• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Melatar Belakangi Konsumen Berbelanja di

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

STATUS PERNIKAHAN

4.9. Faktor-Faktor Yang Melatar Belakangi Konsumen Berbelanja di

Swalayan Madinah Syari’ah

Sejarah bisnis ritel sudah dimulai sejak belum ditemukannya alat pembayaran.

Aktivitas ritel telah muncul dengan pola barter (tukar menukar) barang. Di era

modern, tepatnya pada abad ke-17, toko serba ada modern ternyata ditemukan

beroperasi di Jepang. Berlanjut di abad 19 toko serba ada yang besar di bangun di

kota-kota di Amerika Serikat, antara lain, Sears, Montgomery Ward, dan JC

Serikat, seperti K-mart, Target, dan Wal-mart dengan motto harga rendah, penjualan

tinggi.

Apabila dilihat perjalanannya, bisnis ritel merupakan bisnis yang tua dan

sangat cepat memperbaharui diri. Bisnis ritel relatif mudah dimasuki siapa saja,

namun tidak mudah untuk mengembangkannya menjadi bisnis yang sukses sampai

berskala besar.

Perkembangan yang sangat pesat melahirkan jenis-jenis bisnis ritel yang

sangat beraneka ragam, seperti penjualan tapa toko- catalog, brosur, direct mail, door

to door, melalui mesin (Coca Cola, rokok dan lain-lain), telemarketing, multi level marketing, TV, home shopping, internet shopping –juga bertumbuhnya supercenters, seperti Carrefour, Giant, dan Hypertmart di Indonesia.

Salah satu ritel yang menawarkan konsep lain dalam berbelanja adalah

Swalayan Madinah Syari’ah. Swalayan ini beroperasi dengan sistem syari’ah

sebagai landasannya. Dengan konsep Islam dan isu halal sebagai salah satu hal yang

ditonjolkannya, swalayan ini coba masuk ke dalam persaingan bisnis ritel di tanah

air.

Konsumsi dipandang dalam Sosiologi bukan sebagai sekedar pemenuhan

kebutuhan yang bersifat fisik dan biologis manusia tetapi berkait kepada aspek-aspek

sosial budaya. Konsumsi berhubungan dengan masalah selera, identitas atau gaya

hidup. Sosiologi memandang selera sebagai sesuatu yang dapat berubah, difokuskan

pada kualitas simbolik dari barang, dan tergantung pada persepsi tentang selera dari

Dalam memilih tempat berbelanja setiap orang mempunyai alasan yang

berbeda-beda. Ada yang lebih senang berbelanja di pasar tradisional, ada juga yang

lebih senang berbelanja di pasar modern semisal Carrefour, Hipermart atau swalayan

lainnya. Begitu pula halnya dengan orang yang memilih berbelanja di swalayan

Madinah Syari’ah.

Setiap konsumen yang berbelanja ke sini memiliki alasan tersendiri mengapa

memilih berbelanja di swalayan Madinah Syari’ah. Dari data kuantitatif yang

diperoleh terlihat bahwa para konsumen di swalayan ini lebih tertarik berbelanja

disini bukan dikarenakan aspek ekonomi seperti jarak yang dekat dengan rumah

namun walaupun begitu ada juga konsumen yang menyatakan bahwa jarak yang

dekat antara swalayan dengan rumahlah yang menjadi alasannya berbelanja di situ.

Selain itu ada juga informan yang rumahnya lebih dekat dengan Carrefour tapi lebih

memilih untuk berbelanja di swalayan Madinah ini. Berikut petikan wawancaranya :

“Tidak, karena saya menganggap belanja di situ sebagai rekreasi jadi tidak perduli jauh”. (Wawancara dengan Bapak M Yusuf, 2007)

“Tidak, rumah saya justru lebih dekat dengan Carefour tapi saya memilih berbelanja disini”. (Wawncara dengan Ibu Salmiah, 2007)

“Saya memilih belanja di sini karena dekat dengan rumah, selain karena yang menjual orang Islam. Juga harganya murah sama dengan harga di pasar”. (Wawancara dengan Ibu Hj Nurlaila Ginting, 2007)

Ada juga yang memilih berbelanja disini dikarenakan rasa persaudaraan

sesama muslim dimana pemilik dan seluruh karyawannya beragama Islam. Berikut

“Karena sesama Islam, karena membawa label syari,ah itu sehingga rasa isme itu datang”. (Wawancara dengan Ibu Mariana, 2007)

Dalam Sosiologi paling tidak terdapat dua sudut pandang dalam melihat

selera, yaitu pandangan Weber dan pandangan Veblen. Menurut pandangan Weber

selera merupakan pengikat kelompok dalam (in group). Aktor-aktor kolektif atau

kelompok status, berkompetisi dalam penggunaan barang-barang simbolik.

Keberhasilan dalam berkompetisi ditandai dengan kemampuan untuk memonopoli

sumber-sumber budaya, akan meningkatkan prestise dan solidaritas kelompok dalam.

Sedangkan Veblen memandang selera sebagai senjata dalam berkompetisi. Kompetisi

tersebut berlangsung antar pribadi, antara seseorang dengan orang lain. Jika dalam

masyarakat tradisional, keperkasaan seseorang sangat dihargai; sedangkan dalam

masyarakat modern, penghargaan diletakkan atas dasar selera dengan mengkonsumsi

sesuatu yang merupakan refleksi dari pemilikan.

Selain itu ada juga konsumen yang memilih belanja di swalayan Madinah

Syari’ah, dikarenakan sebagai tempat belanja alternatif yang menawarkan suasana yang berbeda dibandingkan swalayan lainnya. Dari hasil penelitian dengan metode

kuantitatif diperolehlah data bahwa sebagian besar para konsumen yang menjadi

responden dalam penelitian ini lebih tertarik untuk berbelanja disini dikarenakan

unsur-unsur kesenian yang ditampilkan oleh swalayan Madinah syariah itu sendiri.

Unsur seni itu diantaranya ukiran-ukiran kaligrafi yang mendekorasi dan memenuhi

sudut-sudut ruangan, dimana hal ini membuat daya tarik tersendiri sehingga para

manapun. Pada aspek seni yang lain juga dapat dirasakan dengan diputarnya

musik-musik yang bernuansa dan bernafaskan Islam, hal ini tentu berbeda jika kita

memasuki swalayan yang lain yang lebih sering menyuguhkan musik yang menjadi

hits dari dalam dan luar negri. Musik-musik Islami ini membuat para pengunjung

semakin merasakan adanya sisi spiritual yang menyelimuti di swalayan ini. Bagi

karyawan yang bekerja disini khususnya pada karyawan yang wanita diwajibkan

mengenakan jilbab dalam berpakaian sehingga mereka dapat menjaga dan menutup

auratnya, bagi para konsumen yang paham akan aturan-aturan Islam dapat membuat

pandangan mata mereka lebih terjaga. Selanjutnya swalayan ini juga memutar

lantunan ayat-ayat suci Al-Quran yang juga dapat didengar ketika masuk kedalam

swalayan ini sehingga nuansa Islam yang kental sangat dapat dirasakan. Ditambah

pula isu syari’ah yang menonjolkan segi halal dan haram. Masalah halal dan haram

sangat penting didalam ajaran Islam, aspek halal dan haram ini tidak hanya dalam

masalah zat saja akan tetapi juga termasuk prosesnya. Untuk aspek ilmu pengetahuan

dalam kerangka teory Spranger, orang-orang yang berorientasi kepada ilmu

pengetahuan dalam berbelanja cenderung memilih berbelanja di swalayan Madinah

syariah dikarenakan adanya kualitas dan jaminan keamanan produk. Juga ingin melihat bagaimana perbedaan swalayan yang dikelola secara konvensional dengan

swalayan yang dikelola secara syariah sekaligus juga melihat apakah ada produk atau

acara yang informatif seperti misalnya apakah ada informasi mengenai akan

datangnya ustad-ustad terkenal dari luar kota untuk mengisi acara di Medan atau pula

informasi seminar atau pelatihan-pelatihan yang bernuansa Islam. Hal ini seperti

“Saya berbelanja disini karena tempat alternatif berbelanja yang berbeda. Juga adanya isu syari’ah dengan lebih memiliki kejelasan halal dan haram, dan bukannya karena aspek murah”. (Wawancara dengan Bapak Arif Kurniawan, 2007)

“Awalnya saya Cuma pengen tau seperti apa itu bentuk swalayan syari’ah tapi setelah masuk kedalamnya saya menemukan kenyamanan dan ketenagan. Suasana Islaminya benar-benar terasa, lagian sebagai umat Islam sudah sepatutnya saya belanja di Madinah. Sudah mendapatkan jaminan kehalalan juga mendapatkan ketenangan batin” (Wawancara dengan Bapak Avis Sulaiman, 2007)

Menurut Spranger inti daripada hal keagamaan itu terletak dalam pencarian

terhadap nilai tertinggi daripada keberadaan ini, siapa yang belum mantap akan hal

ini belumlah mencapai apa yang seharusnya dikejarnya, dia belum mencapai dasar

yang kuat dalam hidupnya. Sebaliknya siapa yang sudah mencapai titik tertinggi itu

akan merasa bebas, tentram dalam hidupnya. Bagi seorang yang termasuk golongan

tipe ini segala sesuatu itu diukur dari segi artinya bagi kehidupan rohaniah

kepribadian, yang ingin mencapai keselarasan antara pengalaman batin dengan arti

daripada hidup ini.

Beberapa konsumen ada juga yang memilih berbelanja di swalayan Madinah

Syari’ah karena memang sangat fanatik dengan agama. Adapun penjabaran dari aspek agama ini antara lain masalah halal dan haram, mengharapkan ridho Allah,

untuk dapat berinfak dan menjalankan nilai agama, alasannya berbelanja disini hanya

karena faktor agama semata tidak ada faktor lain, selain itu ada juga yang senang

karena diswalayan ini menerapkan sistem bagi hasil dalam hal keuntungannya. Selain

itu ada juga yang memilih berbelanja di sini dengan alasan untuk membantu usaha

ketika ia membahas tentang goal attainment atau pencapaian tujuan, dimana yang

menjadi fokus konsumen berbelanja di sini lebih dilandasi oleh aspek keagamaan

Berikut petikan wawancaranya :

“Saya berbelanja disini karena faktor agama, gak ada yang lain”. (Wawancara dengan Bapak M. Yusuf, 2007)

“Pemilik muslim dan karena sistem bagi hasil yang menjadikan alasan bagi saya untuk berbelanja disini”. (Wawancara dengan bapak Syawaluddin, 2007)

“Alasan saya berbelanja disini adalah untuk menbantu usaha orang beriman” ( Wawancara dengan Ibu Salmiah, 2007 )

Setiap informan yang berbelanja di swalayan Madinah Syari’ah menyatakan

bahwa mereka mendapatkan rasa kenyamanan dalam berbelanja. Kenyamanan yang

dirasakan berbeda-beda pada setiap orang. Ada yang merasa nyaman karena

mendapatkan suasana yang Islami di swalayan ini yang tidak didapatkan di swalayan

konvensional lainnya. Berbelanja di Madinah Syari’ah juga membuat mereka merasa

dalam suatu lingkungan yang homogen dan juga membantu untuk kepentingan

dakwah. Berikut petikan wawancaranya :

“Ya saya merasa nyaman karena suasana yang Islami, ada musik-musik Islamnya juga dan tidak terlalu ramai” (Wawancara dengan Ibu Nurlaila Ginting, 2007)

Sangat nyaman, saya orang yang rindu dengan suasana Islam, saya tidak pikir panjang dan merasa aman, karena Islam itu membawa kedamaian.(Wawancara dengan Bapak M Yusuf, 2007)

Sedangkan informan lainnya mengatakan mereka merasa nyaman berbelanja

di Madinah Syari’ah dikarenakan adanya mushola yang terletak di dalam swalayan

ini memang satu hal yang membuat swalayan Madinah Syar’iah ini berbeda dengan

swalayan konvensional. Pengunjung tidak perlu harus berburu waktu ketika sudah

masuk waktu sholat karena fasilitas mushola yang sudah tersedia di swalayan ini.

Berikut petikan wawancaranya :

“Nyaman, ada diputar lagu-lagu Islam juga adanya musholla yang memudahkan kita sholat ketika sudah masuk waktunya”. (Wawancara dengan Ibu Mariana, 2007)

“Nyaman karena suasananya, dan juga waktu sholat kita terjaga karena kalau belanja di tempat lain kadang bisa lalai dari sholat. Baik untuk menjaga waktu sholat”. (Wawancara dengan Dita Hasni, 2007)

Kedatangan informan untuk berbelanja di swalayan Madinah tidak hanya

dilandasi oleh faktor agama akan tetapi karena memang ada beberapa produk seperti

kosmetik yang hanya terdapat di swalayan Madinah ini. Bahkan walaupun jauh ada

juga informan yang menganggap bahwa belanja di Madinah Syari’ah ini sebagai

rekreasi keluarga sekaligus berbelanja. Berikut petikan wawancaranya :

“Tidak pengaruh, karena rumah saya jauh di Deli Tua tapi saya tidak belanja sehari hari di situ, untuk produk tertentu saya berbelanja khusus disitu seperti kosmetik yang Islami atau buku buku yang berbau Islam”. (Wawancara dengan bapak Arif Kurniawan, 2007)

Sebagian konsumen ada yang merasa dan menganggap bahwa berbelanja di

swalayan Madinah sebagai bagian dari apa yang diperintahkan oleh agama. yaitu

bertransaksi yang sesuai dengan ajaran Islam juga masalah kejelasan halal dan

dapat menjaga pandangan mata dari orang yang memamerkan aurat. Berikut ini

petikan wawancaranya :

“Ya, setidaknya dengan belanja disini sudah membuat kita bertransaksi yang sesuai syariah”. (Wawancara dengan Bapak Syawaludin, 2007)

“Sudah, minimal saya sudah mulai membiasakan diri saya untuk selektif berbelanja di tempat yang berani membawa label halal”. (Wawancara dengan Ibu Mariana, 2007)

“Menurut saya berbelanja adalah aktifitas sehari-hari manusia. Dan ibadah itu adalah aktifitas tidak hanya dalam konteks ritual tapi juga bagaimana setiap perbuatan kita terikat dalam aturan ALLAH swt setiap saat, setiap waktu, kapan saja dan dimana saja. Dengan belanja disini, minimal bisa mensituasikan keimanan dan menjaga mata agar tidak bermaksiat.” (Wawancara dengan Dita Hasni, 2007)

Dokumen terkait