• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal), (Drs. H. Abu Ahmadi, 1991: 131).

Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar yang tergolong faktor internal adalah :

a. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

b.Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas:

1) Faktor intelektual yang meliputi :

a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.

b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. 2) Faktor non intelektif , yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu

seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

c. Faktor kematangan fisik maupun psikis Yang tergolong faktor eksternal adalah :

1) Faktor sosial yang terdiri atas : a) Lingkungan keluarga

c) Lingkungan masyarakat d) Lingkungan kelompok

2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.

4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan

Menurut James O. Whitaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman (Drs. H. Abu Ahmadi, 1991: 118). Belajar merupakan proses perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan dan perkembangan tingkah laku dalam merespon suatu kegiatan engan proses usaha yang dilakukan dan pengalaman individu itu sendiri maupun dengan lingkungan sekitarnya.

3. Persepsi siswa tentang kompetensi guru a. Pengertian persepsi

Menurut Slameto (2010:102) persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan dengan inderanya, yaitu indera penglihatan, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat

indera atau juga disebut sensoris. Dengan demikian menurut . Walgito, (2010: 100) menyatakan bahwa persepsi merupakan pengorganisasian penginterprestasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu.

b. Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi

Menurut Walgito (2005:101) terdapat beberapa faktor yang berperan dalam persepsi. Faktor tersebut antara lain:

1) Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.

2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlakukan syaraf motoris.

3) Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu atau sekumpulan objek. (Bimo Walgito, 2010: 101).

Slamento (2010:102) menyatakan bahwa bagi para guru mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip yang bersangkutan dengan persepsi sangat penting karena:

1) Makin baik suatu objek, orang, peristiwa, atau hubungan diketahui, makin baik objek, orang peristiwa, atau hubungan tersebut dapat di ingat.

2) Dalam pengajaran menghindari salah pengertian merupakan hal yang harus dapat dilakukan oleh seorang guru, sebab salah pengertian akan menjadikan siswa belajar sesuatu yang keliru atau yang tidak relevan.

3) Jika dalam pengajaran suatu guru perlu mengganti benda yang sebenarnya dengan gambar atau potret dari benda tersebut, maka guru harus mengetahui bagaimana gambar dan potret tersebut harus dibuat agar tidak terjadi persepsi yang keliru.

Terdapat hal-hal pokok yang terkandung dari pengertian persepsi antara lain:

a) Persepsi sebagai suatu proses mental.

b) Di dalam persepsi ada objek atau stimulus yang dipahami atau diungkap.

c) Persepsi diperoleh melalui pengamatan atau pengindraan. 4. Kompetensi Guru

a. Pengertian Kompetensi Guru

Kompetensi guru merupakan kemampuan guru atau penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan menjalankan tugas sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan keterampilan teknis mengajar. Husdarta, (2007: 13) menyatakan bahwa kompetensi guru dalam pembelajaran menjadi bagian terpenting dalam mendukung terciptanya proses pendidikan secara efektif terutama dalam membangun sikap disiplin dan mutu hasil belajar siswa. Mengingat peran dan tanggung jawab guru sangat besar dalam dunia pendidikan, seorang guru harus memiliki kompetensi sebagai modal dalam melaksanakan tugasnya. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional, (Undang-Undang No. 14 2005 tentang Guru dan Dosen).

b. Indikator Kompetensi Guru

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa

standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu

1) Kompetensi pedagogik merupakan kemampan seorang pendidik dalam mengelola pembelajaran yang meliputi aspek pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan potensi peserta didik.

2) Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

3) Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

4) Kompetensi profesional adalah kemampan penguasaan metari

pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

5. Ketersediaan Fasilitas Belajar di Sekolah a. Pengertian Fasilitas

Fasilitas Belajar di sekolah merupakan sarana dan prasarana untuk mencapai suatu keberhasilan. Sarana adalah segala sesuatu

yang mendukung secara langsung proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, kelengkapan sekolah dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung proses keberhasilan dalam proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan, kamar mandi, tempat parkir dan lain-lain (Wina Sanjaya, 2008: 200). b. Fasilitas Belajar terdiri dari 3 kelompok besar:

1) Bangunan dan perabotan sekolah, pada dasarnya harus sesuai dengan kebutuhan pendidikan dan harus layak ditempati siswa pada proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Bangunan sekolah terdiri atas berbagai macam ruangan. Secara umum jenis ruangan dtinjau dari fungsi dapat dikelompokkan dalam ruang pendidikan untuk menampung proses kegiatan belajar mengajar baik teori maupun praktek, ruang administrasi untuk proses administrasi sekolah dan berbagai kegiatan kantor, ruang unit kesehatan siswa (UKS) dan ruang penunjang untuk kegiatan yang mendukung proses belajar mengajar (laboratorium pembelajaran). Sedangkan perabot sekolah yang pada umumnya terdiri dari berbagai jenis mebel, harus dapat mendukung semua kegiatan yang berlangsung di sekolah, baik kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan administrasi sekolah.

2) Alat pelajaran, yang dimaksud di sini adalah alat peraga dan buku-buku bahan ajar. Alat peraga berfungsi untuk

memperlancar dan memperjelas komunikasi dalam proses belajar mengajar antara guru dan siswa. Buku pelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, biasanya terdiri dari buku pegangan, buku pelengkap dan buku bacaan.

3) Media pengajaran, merupakan sarana non personal yang digunakan atau disediakan oleh tenaga pengajar yang memegang peranan dalam proses belajar untuk mencapai tujuan instruksional. Media pengajaran dapat dikategorikan dalam media visual yang menggunakan proyeksi, media audit, media kombinasi.

6. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah faktor kunci bagi kesuksesan pembelajaran (Reid 2009:19). Dalam pembelajaran idealnya memiliki motivasi diri ketika anak mengalami gangguan belajar maka anak tersebut akan menangkap motivasi sebagai tantangan karena ketika anak mengalami kegagalan belajar anak akan mengagap motivasi dirinya sedang turun oleh karena itu anak harus mampu membangkitkan motivasinya. Menurut Winkel (Uno, 2011:3), motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk

berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.

b. Motivasi dibagi 2 yaitu: 1) Motivasi Intrinsik

Djamarah (2012: 35) menyatakan bahwa, motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Menurut Hamalik (2011: 162) motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Tingkah laku terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar. Individu bertingkah laku karena mendapatkan energi yang tidak dapat lagi dilihat sumbernya dari luar. Individu yang digerakkan oleh motivasi intrinsik, baru akan kalau kegiatan yang dilakukan telah mencapai hasil. Motivasi dilandasi oleh motivasi intrinsik bertahan lebih lama dibandingkan dengan motivasi yang lain. Oleh karena itu, motivasi intrinsik inilah yang harus ditanamkan oleh setiap individu. Namun karena motivasi sulit dipelajari, maka sulit ditanamkan.

2) Motivasi Ekstrinsik

Djamarah (2012: 37) menyatakan bahwa, motivasi ekstrinsik yaitu kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya

karena adanya perangsang dari luar. Menurut Hamalik (2008: 163) motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar. Menurut Sardiman (2011: 90) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik bukan merupakan perasaan keinginan yang sebenarnya yang ada dalam diri individu. Kemenangan merupakan satu-satunya tujuan, sehingga dapat timbul kecenderungan untuk berbuat positif. Dalam hal ini aspek psikologi berpengaruh untuk berbuat, bertindak dalam usahanya untuk mencapai tujuan, tetapi motivasi ekstrinsik dapat pula menjadi penguat dari luar yang dapat membangkitkan motivasi instrinsik seseorang.

c. Ciri-ciri Motivasi

Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Sudirman, 2008:83):

1) Tekun menghadapi tugas

2) Ulet dalam menghadapi kesulitan ( tidak lekas putus asa). Seseorang tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin.

3) Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa ( misalnya masalah pembangunan agama, politik, pemberantasan korupsi).

4) Lebih senang kerja mandiri

5) Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin (berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif)

6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).

7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah.

Ciri-ciri motivasi tersebut sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, hal ini harus dipahami sunguh oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya guru mampu memberikan motivasi yang optimal.

Dokumen terkait