• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Kebijakan Dividen

2.3.5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio

Kebijakan dividen suatu perusahaan dapat tercermin pada dividend payout ratio-nya. Dividend payout ratio adalah rasio pembayaran dividen sebagai hasil kebijakan dividen perusahaan yang berguna bagi penilaian saham jika earnings perusahaan diketahui. Berbagai macam faktor dapat mempengaruhi perusahaan dalam menetapkan dividend payout ratio.

Beberapa faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio, antara lain yang telah dikemukakan oleh Riyanto (2001 : 267), bahwa kebijakan dividen itu dipengaruhi oleh likuiditas, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan dan tingkat pengawasan. Menurut Hanafi (2004, hal. 378) dividend payout ratio dipengaruhi oleh kesempatan investasi, profitabilitas, likuiditas, akses ke pasar uang, stabilitas pendapatan dan pembatasan- pembatasan.

Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat profitabilitas adalah ROA. Munawir (2001: 89) menyebutkan bahwa “Return on Assets menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan”. Menurut Munawir (2004: 70) indikator likuiditas diukur dengan Cash Ratio dan Current Ratio. Sedangkan menurut K.R.Subramanyam, dkk (2005:36) memproksikan leverage melalui Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER). Menurut Baskin (1989) dalam Endang (2003) pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan tingkat pertumbuhan asset perusahaan.

20 Parthington (1989) dalam Sunarto dan Kartika (2003) dalam penelitiannya menunjukkan beberapa variabel yang mempengaruhi penentuan dividen yaitu: profitabilitas, stabilitas dividen dan earning, likuiditas dan cash flow, investasi, dan pembiayaan.Brigham (1983) yang dikutip dalam Amalia (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio adalah Debt to Total Asset, Cash Ratio, Size, Return On asset, Growth, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Growth.

DeAngelo dan Skinner (2004) dalam International Research Journal of Finance and Economics mengatakan profitabilitas merupakan investasi peluang dan ukuran akan membuat dampak yang besar pada penentuan pembayaran dividen oleh entitas. Faktor- faktor yang mempengaruhi dividen juga diungkapkan dalam penelitian empiris Bagus (2006), Robi (2011), dan Fira (2009) bahwa Return On Asset mempengaruhi pembayaran dividen yang dicerminkan melalui Dividen Payout Ratio. Vicky (2011) dan Prihantoro (2003) mengungkapkan bahwa Cash Ratio memiliki pengaruh yang positif terhadap Dividend Payout Ratio. Nur hidayat (2006) memaparkan bahwa Current Ratio memiliki pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. RB Atok (2007), Abd.Kadir (2010), dan Rini (2007) mengungkapkan bahwa Debt to Total Asset dan Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Disebutkan dalam penelitian Juwariyah (2003) dan Fira (2009) bahwa Growth Potential berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio.

Dari hasil literatur yang telah disebutkan dan dari teori-teori pendukung, maka faktor – faktor dividend payout ratio adalah :

21 1. Profitabilitas, terdiri dari ROA

2. Likuiditas, terdiri dari Cash Ratio, Current Ratio, Cash Flow, dan kebutuhan dana untuk membayar hutang.

3. Debt to Total Asset, 4. Debt to Equity Ratio, 5. Size,

6. Tingkat pertumbuhan (Growth Potential), 7. Tingkat pengawasan,

8. Kesempatan investasi, 9. Akses ke pasar uang, 10.Stabilitas pendapatan, 11.Pembatasan- pembatasan, 12.Stabilitas dividen dan earning, 13.Kepemilikan Manajerial, 14.Kepemilikan Institusional.

Penelitian ini akan memfokuskan pada faktor-faktor yang berpengaruh pada penetapan Dividend Payout Ratio yang antara lain adalah : Cash Ratio, Return On Asset, Gowth, firm size, Debt To Equity Ratio dan Net Profit Margin.

a. Cash Ratio

Menurut Munawir (2004: 70) Cash Ratio menunjukkan kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia ditambah efek – efek likuid. Rasio ini juga bermakna sebagai rasio likuiditas jangka pendek.

22 Semakin tinggi cash ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Brigham, 1983) dalam Amalia (2008).

Brittain (1966) dan Partington(1989) dalam Usman(2006) dan Fira (2009) mengungkapkan bahwa ketersediaan uang kas menunjukkan tingkat dividen yang dibagikan. Dengan semakin meningkatnya cash ratio juga dapat meningkatkan keyakinan para investor untuk membayar dividen yang diharapkan oleh investor. Oleh karena dividen merupakan “cash outflow”, maka makin kuat posisi kas perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen (Riyanto 2001: 267).

Posisi kas suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan, sebelum membuat keputusan menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Posisi kas dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir tahun dengan laba bersih setelah pajak (Stanley dan Geoffrey, 1987 dalam Prihantoro, 2003). Dengan semakin meningkatnya cash ratio juga dapat meningkatkan keyakinan para investor untuk membayar dividen tunai (cash dividend) yang diharapkan oleh investor Parthington (1989) dalam Tsaniyah (2009).

Hal ini didukung oleh penelitian Prihantoro (2003) bahwa Cash Ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Dividen Payout Ratio. Namun hal demikian tidak didukung oleh penelitian Nur (2006) yang menyatakan tidak ada pengaruh Cash Ratio terhadap kebijakan pembayaran dividen.Dengan kata lain dengan meningkatnya cash ratio akan meningkatkan pembayaran dividen. Cash ratio menurut Bambang (2001:245) dirumuskan sebagai berikut :

23

CR= X 100% =...%

b. Profitability (ROA)

Mamduh dan Abdul (2000:75 ) menyatakan bahwa Return On Asset adalah Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. Return On Asset diukur dari laba bersih setelah pajak (earning after tax) terhadap total assetnya yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan probabilitas perusahaan.

Menurut Hanafi (2004: 375) perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal yang sebaliknya akan terjadi jika jika aliran kas tidak baik. Bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen (Sartono 2001: 122).

Faktor profitabilitas juga berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena dividen adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu dividen akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Semakin tinggi Return on Assets (ROA) maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin banyak (Sartono, 2001).

24 Hal ini didukung dengan hasil penelitian Fira (2009) bahwa Rasio Return On Asset (ROA) mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap dividen. Hal ini berati bahwa semakin tinggi ROA maka akan meningkatkan Dividend Payout Ratio (DPR). Hal ini tidak didukung oleh Happy (2006) bahwa Return On Asset (ROA) tidak mempengaruhi kebijakan manajemen dalam membayarkan dividen.

Oleh karena itu dividen yang diambilkan dari keuntungan bersih akan mempengaruhi dividend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai dividen (Sudarsi, 2002 : 79). Sehingga ROA dapat dirumuskan sebagai berikut (Yuniningsih 2002):

ROA=

X 100% =...%

c. Growth Potential

Growth Potential adalah potensi pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan rasio selisih total assets pada tahun t dengan total assets pada tahun t-1 terhadap total assets pada t-1. Semakin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai perluasan, semakin besar kebutuhan dana dimasa mendatang, semakin mungkin perusahaan menahan pendapatan, bukan membayarkannya sebagai dividen (Rendhi, 2010).

Menurut Baskin (1989) dalam Endang (2003) pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan tingkat pertumbuhan asset perusahaan. Rozef & Moh’d et al

25 dalam Endang (2003) menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung akan mengembangkan perusahaan menjadi lebih besar. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Alli et al (1993) yang menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi ditunjukkan dengan adanya kesempatan investasi yang banyak.

Riyanto (2001:267) makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhanya. Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatanya daripada dibayarkan sebagai dividen dengan mengingat batasan - batasan biayanya. Pertumbuhan perusahaan yang diproksikan melalui aktiva, dimana menurut Ang (1997) dalam Fira (2009) semakin besar asset maka diharapkan semakin besar pula hasil operasional yang dihasilkan oleh suatu perusahaan.

Pertumbuhan perusahaan yang tinggi lebih disukai untuk mengambil keuntungan pada investasi yang memiliki prospek yang baik. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan, akan semakin besar tingkat kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi. Semakin besar kebutuhan dana di masa yang akan datang, akan semakin memungkinkan perusahaan menahan keuntungan dan tidak membayarkannya sebagai dividen.

Hasil penelitian Juwariyah (2008) mengatakan bahwa jika suatu perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi maka perusahaan dapat memenuhi kewajibannya dalam membayar dividen. Namun tidak sejalan dengan penelitian Happy (2006) bahwa Growth Potential tidak memiliki pengaruh

26 terhadap Dividen Payout Ratio.Growth Potential dalam penelitian prihantoro (2003) dirumuskan sebagai berikut:

Growth Potential = X 100% =...%

d. Firm Size

Ukuran perusahaan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan pembagian dividen. Suatu perusahaan yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal sehingga mampu memperoleh dana yang lebih besar dan perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi (Suherli dan Harahap, 2004).

Ukuran perusahaan adalah skala besar kecilnya perusahaan yang ditentukan oleh beberapa hal antara lain total penjualan, total aktiva, dan rata-rata tingkat penjualan perusahaan. Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memilki akses ke pasar modal.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fira (2009). Namun, hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Juwariyah (2008) dimana hasil penelitiannya menyatakan firm size tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.

27 e. Debt to Equity Ratio

Rasio ini menunjukkan seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang dibandingkan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar aktiva perusahaan dibiayai dengan modal asing atau hutang dampak penggunaan modal sendiri. Munawir (2004:70). Peningkatan utang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan membayar deviden (Sudarsi 2002).

Hal ini didukung oleh penelitian empiris Rini (2008) dimana perusahaan lebih memilih untuk menggunakan pembiayaan internal daripada eksternal, dan akan mengadaptasi target rasio pemabayaran mereka ke dalam peluang investasi hal ini didukung oleh teori pecking order dari Myers (1984). Sejalan dengan penelitian Vicky (2011) bahwa DER memiliki pengaruh terhadap Dividen Payout Ratio. Namun kontradiktif terhadap penelitian empiris oleh Lisa Marlina dan Clara Danica (2009), menyatakan bahwa DER secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Debt to Equity Ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut (Sri sudarsi 2002) :

DER= X 100% =...%

f. Net Profit Margin

Net Profit Margin menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan

Dokumen terkait