasiswa melanjutkan diskusinya mengenai Komunitas Pinggir Kali, Pasar Proyek Bekasi Timur dengan kerangka pengembangan komunitas (community development). Akhirnya diskusi berujung pada keputusan untuk terus melanjutkan kegiatan sosial secaraindependent, dengan program utama pendidikan dasar bagi anak-anak jalanan. Untuk melengkapi keutuhan program, tujuh orang mahasiswa bersepakat menjadi sukarelawan dan bergabung dalam sebuah kelompok kecil yang bernama HUMUS (Himpunan Masyarakat Untuk Solidaritas).1

Organisasi HUMUS berdiri pada bulan September 2002, saat melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata dengan koordinator Sdr. Ali Muzaki dengan anggota Adi Hermawan, Doni Irwandi, Muhammad Masykur, Muhammad Syarifudin, Saiful, Aditya Halwani. Program awal organisasi ini

1

adalah pendidikan dasar bagi anak-anak yang putus sekolah. Program berjalan setiap dua kali seminggu. Pada awalnya para sukarelawan mengandalkan pendanaan dari salah seorang dosen dan pribadi masing-masing.2

Kondisi ini berjalan lebih kurang selama dua tahun sampai akhirnya anggota HUMUS memutuskan bergabung dengan seorang sukarelawan dari salah satu yayasan di Kota Bekasi yang juga menangani bidang yang sama, yaitu pendampingan bagi anak jalanan. Kerja sama berlangsung cukup lama dan berbagai program mulai berjalan stabil dan lebih variatif. Seiring waktu berjalan, anggota HUMUS memutuskan melebur menjadi satu organisasi yang disepakati bersama, yaitu SMUTs. SMUTs adalah LSM yang menjadi wadah bersama bagi anggota HUMUS yang berkecimpung di dalam kerja sosial terutama pendampingan bagi komunitas marjinal di komunitas Pinggir Kali Bekasi Pasar Proyek. Karena kelenturannya, organisasi ini juga dipakai sebagai wadah bagi teman-teman di Bantar Gebang sebagai pemersatu.3

Sekilas Tentang SMUTs adalah sebuah kelompok kerja sosial beranggotakan para mahasiswa yang fokus dalam bidang Pengembangan Komunitas( Community Development ). SMUTs berdiri pada hari Selasa, 26 April 2004. Tujuan SMUTs adalah pengabdian kepada masyarakat dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan kualitas hidup. Masyarakat yang dimaksud SMUTs adalah komunitas marjinal perkotaan yang tertinggal dalam persaingan hidup di kota.4

2

Profil diperoleh dari LSM HUMUS. 3

Profil diperoleh dari LSM HUMUS. 4

51

SMUTs terbentuk sebagai respons dari keprihatinan pada kondisi sosial suatu golongan masyarakat Kota Bekasi yang terpinggirkan baik secara sosial maupun ekonomi. Khususnya, mengenai keberadaan pekerja anak (usia sekolah) yang bekerja sebagai pengamen, pemulung, pengemis dan buruh kasar. Hal demikian semakin menguatkan tekad pengurus HUMUS untuk bergabung dalam sebuah kelompok kerja dan menjalin kerjasama dengan lembaga lainnya baik pemerintah, swasta (LSM / Organisasi Mahasiswa) ataupun perorangan.5

Wilayah kerja SMUTs masih terbatas pada Komunitas Pinggir Kali Bekasi Pasar Proyek Bekasi Timur, suatu komunitas yang dihuni oleh para pekerja jalanan. Komunitas ini dihuni sekitar 170-175 kepala keluarga. Sebagian besar warga berprofesi tetap sebagai pemulung, pengamen dan pengemis terkadang ada pekerjaan sampingan sebagai penarik becak, tukang parkir dan buruh bangunan.6

Kerjasama ini berlangsung lebih kurang selama dua Tahun, sejak 2004-2006. Seiring kerjasama dijalankan, seiring itu pula program dan wacana perubahan terus dikembangkan dengan berbagai pendekatan. Perluasan jaringan kerja mulai dibangun, tak terkecuali sumber pendanaan. Pada masa ini banyak sekali perubahan terjadi pada komunitas dan anggota kelompok kerja. Seiring waktu, pada masa dua tahun kerjasama ini sukarelawan mulai berkurang hingga tersisa tiga orang yang tetap konsisten. Kondisi ini tak

5

Profil diperoleh dari LSM HUMUS. 6

berlangsung lama, dengan cepat personil organisasi HUMUS bertambah dan berganti-ganti.7

Seiring adanya perbedaan pemikiran dan sifat pragmatisme pada organisasi SMUTs, pada tahun 2006 pengurus HUMUS memutuskan untuk kembali menggunakan nama organisasi HUMUS sebagai organisasi dan filosofi kerja HUMUS, yaitu menyuburkan ‘permukaan tanah’ sehingga dapat menumbuhkan berbagai jenis tumbuhan yang bermanfaat. Saat kembali memakai organisasi ini, personil HUMUS sudah berganti, tidak lagi sepenuhnya berasal dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Personil terbaru organisasi ini adalah kombinasi dari dua Universitas dan satu Sekolah Tinggi, sehingga pada saat ini masih dapat berkontribusi bagi masyarakat dan anak-anak jalanan dalam pemberdayaan anak-anak-anak-anak jalanan dengan program kerja yang sudah ada.8

B. Visi, Misi dan Struktur Pengurus LSM HUMUS

Semangat kerja HUMUS direfleksikan melalui visi dan misi, sebagai berikut :

1. Visi

a. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan penguatan kehidupan

bermasyarakat berbasis komunitas. Berusaha menjadi fasilitator bagi kelompok anak jalanan, sehingga dapat aktif dalam kehidupan sosial, serta dapat memecahkan permasalahan sendiri.

7

Profil diperoleh dari LSM HUMUS. 8

53

2. Misi

a. Membentuk masyarakat yang beriman dan berilmu pengetahuan.

Memberikan pembelajaran ilmu pengetahuan kepada anak-anak jalanan maupun masyarakat marjinal melalui bidang pendidikan.

b. Menjadi agen perubahan sosial, pengurus menjadi fasilitator,

memberikan contoh keteladanan, sehingga dapat dicontoh oleh anak-anak jalanan maupun masyarakat sekitar.

c. Menjadi sarana mediasi kepentingan antara masyarakat dan pemerintah. d. Menggalang solidaritas sesama umat manusia lintas suku, agama, ras

dan antar golongan. Menciptakan sifat kemajemukan atau kebersamaan sesama manusia, sehingga terciptanya suatu perdamaian.

e. Penguatan nilai kebersamaan dan kekeluargaan pada interaksi sosial dalam rangka mewujudkan masyarakat cinta damai.9

3. Struktur Kepengurusan LSM HUMUS 2010

Struktur kepengurusan saat ini terdiri dari delapan orang pengurus di LSM HUMUS, yang merupakan lulusan dari SLTA, Perguruan Tinggi dan para mahasiswa. Yaitu terdiri dari:

Pertama, Adi Hermawan merupakan ketua LSM HUMUS. Adi merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas Negeri 49 di daerah Jagakarsa, Jakarta Selatan, pada tahun 1999. Pernah menempuh kuliah di Fakultas Ushuluddin, jurusan Sosiologi Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kesibukannya terjun di dunia LSM membuatnya fokus pada kegiatan di

9

LSM. Kesibukan membuatnya tidak dapat menyelesaikan kuliah di Fakultas Ushuluddin, jurusan Sosiologi Agama UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.10

Keberadaanya di LSM HUMUS sejak tahun 2002, yang berawal dari KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang diadakan oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Keberadaannya untuk mengabdi kepada masyarakat di Komunitas Pinggir Kali Pasar Proyek Bekasi Timur, khususnya kepada pekerja anak yang termarjinalkan.11

Pada tahun 2004 bekerja sama dengan LSM SMUTs untuk mengabdi kepada masyarakat guna mengembangkan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar. Akan tetapi kerjasama itu tidak berlangsung lama, pada tahun 2006 para pekerja sosial kembali menggunakan nama HUMUS sampai saat ini Adi Hermawan sebagai ketua dari LSM HUMUS.12

Kerja nyata untuk memberdayakan anak jalanan merupakan konsennya untuk saat ini. Membantu anak-anak jalanan agar memiliki rasa kepercayaan diri yang lebih baik lagi dan memiliki cita-cita yang tinggi, yaitu dengan cara melakukan pemberdayaan di LSM HUMUS dalam bidang pendidikan bagi anak-anak jalanan.

Adi Hermawan adalah ketua LSM HUMUS, LSM HUMUS ini tergabung ke dalam tujuh komunitas anak jalanan di bawah LSM WADAH yang merupakan donator bagi keberlangsungan LSM ini. Adi Hermawan 10

Wawancara Pribadi dengan Adi Hermawan. Bekasi 13 Januari 2011. 11

Wawancara Pribadi dengan Adi Hermawan. Bekasi 13 Januari 2011. 12

55

juga aktif di LSM WADAH sebagai seorang relawan. LSM WADAH adalah lembaga yang memiliki fokus kepada masalah perempuan dan anak, pendidikan dan perdagangan manusia (human trafficking). LSM WADAH bertempat di daerah Sudirman Jakarta Pusat. Adi Hermawan aktif juga di organisasi SEBUAi, yaitu rumah belajar bagi anak-anak jalanan di Bekasi.13

Pada saat ini Adi Hermawan telah memiliki istri dan seorang anak dan hidup sederhana di wilayah Harapan Jaya Bekasi. Kehidupannya dalam kesederhanaan sebagai pekerja sosial untuk anak-anak jalanan atau pekerja anak, yang berada di wilayah Komunitas Pinggir Kali Pasar Proyek, Bekasi Timur.

Kedua, Suci Utami merupakan sekretaris LSM HUMUS. Pendidikan Sekolah Menengah Atas didapatnya di SMAN 1 Mendi Lancar, Kuningan, Jawa Barat. Suci Utami merupakan lulusan Akutansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tri Bhakti, Bekasi, pada tahun 2008. Peranannya sebagai sekretaris mendata anak-anak dan pembuat proposal kegiatan yang ada di LSM HUMUS, lalu keberadaanya sebagai pengajar di pendidikan anak usia dini (PAUD) HUMUS dan pengajar di kelas bimbingan belajar. Di kelas bimbingan belajar menjadi pengajar, Matematika, dan Bahasa Inggris. Keberadaanya di LSM HUMUS karena kepeduliannya kepada

13

anak jalanan yang termarjinalkan. Konsen kepada permasalahan anak-anak jalanan yang perlu diberdayakan.14

Selain itu, Suci Utami merupakan istri dari Adi Hermawan. Keberadaanya di LSM ini untuk membantu dan mengabdikan dirinya menjadi pekerja sosial, serta menjadikan LSM HUMUS sebagai tempatnya bekerja dan melakukan aktifitas untuk mengajar.

Ketiga, Haryani merupakan bendahara LSM HUMUS. Haryani merupakan lulusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam 45, Bekasi, pada tahun 2003. Selain sebagai bendahara, Haryani juga sebagai kordinator pendidikan anak usia dini (PAUD) HUMUS. Selain aktif di LSM HUMUS, dia juga merupakan seorang guru diIslamic Centre School, Bekasi, sebagai guru Taman Kanak-Kanak.15

Peranannya sebagai pengajar kelas bimbingan belajar pra SD dan PAUD untuk anak-anak jalanan. Mengajarkan pelajaran agama, bimbel PAUD, keterampilan anak-anak PAUD. Kepeduliannya terhadap nasib pekerja anak di wilayah Pasar Proyek membuatnya aktif di LSM HUMUS.

Saat ini Haryani telah memiliki suami dan satu anak, serta hidup dalam kesederhanaan sebagai pekerja sosial dan sebagai guru di Islamic Centre School, Bekasi. Latar belakangnya sebagai lulusan tarbiyah atau keguruan membuatnya untuk terus menjadi seorang pendidik atau pengajar bagi anak-anak bangsa.

14

Wawancara Pribadi dengan Suci Utami. Bekasi 13 Januari 2011. 15

57

Keempat, Ali Muzaki merupakan divisi pendidikan di LSM HUMUS. Sebelum melanjutkan kuliahnya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Ali Muzaki menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Termas, Jawa Timur dan merupakan lulusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta pada tahun 2005. Ali Muzaki yang bertanggung jawab terhadap proses pendidikan yang ada di LSM HUMUS. Selain aktif di LSM HUMUS dan Ali Muzaki juga merupakan seorang kepala sekolah SMP Yayasan Pendidikan Islam Al- Amin di daerah Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi.16

Keberadaanya di LSM HUMUS, tidak jauh berbeda dengan Adi Hermawan, yang berawal dari KKN (Kuliah Kerja Nyata) mengabdi untuk masyarakat di Komunitas Pinggir Kali Pasar Proyek, Bekasi Timur. Khususnya para pekerja anak dan atas kepeduliannya kepada nasib anak-anak jalanan, yang membuatnya bertahan sampai saat ini.

Peranannya di LSM HUMUS sebagai pengajar di kelas bimbingan belajar dan kelas pendidikan keagamaan atau pengajian. Mengajarkan iqra, al-Qur’an, bahasa arab, praktek ibadah, dll, yang mana baginya memiliki prinsip yang tegas dalam mendidik atau mengajar anak-anak. Anak-anak yang belajar kepadanya diajarkan agar tidak lagi untuk mengamen, dan mengemis karena dapat merusak konsentrasi belajar anak itu sendiri.17

Saat ini Ai Muzaki telah memiliki istri dan satu anak, yang hidup dalam kesederhanaan di daerah Tambun, Kabupaten Bekasi. Menjadi

16

Wawancara Pribadi dengan Ali Muzaki. Bekasi 19 Januari 2011. 17

seorang guru merupakan aktivitas atau kegiatannya dalam bekerja dan menjadi pekerja sosial di LSM HUMUS untuk kepeduliannya kepada para pekerja anak, agar anak-anak jalanan memiliki pendidikan yang layak dan dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Kelima, Doni Irwandi merupakan tutor atau pengajar di LSM HUMUS. Sebelum melanjutkan kuliahnya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Doni Irwandi menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Gontor Jawa Timur, yang merupakan lulusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta pada tahun 2003. Doni Irwandi juga merupakan seorang guru agama Islam di sekolah SMP dan SMK Harapan Bangsa, Jati Asih, Bekasi.18

Keberadaannya di LSM HUMUS, tidak jauh berbeda dengan Adi Hermawan dan Ali Muzaki. Berawal dari KKN (Kuliah Kerja Nyata) mengabdikan diri untuk masyarakat di Komunitas Pinggir Kali Pasar Proyek, Bekasi Timur. Sehingga sampai saat ini masih bertahan sebagai pengajar atau pendidik untuk anak-anak jalanan dalam kelas pendidikan keagamaan. Disini peranannya sebagai pengajar al-Qur’an, hadist, iqra,

bahasa arab, praktek ibadah dan lain-lain.

Saat ini Doni Irwandi telah memiliki istri dan satu anak yang hidup dalam kesederhanaan di daerah Bantar Gebang Bekasi Selatan. Aktivitasnya saat ini adalah menjadi seorang guru dan menjadi pekerja

18

59

sosial di LSM HUMUS untuk kepeduliannya kepada para pekerja anak, agar anak-anak jalanan memiliki pendidikan yang baik dan terhindar dari kebodohan, serta dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.

Keenam, Arifin Ramadhan merupakan divisi logistik dan perpustakaan. Arifin merupakan lulusan Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren Al- Amin Madura. Keberadaannya di LSM HUMUS, karena ingin mencari pengalaman dan mengaktualisasikan diri. Setelah mendapatkan pendidikan di Ponpes pada jurusan pendidikan, Serta kepeduliannya kepada anak-anak jalanan, sehingga aktif dalam LSM ini.19

Peranannya di LSM HUMUS, sebagai pengelola buku-buku di perpustakaan dan pengajar PAUD dan juga pengajar di pendidikan keagamaan. Selain mengajar di LSM HUMUS, Arifin membuka private pengajian untuk anak-anak SMP di kediamannya.

Ketujuh, Eva Damayanti merupakan seorang tutor atau pengajar di LSM HUMUS. Eva merupakan mahasiswi jurusan pendidikan anak usia dini (PAUD), Universitas Al Azhar Indonesia Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Keberadaannya menjadi seorang relawan di LSM HUMUS setelah mengetahui LSM ini dari seniornya. Karena sesuai dengan bidang pendidikannya PAUD di Universitas Al Azhar Indonesia, Eva aktif menjadi pengajar di pendidikan anak usia dini (PAUD) di LSM HUMUS dan memiliki rasa kepedulian yang tinggi kepada anak-anak jalanan, sehingga

19

mau mengajar untuk anak-anak jalanan, yang juga merupakan anak bangsa.20

Kedelapan, Devi merupakan seorang tutor atau pengajar di LSM HUMUS. Devi merupakan mahasiswi jurusan pendidikan anak usia dini (PAUD), Universitas Al Azhar Indonesia Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Devi dan Eva menjadi relawan di LSM HUMUS setelah mengetahui LSM ini dari seniornya. Karena sesuai dengan bidang pendidikannya PAUD di Universitas Al Azhar Indonesia, sehingga kemauannya untuk membantu dalam kegiatan belajar mengajar di pendidikan anak usia dini di LSM HUMUS, serta memiliki rasa kepedulian yang tinggi kepada anak-anak jalanan, sehingga bersedia untuk mengajar anak-anak jalanan yang butuh pendidikan dan ilmu pengetahuan.21

C. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Anak Jalanan di Wilayah Pasar Proyek Bekasi Timur

LSM HUMUS berdiri di Jl. Mayor Oking RT 001 RW 001 Kel. Margahayu Kec. Bekasi Timur Kota Bekasi, di Komunitas Pinggir Kali Bekasi Pasar Proyek. Keberadaan organisasi HUMUS sangat bermanfaat bagi masyarakat marjinal, khususnya anak-anak jalanan. Organisasi HUMUS memberikan pelayanan sosial bagi masyarakat Komunitas Pinggir Kali Pasar Proyek Bekasi Timur, yang bersifat pemberdayaan komunitas (community development) dan pendampingan sosial, agar masyarakat dan anak-anak jalanan dapat aktif dalam kegiatan sosial dan terlepas dari kebodohan.

20

Wawancara Pribadi dengan Eva Damayanti. Bekasi 19 Januari 2011. 21

61

LSM HUMUS yang berdiri di Wilayah Pinggir Kali Pasar Proyek Bekasi Timur, telah memiliki bangunan sendiri yang didalamya terdapat ruang perpustakaan dan komputer, ruang kegiatan belajar mengajar dan musholah. Bangunan ini berdiri atas kerjasama dengan berbagai pihak dan elemen yang terkait dalam hal pemberdayaan anak-anak jalanan.

Keberadaan LSM HUMUS sangatlah membantu para anak jalanan untuk mendapatkan pendidikan yang layak, agar anak jalanan ini terbebas dari buta huruf dan kebodohan, yang merupakan akar permasalahan bangsa, agar anak-anak Indonesia menjadi anak yang cerdas dan berbudi pekerti luhur. Melalui program kerja seperti, pendididikan anak usia dini (PAUD), bimbingan belajar pra sekolah, SD, SMP, pendidikan kesetaraan paket A, B, C, pendidikan keagamaan anak-anak dan remaja, kesenian, advokasi dan konseling anak dan keluarga, dan pemberian beasiswa sekolah formal.

Kondisi sosial, budaya, ekonomi anak jalanan di Wilayah Pinggir Kali, Pasar Proyek Bekasi Timur. Anak-anak jalanan dan terdiri dari berbagai macam suku, ras dan agama. Keberadaan hidupnya dalam kemiskinan dan kekurangan, para orang tua mereka bekerja sebagai pemulung, pengamen,

Dokumen terkait