• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB TINDAK PIDANA NARKOTIKA YANG

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA YANG

DILAKUKAN OLEH ANAK

A.Teori-teori penyebab terjadinya kejahatan Menurut teori kriminologi dan Deliquency

Juvenile

1. Menurut teori kriminologi

Kejahatan merupakan suatu istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan bermasyarakat. Pada dasarnya istilah kejahatan ini diberikan kepada suatu jenisperbuatan atau tingkah laku manusia tertentu yang dapat dinilai sebagai perbuatan jahat.

Oleh karena itu perbuatan jahat bersumber dari alam nilai, tentu penafsiran yang diberikan kepada perbuatan atau tingkah laku tersebut sangat relative sekali.

Kerelatifannya terletak pada penilaian yang diberikan oleh masyarakat dimana perbuatan tersebut terwujud.27

Permasalahan kejahatan bukanlah semata-mata permasalahan abad teknologi modern dewasa ini. Meskipun manusia sudah demikian pesat maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan telah dilakukan banyak penerobosan dan penemuan baru dalam pelbagai bidang ilmu dan teknologi, terutama dalam bidang ilmu eksakta, permasalahan kejahatan masih tetap merupakan “duri dalam daging dan pasir dalam mata”.28

27

Chainur Arrasyid ,Suatu pemikiran tentang Psikologi Kriminal,, 1999, hal. 25 28 Prof. (Em).Dr.J.E.Sahetap0y,S.H.,M.A. Pisau analisis kriminologi ,2015, hal. 61

18

Masyarakat manusia cukup banyak, berkelompok dan Bergolong-golongan serta mempunyaivariasi kehidupan yang berbeda-beda. Variasi kehidupan masyarakat manusia tersebut terlihat pada cirri-ciri khas kebudayaan manusia tertentu yang bertebar didalam ini.

Ciri-ciri khas kebudayaan masyarakat manusia tertentu itu menimbulkan sikap penilaian yang berbeda-beda terhadap setiap kebudayaan umat manusia. Demikian juga terhadap tingkah laku atau perbuatanyang merupakan satu aspek dari kebudayaan itu.29

Kerugian masyarakat karena kejahatan adalah besar sekali. Kita berhadapan dengan suatu gejala yang luas dan mendalam, yang bersarang sebagai penyakit dalam tubuh masyarakat, sehingga sering membahayakan hidupnya, sedikitnya sangat merugikannya. Kejahatan yang diperbuat saban tahunnya tak terhitung banyaknya dan jutaan penjahat dihukum. Dipandang dari sudut perekonomian, kerugian masyarakat sangat besar.30

Sedangkan kebudayaan yang hidup dan dijunjung oleh masyarakat tersebut mempunyai nilai yang bervariasi pula. Sebab itulah dalam rangka memberikan pengertian terhadap istilah kejahatan sangat tergantung kepada penilaian dan jenis reaksi yang diberikan oleh masyarakat dimana terjadinya perbuatan itu.

Perbuatan atau tingkah laku yang dinilai serta mendapat reaksi yang bersifat tidak disukai oleh masyarakat itu, merupakan suatu tindakan yang tidak dibenarkan untuk muncul di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

31

Memang kejahatan adalah erat dengan tingkat kesusilaan penduduk tapi sebaliknya juga member pengaruh jelek kepada penduduk biasa. Jika ditambah dengan kerugian dan kesusahan, yang diderita oleh

29

Chainur Arrasyid, , Suatu pemikiran tentang Psikologi Kriminal, Op. cit 1999, hal. 25 30

Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, hal. 25

19

para korban kejahatan, juga ancaman terhadap masyarakat yang selalu dating dari kejahatan, maka semuanya ini merupakan jumlah yang tak terhitung besarnya.32

Kejahatan sebagai gejala social mempunyai ciri khas yang dapat dirasakan dan diketahui masyarakat tertentu. Masalahnya terletak pada penilaian terhadap perbuatan yang telah dilakukan yang dihadapkan kepada kaedah-kaedah yang berlaku didalam masyarakat itu.

Perbuatan-perbuatan mienyimpang tersebut dalam kehidupan kemasyarakatan meliputi pen yimpangan dari kaedah-kaedah yang tertulis maupun tidak tertulis yang berupa kebiasaan-kebiasaan serta adat yang berlaku dalam masyarakat tertentu. Begitu pula apakah kaedah-kaedah itu berasal dari atas maupun dari bawah yakni kaedah-kaedah yang muncul dari masyarakat yang telah dipatuhi.

Perbuatan- perbuatan yang menyimpang itu tidak dikehendaki, oleh karena itu tidak boleh dibiarkan. Meskipun demikian perbuatan-perbuatan tersebut tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia, karena hal tersebut sudah merupakan salah satu jenis gejala social dari kehidupan manusia. Gejala social jenis ini sering disebutkan oleh masyarakat dengan kejahatan.

33

Berdasarkan uraian dan pendapat kedua tokoh tersebut, bahwa masyarakat tidak menghendaki adanya perbuatan tersebut, dan seandainya terjadi harus dikenakan sanksi.

Sehubungan dengan pengertian kejahatan, kami dengan tidak mengabaikan yang lain hanya mengemukakan dua buah pengertian yang telah dikemukakan secara definitive oleh :

Paul Mudikdo Muliono, yang berbunyi : kejahatan adalah perbuatan manusia yang merupakan pelanggaran norma, yang dirasa merugikan, menjengkelkan, sehingga tidak boleh dibiarkan.

W. A. Bonger menyatakan bahwa kejahatan adalah merupakan perbuatan yang immoral dan a-sosial yang tidak dikehendaki oleh masyarakat dan harus dihukum oleh masyarakat.

34

32

Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op. cit hal. 25

20

Adapun teori-teori sebab terjadinya kejahatan, W.A. Bonger, E.H. Sutherland dan Paul Moedikno

Moeliono mengemukakan didalam bukunya pengantar “tentang kriminologi” (terjemahan) W.A. Bonger membagi aliran-aliran tentang sebab-sebab kejahatan, sebagai berikut :

a. Mashab sosiologi menyelenggarakan Statistik Kriminal. b. Mashab antropologi-mashab Italia.

c. Mashap lingkungan – mashab Prancis d. Mashab bio-sosiologi

e. Mashab Agama.

1. Mashab sosiologi menyelenggarakan Statistik Kriminal.

Mashab Sosiologi yang menyelenggarakan Statistik Kriminal ini muncul sekitar tahun 1830M yakni dengan ditandainya pengertian sosiologi. Petumbuhan ini akibat perkembangan ilmu sosial disatu pihak, juga karena diadakannya Statistik Kriminil dilain pihak.

Statistikadalah pernyataan-pernyataan kejadian yang digambarkan dengan angka-angka, juga mendorong dengan keras majunya ilmu pengetahuan sosial.35

Dengan jalan ini, permulaan mempergunakan statistic sudah ada, tapi juga hanya sampai demikian. Pertama dalam statistic ini tidak terdapat dasar-dasar teoritis, karena yang mempergunakannya melakukannya umumnya hanya berdasarkan pengalaman. Kedua bahan-bahan yang dicatat belum dapat dipercaya, karena hanya berdasarkan pemikiran saja, tidak berdasarkan perhitungan Negara pada waktu itu belum mempergunakan statistik. Dalam kedua hal ini akan terjadi perubahan yang hebat.36

Pengguna Statistik sudah banyak dipakai oleh ahli-ahli sejak abad ke 17 M. Tetapi Ad. Quetelet (1796-1874) seorang bangsa Belgi ilmu pasti dan Sosiologi menciptakan dasar-dasar statistic yang praktis

34

Ibid, hal. 27 35

Ibid, hal 37

21

dan menjadi organ istoris dari kongres-kongres statistic internasional. Belia adalah ahli statistik criminal yang pertama di Prancis yang pada tahun 1826 telah mulai mengadakan statistic kriminil.

Juga A.M.Guerry (1802-1866) bangsa Prancis mempergunakan nama “Statistique”. Didalam salah satu bukunya beliau mengumpulkan bahan-bahan mengenai kelamin dan umur berhubungan dengan kejahatan, begitu juga adanya hubungan atau korelasi antara tempat dengan kejahatan di Prancis diterangkan dalam statistic, misalnya di provinsi yang terkaya terdapat banyak kejahatan terhadap hak milik. Begitu juga dibicarakannya tentang kekayaan yang tidak merata dengan kemiskinan.

Kembali kepada Ad. Quetelet beliau mempergunakan statistic kriminil sebagai alat dalam sosiologi kriminil. Dan membuktikanuntuk pertama kalinya bahwa kejahatan adalah suatu hal yang asalnya dari keadaan masyarakat.

Adanya unsure dinamis dalam kejahatan oleh Ad. Quetelet tidak di ingkari, bahkan diakui dengan tegas. Memang kita akui bahwa penyelidikan yang berjalan dalam beberapa tahun saja dan dimana tidak ada perubahan besar dilapangan social, maka terlihatlah adanya unsur yang tetap. Tetapi jika kita bandingkan dengan beberapa Negara dalam benerapa tahun, maka ternyata adanya perubahan dalam kejahatan, dengan tidak melupakan bahwa sebagian besar masih dalam keadaan tetap.

Antara lain tokohnya adalah L.M. Christone (1791-1848) yang mengatakan bahwa di Inggris (1814-1848) ada hubungannya antara industry dengan pertambahan kemiskinan yang mengakibatkan naiknya kejahatan.

A. Von Oettingen (1827-1905) yang beraliran keagamaan menyatakan bahwa dalam waktu-waktu krisis, Pencurian dan lain-lain akan meningkat, terutama dilakukan oleh wanita dan anak-anak, sedangkan kejahatan penyerangan akan bertambah pada keadaan makmur.37

22

2. Mashab antropologi-mashab Italia.

Mashab Anthropologi –Italia disekitar permulaan tahun 30 dan 70 abad ke 19. Antara lain pelopor mashab ini adalah ahli pherenolog Gali dan Spurzheim walaupun pelajarannya tidak berdasarkan ilmu pengetahuan.38 Olehnya juga diadakan penyelidikan mengenai tengkorak-tengkorak dari penjahat, yang memeberikan kesimpulan bahwa kadang-kadang kelainan yang ditemukan tersebut mempunyai sifat pathologis.39

Pelajut teori ini antara lain H. Lauvergne (1797-1859) disamping menguraikan pendapatnya yang bersifat phrenology yang kemudian tidak benar, tetapi terdapat juga hasil penelitian yang penting mengenai kewajiban dan masyarakat.40

Arti dari pada komponen-komponen pathologi berhubungan erat dengan kejahatan. Terbukti dari penyelidikan Pinel dan esquirol bahwa sakit gila dalam beberapa hal, dapat menyebabkan kejahatan,41. Kita sudah mengetahui bahwa Pinel dan Esquirol juga membuktikan bahwa sakit gila dalam beberapa hal dapat menyebabkan kejahatan. Ilmu kedokteran pada waktu itu cenderung sekali untuk memandang seorang penjahat sebagai penderita penyakit.42

C.G. Carus (1789-1869) yang menyatakan adanya cirri-ciri pada tengkorak orang-orang jahat sebagai tanda-tanda yang menggambarkan bahwa jiwanya kurang sehat. P. Brosca (1824-1880) mengatakan berdasarkan penyelidikan tentang tengkorak dari si penjahat, ternyata keadaannya yang tidak biasa mempunyai sifat pathologis. Pinel dan Esquirol menyatakan bahwa sakit gila dapat menyebabkan kejahatan.43

38 Ibid, hal 38

39 Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Medan, USU PRESS, 1994, hal 30 40 Chainur Arrasyid, Suatu pemikiran tentang Psikologi Kriminal, Op.cit 1999, hal 38 41

Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit 1994, hal 30 42

Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op. cit hal 74

23

Sealiran dengan ajaran dari Esquirol tentang monomani, ialah pekerjaan dari J.C. Prischard (1786-1848) seorang Inggris ahli anthropologi dan psychiatri pengarang dari “Treatise on insanity and other disorders affecting the mind’ (1835). Diagnosa gejala penyakit ‘moral insanity’ (tidak dapat merasakan baik-buruknya suatu perbuatan menurut moral, tanpa ada gangguan jiwa lainnya), dilakukan pertama-tama olehnya.44

P. Lucas (1805-1885) menyatakan sifat jahat pada hakekatnya sudah dimulai dari kelahiran dan didapat dari keturunan. Keadaan sekitarnya juga mempunyai pengaruh tetapi kadang-kadang saja. A.B. Morel (1809-1873) mengajarkan teori degenerasi yang menerangkan bahwa manusia biasa karena pengaruh-pengaruh keadaan-keadaan yang tidak baik dalam beberapa keturunan merosot sifatnya. Kemerosotan sifat-sifat dapat menyebabkan kejahatan.45

H. Maudsley (1835-1818) dalam bukunya : Physiology and pathology of mind (1867) dan terutama dalam bukunya : Crime and Insanity (1872) ; bahwa sebagian dari penjahat adalah sejenis umat manusia yang merosot sifatnya. Ia menyatakan : Antara kejahatan dan kegilaan terdapat suatu daerah yang netral ; pada suatu pihak, kita lihat sedikit hal kegilaan dan banyak kebusukan ; pada pihak yang bertentangan tampak bahwa kebusukan adalah kurang dan kegilaan berkuasa.46

Yang paling terkemuka dari mashab Italia ialah seorang dokter C. Lombroso (1835-1909), mula-mula guru besar dalam ilmu kedokteran kehakiman, kemudian juga dalam ilmu penyakit jiwa di

E. Dally (1833-1887) dalam penentangannya yang sangat baik terhadap ajaran mengenai kemauan bebas, ‘Considerations surles criminels et sur les alienes criminels au point de vue de la responsabilite’ (1863), menunjuk kepada kesejenisan, dalam kasus-kasus tertentu daripada sakit gila dan kejahatan.’ Le crime et la folie sont deux forms de la decheance organique-cerebromentale’ 1a.b.

44 Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op. cit, hal 74 45

Chainur Arrasyid, Suatu pemikiran tentang Psikologi Kriminal, Op.cit ,1999, hal 39 46 Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit ,1994, hal 30-31

24

Turijin.47Lombroso berpendapat bahwa manusia yang pertama adalah penjahat sejak lahirnya.48

Suatu contoh : Pembunuhan anak (anak yang baru lahir ) banyak terjadi dikalangan orang yang masih sederhana peradabannya (yang hidup masih mengembara) dan oleh mereka sendiri tidak dipandang sebagai perbuatan jahat. Keterangan mengapa mereka berbuat demikian ialah berhubungan dengan sulitnya penghidupan, yang memaksa mereka berbuat demikian, jika tidak berbuat demikian seluruh kelompok akan musnah.

Namun, pada suatu masa tertentu pandangan terhadap orang-orang buas, jahat bukanlah suatu pengecualian, tetapi suatu aturan hukum, karena itu pula tak ada yang memandangnya sebagai kejahatan dan perbuatab demikian disamakan saja dengan tindakan-tindakan yang sama sekali tak dapat dicela.

Lombroso membuktikan rumusan ini tanpa kritikan dan sering dicari dari sumber yang paling buruk, bahan-bahan untuk membuktikan, bahwa orang lelaki yang peradabannya penjahat dari sejak lahirnya (pencuri, suka memperkosa dan membunuh) dan kalau perempuan adalah pelacur.

49

Ini semua bukan karena kebengisan atau kurang cinta terhadap anaknya. Steimetz membuktika, bahwa bangsa yang sederhana peradabannya memelihara anak-anaknya yang dapat hidup langsung dengan segala kecintaan dan perhatian. Kejadian yang sama ialah membunuh orang yang sudah tua atau bunuh diri dalam suku bangsa yang mengembara.50

Kesimpulan dari penyelidikan ialah : bahwa para penjahat dipandang dari sudut anthropologi, mempunyai tanda-tanda tertentu umpamanya pencuri isi tengkoraknya kurang dari pada yang lain, terdapat kelainan dari pada tengkoraknya. Juga dalam otaknya terdapat keganjilan yang seakan-akan memperingatkan pada otak hewan, biarpun tidak dapat ditunjukan adanya kelainan-kelainan penjahat yang khusus.

Berdasarkan pandangan ini, Lombroso mengadakan penyelidikan secara anthropologi mengenai penjahat-penjahat yang terdapat dalam rumah penjara dan terutama mengenai tengkoraknya.

47 Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op. cit hal 74-75. 48

Chainur Arrasyid, Suatu pemikiran tentang Psikologi Kriminal, Op.cit ,1999, hal 39 49

Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit ,1994, hal 31 50 Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op. cit hal 80

25

Roman mukanya juga lain dari pada orang biasa; tulang rahang lebar, muka menceng, tulang dahi melekung kebelakang dan lain-lain, terdapat padanya. Juga kurang perasaannya, suka akan tatouage (seperti halnya pada orang yang masih sederhana peradabannya).

Kesimpulan ialah : penjahat umumnya dipandang dari sudut anthropologi, merupakan suatu jenis manusia tersendiri, seperti halnya dengan bangsa Negro yang dilahirkan sedemikian rupa tidak mempunyai predisposisi untuk kejahatan, tetapi suatu predistinasi, dan tidak ada pengaruh lingkungan yang dapat merobah bentuk rupa. Sifat sejak lahir ini juga dapat dikenal dari adanya stigma-stigma lahir, jadi terdapat suatu type Nego yang dapat dikenal, demikian juga halnya dengan penjahat.51

Untuk menerangkan bagaimana caranya terjadi makhluk yang abnormal (penjahat dari kelahiran) Lombroso memajukan hypotesa bahwa mausia yang masih rendah peradabannya sifatnya tidak susila, jadi seorang penjahat adalah suatu kejahatan yang atavistis, artinya bahwa ia dengan sekonyong-konyong mendapat sifat-sifat yang dekat, tetapi didalamnya kembali dari yang lebih dahulu (yang dinamakan kemunduran dari keturunan).

Di samping itu beliau berpendapat bahwa para penjahat dipandang dari sudut anthropologi mempunyai tanda-tanda tertentu. Juga dikatakannya bahwa penjahat pada umunya dipandang dari sudut anthropologi merupakan suatu macam manusia tersendiri(genus homo deliquens).

52

51

Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit ,1994, hal 32

52 Chainur Arrasyid, Suatu pemikiran tentang Psikologi Kriminal, Op.cit ,1999, hal 39-40

Jelgersma dalam bukunya : De geboren misdadiger, mengupas hyphotese tentang timbulnya

kejahatan tersebut. Sesudah melihat bahwa beberapa hasil pengamatan sesuai dengan sifat atavistis, ia menyatakan lebih lanjut : bahwa pada umumnya pendapat Lombroso menurut pendapat Jelgersma salah. Teori atavisme umumnya tidak berlaku untuk kebanyakan tanda-tanda degenerasi, semua ini merupakan penyimpangan yang tidak terdapat pada suku bangsa yang masih sederhana peradabannya.

26

Selanjutnya oleh Ottolenghi menyatakan bahwa pendapat ini tidak berlaku untuk degenerasi yang funsional. Penyimpangan pada panca indra lainnya tidak merupakan sifat-sifat yang dapat dinamakan atavistis malah sebaliknya mengikatkan kita pada kekuatan perobahan-perobahan yang pathologis53

a. Setiap kejahatan adalah resultante dari keadaan individu, disatu pihak dan social.

Winkler dalam hal ini lebih berhati-hati dari pada Lombroso dalam mengeluarkan pendapatnya. Beliau tidak menyebutkan type penjahat, tetapi menyatakan berhubungan dengan bahan-bahan tersebut diatas, maka dengan insyaf hakim akan memilih orang-orang yang dahinya sempit dan tulang dagunya lebar.

Enrico Ferri seorang murid dari Lombroso mengadakan beberapa perbaikan demi kelanjutan dari ajran-ajaran gurunya tersebut.

Hal ini disebabkan Ferri menyadari bahwa pelajaran-pelajaran Lombroso dalam bentuk aslinya tidak dapat dipertahankan. Karena itu tanpa mengobah intinya, Ferri mengobah bentuknya dengan mengatakan faktor lingkungan ada juga mempengaruhinya.

Di dalam bukunya Sosiologi Criminelle ia memberikan rumusan tentang timbulnya kejahatan :

b. Keadaan social member bentuk pada kejahatan, tetapi berasal dari bakatnya yang biologis dalam arti sosial (organis dan psikhis).

Jadi berarti unsur individu tetap paling penting, walaupun ada faktor lain yang juga turut mempengaruhinya.

Demikianlah pendapat-pendapat Lombroso yang senantiasa berobah-obah karena mendapat kritik sehat dan kemudian diselamatkan oleh Ferri.54

53

Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit, 1994, hal 33

27

3. Mashap lingkungan – mashab Prancis

Mashab lingkungan Prancis, terdiri dari mashab Prancis Khusus; mashab berdasarkan perekonomian lingkungan; hasil aetiologi dalam sosiologi kriminil; dan keadaan sekelilingnya.

Mashab Prancis khusus adalah mashab yang dating dari diri kalangan para dokter Prancis yang mengajuka tantangan terhadap mashab anthropologi Lombroso.

Para dokter Prancis ini menganut garis-garis yang diberikan oleh J. Lamarck, E. Geoffrey St Hileire, L. Pasteur yang menekan pada arti lingkungan sebagai sumber dari bermacam-macam dan sebab dari segala penyakit.

Golongan ini tidak menggabungkan pada golongan ahli sosiologi statistik yang pada dasarnya termasuk golongan ahli teori keadaan sekeliling atau teori lingkungan dengan lingkaran pelajaran yang mengajarkan bahwa kejahatan berasal dari kelahiran.

Mereka adalah dokter yang bukan ahli sosiologi, biarpun mereka mempunyai penglihatan yang tajam; tentang keadaan masyarakat.55

55 Ibid, hal 41

Ketika Lombroso dengan penganutnya memajukan ajarannya tentang kejahatan yang bercorak antropologi pada tahun 70-an dari abad ke 19, sejak permulaan dunia kedokteran, Perancis sudah menentangnya.

Tokoh yang termuka ialah A. Lacassagne (1848-1924); sesudah menolak hypotesa atavisme, ia merumuskan ajarannya mashab lingkungan sebagai berikut: “ Yang penting adalah keadaan social sekeliling kita. Keadaan sekeliling kita adalah suatu pembenihan untuk kejahatan. Kuman mempunyai arti apabila menemukan pembenihannya kemudian baru dapat ia menjadi jahat.

28

Penjahat dengan cirri-ciri anthropo-metrik dan cirri-cirinya yang lain itu hanyalah mempunyai arti yang sangat terbatas. Semua cirri-ciri inipun sebenarnya dapat kita jumpai pada orang yang tak ada cacat celanya.

G. Trade (1843-1904) dalam bukunya: Lacriminalite compare (1886) dengan keras menentang mashab Italia. Menurut pendapatnya kejahatan bukan suatu gejala yang anthropologis tetapi sosiologis yang seperti kejadian-kejadian masyarakat lainnya, dikuasai oleh peniru: “Semua perbuatan penting dalam kehidupan social dilakukan dibawah pengaruh peniruan”, demikian dinyatakan dalam bukunya: Philosophi panele.

Harus diakui bahwa peniruan dalam masyarakat memang mempunyai pengaruh yang besar sekali. Biarpun setiap kehidupan manusia bersifat khas, namun dapat disetujui bahwa banyak orang dalam kebiasaan hidupnya dan pendapatnya sangat mengikuti keadaan lingkungannya, dimana mereka hidup. Dengan jelas hal ini terlihat dari adanya kelangsungan yang tetap dari masyarakat dan perobahan-perobahan yang lambat.56 Peranan peniruan dalam masyarakat, biarpun memang terjadi, tetapi ole Trade sangat dilebih-lebihkan. Siapa yang menyamakan orang-orang gelandangan zaman sekarang dengan para pemain music kelilingdalam abad pertengahan, agaknyameminta cemooh. Selanjutnya gejala peniruan tentu sama sekali tidak menerangkan tentang sebab timbulnya hal yang ditiru.57

Ahli anthropologi kriminil Jerman A. Baer (1834-1908) juga termasuk golongan mashab lingkungan, dengan bukunya ‘Der Verbrecher in anthropologischer Beziehung’ (1893) dan juga perlu disebutkan P. Naecke (1851-1913), dengan bukunya ‘Verbrechen und Wahnsinn beim Weibe’ (1894).58

56

Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit 1994, hal 37-38 57

Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op. cit, hal 98 58 Ibid, hal 98

Mashab berdasarkan perekonomian lingkungan mulai berkembang pada penghabisan abad ke 19 ketika timbul system baru dalam perekonomian dan kejahatan kelihatan bertambah.

29

Teoti baru dalam kemasyarakatan yang timbul pada pertengahan abad ke 19 yang pandangan masyarakatnya berdasarkan keadaan ekonomi (historis materialisme) akan mengarah ke dalam kriminologi. Menurut teori ini unsure-unsur ekonomi dalam masyarakat dipandang dari sudut dinamis adalah primair dan dipandang dari sudut statis merupakan dasarnya.

Semuanya ini terdapat dalam ajaran K. Mark didalam bukunya “Zur Kritik dert Politischen Oekonomie (1895) Pengarang pertama dari aliran ini adalah F. Turrati didalam bukunya “Ildelito e la question sosiale” (1883) terutama mengeritik mashab Itali; dalam bagian positif ia juga nafsu ingin memiliki yang berhubungan erat dengan sistem ekonomi pada waktu sekarang mendorong kejahatan perekonomian.

Juga dikatakan mengenai kejahatan terhadap orang (kejahatan penyerangan) menunjukan akan pengaruh dari keadaan materil terhadap jiwa manusia; kesengsaraan membuat jiwa menjadi tumpul, kebodohan dan keindahan juga merupakan sebab-sebab yang mengakibatkan kejahatan yang semacam. Begitu juga keadaan tempat tempat tinggal yang jelek merosotnya kesusilaan dan menyebabkan kejahatan kesusilaan.

F. Turati, dalam bukunya : Il delitto e, la questione sosiale (1883) ia terutama mengeritik mashab Italia. Dalam bagian yang positif ia menyatakan bahwa tidak hanya kekurangan keksengsaraan saja, tetapi juga nafsu ingin memiliki, yang berhubungan erat dengan sistim ekonomi pada waktu sekarang, mendorong kejahatan ekonomi.

Mengenai kejahatan terhadap orang (kejahatan agresif), Turati menunjukan akan pengaruh dari keadaan materil terhadap jiwa manusia: “kesengsaraan membuat pikiran menjadi tumpul, kebodohan dan ketidakadaban merupakan faktor yang berkuasa dalam timbulnya kejahatan. Keadaan tempat tinggal yang buruk, merosotnya moraliteit, seksual menyebabkan kejahatan kesusilaan.

N. Colajanni (1847-1921) dalam bukunya : Sosiologia Criminale (1887) yang menentang aliran anthropologi. Ia ia menunjukan adanya hubungan kritis dengan bertambahnya kejahatan ekonomi,

30

timbulnya kejahatan dengan gejala patologis-sosial seperti pelacuran yang juga berasal dari keadaan perekonomian dan kejahatan politik.59 Beliau juga menekankan adanya hubungan antara system ekonomi

Dokumen terkait