• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam penelitian ini penulis menduga ada beberapa variabel yang menjadi penentu mengapa petani karet di kecamatan Tulang Bawang Tengah memroduksi bahan olah karet dalam jenis yang berbeda-beda. Dalam kasus ini petani karet memroduksi bahan olah karet berupa koagulump segar (harian) dan koagulump 2 harian. Variabel yang menjadi penentu dalam pengambilan keputusan petani karet dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor sosial ekonomi dan faktor teknis.

Faktor sosial ekonomi yang diduga memengaruhi keragaman jenis bahan olah karet alam terdiri dari karakteristik petani dan keluarga, harga output, dan faktor pendukung berupa sumber informasi yang digunakan oleh petani untuk mengetahui hal-hal tentang perkaretan. Sedangkan faktor teknis dapat kita kaji dari segi usahataninya.

23

3.4.1. Faktor Sosial Ekonomi

3.4.1.1. Usia

Usia petani karet yang lebih tua diduga akan cenderung memilih memroduksi koagulump 2 harian dibanding koagulump segar (harian). Sedangkan petani karet yang memiliki usia lebih muda diduga akan cenderung memilih memroduksi koagulump segar (harian) dibanding koagulump 2 harian. Hal ini dikarenakan diduga semakin tua usia petani maka semakin menurun pula stamina dan kondisi fisik petani.

Untuk menghasilkan koagulump segar dibutuhkan tenaga dan stamina petani yang lebih besar dibanding dengan petani yang menghasilkan koagulump 2 harian. Hal ini dikarenakan untuk menghasilkan koagulump segar petani setiap hari harus menyadap karet pada pagi hari, lalu setelah lateks berhenti menetes petani memberikan zat pembeku pada lateks yang ada di dalam mangkuk tadah, setelah menunggu lateks beku menjadi koagulump mangkuk, koagulump tadi diambil lalu diangkut ke pedagang karet untuk ditimbang dan dijual. Sedangkan untuk menghasilkan koagulump 2 harian petani hanya menyadap karet pada pagi hari lalu setelah itu ditinggal, sehingga lateks dibiarkan membeku sendiri , baru pada keesokan paginya petani menyadap karet lagi lalu diberi zat pembeku setelah itu baru koagulump diambil untuk ditimbang dan dijual.

Dapat dilihat bahwa pekerjaan petani yang memroduksi koagulump segar lebih banyak, sehingga diduga petani yang usianya muda akan lebih mampu untuk menghasilkan koagulump segar (harian) dibanding petani yang usianya tua.

3.4.1.2. Jumlah Anggota Keluarga

Giroh et al. (2006) menjelaskan bahwa ukuran (jumlah anggota) keluarga yang besar dapat dijadikan sebagai sumber tenaga kerja pertanian. Karena pekerjaan petani yang memroduksi koagulump segar lebih banyak dibanding pekerjaan petani yang memroduksi koagulump 2 harian sehingga diduga semakin besar jumlah anggota keluarga, semakin besar pula kemungkinan petani tersebut memroduksi koagulump segar dibanding petani dengan jumlah keluarga yang lebih sedikit.

24

3.4.1.3. Pendidikan

Korelasi positif antara pendidikan dan adopsi inovasi baru telah ditemukan oleh van den Ban and Hawkins. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa petani karet dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah dalam menerapkan inovasi teknologi dalam upaya peningkatan produksi hasil usahataninya. Sehingga diharapkan petani karet yang memiliki pendidikan tinggi mampu memroduksi koagulump lebih banyak dibanding petani dengan pendidikan rendah. Dari sini dapat diduga bahwa peluang petani karet dengan pendidikan tinggi dalam memroduksi koagulump harian akan lebih besar dibanding peluang petani karet dengan pendidikan rendah. Hal ini disebabkan salah satu alasan petani karet memroduksi koagulump 2 harian adalah karena dari lahan karet yang diusahakannya petani hanya mampu menghasilkan sedikit koagulump jika dijual harian.

3.4.1.4. Pengalaman

Pengalaman petani karet dalam menjalankan usahatani karet juga diduga mempengaruhi keputusan petani dalam menentukan jenis bahan olah karet yang akan diproduksinya. Petani karet yang lebih berpengalaman dalam menjalankan usahatani karet diharapkan memiliki pengetahuan (baik dari segi teknis budidaya maupun dari segi ekonomi) yang lebih baik tentang usahatani karet jika dibandingkan dengan petani karet yang kurang berpengalaman. Dari hal ini diharapkan petani karet yang lebih berpengalaman akan memroduksi koagulump yang lebih menguntungkan dibanding petani yang kurang berpengalaman, sehingga dapat diduga bahwa peluang petani karet yang lebih berpengalaman dalam memroduksi koagulump dua harian akan lebih besar dibanding petani karet yang kurang berpengalaman.

3.4.1.5. Penghasilan Keluarga

Pendapatan keluarga diduga dapat memengaruhi keputusan petani dalam memroduksi jenis bahan olah karet yang akan dijual oleh petani. Semakin rendah pendapatan petani, maka diduga petani tersebut tidak akan terlebih dulu mengumpulkan koagulump yang dihasilkannya untuk dijual saat kuantitas yang dimilikinya sudah banyak. Hal ini dikarenakan petani tersebut didesak oleh

25

kebutuhan hariannya, sehingga petani yang pendapatannya rendah akan mengandalkan hasil dari penjualan koagulump setiap harinya. Dari sini dapat diduga bahwa semakin rendah pendapatan petani, maka peluang petani tersebut untuk memroduksi koagulump segar (harian) akan lebih besar dibanding petani yang pendapatannya tinggi.

3.4.1.6. Faktor Pendukung

Faktor pendukung yang dimaksud penulis disini berupa sumber informasi yang digunakan oleh petani untuk mengetahui hal-hal tentang perkaretan. Giroh et al. (2006) telah mencatat berbagai hasil penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan sumber-sumber informasi memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku adopsi para petani, karenanya penggunaan sumber informasi efektif pada tiap tahap proses adopsi. Hal ini mendukung pernyataan Rogers (1983) bahwa orang yang memiliki partisipasi sosial lebih banyak, hubungan luar yang luas, lebih sering berhubungan dengan PPL, mengakses media masa, dan memiliki pengetahuan tentang inovasi yang lebih luas akan lebih cepat mengadopsi suatu inovasi.

Dalam penelitian ini penulis menduga beberapa faktor pendukung yang diduga memengaruhi petani dalam menentukan jenis bahan olah karet yang diproduksinya. Faktor-faktor pendukung tersebut adalah keikutsertaan petani karet dalam kegiatan sosial di daerah tempat mereka tinggal, keanggotaan petani karet dalam suatu wadah kelompok tani, dan keberadaan PPL di desa tempat petani tinggal. Diduga petani yang lebih banyak mendapat informasi dari faktor-faktor pendukung tersebut akan memiliki peluang lebih besar untuk memroduksi koagulump yang lebih menguntungkan dibanding dengan petani karet yang lebih sedikit mendapat informasi dari faktor-faktor pendukung tersebut.

3.4.1.7. Harga

Harga merupakan imbalan yang diterima oleh petani atas koagulump yang diproduksinya. Besar kecilnya harga yang diterima oleh petani akan sangat menentukan seberapa besar pendapatan yang akan diterimanya. Oleh karena itu penulis menduga petani akan cenderung memilih memroduksi jenis koagulump dengan harga yang paling menguntungkan.

26

3.4.2. Faktor Teknis

3.4.2.1. Luas lahan

Luas lahan berkorelasi positif dengan kuantitas produksi yang dihasilkan oleh petani tiap harinya. Semakin besar luas lahan yang dimiliki oleh petani maka petani tersebut akan semakin banyak memroduksi koagulump tiap harinya. Penulis menduga bahwa semakin besar luas lahan yang dimilki oleh petani maka petani tersebut memiliki peluang lebih besar untuk memroduksi koagulump segar (harian) dibanding dengan petani dengan luas lahan yang relatif sempit.

Dokumen terkait