• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.   HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 54

5.3.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan

Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Dari sisi ekonomi lahan merupakan input tetap yang utama bagi berbagai kegiatan produksi komoditas pertanian dan nonpertanian. Banyaknya lahan yang digunakan untuk setiap kegiatan produksi tersebut secara umum merupakan permintaan turunan dari kebutuhan dan permintaan komoditas yang dihasilkan. Oleh karena itu perkembangan kebutuhan lahan untuk setiap jenis kegiatan produksi akan ditentukan oleh perkembangan jumlah permintaan setiap komoditas. Pada umumnya permintaan komoditas pertanian terutama komoditas pangan kurang elastis terhadap pendapatan dibandingkan permintaan komoditas nonpertanian. Konsekuensinya adalah pembangunan ekonomi yang membawa kepada peningkatan pendapatan cenderung menyebabkan naiknya permintaan lahan untuk kegiatan di luar pertanian dengan laju lebih cepat dibandingkan kenaikan permintaan lahan untuk kegiatan pertanian.

Walaupun secara kualitas sumber daya lahan dapat ditingkatkan, tetapi secara kuantitas sumber daya lahan yang tersedia di setiap daerah praktis tetap. Pada kondisi keterbatasan tersebut, maka peningkatan kebutuhan lahan untuk permukiman, industri, pembangunan prasarana ekonomi umum, fasilitas sosial, dan lain-lain, akan mengurangi ketersediaan lahan untuk pertanian. Karena pembangunan ekonomi cenderung mendorong permintaan lahan di luar sektor pertanian dengan laju lebih besar dibandingkan permintaan lahan di sektor pertanian maka pertumbuhan ekonomi cenderung merangsang terjadinya konversì lahan pertanian ke penggunaan di luar pertanian, terutama di daerah dengan kelangkaan lahan tinggi.

Dengan demikian alih fungsi lahan sawah pada dasarnya merupakan suatu proses alamiah yang terkait dengan tiga faktor dasar yaitu: kelangkaan lahan, dinamika pembangunan, dan pertumbuhan penduduk. Konversi lahan pertanian merupakan dinamika tataguna dan alokasi sumber daya lahan akibat terjadinya pergeseran struktural dalam perekonomian dan tekanan penduduk.

Pergeseran struktural ini secara umum merupakan ciri perkembangan ekonomi suatu negara dan bersamaan dengan itu sektor pertanian yang berbasis sumber daya lahan secara bertahap dihadapkan pada sewa lahan dan biaya produksi serta opportunity cost yang semakin

tinggi akibat meningkatnya permintaan lahan untuk sektor lain yang lebih menguntungkan.

Dengan demikian konversi lahan pertanian dapat dikatakan sebagai suatu fenomena pembangunan yang pasti terjadi selama pembangunan masih berlangsung. Begitu pula selama jumlah penduduk terus mengalami peningkatan dan tekanan terhadap lahan meningkat maka konversi lahan pertanian sangat sulit dihindari.

Faktor-faktor yang disinyalir dapat mempengaruhi semakin meluasnya alih fungsi lahan sawah adalah pertumbuhan ekonomi, Jumlah penduduk (rumah tangga), dan menurunnya petani. Setelah melalui tahapan uji statistik melalui perangkat lunak (soft ware) SPSS/PC++, maka hasil uji regresi dengan mencari nilai peluang distribusi Fisher dan uji variabel secara parsial dengan mencari nilai peluang distribusi student- t, adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Analisis Regresi Linear Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah

Uraian Koefisien

Regresi

T dan F

–hitung Sig.

Konstanta 3.267,43 6,213 ,000

Jumlah Rumah Tangga (X1) -6,5 x 10-4 -1,060 ,299

Pertumbuhan Ekonomi (X2) -540,68 -5,809 ,000

Jumlah Petani (X3) -1,33 x 10-3 -3,083 ,005

R2 0,87

F-hitung 55,277 ,000

Sehingga model regresinya adalah:

AFL = 3.267,43 + (6,5 . 10-4) X1 + 540,68 X2 – (1,33 . 10-3) X3 Dimana :

AFL = Luas Alih Fungsi Lahan Sawah (Ha)

X1 = Jumlah Rumah Tangga

X2 = Pertumbuhan Ekonomi (persen)

X3 = Jumlah Petani (Jiwa)

bo = Intersep/Konstanta

Hasil analisis regresi linear menunjukkan bahwa nilai R2 sebesar

0,87 artinya Luas Alih Fungsi Lahan Sawah di Jawa Timur dipengaruhi oleh variabel jumlah rumah tangga, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah petani. Ketiga variabel yang mempengaruhi alih fungsi lahan sawah mempengaruhi fungsi regresi sebesar 87 %, sedangkan sisanya sebesar 13 % tidak dapat di jelaskan oleh fungsi regresi. Kondisi tersebut menunjukkan masih ada beberapa faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan sawah di Jawa Timur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel mempengaruhi

alih fungsi lahan sawah, ini ditunjukkan dari nilai F hitung sebesar 55,277

dengan sig. 0,000 <  = 0,05. Pengaruh masing-masing variabel dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah rumah tangga

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap alih fungsi lahan

sawah ini ditunjukkan dari nilai t-hitung sebesar 1,060 dengan sig.

signifikan maka pengaruhnya terhadap alih fungsi lahan sawah adalah bila jumlah rumah tangga bertambah sebanyak satu satuan (1 rumah tangga), maka lahan akan mengalami alih fungsi seluas

(6,5.10-4) atau bila rumah tangga bertambah sebanyak 1.000 rumah

tangga maka akan menyebabkan pengurangan lahan sawah seluas 0,65 Hektar.

2. Variabel pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap alih fungsi lahan sawah ini ditunjukkan dari nilai t-hitung

sebesar 5,809 dengan sig. 0,000 <  = 0,05. Pengaruhnya terhadap

alih fungsi lahan sawah adalah bila pertumbuhan ekonomi bertambah sebanyak satu satuan (satu persen), maka lahan akan mengalami alih fungsi seluas 540,68 satuan (540,68 Hektar).

3. Variabel jumlah petani memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

alih fungsi lahan sawah ini ditunjukkan dari nilai t-hitung sebesar 3,083

dengan sig. 0,005 <  = 0,05. Pengaruhnya terhadap alih fungsi lahan

sawah adalah bila jumlah petani bertambah sebanyak satu satuan

(satu orang), maka lahan akan mengalami alih fungsi seluas 1,33 . 10-3

satuan (1,33 x 10-3 Hektar), atau bila jumlah petani bertambah

sebanyak 1.000 orang maka akan menyebabkan pengurangan lahan sawah seluas 1,33 Hektar. Ini menunjukkan bahwa jumlah petani gurem semakin banyak.

Tabel 8. Menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu 10 tahun terakhir yaitu sebesar 1,10 dan kondisi ini

akan terus meningkat sehingga tekanan terhadap lahan mendorong terjadinya alih fungsi lahan sawah. Dalam uji regresi didapatkan bahwa variabel rumah tangga tidak memberikan pengaruh yang signifikan, namun secara logika seharusnya semakin banyak jumlah rumah tangga maka jumlah lahan yang dibutuhkan untuk rumah juga semakin meningkat.

Tabel 8. Jumlah Penduduk dan Persentase Pertumbuhannya di Jawa Timur, Tahun 1998-2006

TAHUN JUMLAH PENDUDUK

(Ribu Jiwa) PERTUMBUHAN (%)

1998 34.291 - 1999 34.536 0,71 2000 34.784 0,71 2001 35.633 2,38 2002 35.930 0,83 2003 36.206 0,76 2004 36.668 1,26 2005 37.071 1,09 2006 37.473 1,07 Rata-rata 35.840 1,10

Sumber : Data Diolah, Tahun 2008

Dari sudut pandang sosial ekonomi, konversi lahan sawah yang terjadi pada suatu hamparan yang cukup luas dan masih dengan sendirinya mengubah struktur kesempatan kerja dan pendapatan komunitas setempat. Sudah barang tentu sebagian dari mereka justru mengalami perbaikan kesejahteraan, terutama bagi pemilik lahan yang sejak semula merupakan bagian dari lapisan atas penduduk setempat.

Untuk golongan bawah (terutama buruh tani) yang terjadi adalah sebaliknya. Sebagian besar dari mereka tidak dapat secara otomatis beralih pekerjaan/usaha ke sektor nonpertanian sehingga yang terjadi kemudian adalah kondisi semakin sempitnya peluang usaha yang mereka hadapi. Pada saat yang sama, terjadi pula perubahan budaya dari masyarakat agraris ke budaya urban. Yang terjadi kemudian adalah meningkatnya kriminalitas. Oleh karena kriminalitas pada hakekatnya juga merupakan biaya sosial yang harus ditanggung oleh komunitas yang bersangkutan maka hal itu berarti net social benefit turun.

Tabel 9. Jumlah Penduduk Yang Bekerja Usia 10 Tahun Keatas di Jawa Timur, Tahun 2001-2006

JUMLAH TENAGA KERJA (000 JIWA) TAHUN

PERTANIAN INDUSTRI PERDAGANGAN YANG LAIN

2001 17.168 4.497 6.510 7.458 2002 16.952 4.613 6.525 7.840 2003 17.763 4.388 6.481 7.574 2004 17.164 4.591 6.707 8.206 2005 16.319 5.094 7.144 8.515 2006 15.937 5.467 7.045 9.024

Sumber : Badan Pusat Statistik (Data Diolah, 2008)

Tabel 9. menunjukkan bahwa data jumlah penduduk yang bekerja di bidang pertanian dalam kurun waktu 6 tahun terakhir mengalami penurunan yang cukup besar yaitu sebesar 5,65% sedangkan dibidang

industri, perdagangan dan yang lainnya (pegawai negeri, Polisi, TNI, dosen, dll) meningkat masing-masing sebesar 1,97%, 0,53% dan 3,15%.

Kondisi tersebut menunjukkan suatu pola yaitu terjadinya pergeseran pola tenaga kerja pertanian yang merupakan lapangan pekerjaan yang terbesar di jawa Timur kearah industri, perdagangan dan yang lainnya yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 10. Jumlah Penduduk Yang Bekerja Usia 10 Tahun Keatas di Jawa Timur, Tahun 2001-2006

Gambar 10. menunjukkan bahwa bahwa trend tenaga kerja yang bekerja pada bidang pertanian di Jawa Timur mempunyai kecenderungan yang menurun dengan nilai pengganda sebesar 247,23 yang artinya bahwa tenaga kerja yang bekerja pada bidang pertanian di Jawa Timur pada tahun berikutnya akan digandakan penurunannya sebesar 247.230 jiwa. Sedangkan tenaga kerja yang bekerja pada bidang industri,

y = - 247.23x + 17749 R2 = 0.497 y = 185.56x + 4125.6 R2 = 0.6945 y = 135.86x + 6259.7 R2 = 0.7636 y = 299.56x + 7054.4 R2 = 0.8761 - 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000 20,000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 T A H U N TK Pert anian TK Indust r i Perdagangan Yang Lain Linear (TK Per t anian) Linear (TK Indust ri) Linear (Perdagangan) Linear (Yang Lain)

perdagangan dan yang lainnya di Jawa Timur mempunyai kecenderungan yang meningkat dengan nilai pengganda masing-masing sebesar 185,56; 135,86 dan 299,56 yang artinya bahwa tenaga kerja yang bekerja pada bidang industri, perdagangan dan yang lainnya di Jawa Timur pada tahun berikutnya akan digandakan peningkatannya masing-masing sebesar 185.560 jiwa; 135.860 jiwa dan 299.560 jiwa.

Dari kondisi tersebut maka kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian cenderung terus meningkat dan dalam waktu yang tidak lama lahan di sekitarnya juga beralih fungsi secara progresif. Kondisi tersebut disebabkan oleh dua faktor antara lain :

1. Sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau industri di

suatu lokasi alih fungsi lahan, maka aksesibilitas di lokasi tersebut menjadi semakin kondusif untuk pengembangan industri dan pemukiman yang akhirnya mendorong meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah sehingga harga lahan di sekitarnya meningkat.

2. Peningkatan harga lahan selanjutnya dapat merangsang petani lain

di sekitarnya untuk menjual lahan. Pelaku pembelian tanah biasanya bukan penduduk setempat, sehingga mengakibatkan terbentuknya lahan-lahan guntai yang secara umum rentan terhadap proses alih fungsi lahan.

Secara empiris lahan pertanian yang paling rentan terhadap alih fungsi adalah sawah, hal tersebut disebabkan oleh:

1. Kepadatan penduduk di pedesaan yang mempunyai agroekosistem

dominan sawah pada umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan agroekosistem lahan kering, sehingga tekanan penduduk atas lahan juga lebih tinggi;

2. Daerah pesawahan banyak yang lokasinya berdekatan dengan daerah perkotaan;

3. Akibat pola pembangunan di masa sebelumnya, infrastruktur wilayah

pesawahan pada umumnya lebih baik dari pada wilayah lahan kering; dan

4. Pembangunan prasarana dan sarana pemukiman, kawasan industri,

dan kawasan yang lainnya, cenderung berlangsung cepat di wilayah bertopografi datar.

Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa akar penyebab Alih Fungsi Lahan Sawah ialah: (1) Pertumbuhan dan perkembangan penduduk, (2) pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, dan (3) kelangkaan lahan. Di Jawa Timur, ketiga faktor ini masih sangat besar dan tidak mungkin dicegah, ini sudah dilakukan analisis secara regresi dan menunjukkan pengaruh yang signifikan. Alih fungsi lahan sawah juga merupakan fenomena alamiah yang tidak mungkin dicegah. Ekses dari alih fungsi lahan sawah yang berhasil diidentifikasi adalah (1) perubahan struktur tenaga kerja pertanian kearah tenaga kerja non-pertanian (2)

semakin berkurangnya lahan sawah yang dapat mengancam ketahanan pangan di Jawa Timur.

5.4. Pengaruh Alih Fungsi Lahan Sawah terhadap Perkembangan

Dokumen terkait