• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Penyakit Diare

2.6. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diare

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2011), Ditjen PPM-PLP (1992), dan Sunoto (1986) terdapat banyak faktor-faktor yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan kejadian diare, yaitu :

a.Usia

Penyakit diare terutama sering menghinggapi golongan umur balita. Komposisi penduduk golongan ini masih cukup tinggi. Golongan ini juga lebih rentan untuk terjadinya dehidrasi berat karena system imun yang masih belum terbentuk dengan baik.

54 b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan yang baik dapat meningkatkan intelektual seseorang dan merupakan faktor penting dalam proses penyerapan informasi dan peningkatan wawasan tentang diare dan pencegahannya. Pendidikan yang baik juga menentukan cara berfikir seseorang dalam menentukan dampak terhadap persepsi, nilai nilai dan sikap dalam mengambil keputusan untuk bertindak atau tidak. Apabila pendidikan rendah dapat menyebabkan kesulitan dalam menyerap informasi atau gagasan baru dan sebaliknya jika tingkat pendidikan yang tinggi akan mudah menerima gagasan baru.

Pendidikan yang rendah juga mempengaruhi sikap dan kebiasaan dalam berperilaku hidup bersih dan sehat, sehingga turut memperngaruhi kejadian diare. Hasil penelitian Alamsyah (2002) menyatakan, responden yang berpendidikan rendah memiliki resiko diare sebesar 2,39 kali, dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi.

c. Sosial Ekonomi

Status ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota keluarga. hal ini Nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga sehingga mereka cenderung memiliki status gizi kurang bahkan gizi buruk yang memudahkan seseorang mengalami diare. keluarga dengan status ekonomi rendah biasanya tinggal

55

di daerah yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga mudah terserang diare.

Menurut Adisasmito (2007) ada beberapa hal yang mempengaruhi faktor sosial ekonomi yaitu Jumlah anggota keluarga, jenis pekerjaan, pendidikan orang tua, pendapatan, jumlah anak dalam keluarga dan faktor ekonomi. Dari berbagai faktor yang diteliti faktor ekonomi dan pendapatan keluarga lah yang menunjukan hubungan yang signifikan. Hal ini menunjukan bahwa rendahnya status ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor risiko penyebab terjadinya diare.

d. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehaatan masyarakat, hal ini disebabkan karena pengetahuan yang rendah di masyarakat mengakibatkan banyaknya sikap dan perilaku yang mendorng timbulnya penyakit infeksi, terutama penyakit diare.

Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap tingginya kejadian diare dengan berbagai tingkatan/gradasinya adalah belum optimalnya pengetahuan tentang diare, tindakan-tindakan pencegahan diare, sehingga risiko-risiko terjadinya penyakit diare masih belum dapat diminimalisir.

Hasil penelitian Alamsyah (2002) menyatakan, responden yang berpengetahuan rendah memiliki resiko diare sebesar 2,75 kali, dibandingkan dengan yang berpengetahuan tinggi.

56

Menurut Notoadmodjo (2003), mengatakan perubahan perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik (practice). Orang yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang penyakit diare, akan muncul sikap yang baik dan tindakan yang benar. Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka sikap dan tindakan dilakukan semakin benar atau tepat sesuai dengan seharusnya dilakukan.

e. Infeksi virus dan bakteri

Infeksi virus masih merupakan penyebab utama diare. Pada penelitian yang dilakukan oleh Indonesia Rotavirus Surveillance Network (IRSN) dan Litbangkes pada pasien anak di enam rumah sakit, penyebab infeksi terutama disebabkan oleh Rotavirus dan Adenovirus (70%) sedangkan infeksi karena bakteri hanya (8,4%). Kerusakan vili usus karena infeksi Rotavirus mengakibatkan berkurangnya produksi enzim lactase sehingga menyebabkan malabsorbsi laktosa.

f. Status Gizi

Berat dan lamanya diare sangat dipengaruhi oleh status gizi penderita. insiden diare pada anak bergizi kurang ternyata sama dengan anak yang gizinya baik. Namun, anak yang gizinya kurang akan menderita diare lebih berat dan keluaran tinja lebih banyak sehingga dehidrasi lebih berat. diare pada anak gizi kurang berlangsung lebih lama, sebagian karena penyembuhan dan perbaikan kerusakan khusus akibat infeksi lebih lambat terjadi pada anak yang gizinya kurang (Sunoto, 1990).

57 g. Keracunan makanan

Diare karena keracunan makanan disebabkan karena kontaminasi makanan oleh mikroba seperti, Clostridium botolinum, Staphilococcus aureus, E.coli dll.

h. Diare terkait penggunaan antibiotic (DTA)

Terjadi akibat penggunaan antibiotika selama tiga sampai lima hari yang menyebabkan berkurangnya flora normal usus sehinnga ekosistem flora usus disominasi oleh kuman patogenkhususnya clostridium difficle. Angka kejadian DTA berkisae 20-25%.

i. Kebiasaan Mencuci Tangan Pakai Sabun

Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan salah satu perilaku wujud dari personal hygine, dimana manfaatnya untuk menjaga kesehatan kita serta mencegah timbulnya penyakit, misalnya diare, kecacingan, ispa, dan flu burung.

mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu upaya dalam menjaga kebersihan pribadi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun agar menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Cuci tangan pakai sabun adalah satu-satunya intevensi kesehatan yang paling murah tetapi efektif (WHO, 2005).

kebiasaan menuci tangan pakai sabun pada lima waktu penting (sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, setelah menceboki bayi/anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan

58

anak, sebelum makan dan setelah memegang hewan) akan mengurangi risiko terjadinya penyakit diare dikarenakan kandungan di dalam sabun dapat membunuh bakteri karena di dalam sabun terdapat kandungan surfaktan yang dapat membuang mikroorganisme secara mekanis melalui pencucian.

Menurut penelitian di Depok perilaku cuci tangan ibu/pengasuh bayi yang buruk dapat menyebabkan diare 1,577 kali dibandingkan dengan perilaku cuci tangan yang baik (Zakianis, 2003).

j. Lingkungan

Penyediaan sarana air bersih dan jamban yang tidak sehat merupakan faktor penyebab terkontaminasinya E.coli pada sumber air minum. Artinya jarak jamban dengan sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan mencemari sumber air minum yang di gunakan sebagai air minum. Selain itu, keadaan sanitasi tempat bangunan dan proses pengolahan yang kurang memenuhi persyaratan kesehatan Pada depot Air minum isi ulang juga dapat menjadi sumber keberadaan bakteriologis E.coli pada air minum.

k. Memasak Air Minum

Air merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk kebutuhan hidup manusia namun juga menjadi media penularan penyakit perut yang penting. Jenis bakteri yang sering digunakan sebagai indikator air bersih adalah

59

kandungan E.coli dalam air. Dengan demikian untuk melindungi dari kesakitan penyakit perut, air yang diminum harus air yang telah dimasak.

Menurut Titik Wahyudjati selaku Kepala Instalasi RSU Dr. Soetomo menyatakan bahwa mengkonsumsi air minum isi ulang yang berumur lebih dari 24 jam harus dimasak terlebih dahulu, hal tersebut merupakan salah satu upaya kewaspadaan terhadap penyakit yang kemungkinan timbul akibat air yang tidak sehat (Sandra, 2007).

Sebaiknya air dimasak sampai mendidih dengan suhu 1000C. Hal ini untuk memastikan kuman penyakit yang terdapat didalam air sudah mati.

60 2.7.Kerangka Teori Bagan 2.2

Dokumen terkait