• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1.1. Pengertian disiplin kerja guru

2.1.1.1. Faktor- faktor yang mempengaruhi disiplin kerja guru

Faktor-faktor yang mempengaruhi Disiplin kerja guru yang dilakukan dengan efektif akan mempercepat tercapainya tujuan-tujuan yang diharapkan, sehingga dalam setiap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan akan berjalan

Dengan baik. Ngalim Purwanto ( 1998 : 107 ) menyatakan bahwa faktor faktor yang akan dapat mempengaruhi disiplin kerja guru adalah sebagai berikut:

a) adanya tingkat kehidupan yang layak,

b) adanya perasaan terlindungi ketenteraman bekerja, c) adanya kondisi-kondisi kerja yang menyenangkan, d) perlakuan adil dari atasan,

e) pengakuan dan penghargaan.

Menurut Gouzali Saydam (1996 : 202) menyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi tegak tidaknya suatu disiplin kerja dalam suatu organisasi sekolah, faktor – faktor tersebut antara lain :

1). besar kecilnya pembentukan kompetensi.

2). ada tidaknya keteladanan pimpinan kepala sekolah dalam organisasi. 3). ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan.

4). keberanian kepala sekolah dalam pengambilan keputusan, 5). ada tidaknya pengawasan kepala sekolah,

6). ada tidaknya perhatian kepada para guru dan staf karyawan.

7).diciptakannya kebebasan – kebebasan yang mendukung tegaknya disiplin kerja.

Sedangkan menurut As’ad (2003:79), berbagai masalah yang menyebabkan terjadinya perilaku guru tidak disiplin atau bermasalah adalah:

1) masalah dengan kepandaian dan pengetahuan tentang pekerjaan. 2) masalah emosional.

3) masalah motivasi. 4) masalah fisik. 5) masalah keluarga.

6) masalah yang disebabkan oleh grup kerja.

7) masalah dengan kebijakan pengakuan hasil kerja dalam sekolah 8) masalah dengan lingkungan masyarakat dan nilai-nilainya. 9) masalah dengan suasana kerja dan pekerjaan itu sendiri.

Guru yang bermasalah perlu mendapatkan tindakan pendisiplinan, menurut Ivancevich (2001: 582), ada 4 kategori, yaitu:

1) Mereka yang kualitas atau kuantitas kerjanya tidak memuaskan karena kurangnya kemampuan, pelatihan dan motivasi.

2) Mereka yang bermasalah dengan masalah pribadi di luar kerja sehingga mulai mempengaruhi dalam kerja.

3) Mereka yang melanggar hukum, melakukan penganiayaan terhadap siswa atau rekan kerja serta penyalah gunaan sarana dan prasarana sekolah.

4) Mereka yang sering kali melanggar peraturan dan tidak menghiraukan peringatan kepala sekolah.

Seseorang akan termotivasi jika ada keinginan untuk mengejar sesuatu dalam keadaan tertentu, sehingga keadaan inilah yang menciptakan motivasi terhadap guru tersebut. Maka diperlukan peran kepala sekolah sebagai orang yang memberikan motivasi kepada bawahannya agar selalu dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan selalu mematuhi peraturan yang berlaku di dalam kantor.

Menurut Nitisemito (1996 : 214) faktor yang mempengaruhi kedisiplinan ada lima yaitu :

1). Tujuan dan kemampuan.

Tujuan yang ingin dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal dan cukup menantang bagi kemampuan guru. Hal ini berarti bahwa tujuan yang dibebankan kepada guru harus sesuai dengan kemampuan agar bersungguh sungguh mengerjakan.

2). Keteladanan kepala sekolah sebagai pemimpin.

Keteladanan kepala sekolah sebagai pemimpin sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan guru karena kepala sekolah dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Seorang kepala sekolah harus memberi contoh yang baik , berdisiplin baik, jujur, adil, dan sesuai antara kata dengan perbuatan sehingga guru akan termotivasi untuk mencontoh dan lebih semangat bekerja menjalankan tugas dan fungsinya dalam pembelajaran.

3). Kesejahteraan.

Kesejahteraan juga mempengaruhi kedisiplinan guru karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan seorang guru terhadap pekerjaannya. Jika kecintaan itu terbangun semakin baik maka kedisiplinan mereka akan menjadi semakin baik pula juga kesejahteraan akam menjadikan motivasi guru bertambah tinggi untuk lebih giat lagi bekerja

4). Ancaman.

Ancaman berperan penting dalam memelihara dan mempertahankan kedisiplinan guru karena dengan sanksi hukuman yang semakin berat maka guru akan semakin takut untuk melanggar peraturan, sikap dan perilaku indisipliner.

5). Ketegasan.

Ketegasan kepala sekolah dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan guru. Kepala sekolah harus berani dan tegas bertindak untuk menghukum setiap guru yang tidak disiplin sesuai dengan sanki hukuman yang ditetapkan.

Menuruti Fadillah Helmy Avin (1996 : 37) disiplin kerja seorang guru dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :

1). Faktor Kepribadian.

Faktor yang penting dalam kepribadian seseorang adalah sistem nilai yang dianut. Sisem nilai dalam hal ini yang berkaitan langsung dengan disiplin. Nilai nilai yang menjunjung disiplin yang diajarkan atau ditanamkan oleh orang tua, guru,dan masyarakat akan digunakan sebagai kerangka acuan bagi penerapan disiplin di tempat kerja. Sistem nilai akan terlihat dari sikap seseorang. Sikap tersebut diharapkan akan tercermin dalam perilaku.

Perubahan sikap kedalam perilaku terdapat tiga tindakan menurut Kelman dalam Brigham (1994 : 42) yaitu :

a). Disiplin karena Kepatuhan.

Kepatuhan terhadap aturan aturan yang didasarkan atas dasar perasaan takut. Disiplin kerja dalam tingkat ini dilakukan semata mata untuk

mendapatkan reaksi positif dari pimpinan atau atasan yang memiliki wewenang. Sebaliknya jika pengawasan tidak ada di tempat disiplin kerja tidak tampak. Contoh pengendara sepeda motor hanya memakai helm jika ada polisi. Seorang guru akan mengajar dengan menggunakan prinsip PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan) jika ada supervisi dari kepala sekolah .

b). Disiplin kerja identifikasi.

Kepatuhan aturan yang didasarkan pada identifikasi adalah perasaan kekaguman atau penghargaan pada pemimpin atau kepala sekolah. Pemimpin yang kharismatik adalah figur yang dihormati, dihargai, dan sebagai pusat identifikasi. Guru dan Karyawan tata usaha yang menunjukan disiplin kerja terhadap aturan aturan organisasi bukan disebabkan karena menghormati aturan tersebut tetapi lebih disebabkan keseganan pada atasannya atau kepala sekolah. Guru merasa tidak enak jika tidak mentaati peraturan. Penghormatan dan penghargaan guru dan karyawan tata usaha pada kepala sekolah dapat disebabkan karena kualitas kepribadian yang baik atau mempunyai kualitas profesional yang tinggi di bidangnya. Jika pusat identifikasi tidak ada maka disiplin kerja akan menurun dan pelanggaran akan meningkat frekuensinya. Penghormatan dan penghargaan pada seorang pemimpin / kepala sekolah bisa menjadi pendorong (motivasi) bagi guru untuk bekerja secara disiplin.

c). Disiplin karena internalisasi.

Disiplin kerja dalam tingkat ini terjadi karena guru dan karyawan mempunyai sistem nilai pribadi yang menjunjung tinggi nilai- nilai kedisiplinan. Disiplin itu sudah tertanam pada diri sesorang, sudah teradat motivasi untuk bekerja secara baik. Dalam taraf ini orang dikatagorikan telah mempunyai disiplin diri. Misalnya walaupun dalam situasi yang sepi ditengah malam hari ketika ada lampu merah , si sopir tetap berhenti. Walaupun tergeletak uang diatas meja dan si majikan sedang pergi, si pembantu tidak mengambil uang. Walaupun tidak ada supervisi kepala sekolah guru tetap mengajar dengan menggunakan prinsip PAIKEM.

2). Faktor lingkungan.

Disiplin kerja yang tinggi tidak muncul begitu saja tetapi merupakan suatu proses belajar yang terus menerus. Proses pembelajaran agar dapat efektif maka pemimpin atau kepala sekolah yang merupakan agen perubahan perlu memperhatikan prinsip prinsip konsisten, adil, bersikap positif, dan terbuka.

Konsisten adalah memperlakukan aturan secara konsisten dari waktu ke

waktu. Sekali aturan yang telah disepakati dilanggar, maka rusaklah sistem aturan tersebut. Adil dalam hal ini adalah memperlakukan seluruh guru dan karyawan tat usaha dengan tidak membeda-bedakan. Bersikap positif dalam hal ini adalah setiap pelanggaran yang dibuat seharusnya dicari fakta dan dibuktikan terlebih dahulu. Selama fakta dan bukti belum ditemukan, tidak ada alasan bagi kepala sekolah atau pemimpin untuk menerapkan tindakan

disiplin. Dengan bersikap positif, diharapkan pemimpin dapat mengambil tindakan secara tenang, sadar, dan tidak emosional. Upaya menanamkan disiplin pada dasarnya adalah menanamkan nilai-nilai. Oleh karenanya, komunikasi terbuka adalah kuncinya. Dalam hal ini transparansi mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, termasuk didalamnya sanksi dan hadiah apabila guru dan karyawan tata Usaha memerlukan konsultasi terutama bila aturan- aturan dirasakan tidak memuaskan guru dan karyawan Tata Usaha.