BAB IV TINDAK PIDANA PENCEMARAN DAN PERUSAKAN
C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran dan
Mengingat bahwa lingkungan hidup sangat menentukan bagi kelangsungan hidup manusia, maka kemampuan daya dukung alam harus dijaga agar tidak rusak dan
79
berakibat buruk bagi manusia. Bila terjadi kerusakan pada lingkungan hidup yang terbentuk melalui proses yang sangat panjang, tidak mugkin untuk ditunggu pemulihannya secara alami. Secara umum pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup disebabkan oleh dua faktor, yaitu:
1. Kerusakan karena faktor internal
Kerusakan karena faktor internal adalah kerusakan yang berasal dari dalam bumi/alam itu sendiri atau bisa juga disebut karena peristiwa alam. kerusakan akibat faktor internal pada lingkungan hidup sulit untuk dicegah karena merupakan proses alami yang terjadi pada bumi/alam yang sedang mencari keseimbangan dirinya.13 Kerusakan lingkungan hidup akibat faktor internal antara lain dapat terjadi karena:
1) Letusan gunung berapi, Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang menimbulkan tekanan kuat keluar melalui puncak gunung berapi. Bahaya yang ditimbulkan letusan gunung berapi di antaranya: terjadi hujan abu vulkanik, turunnya lava dan awan panas yang dapat mematikan makhluk hidup yang dilalui.
2) Gempa bumi, Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa disebabkan karena beberapa hal, di antaranya kegiatan magma (aktivitas gunung berapi), terjadinya tanah turun, maupun karena gerakan lempeng di dasar samudra. Pada saat gempa berlangsung terjadi beberapa
13
80
peristiwa sebagai akibat langsung maupun tidak langsung, di antaranya: berbagai bangunan roboh, tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus, tanah longsor akibat guncangan, bahkan bisa terjadi tsunami apabila gempa terjadi di dasar laut.
3) Angin topan, angin topan terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan tinggi menuju ke kawasan bertekanan rendah. Perbedaan tekanan udara ini terjadi karena perbedaan suhu udara yang mencolok. Serangan angin topan (puting beliung) dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dalam bentuk: Merobohkan bangunan, rusaknya areal pertanian dan perkebunan, membahayakan penerbangan.14
2. Kerusakan karena faktor eksternal
Kerusakan karena faktor eksternal ialah kerusakan yang diakibatkan oleh ulah manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidupnya.15 Kerusakan lingkungan hidup karena faktor eksternal antara lain disebabkan oleh:
1) Faktor industrialisasi, negara-negara maju menciptakan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian hebat sehingga mampu mengagumkan seluruh umat di bumi. Akan tetapi salah satu kelemahan
14
Afandi Kusuma, Lingkungan Hidup, Kerusakan Lingkungan, Pengertian, Kerusakan
Lingkungan Dan Pelestarian, Artikel diakses pada 20 Desember 2011 dari
http://afand.cybermq.com/post/detail/2405/linkungan-hidup-kerusakan-lingkungan-pengertian- kerusakan-lingkungan-dan-pelestarian-
15
81
yang belum bisa diusik, ialah ekses-ekses negatif teknologi itu sendiri.16 Kerusakan yang terjadi karena faktor industrialisasi di antaranya adalah: pencemaran udara yang berasal dari cerobong pabrik, pencemaran air yang berasal dari limbah buangan industri, pencemaran daratan oleh kagiatan industri maupun limbah padat/barang bekas.17
2) Faktor urbanisasi, perpindahan masyarakat dari desa ke kota menyebabkan jumlah tenaga kerja di desa berkurang. Sebelum mereka pindah, mereka menggarap lahan pertanian dan menghasilkan panen yang baik. Namun karena berkurangnya jumlah tenaga kerja di desa, maka tidak tertutup kemungkinan adanya sawah atau lahan pertanian yang terbengkalai. Keadaan ini mengakibatkan menurunnya hasil panen. Faktor urbanisasi mengakibatkan kerusakan lingkungan berupa: pembukaan hutan untuk perkampungan, industri dan sistem transportasi, penimbunan atau menumpuknya sisa-sisa buangan/sampah dari hasil proses-proses di atas.18
3) Faktor kepadatan penduduk, Jumlah penduduk yang makin meningkat
menyebabkan kebutuhannya makin meningkat pula. Hal ini berdampak negatif pada lingkungan, yaitu: Makin berkurangnya lahan produktif, 16
Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pemangunan, h. 73
17
Wardhana, Dampak Pencemaran, h. 17
18
Achmad Luthfi, Sumber-Sumber Terjadinya Penemaran, artikel diakses pada 20 Desember
2011 dari http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia- lingkungan/pencemaran_lingkungan/sumber-sumber-terjadinya-pencemaran/2
82
seperti sawah dan perkebunan karena lahan tersebut dipakai untuk pemukiman. Makin berkurangnya ketersediaan air bersih, manusia membutuhkan air bersih untuk keperluan hidupnya. Pertambahan penduduk akan menyebabkan bertambahnya kebutuhan air bersih, hal ini menyebabkan persediaan air bersih menurun. Pertambahan penduduk juga menyebabkan arus mobilitas meningkat. Akibatnya, kebutuhan alat transportasi meningkat dan kebutuhan energi seperti minyak bumi meningkat pula. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran udara dan membuat persediaan minyak bumi makin menipis. Pertambahan penduduk juga menyebabkan makin meningkatnya limbah rumah tangga, seperti sampah dan lain-lain. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.19
Pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup itu bisa terjadi karena disebabkan banyak faktor, seperti misalnya bencana alam dan ulah tangan manusia. Namun kebanyakan kerusakan terjadi karena faktor bencana alam. Begitu juga halnya dengan pencemaran, tidak selamanya faktor ulah tangan manusia yang menjadi penyebabnya. Faktor bencana alampun bisa menjadi penyebab utama. Contoh yang paling teraktual adalah terjadinya gempa berkekuatan 8,9 Skala Richter di Jepang pada tanggal 11 Maret 2011 hingga terjadi tsunami yang mengakibatkan bocornya reaktor nuklir sehingga 19
Kepadatan Penduduk dan Pencemaran Lingkungan, artikel diakses pada 20 Desember 2011 dari http://zaifbio.wordpress.com/2010/02/11/kepadatan-penduduk-dan-pencemaran-lingkungan/
83
menimbulkan bahaya radiasi nuklir melalui udara. Itu adalah salah satu bentuk pencemaran lingkungan yang berada di luar kekuasaan manusia.20
D. Analisis Hukum Islam Terhadap Pencemaran Dan Perusakan Lingkungan Hidup
Berbicara mengenai hukum Islam, kita tidak akan terlepas dari dua cabang ilmu yaitu ilmu fiqih dan ilmu ushul fiqih. Berikut penulis mencoba menganalisis mengenai permasalahan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dengan ke dua cabang ilmu tersebut.
1. Analisis Ilmu Fiqih tentang Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Ilmu fiqih adalah ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliah yang digali dan ditentukan dari dalil-dalil tafsili.21 Hubungan antara ilmu fiqih dengan pemeliharaan dan perlindungan lingkungan hidup dari segala macam hal yang bisa membahayakan dan merusak adalah hubungan yang mempunyai aturan-aturan yang jelas.
Selain definisi di atas, sebagaimana umum diketahui, ilmu fiqih adalah ilmu yang berusaha memahami hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
20
Wawancara Pribadi dengan Fachruddin Majeri Mangunjaya. Jakarta, 6 Januari 2012 21
84
sunnah Nabi Muhammad SAW untuk diterapkan pada perbuatan manusia yang telah dewasa yang sehat akalnya yang berkewajiban melaksanakan hukum Islam.22 Ilmu fiqih juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, dengan dirinya, dengan masyarakat, dan dengan alam di sekitarnya sesuai dengan lima hukum Islam (taklifi): wajib, sunnah, haram, makruh, dan mubah.
Hubungan ilmu fiqih dengan lingkungan hidup tidak hanya terbatas pada wilayah hukum-hukumnya semata, akan tetapi juga berhubungan dengan kapasitanya sebagai dasar pembentukan hukum secara universal. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri oleh para ahli fiqih, bahwa metode-metode fiqih yang terkenal telah melahirkan bahasan dalam berbagai literatur yang amat banyak yang dalam bahasan-bahasan itu menyinggung pentingnya memberikan perhatian terhadap lingkungan hidup, serta bagaimana Islam mengatur dan memeliharanya. Karena di dalamnya dipaparkan prinsip-prinsip pemeliharaan lingkungan dengan amat terpuji.
Di antara prinsip-prinsip yang sangat terkenal dalam ilmu fiqih dan yang lebih khususnya lagi termaktub dalam ilmu qawaid fiqhiyyah mengenai masalah
22
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,
85
ﻻ
ﺰ
ار
ّﺮ
ﻀ
ﻟا
pemeliharaan lingkungan hidup adalah prinsip/kaidah (kemadharatan, kesulitan atau bahaya harus dihilangkan).23
Qa’idah tersebut kembali kepada tujuan untuk merealisasikan maqashid al-
syari’ah dengan menolak yang mafsadah, dengan cara menghilangkan kemudharatan atau setidaknya meringankannya.24
Di mana qa’idah tersebut dibangun berdasrkan Q.S Al-Baqarah (2):195.
=t† !# β) #θΖ¡m&ρ π3=κJ9# ’<) /3ƒ‰ƒ'/ #θ)=? ωρ !# ≅‹6™ ’û #θ)Ρ&ρ
(
:
٩
/ ا
ﻘﺒﻟ
ةﺮ )
∩⊇®∈∪ ⎦⎫Ζ¡sϑ9#
Artinya:‘‘Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.’’Selain itu kaidah tersebut didasarkan kepada hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Abi Sa’id Al-Hudri:
‘‘Tidak boleh berbuat dloror (bahaya) dan membalas perbuatan bahaya kepada orang lain, bagi siapa yang berbuat bahaya kepada orang lain maka
23
Suparman Usman, Hukum Islam, Asas-Asas dan Pngentar Studi Hukum Islam Dalam Tata
Hukum Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), cet. Ke-2, h. 70
24
A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah Hukum Islam Dalam Menyelesaikan Masalah-
86
Allah akan berbuat bahaya kepada orang tersebut, dan bagi siapa mempersulit kepada orang lain, maka Allah akan mempersulit dia.’’
ار
ّﺮ
ﻀ
ﻟا
Pengertian menurut al-Nadawi sebagaimana dikutip dalam buku Qawaid Fiqhiyyah Dalam Perspektif Fiqih karangan Ahmad Sudirman Abbas adalah‘‘berbuat kerusakan kepada orang lain secara mutlak, mendatangkan kerusakan terhadap orang lain dengan cara yang tidak diijinkan oleh agama. Sedangkan tindakan perusakan terhadap orang lain yang diijinkan oleh agama seperti qiyas, diyat, had, dan lain-lain tidak dikategorikan berbuat kerusakan tetapi untuk mewujudkan kemaslahatan.25
Dari kaidah universal ini kemudian dibagi kembali ke dalam kaidah-kaidah parsial sbagai kumpulan metode yang telah disepakati oleh para ahli fiqih. Di antara kaidah-kaidah tersebut adalah sebagai berikut:
“Menghindari kesulitan harus didahulukan atas menarik kemaslahatan.”
Yang dimaksud
درءا
ﺎ
ﺪ
adalah menghilangkan atau melenyapkan sesuatu yang merusak. Jika terjadi tarik menarik antara sesuatu yang merusak dan sesuatu yang maslahah, maka menolak sesuatu yang merusak harus lebih didahulukan, walaupun untuk itu harus kehilangan peluang mendapatkan sesuatu25
Ahmad Sudirman Abbas, Qawaid Fiqhiyyah dalam Perspektif Fiqih, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
87
yang maslahah. Sebab kepedulian syariat Islam terhadap hilangnya kerusakan jauh lebih besar bila dibandingkan dengan menciptakan sesuatu yang maslahah. Kesungguhan syariat Islam dalam menghimbau untuk meninggalkan larangan, lebih diotoritaskan dari pada himbauan untuk melaksanakan perintah.26
Qa’idah ini didasarkan hadis Nabi:
“Apabila aku perintahkan kamu sekalian melakukan sesuatu, maka lakukanlah sesuai kemampuan kamu, dan apabila uku larang kamu sekalian dari suatu hal, maka jauhilah.”
2. Analisis Ilmu Ushul Fiqih tentang Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Secara umum, tujuan penciptaan hukum (syar’i) dalam menetapkan dan menetapkan hukum-hukumnya adalah untuk kemaslahatan dan kepentingan serta kebahagiaan manusia seluruhnya, baik kebahagiaan di dunia yang fana ini, maupun kebahagiaan akhirat yang baqa (kekal) kelak. Tujuan hukum Islam yang demikian itu dapat kita tangkap antara lain dari firman Allah SWT dalam Q.S AlAnbiya (21):107.
(
:
٧/ ﻷاﺒﻥ
ءﺎ)
∩⊇⊃∠∪ ⎥⎫ϑ=≈è=9 πΗq‘ ω)
≈Ψ=™‘&
.$Βρ
Artinya: ‘‘Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.’’26
88
Perlindungan terhadap lingkungan hidup tidak hanya dibahas dalam ilmu fiqih saja, tetapi juga dibahas dalam ilmu ushul fiqih. Terutama dalam bahasan tujuan hukum Islam (maqashid syari’ah). Abu ishaq al-Shatibi dalam buku Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia karangan Muhammad Daud Ali merumuskan lima tujuan hukum Islam, yakni memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta, yang kemudian disepakati oleh ilmuwan Islam lainnya.27
Menjaga lima maslahat pokok sebagaimana disebut sebelumnya merupakan keharusan untuk menegakkan kemaslahatan-kemaslahatan agama dan dunia, di mana jika paham tersebut ditinggalkan, maka kemaslahatan dunia tidak akan dapat berdiri dengan tegak, sehingga akan berakibat terjadinya kerusakan dan hilangnya kenikmatan, dan berujung pada penyesalan abadi.
Jika kita telaah secara lebih mandalam, maka tidak diragukan lagi bahwa pemeliharaan, pelestarian, dan perlindungan lingkungan hidup tercakup pada kategori lima maslahat pokok tersebut. Yaitu:
a. Memelihara Lingkungan Dalam Konteks Menjaga Agama
(
ﻆا
ّﺪﻦ )
Pemeliharaan agama merupakan tujuan pertama hukum Islam. Sebabnya adalah karena agama merupakan pedoman hidup manusia. Lalu, segala pemeliharaan lingkungan sama halnya dengan manjaga agama. Karena perbuatan dosa yang mencemari dan merusak lingkungan hidup dapat 2789
menodai ajaran agama. Di samping itu, hal tersebut juga merupakan perbuatan yang menyimpang dari perintah Allah SWT dalam konteks hubungan baik dengan sesama makhluk ciptaan-Nya.
Selain itu pencemaran dan perusakan lingkungan hidup scara implisit juga telah menodai perintah Allah SWT untuk memakmurkan bumi, memperbaikinya serta melarang segala bentuk perbuatan yang dapat merusak dan membinasakannya.
Dalam hal ini Allah berfirman:
MΗq‘ β) $èϑÛρ $ùθz νθãŠ#ρ $γs≈=¹) ‰è/ Ú‘{# †û #ρ‰¡? ωρ
( :
/ اﻷ
ﺮﺎ ) ∩∈∉∪ ⎦⎫Ζ¡sϑ9# ∅Β =ƒ % !#
Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (Tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”b. Memelihara Lingkungan Dalam Konteks Menjaga Jiwa
(
ﻆا
ّﻨ
)
Menjaga jiwa merupakan tujuan ke dua hukum Islam. Karena itu hukum Islam wajib memelihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan hidupnya. Menjaga lingkungan dari segala kerusakan juga termasuk maslahat pokok yang ke dua, yaitu menjaga jiwa. Maksud dari menjaga jiwa adalah perlindungan terhadap kehidupan psikis manusia dan keselamatan mereka.90
Terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup tentu akan mengakibatkan timbulnya bahaya dalam kehidupan manusia. Sehingga tidak jarang banyak korban jiwa yang berjatuhan karena disebabkan oleh hal tersebut. Semakin luas hal ini dikembangkan, maka semakin tampaklah bahaya yang akan diterima umat manusia. Betapa pentingnya harga sebuah jiwa, sehingga Allah SWT befirman dalam Q.S Al-Maidah (5):32.
¨$Ζ9#
≅F%
$ϑΡ'6ù Ú‘{#
’û Š$¡ù
ρ& §Ρ
ó/ $¡Ρ ≅F% ⎯Β
( :
/ ا
ﺋﺎةﺪ)
$è‹ϑ_ ¨$Ψ9# $Šm& $ΚΡ'6ù $δ$Šm& ⎯Βρ $è‹ϑ_
Artinya: ‘‘Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, Maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.’’c. Memelihara Lingkungan Dalam Konteks Menjaga Akal
(
ﻆ
ا
ﻘ
)
Akal merupakan sumber hikmah (pengetahuan), sinar, hidayah, cahaya, mata hati, dan media kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat. Dengan akal, surat perintah dar Allah SWT disampaikan, dengannya pula manusia menjadi pemimpin di muka bumi, dan dengannya pula manusia menjadi sempurna, mulia, dan berbeda dengan makhluk lainnya.2828
Ahmad Al-Mursi Husain Jauhar, Maqashid Syariah. Penerjemah Khikmwati, (Jakarta: Amzah,
91
Menjaga lingkungan hidup dapat juga dihubungkan dengan maslahat pokok yang ke tiga, yakni menjaga akal. Maslahat ini merupakan jembatan yang mengantarkan ke arah pemberlakuan taklif dalam hukum Islam. Karena yang tidak mempunyai akal, tidak ada beban yang wajib ditanggungnya.
Menjaga lingkungan hidup dalam pengertian luas, mengandung arti menjaga manusia dengan seluruh unsur penciptaannya, yaitu jasmani, akal, jiwa. Maka upaya keberlangsungan hidup manusia tidak akan berjalan, kecuali apabila akalnya tidak dijaga, yang oleh karenannya manusia menjadi berbeda dengan hewan. Sebagian bentuk perusakan lingkungan hidup dewasa ini, selain berakibat bahaya pada dirinya sendiri juga dapat dikatakan perbuatan gila. Karena si pelaku tidak memikirkan dampak negatif yang akan menimpa apabila kerusakan lingkungan itu terjadi.
d. Memelihara Lingkungan Dalam Konteks Menjaga Keturunan
ﻆ)
(ا
ّﻨ
Pemeliharaan keturunan bertujuan agar kemurnian darah dapat dijaga dan kelanjutan umat manusia dapat dilanjutkan. Menjaga lingkungan hidup juga termasuk dalam hal menjaga keturunan. Keturunan yang dimaksud adalah keturunan umat manusuia yang ada di muka bumi. Dengan menjaga keturunan, maka sama saja kita menjaga kelangsungan hidup untuk generasi masa depan.
92
Perilaku menyimpang yang menyebabkan kerusakan lingkungan hidup dengan cara megambil sumber-sumber kekayaan alam yang merupakan hak orang lain akan mengancam keberlangsungan hidup generasi di masa depan. Walaupun kita dapat sadari di satu sisi perbuatan tersebut juga menyebabkan perkembangan dan kemajuan pada masa sekarang. Namun, di sisi lain bahaya dari perbuatan tersebut akan dirasakan oleh generasi-generasi di masa akan datang.
Seperti pembalakan liar yang telah menggundulkan hutan-hutan di Indonesia, di satu sisi tersebut memang membuahkan hasil yang positif seperti misalnya pembuatan kertas, tidak dipungkiri kita pun menikmatnya. Akan tetapi apabila hal tersebut terus dilakukan, maka di masa depan anak cucu kita tidak dapat meghirup udara yang segar karena pohon sebagai paruparu bumi sudah semakin sedikit keberadaannya.
e. Memelihara Lingkungan Dalam Konteks Menjaga Harta
(
ﻆ
ا
لﺎ )
Harta adalah semua perantara yang Allah berikan kepada kita unuk menjalani rutinitas kehidupan di dunia yang bertujuan untuk beribadah kepada Allah SWT. Harta juga merupakan salah satu kebutuhan inti dalam kehidupan, di mana manusia tidak bisa berpisah dengannya.29 Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S Al-Kahfi (18):46.29
93
(
:
/
ﻜاﻬ
)
$‹Ρ‰9# οθŠs9# πΖƒ— βθΖ69#ρ Α$ϑ9#
Artinya: ‘‘Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.’’ Menjaga lingkungan dapat pula dikatakan menjaga maslahat pokok yang ke lima, yaitu menjaga harta. Harta yang dimaksud di sini bukan hanya sebatas uang, rumah, dan permata saja, melainkan semua benda yang menjadi milik dan dapat dinikmati oleh manusia.Oleh sebab itu, keharusan menjaga lingkungan juga merupakan kewajiban kita dalam menjaga harta dalam bentuk dan jenisnya tersebut. Dalam bentuk pelaksanaannya adalah dengan cara menjaga sumber dayanya dengan cara tidak mengeksploitasi alam, karena dengan pengeksploitasian tersebut, maka segala sumber kekayaan alam akan hilang sebelum waktunya dapat dimanfaatkan.
Dengan demikian jelaslah bahwa Islam mensyariatkan beberapa hukum dalam berbagai bab ibadah, muamalah, dan uqubah (pidana), dengan tujuan menjamin keperluan pokok manusia dengan cara mewujudkan, memelihara, dan menjaganya.30
Disadari atau tidak, menjaga lingkungan hidup dari pencemaran dan kerusakan menjadi sesuatu hal yang sangat urgent, bahkan wajib. Menjaga keselamatan agama (hifdzu al-din), jiwa (hifdzu al-nafs), akal (hifdzu al- 30
Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam Ilmu Ushul Fiqh, Penerjemah Noer
94
‘aql), keturunan (hifdzu al-nasl), dan harta (hifdzu al-maal) yang merupakan konsep paling sederhana dari tujuan pokok syariat Islam (maqashid al- syari’ah) tidak akan dapat terwujud apabila kita tidak bisa menjaga, merawat, dan memelihara lingkungan hidup.31
31
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah penulis lakukan mengenai sanksi pidana terhadap pelaku perusakan lingkungan hidup, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan:
1. Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dapat dikategorikan sebagai tindak pidana yang memiliki sanksi hukum bagi pelakunya yakni hukuman takzir, karena perbuatan tersebut sangat jelas dilarang oleh syara’, akan tetapi tidak ditentukan sanksinya dalam al-Qur’an dan al-hadits. Mengenai bentuk hukumannya itu sepenuhnya diserahkan kepada penguasa/ulil amri yang dalam hal ini adalah hakim yang diberi kuasa untuk menjatuhkan vonis mengenai bentuk maupun jenis hukuannya.
Sedangkan di dalam UU RI No. 32 Tahun 2009 terdapat tiga macam delik dalam masalah pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, yakni delik materil, delik formil, dan delik korporasi. Sanksi yang diterapkan terhadap pelaku pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dalam delik materil dan delik formil adalah berupa hukuman penjara dan hukuman denda. Sedangkan dalam delik korporasi, bagi korpoasi yang melakukan kejahatan dapat dikenai sanksi tata tertib sesuai dengan undang-undang tersebut.
95
2. Secara umum, faktor penyebab terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup ada dua dua macam. Pertama adalah faktor internal, dan yang ke dua faktor eksternal. Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup karena faktor internal adalah kerusakan lingkungan yang berasal dari dalam bumi/alam itu sendiri, atau penyebabnya adalah karena peristiwa alam. seperti: letusan gunung berapi, gempa bumi, dan angin topan. Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup karena faktor eksternal adalah kerusakan yang diakibatkan oleh ulah manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidupnya. Seperti faktor industrialisasi, faktor urbanisasi, dan faktor kepadatan penduduk.
B. Saran
Mengikuti arus perkembangan informasi dan bertumbuhkembangnya era kemajuan pembangunan industri yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup pada saat ini, berbagai dampak dan pengaruh lingkungan telah hadir di permukaan.
Sehubungan dengan munculnya kekhawatiran itu, fungsi dan peranan hukum patut dijadikan sarana ujung tombak yang tajam secara efektif di tengah kehidupan sosial dan pembangunan. Untuk ketajaman dan efektivitas hukum perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, disarankan:
1. Kepada Kementerian Lingkungan Hidup, agar diadakannya pembinaan dan peningkatan keterampilan aparat penegak hukum yang bertugas menangani kasus-kasus tindak pidana lingkungan disertai dengan upaya-upaya untuk
96
menigkatkan koordinasi dan sinkronisasi dalam rangka menciptakan persamaan persepsi aparat yang terkait, serta melengkapi sarana dan prasarana termasuk dana yang berfungsi sebagai penunjang penegakan hukum lingkungan. Juga perlu diadakannya pembinaan dan peningkatan kesadaran hukum masyarakat melalui penyuluhan dan bimbingan secara PEKA (Persuasif, Edukatif, Komunikatif, dan Akomodatif).
2. Kepada aparat pemerintah pembuat Undang-Undang, dimohon agar memuat aspek-aspek dalam khazanah ke-Islaman khususnya di bidang lingkungan hidup untuk dimasukkan ke dalam peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
3. Untuk menjaga eksistensi lingkungan hidup di masa depan, dimohon kepada para pendidik khususnya di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), agar lebih menekankan para peserta didik pada study pendidikan mengenai lingkungan hidup dalam menjaga dan melestarikan lingkungan. Karena apabila tidak dididik dari usia dini dikhawatirkan mereka akan menjadi oknum-oknum perusak lingkungan hidup di masa depan yang hanya memikirkan keuntungan sesaat tanpa memperdulikan nasib bumi yang dipijaknya.