BAB IV DESKRIPSI DAN INTEPRETASI DATA
4.3 Temuan dan Interpretasi Data
4.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Gaya Hidup Konsumtif Perempuan
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini tampak begitu hebat dan cepatnya, sehingga pengaruh perkembangan tersebut akan terasa dalam segala bidang dan aspek kehidupan manusia. Sebagai konsekuensinya, manusia khususnya Indonesia di tuntut dapat menyesuaikan segala sesuatunya sebagai dampak dari kemajuan dan perkembangan tersebut. Apalagi masyarakat yang tinggal di perkotaan memiliki suasana kehidupan dan penghidupan modern.
Khususnya perkembangan kota Medan tidak terlepas dari dimensi historis, ekonomi dan karakteristik kota Medan itu sendiri, yakni sebagai kota yang mengemban fungsi yang luas dan besar (METRO), serta sebagai salah satu dari 3 (tiga) kota metropolitan terbesar di Indonesia. Realitasnya, kota Medan kini berfungsi:
• Sebagai pusat Pemerintahan daerah, baik pemerintah Propinsi Sumatera Utara, maupun Kota Medan, sebagai tempat kedudukan perwakilan/konsulat Negara-negara sahabat, serta wilayah kedudukan berbagai perwakilan Perusahaan, Bisnis, Keuangan di Sumatera Utara.
• Sebagai Pusat pelayanan kebutuhan sosial, ekonomi masyarakat Sumatera Utara seperti: Rumah sakit, Perguruan Tinggi, Stasiun TVRI, RRI, dll, termasuk berbagai fasilitas yang dikembangkan Swasta, khususnya pusat-pusat Perdagangan.
• Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, perdagangan, keuangan, dan jasa secara regional maupun internasional.
• Sebagai pintu gerbang regional/Internasional/Kepariwisataan untuk kawasan Indonesia bagian barat.48
Berdasarkan beberapa hal di atas, maka dapat di lihat perkembangan yang telah terjadi di dalam pembangunan perkotaan dan bisa digunakan masyarakat kota Medan. Khususnya dalam bidang pendidikan yang kemajuannya dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Di mana adanya anggapan bahwa pendidikan merupakan hal yang penting di dalam menghadapi tantangan hidup dan kehidupannya. Ini membuat semua anggota masyarakat merasa wajib untuk mendapatkan pendidikan.
Meskipun demikian pemerintah telah memberikan fasilitas dan kesempatan belajar dengan mencanangkan wajib belajar bagi seluruh rakyat Indonesia khususnya bagi kaum perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa kesempatan untuk mendapatkan pendidikan bagi kaum perempuan telah terbuka secara lebar. Ada pendapat bahwa kalau telah berpendidikan tinggi dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit ‘kenapa tidak bekerja’. Di sisi lain, bahwa bekerja merupakan suatu keharusan agar mencukupi kebutuhan hidup. Masuknya era globalisasi dan informasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi yang canggih memberikan dampak pula pada kehidupan masyarakat khususnya bagi kaum perempuan.49
Di lihat dari segi sosial, seorang akan mendapatkan status jika orang tersebut bekerja, dan tinggi rendahnya status seseorang akan diberikan oleh masyarakat di sekitar orang tersebut berada. Salah satu kriteria penilaian status itu adalah jenis pekerjaan yang dilakukan seseorang atau jabatan yang disandangnya. Di sisi lain bekerja bagi seseorang
48
Ibid http://www.pemkomedan.co.id. 49
Bainar. 1998. Wacana Perempuan Dalam Ke Indonesiaan dan Kemoderenan. Hal 122. Jakarta: PT. Pustaka CIDESINDO dan UII.
mempunyai tujuan untuk mendapatkan uang yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika di lihat dari segi ekonomi, bekerja merupakan suatu cara untuk memperoleh penghasilan yang dapat mencukupi kebutuhan hidup.
Tentu saja penghasilan yang di dapat harus disesuaikan dengan tenaga atau pikiran yang telah dikeluarkan. Secara psikologis, orang yang bekerja akan mendapatkan suatu penghargaan terhadap dirinya. Ada suatu kebanggaan tersendiri jika seseorang dapat melakukan atau membeli suatu barang dari penghasilannya. Penghasilan yang diperolehnya dapat mencukupi kebutuhan pribadinya tanpa harus bergantung pada orang lain, hal ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri.
Kondisi yang sekarang memungkinkan perempuan dapat bekerja khususnya kaum perempuan muda single sudah banyak yang terjun ke sektor publik di samping tenaga kerja perempuan yang ada masih muda dan belum menikah. Di mana setiap profesi dalam bekerja mempunyai penghasilan yang berbeda pula, maka dapat juga merubah status dalam masyarakat. Apalagi ketika mempunyai penghasilan yang besar, maka statusnya akan meningkat dalam pandangan masyarakat begitu juga sebaliknya.
Ini mendorong kaum perempuan single yang sudah bekerja dan tinggal di perkotaan menuju kepada gaya hidup yang konsumtif. Suatu kenyataan, bahwa pada umumnya di kota lebih banyak dihuni oleh kaum perempuan dari pada kaum laki-laki.50 Ini dapat di lihat dari jumlah penduduk kota Medan Menurut Jenis Kelamin bahwa jumlah Perempuan yaitu 1.039.681 jiwa sedangkan jumlah Laki-laki yaitu 1.027.607 jiwa.51
50
Ibid Hal 40
Digambarkan bahwa daerah kota memiliki kemudahan-kemudahan dan fasilitas-fasilitas yang baik. Suasana kota yang diliputi dengan serba terang pada malam hari dan di isi
51
dengan gedung-gedung hiburan, pusat perbelanjaan, dan sebagainya. Hal ini sangat menguntungkan dan menarik khususnya bagi kaum perempuan.
Gaya hidup konsumtif kaum perempuan single bekerja tidak terjadi begitu saja, tetapi ada beberapa penyebab yang mempengaruhi dan mendorong kaum perempuan muda baik dari dalam diri maupun faktor dari luar. Kedua faktor ini saling mendukung berkembangnya konsumerisme. Sesungguhnya faktor dari dalam diri manusia lebih menentukan seseorang untuk memasuki atau bisa bertahan terhadap arus konsumerime. Secara psikologis, bila iman manusia kuat biar berapapun besarnya pengaruh dari luar maka seseorang tersebut akan bertahan. Kalau iman manusia tersebut lemah, biar sekecil apapun pengaruh dari luar akan masuk dalam arus konsumerisme. Menurut peneliti, ada beberapa penyebab yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif perempuan kota single bekerja yaitu:
4.3.2.1Lingkungan Di Tempat Kerja
Setelah seorang individu melewati masa kanak-kanak dan masa remaja, kemudian meninggalkan dunia kelompok permainannya, individu memasuki dunia baru, yaitu di dalam lingkungan kerja. Pada umumnya individu yang ada didalamnya sudah memasuki masa hampir dewasa bahkan sebagian besar adalah mereka sudah dewasa, maka sistem nilai dan norma lebih jelas dan tegas.
Di dalam lingkungan kerja inilah individu saling berinteraksi dan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan nilai dan norma yang berlaku didalamnya. Seseorang yang bekerja di suatu lingkungan biasanya akan memiliki gaya hidup dan perilaku yang
berbeda dengan orang yang bekerja di lingkungan lainnya.52
Lingkungan di tempat kerja tidak hanya untuk kaum perempuan tetapi juga untuk kaum laki-laki yang juga mempunyai perilaku dan gaya hidup sendiri. Dapat di lihat pada kaum perempuan muda single yang sudah bekerja mempunyai lingkungan sendiri di tempat kerjanya. Ini mempengaruhi perilaku dan gaya hidup kaum perempuan single yang bekerja, di mana terdapat nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungan tersebut. Pengaruh dalam lingkungan bekerja mau tidak mau harus diikuti oleh kaum perempuan single yang bekerja di lingkungan tersebut.
Misalnya, seseorang yang bekerja dan bergaul dengan teman-teman di tempat kerja seperti perusahaan swasta, besar kemungkinan juga akan berbeda perilaku dan gaya hidupnya dengan orang lain yang berprofesi dalam lingkungan birokrasi pemerintahan.
Kebiasaan yang harus diikuti oleh kaum perempuan single yang sudah bekerja adalah pandai bergaul dengan teman-teman di kantor baik kaum perempuan dan kaum laki-laki juga agar lebih paham dalam menekuni pekerjaan serta menambah pergaulan lebih luas. Dalam hal penampilan, di mana sebagian kaum perempuan single banyak yang bekerja langsung berhadapan dengan masyarakat sehingga kaum perempuan harus menjaga penampilannya. Ini membuat kaum perempuan muda diberikan pilihan berbagai cara untuk menjaga penampilannya sebaik mungkin di depan umum dan biasanya dijadikan tuntutan dari pekerjaan.
Ini seperti dikatakan oleh informan Rani :
“….kalau ke kantor penampilan harus bagus karena memang tuntutan dari kerja tempat kerja di dukung lingkungan teman-teman di tempat kerja. Jadi mau gak mau harus diikuti ya sekalian supaya tetap mengikuti mode dan trend terbaru…..(Sumber:
Penelitian Lapangan, 2007)”.
52
Lebih lanjut informan Neni mengatakan :
“….biasanya sebelum berangkat ke kantor ngaca dulu di cermin ya liat penampilan apa sudah cocok atau belum karena akan bertemu dengan orang banyak. Kalau penampilan Neni sudah bagus biasanya akan memberikan akibat yang bagus dalam pekerjaan… (Sumber: Penelitian Lapangan, 2007)”.
Informan Dila juga mengatakan :
“…..sebelum berangkat ke kantor terlebih dahulu memikirkan penampilan apa sudah cocok atau belum. Soalnya akan berhadapan dengan orang banyak jadi penampilan harus bagus. Apalagi di tempat kerja di tuntut untuk mempunyai penampilan yang bagus…..(Sumber: Penelitian Lapangan, 2007)”.
Keseluruhan informan menyatakan bahwa mereka sangat memperhatikan penampilan ini disebabkan selain tuntutan dari pekerjaan yang mengharuskan mereka menjaga penampilan juga lingkungan kerja yang harus disesuaikan. Situasi ini dalam hal penampilan memberikan pengaruh yang baik bagi masyarakat. Di mana membawa pengaruh yang baik bagi para informan.
Ada juga membawa pengaruh yang tidak baik bagi mereka karena mereka tidak hanya menjaga penampilan tapi lingkungan kerja sangat mendukung akan penampilan mereka. Ini menjadikan gaya hidup kaum perempuan single bekerja menjadi konsumtif sehingga mereka mau tidak mau harus dijadikan kebiasaaan. Kebiasaan yang dilakukan kaum perempuan agar mendukung penampilan adalah melalui mode dan trend yang sedang berkembang di masyarakat.
Mode dan trend ini dapat dilihat dari segi fisik yaitu pakaian seperti baju (kantor atau sehari-hari), tas, sepatu, lalu ada kosmetik yang bagus, handphone dan lain-lain. Barang-barang yang di beli harus juga mendukung berbagai hal dalam bidang pekerjaan. Dengan adanya interaksi dan sosialisasi dalam lingkungan kerja memberikan pengaruh dalam
kehidupan perempuan muda single yang bekerja. Di mana pengaruhnya bisa membawa kepada hal yang positif dan negatif tergantung dari lingkungan sekitarnya juga diri sendiri dalam menghadapinya.
Gaya hidup konsumtif yang di lakukan terdapat proses pembangunan idenditas sosial atau citra diri mereka di lingkungan pergaulan mereka. Gaya hidup konsumtif memiliki latar belakang motif keinginan untuk menunjukkan dan menyatukan persamaaan status kehormatan yang ditandai dengan konsumsi terhadap simbol-simbol gaya hidup yang sama. Dalam pola konsumsi kaum perempuan sebagai konsumen dalam kehidupannya diarahkan lebih kepada keinginan individual mereka akan nilai-nilai yang ditujukan ke hal-hal luar.
Maksudnya kaum perempuan muda dalam melakukan konsumsi secara sadar dengan apa yang mereka gunakan untuk memperoleh suatu penilaian mengenai idenditas sosial di hadapan orang lain seperti simbol-simbol prestise yang mereka gunakan. Dalam melakukan konsumsinya mereka terpengaruh dengan orang-orang yang di sekeliling mereka, karena dalam kehidupannya konsumsi yang mereka lakukan untuk suatu proses adaptasi yang menyangkut penerimaan orang lain terhadap diri mereka. Ini membuat kaum perempuan muda bekerja dapat menunjukkan dan menyatukan persamaan akan status kehormatannya.
4.3.2.2Pengaruh Media dalam Mode dan Trend
Dalam kehidupan masyarakat modern, komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting terutama untuk menerima dan menyampaikan informasi dari satu pihak ke pihak lain. Light, Keller dan Calhoun (1989) mengemukakan bahwa media massa yang
terdiri atas media cetak (surat kabar, majalah) maupun elektronik (radio, televisi, film, internet) merupakan bentuk komunikasi yang menjangkau sejumlah besar orang. Media massa diidentifikasikan sebagai suatu agen sosialisasi yang berpengaruh pula terhadap perilaku khalayaknya.53
Peningkatan teknologi yang memungkinkan peningkatan kualitas pesan serta peningkatan frekuensi penerapan masyarakat pun memberi peluang bagi media massa untuk berperan sebagai agen sosialisasi yang semakin penting. Pesan-pesan yang ditayangkan melalui media elektronik dapat mengarahkan khalayak ke arah perilaku prososial maupun antisosial. Media mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat khususnya bagi kaum perempuan muda single melalui mode dan trend yang terbaru.
Salah satu cara paling ampuh untuk bisa membuat masyarakat yaitu kaum perempuan single melakukan pembelian adalah menciptakan mode dan trend terbaru. Dengan adanya mode dan trend terbaru ini, masyarakat di paksa untuk tetap melakukan pembelian barang, bukan karena mendapatkan manfaat barang tersebut tetapi karena mengikuti mode dan trend terbaru. Tujuan dari konsumerisme adalah memberikan alasan untuk melakukan pembelian barang-barang dan jasa-jasa.
Para produsen bisa saja menggunakan segala macam cara terutama melalui media massa maupun media cetak untuk memberitahukan kepada masyarakat khususnya kaum perempuan bahwa saat ini mode dan trend yang ada sudah berganti menjadi trend dan mode yang baru. Dengan menyatakan bahwa suatu mode dan trend sedang berganti, masyarakat khususnya kaum perempuan single seolah-olah “diharuskan” untuk membuang barang-barang mereka yang sudah ketinggalan mode dan trend agar segera di
53
ganti dengan barang-barang yang sesuai dengan mode dan trend yang baru saja diciptakan.
Ini seperti dikatakan oleh salah satu informan yaitu Dhie mengatakan:
“…..kalau ada barang yang tidak mode dan trend lagi biasanya di simpan di lemari dulu atau dikasi ke orang lain ya liat situasi. Biasanya liat mode dan trend yang baru kebanyakan dari media seperti majalah dan televisi…..(Sumber:
Penelitian Lapangan, 2007).”
Lebih lanjut informan Popy mengatakan :
“…gimana ya kalau gak ngikutin mode dan trend yang baru kayak ada yang kurang dalam bergaul dan pastinya supaya gak ketinggalan zaman. Barang-barang yang gak mode dan trend lagi biasanya di simpan aja dulu. Kalau ada mode dan trend yang baru biasanya liat dari majalah soalnya lebih jelas….(Sumber:
Penelitian Lapangan, 2007).”
Keseluruhan informan mengakui kalau mereka selalu mengikuti barang-barang yang sedang trend karena mereka melihat melalui media massa dan media cetak. Trend seperti ini akan terus menerus diciptakan sehingga tanpa sadar kaum perempuan akan tetap membeli barang-barang yang mengikuti mode terbaru. Kaum perempuan single “dipaksa” melakukan pembelian demi mendapatkan pengakuan bahwa mereka mengikuti trend yang ada.
Dalam hal ini yang di lihat dari segi mode fashion, di mana fashion sekarang sangat mempengaruhi gaya hidup kaum perempuan single. Fashion memaksa masyarakat untuk membeli bukan berdasar kebutuhan tetapi untuk style (gaya), yaitu keinginan untuk mencocokkan dengan apa yang dikatakan oleh orang lain sebagai “fashionable”.54
54
Ibid Hal 55
Mode fashion yang di maksud bisa di lihat dari segi pakaian, assesoris, sepatu, tas, dan makeup. Dengan melalui mode fashion maka akan menunjukkan jati diri dan mendukung kepercayaan diri seseorang.
Ini seperti dikatakan oleh salah satu informan yaitu Ria :
“…..kalau gak ikutin mode dan trend yang baru kurang pede dan gak bisa bergaul sama orang lain. Kalau ikutin mode terbaru memang mendukung jati diri Ria karena bisa pede ngomong dengan teman-teman atau kenalan baru supaya gak maluin dan senang jadi pusat perhatian orang lain….. (Sumber: Penelitian
Lapangan, 2007).”
Lebih lanjut informan Dila mengatakan :
“…..gimana ya dengan mengikuti mode dan trend Dila jadi lebih percaya diri bertemu dengan orang diluar karena rasanya aneh kalau gak ikutin mode dan trend yang ada. Biasanya lihat mode ada yang dari media dan yang dipakai banyak orang…...(Sumber: Penelitian Lapangan, 2007).”
Keseluruhan informan mengakui jika mengikuti mode dan trend yang terbaru maka rasa percaya diri informan akan bertambah dengan barang yang dipakainya. Kalau barang yang di pakai tidak mengikuti mode dan trend maka rasa percaya diri akan jati dirinya akan berkurang. Ini membuat para informan untuk selalu berhadapan atau mengikuti situasi mode dan trend yang berkembang di dalam masyarakat. Mode dan trend yang berkembang saat ini tidak memandang dari selera perseorangan tetapi seluruh masyarakat yang memang mengikuti mode dan trend dari seluruh dunia terutama yang ke-Barat-baratan.
Ini di dukung dengan kehadiran berbagai media dalam kehidupan masyarakat mampu menggiring seseorang untuk bertindak konsumtif. Suatu tindakan memakai produk yang tidak tuntas. Artinya belum habis sebuah produk yang dipakai, seseorang telah menggunakan produk jenis yang sama dengan model yang berbeda dari merek lain, atau membeli barang karena adanya hadiah yang ditawarkan atau membeli suatu produk karena banyak orang memakai barang tersebut.
4.3.2.3Pemanfaaatan Waktu Luang.
Gaya hidup adalah bagaimana seseorang mengkonsumsi waktu dan uangnya untuk mengaktualisasikan diri. Gaya hidup sangat berkaitan dengan pemanfaatan waktu yang dimiliki seseorang. Ini seperti kaum perempuan single yang sudah bekerja ketika penghasilan sudah di terima maka kaum perempuan single langsung membeli barang yang diinginkan. Pada saat waktu bekerja telah libur dan jika ada waktu luang akan digunakan sebaik-baiknya untuk mengaktualisasikan diri atau melakukan hal yang menyenangkan lainnya.
Konsumerisme juga telah membuat kaum perempuan single yang bekerja menganggap bahwa melakukan pembelian barang adalah self reward system (sistem pemberian upah) terbaik dari kehidupan mereka. Ketika mereka merasa bahagia, mereka “dibuat” untuk melakukan banyak pembelian untuk merayakan kebahagiaan tersebut. Kaum perempuan single di paksa untuk memiliki pandangan bahwa perayaan belum bisa dinyatakan berhasil jika tidak disertai dengan pembelian barang.
Semakin besar sukses yang ingin dirayakan, semakin mahal barang yang harus di beli. Jika barang yang di beli nilainya tidak besar, mereka akan merasa bahwa mereka tidak merayakan kesuksesan mereka sebagaimana mestinya. Tidak hanya itu saja, ketika sudah bekerja maka waktu luang yang dimiliki untuk melakukan hal yang diinginkan atau bersenang-senang hanya sedikit. Waktu untuk bekerja dihabiskan dalam 5 atau 6 hari dalam seminggu sehingga waktu luang/hari libur kerja digunakan orang yang sudah bekerja untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan.
Ini yang seperti di katakan oleh informan Dhie berikut ini:
“…..kalau ada waktu luang seperti merayakan hari libur kerja atau dapat tambah bonus dari gajian, biasanya jalan-jalan sama teman-teman ke mall kayak pergi makan, beli pakaian, sepatu atau nonton pokoknya melakukan hal yang menyenangkan diri supaya gak bosan waktu masuk kerja….(Sumber: Penelitian
Lapangan, 2007).”
Lebih lanjut Dina mengatakan:
“……kalau lagi ada waktu luang atau libur kerja, biasanya langsung pergi belanja mungkin ke mall atau ke pasar tergantung barang yang Dina mau. Biasanya kalau belanja beli pakaian seperti baju casual atau baju kantor yang ada di butik atau toko di mall soalnya lebih modis. Kalau gak belanja, biasanya pergi ke salon untuk menghilangkan rasa bosan dan merawat diri jadi waktu masuk kerja lebih semangat. Terkadang pergi juga nonton konser musik atau ke diskotik bersama teman-teman tergantung situasinya……(Sumber: Penelitian Lapangan, 2007)”. Informan Etha juga mengatakan :
“….kalau udah hari libur kerja atau lagi dapat bonus dari gaji biasanya dirayakan dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan seperti jalan-jalan ke mall pastinya lihat barang di toko butik atau toko bermerek yang lagi mode dan trend kalau ada yang cocok langsung dibeli. Kalau gak pergi ke salon atau pergi jalan-jalan keluar kota atau ke luar sumatera supaya menyegarkan diri dari aktivitas rutin pekerjaan….(Sumber: Penelitian Lapangan, 2007).”
Keseluruhan informan mengakui kalau mereka ketika ada waktu luang atau merayakan sesuatu akan digunakan sebaik-baiknya untuk mengaktualisasikan diri atau melakukan hal yang menyenangkan untuk dirinya sendiri. Menurut para informan, ketika ada waktu luang atau bebas dari beban pekerjaan maka sebuah kewajiban untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan bagi para informan. Hal menyenangkan yang biasa dilakukan para informan yaitu berbelanja barang-barang yang diinginkan, merawat diri ke salon, jalan-jalan ke Mall dengan teman atau keluarga, pergi makan di luar rumah, pergi keluar kota ketika libur panjang dan ada yang pergi menonton konser musik atau ke diskotik bersama teman-teman.
Mall adalah salah satu tempat yang paling sering dikunjungi seluruh informan. Ini di dukung tempat yang strategis dalam membeli berbagai barang yang diinginkan. Ini merupakan alat-alat konsumsi baru sesuai dengan konteks deskripsi Baudrillard. Di mana Mall dapat dideskripsikan sebagai “mesin pembelian” yang sangat efisien dari perspektif konsumen. Konsumsi jelas di buat menjadi lebih efisien untuk konsumen karena tersedia semua jenis toko dalam satu tempat yang juga punya tempat parkir berdekatan yang luas. Mall mempunyai tujuan untuk mengontrol konsumen. Mall megontrol apa-apa yang kita beli bukan dengan cara menetapkan apa yang ada dan apa yang tidak ada, tetapi juga menggunakan prinsip “daya tarik yang berdekatan” (adjacent attraction). Di mana obyek-obyek yang biasa saja di bikin tampak lebih menarik dengan menempatkannya di sekeliling obyek yang berbeda dan lebih eksotis. Mall mengatur emosi konsumen dengan memberi cahaya, keceriaan, dan lingkungan menarik. Pada saat melakukan hal-hal menyenangkan, para informan merasa tidak bosan ketika masuk dan melakukan pekerjaan pada hari saat bekerja.
Seluruh informan menyatakan bahwa hari yang bisa untuk memanfaatkan waktu luang atau merayakan sesuatu adalah hari libur pada saat bekerja yaitu hari Sabtu, hari Minggu dan hari libur umum. Keharusan untuk melakukan perayaan secara berlebihan ini sengaja diciptakan oleh produsen untuk membuat masyarakat khususnya kaum